Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa
nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis,
teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang
diberikan (Ariani, 2016).
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2015)
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan
mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada
anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah
baik (Soetjiningsih, 2012). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan
pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang
dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk
melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi
lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya
kurang mendapat kesempatan bermain (Kirana, 2014).
Terapi bermain yang akan dilaksanakan di ruang rawat inap Anak RSUD Dr.
Achmad Mochtar yaitu Seni Melipat Origami. Alasan memilih terapi bermain seni
melipat origami adalah untuk melatih ketekunan, melatih ketelitian, melatih daya
imajinasi, melatih kreatifitas, mengasah otak anak untuk berfikir, melatih daya ingat.
Seni melipat origami merupakan salah satu bentuk peramainanmembutuhkan ketelitian,
melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi ketika membuat
sebuah kertas menjadi suatu bentuk yang diinginkan tersebut hingga menjadi sebuah
bentuk yang rapi dan bagus. Sehingga seni melipat origami merupakan jenis permainan
yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain seni melipat origami diharapkan dapat mengurangi
dampak stress hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain seni melipat origami, diharapkan dapat:
a) Melatih ketekunan anak
b) Melatih ketelitian anak
c) Melatih kreatifitas anak
d) Melatih daya ingat anak
e) Melatih daya imajinasi anak

C. Manfaat Penulisan
1.Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan informasi yntuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan
terutama dibidang ilmu keperawatan khususnya mengenaik origami terhadap
perkembangan motorik halus.
2.Bagi Penulis
a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 3-10 tahun sebelum
diberikan terapi origami dan setelah diberikan terapi origami.
b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset.
3. Bagi Perawat
Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.
4. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai perkembangan
motorik halus anak dengan menggunakan terapi origami.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Menurut Groos (Schaefer et al, 2010) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk
berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2009).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2010).

B. Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih
cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,
jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan
orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan
yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. Tujuan Permainan
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.

D. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan,
anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa
gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk
melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-
dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya
cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak
yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan
bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan
sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep
dasar.
E. Macam – Macam Bermain
1. Bermain Aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c) Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d) Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain
2. Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain,
yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a) Kesehatan anak menurun
b) Tidak ada variasi dari alat permainan
c) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
d) Tidak mempunyai teman bermain

F. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (2009), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal,
maka diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakitkecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal
3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

G. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain
yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas
anak dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.
H. Konsep Origami
Origami berasal dari kata ori yang berarti “lipat”, dan gami yang berarti “kertas”
origami merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu
bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari
Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi.
Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus
pada pandangan.Secara umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas
biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami.
Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna
saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan sama
sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan
sebagainya.
Jenis-jenisorigami modern yang ada saat ini, antara lain:
1. Origami Pureral
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan memudahkan para
pemula dalam membuat suatu model origami. Pada origami, gaya pureland terdapat
persyaratan unik bahwa dalam setiap langkah hanya dibolehkan sekali melipat.
Maka, lipatan yang digunakan hanyalah lipatan gunung dan lipatan lembah.
2. Origami Modular
Pada origami modular, dari setiap lembar kertas dibentuk menjadi sebuahmodul.
Seluruh modul selanjutnya disatukan dengan cara direkatkan atau dijepit menjadi
suatu bentuk model tertentu, seperti binatang, bangunan atau bunga.
3. Origami Teknis
Coba-coba melipat agar menghasilkan suatu bentuk tertentu, pembuatan origami
teknis (origami sekkei) diawali dengan mengkaji secara matematis bentuk-
bentukbidang yang diperlukan dari model yang akan dibuat lalu membuat pola dari
jejaklipatan yang harus dibuat pada kertas.

I. Manfaat origami bagi perkembangan anak, diantaranya :


1) Meningkatkan kemampuan berpikir
Hal ini telah ditunjukkan dalam meningkatkan keterampilan visualisasi spasial dengan
menggunakan tangan sebagai alat belajar. Keterampilan ini memungkinkan siswa
untuk bisa paham mengenai dunia di sekitar.

2) Meningkatkan kreatifitas
Kini model origami sudah semakin berkembang. Bukan hanya yang tradisional seperti
perahu kertas, pesawat, burung, atau ikan. Siswa tinggal memilih model apa yang
disukai. Seiring dengan itu, siswa sudah mahir melipat berbagai macam model dan
berbagai gagasan baru akan muncul. Hal ini menandakan bahwa siswa berkreasi
menghasilkan sesuatu. Dapat menciptakan mainan hasil karya sendiri, tentu bangga,
bukan?
3) Mengikuti arahan
Hal ini bisa jadi luput dari pikiran. Dengan belajar origami, siswa akan mengikuti
tahap demi tahap lipatan dengan saksama. Misalnya, membuat berbagai macam
hewan, mengenal bentuk geometris sederhana, dan masih banyak lagi. Mereka berarti
telah belajar untuk mengikuti petunjuk dan arahan dari guru/orangtua.
4) Pengalaman Kerja Sama
Manfaat positif dari origami lainnya adalah sebagai media pembelajaran kerja sama
anak. Seni melipat kertas ini sangat cocok untuk dikerjakan secara berkelompok atau
masal.Dalam kegiatan yang bisa dilakukan secara masal ini, terkadang tidak hanya
dilakukan oleh anak seumuran, bisa saja mereka bergabung dengan yang berbeda usia
– lebih tua atau lebih muda. Tak jarang yang lebih muda justru mengajari yang lebih
tua, begitu pun sebaliknya. Sehingga hal tersebut akan memberikan pengalaman kerja
sama yang baik pada anak, baik kepada yang seumuran maupun berbeda usia.
5) Menstimulasi daya imajinasi anak
Ketika anak-anak akan menciptakan karya seni mereka sendiri dengan origami,
manfaat lain yang bisa didapat adalah imajinasi mereka akan terstimulasi.
6) Koordinasi tangan dan mata
Untuk menciptakan lipatan yang sempurna menggunakan teknik melipat yang benar,
dibutuhkan ketelitian dan koordinasi antara tangan-mata yang sangat baik.
7) Kesabaran dan ketekunan
Anak-anak akan belajar bahwa mereka terkadang perlu usaha lebih agar lipatan yang
mereka buat menjadi sempurna. Mempelajari pentingnya trial and error akan sangat
berguna bagi anak saat dewasa.
8) Meningkatkan daya ingatan anak
Karena origami mengharuskan anak untuk mengingat urutan dan jenis lipatan untuk
rakitan yang benar, otomatis keterampilan ingatan anak akan terlatih secara konstan.

9) Meningkatkan konsentrasi, baik secara visual maupun mental


Untuk membuat hasil karya yang bagus, tentunya diperlukan konsentrasi yang baik
pula. Dengan seringnya anak berkonsentrasi pada satu hal, tentunya itu baik bagi
peningkatan konsentrasi mereka.
10) Peningkatan harga diri
Setiap prestasi atau hasil karya yang diciptakan anak, pastinya hal itu menjadi
dorongan moral.
11) Relaksasi
Anak-anak dapat mengalihkan pikiran mereka dari situasi atau stres lainnya, dengan
cara berkonsentrasi pada hobi baru – origami.

J. Sasaran
1. Anak usia prasekolah (3-10 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5.Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermainseni melipat origami

K. Karakteristik Permaianan
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan origami, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara membuat seni melipat origami.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk memegang satu origami,
menyebutkan bentuk apa yang akan dibuat, melipat origami sesuai bentuk yang telah
disebutkan dengan rapi dan benar.
4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama melipat origami
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk origami.
6.Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7.Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8.Setelah anak selesai melipat origami, anak diharapkan untuk bercerita tentang bentuk
yang telah dibuat sesuai dengan imajinasi anak.
9.Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil terbaik dan memberikan origami
tersebut sebagai reward.
10.Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.

L. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Rabu, 3April 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Terapi Bermain Anak

M. Media
1. Kertas Origami
2. Pulpen

N. Setting Tempat

Keterangan :
: Fasilitator
: Peserta
: Leader
: Co-Leader
: Observer

O. Pengorganisasian
1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua dan anak
2. Mengunpulkan anak pada ruangan terapi bermain
3. Menyiapkan alat yang diperlukan
4. Kegiatan dipimpin oleh Leader dibantu dengan fasilitator dan observer
5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung

 Leader : Nofitri, S.Kep


Tugas:
1. Membuka Acara
2. Membaca peraturan bermain
3. Memimpin Jalannya permainan
4. Mengambil Keputusan
5. Memberikan Reward

 Co Leader : Jessy Heriani, S.Kep


Tugas :
1. Menjelaskan pelaksanaan
2. Mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain
3. Memberi semangat kepada peserta
4. Menciptakan suasana menjadi meriah

 Fasilitator : Helvi Alvita, S.Kep, Anisa, S.Kep, Deka Puspa, S.Kep


Vandra Junizar Putra, S. Kep
Tugas:
1. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
2. Mendampingi anak selama bermainan
3. Memberikan semangat dan motivasi

 Observer : Dela Noprianti, S.Kep


Tugas:
1. Mengamati dan mengevaluasi permainan
2. Mengamati tingkah laku anak
3. Memberikan kritik dan saran

P. Strategi Pelaksanaan Terapi Bermain


No Waktu Kegiatan Respon Anak
1 5 Menit Persiapan : Ruangan, alat, anak dan
1. Menyiapkan ruangan keluarga siap
2. Mengundang anak dan keluarga
3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan membagi
kelompok
2 10 Menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan dan 2. Mendengarkan dan
maksud dari kegiatan memperhatikan
3. Menjelaskan kontrak waktu 3. Mendengarkan dan
dan mekanisme kegiatan memperhatikan
bermain 4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan cara senimelipat memperhatikan
origami (bentuk Anjing dan
bentuk kucing)

3 30 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak membuat seni 1. Mengikuti terapi bermain
dari origami
2. Fasilitator mendampingi anak dan 1. Bermain dan
memberikan motivasi kepada berkreasi
anak
3. Menanyakan kepada anak apakah
sudah selesai dalam membuat 2. Menjawab
suatu seni dari origami pertanyaan
4. Memberikan anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai
5. Memberikan pujian terhadap anak 3. Mendengarkan
yang mampu menyusun sampai
selesai 4. Menerima pujian
dengan senang hati
4 10 Menit Penutup : 1. Mendengarkan dan
1. Melakukan review menceritakan
pengalaman bermain melipat pengalaman
origami
2. Mengidentifiasi kejadian 2. Menceritakan kesan
yang berkesan selama selama bermain
membuat seni dari origami
3. Menganalisis kesan yang 3. Mendengarkan dan
didapat oleh anak memperhatikan
4. Menyimpulkan kegiatan 4. Mendengarkan dan
acara memperhatikan

Q. Kriteria Penilaian
1. Penilaian struktur seperti kesiapan media dan tempat
2. Penilaian proses jalannya terapi yang dilakukan apakah sesuai dengan yang telah
direncanakan di proposal
3. Penilaian hasil akhir dari terapi yang telah dilakukan mencakup kesimpulan dari
evaluasi struktur, proses, dan evaluasi hasil

R. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain di Ruang Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan sebelum terapi
bermain dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d) Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
e) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi Hasil
a) Diharapkan anak tidak menangis
b) Diharapkan anak tidak rewel
c) Diharapkan anak merasa senang
d) Diharapkan anak hadir tepat waktu bersama ibunya
e) Diharapkan anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
f) Diharapkan anak tampak senang dan gembira mengikuti terapi bermain yang
diberikan
Lembar Evaluasi Kemajuan

Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteria
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir

Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:


0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, (2012).Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC


Ariani, (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : ECG
Wong, Donna L, (2015). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.
DAFTAR HADIR TERAPI BERMAIN
DI RUANGAN ANAK RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

No Nama Paraf

Anda mungkin juga menyukai