Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. C (USIA 4 BULAN)


DENGAN HYDROCEPHALUS”

“Disusun untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan klinik Departemen Pediatrik di Ruang


PICU RSSA Malang”

Disusun Oleh :

HIKMATUL UYUN

190070300111034

Kelompok 1A

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. C (USIA 4 BULAN)


DENGAN HYDROCEPHALUS

DI RUANG PICU RSUD DR. SAIFUL ANWAR KOTA MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Pediatrik

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari :
Tanggal :

Disusun oleh:

Mahasiswa

Hikmatul Uyun

NIM. 190070300111034

Malang, 6 Februari 2020


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

NIP._________________ NIP._________________
LAPORAN PENDAHULUAN

HYDROCEPHALUS

A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan
antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak. Jika
produksi CSS lebih besar daripada absorpsi, CSS akan terakumulasi dalam sistem
ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel
(Wong,2009).
Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan
cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal (Mansjoer, 2008).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh
vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua.

 Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
o Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
o Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
 Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada
pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu:

 Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat
aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak
terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP).

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).

 Hydrocephalus non komunikan


Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga
menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah


bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari
lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi
sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi
atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala
kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

 Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )


Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi
jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal,
gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia
urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau
thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada
kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

C. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum jelas.
Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh:

1. Kekurangan oksigen (hipoksia)


2. Radiasi
3. Kekurangan nutrisi
4. Radang atau infeksi
5. Cedera atau trauma
6. Obat-obatan
7. Hormonal
Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam ruangan otak
dapat terjadi karena:

1. Produksi cairan otak yang berlebihan


2. Gangguan aliran cairan otak
3. Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah: 

1. Kelainan Bawaan (Kongenital)


a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-
90%). Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Stenosis ini bukan
berasal dari tumor. Ada tiga tipe stenosis :

 Gliosis akuaduktus: berupa pertumbuhan berlebihan dari glia fibriler yang


menyebabkan konstriksi lumen.
 Akuaduktus yang berbilah (seperti garpu) menjadi kanal-kanal yang kadang
dapat tersumbat.
 Obstruksi akuaduktus oleh septum ependim yang tipis (biasanya pada ujung
kaudal).
Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal
lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir. Stenosis ini bisa
disebabkan karena kelainan metabolisme akibat ibu menggunakan isotretionin
(Accutane) untuk pengobatan acne vulgaris. Oleh karena itu penggunaan derivat
retinol (vitamin A) dilarang pada wanita hamil. Hidrosefalus iatrogenik ini jarang
sekali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh hipervitaminosis A yang akut atau
kronis, di mana keadaan tersebut dapat mengakibatkan sekresi likuor menjadi
meningkat atau meningkatnya permeabilitas sawar darah otak. Stenosis ini
biasanya dapat bersamaan dengan malformasi lain seperti: malformasi Arnold
chiari, ensefalokel oksipital (Lott et al, 1984).

b. Spina bifida dan kranium bifida


Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total. Anomali Arnold-chiari ini dapat timbul bersama
dengan suatu meningokel atau suatu meningomielokel.

c. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan
hipoplasi vermis serebelum. Kelainan berupa atresia kongenital foramen Luschka
dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Hidrosefalus yang terjadi
diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarakhnoid
yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus kalosum,
labiopalatoskisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.

d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.

e. Anomali pembuluh darah


Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma
arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.

2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi
bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii
atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid
sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpedunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar.
Selain karena meningitis, penyebab lain infeksi pada sistem saraf pusat adalah karena
toxoplasmosis (Ngoerah, 1991). Infeksi toxoplasmosis sering terjadi pada ibu yang hamil
atau penderita dengan imunokompeten (Pohan, 1996). Penularan toxoplasmosis kepada
neonatus didapat melalui penularan transplasenta dari ibu yang telah menderita infeksi
asimtomatik. Dalam bentuk infeksi subakut, tetrade yang menyolok adalah perkapuran
intraserebral, chorioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus, dan gangguan psikomotor
dan kejang-kejang (Pribadi, 1983).
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak
mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III
biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam
otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. Hal tersebut
juga dapat dipicu oleh karena adanya trauma kapitis (Hassan et al, 1985).

Selanjutnya hidrosefalus dengan penyebab pertama tersebut diatas


dikelompokan sebagai hidrosefalus kongenitus, sedangkan penyebab kedua sampai ke
empat dikelompokkan sebagai hidrosefalus akuisita. Sebab-sebab prenatal merupakan
faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in-
utero dan kemudian bermanifestasi baik in-utero ataupun setelah lahir. Sebab-sebab ini
mencakup malformasi (anomali perkembangan sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler.
Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologinya tidak dapat diketahui, dan untuk
ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik. Dari bukti eksperimental pada beberapa
spesies hewan mengisyaratkan infeksi virus pada janin terutama parotitis dapat sebagai
faktor etiologi (Ngoerah, 1991).
D. PATOFISIOLOGI

Kelainan Infeks Neoplasma Perdarahan


kongenital i

Radang Fibrosis
hydorcephalus
Obstruksi salah jaringan leptomeningns
satu tempat pada daerah
Obstruksi tempat
pembentukan Obtruksi oleh
pembentukan/penyerapan
ventrikel III/IV perdarahan
Hydrocephalus Peningkatan Jumlah cairan

nonkomunikas jumlah cairan dalam ruang sub


serebrospinal araknoid

Pembesaran relatif Peningkatan Tindakan


kepala TIK pembedahan
Kesulita
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
n
saraf optikus
Kerusaka Kompresi Adanya port de entry
Penekana
n batang otak papiledema dan benda asing
n total
mobilitas masuk

Gangguan Depresi saraf Disfungsi persepsi Risiko


integritas kardiovaskular dan visual spasial infeksi
kulit pernapasan Respon
Gangguan inflamasi
persepsi sensori hipertemi

Penurunan Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi

kesadaran kognitif dan

Koping keluarga tidak efektif Hipotalamus semakin psikomotroik

tertekan Defisit perawatan diri

Pembuluh darah kejang Mual muntah Saraf pusat semakin


tertekan tertekan
Aliran darah Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran Sakit
menurun menurun kepala

Perfusi jaringan Kebutuhan nutrisi Penuruna Nyeri akut


serebral tidak kurang dari kebutuhan n
efektif tubuh kesadara
E. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS (Mansjoer, 2008)
 Masa bayi, tahap awal :
1. Pertumbuhan kepala cepat dan abnormal
2. Fontanela menonjol (terutama fontanela anterior) kadang-kadang tanpa
pembesaran kepala: tegang,tidak berdenyut
3. Dilatasi vena-vena kulit kepala
4. Sutura terpisah
5. Tanda macewen (bunyi perkusi seperti pot retak)
6. Penipisan tulang tengkorak
 Masa bayi, tahap lanjut;
1. Pembesaran frontal atau penonjolan dahi
2. Mata yang masuk ke dalam
3. Tanda setting sun – sklera terlihat di atas iris
4. Refleks pupil lamban, respon terhadap cahaya tidak sama
5. Mengalami kesulitan pergerakan
6. Kerusakan saraf yang memberikan gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran, motoris atau kejang, kadang – kadang gangguan pusat vital,
bergantung pada kemampuan kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan
intrakranial yang meninggi.
 Masa bayi, Umum :
1. Iritabilitas
2. Letargi
3. Bayi menangis ketika digendong atau ditimang dan diam ketika dibiarkan
berbaring tenang
4. Refleks infantil awal mungkin masih ada
5. Respons yang normalnya terjadi tidak muncul, dapat memperlihatkan :
perubahan tingkat kesadaran, opistotonos (sering berlebihan), spastisitas
ekstremitas bawah, muntah
6. Kesulitan menghisap dan minum susu, tangisan yang melengking, singkat, dan
bernada tinggi, serta gangguan kardiopulmonal.
F. OGI HIDRFALUS
G. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Komplikasi Hidrosefalus (Whaley and Wong, 2009)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIDROSEFALUS (Wong, 2009)


 Scan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
 Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial, mengambil
cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
 EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
 Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
 MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa
kena radiasi

I. PENATALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS (Layono, 2003)


1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi
 Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat kesehatan dimana
sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
 Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari

 Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien
diprogramkan untuk operasi.

 Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)


Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi
penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh
vili arakhnoidalis akan lebih mudah.

Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada


hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventricular
intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan
dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi
(impending herniation)

Cara:

a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4
dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap
LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3 hari).Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala
setiap minggu.
d. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3
minggu berturut-turut.
e. Tindakan ini dianggap gagal jika :
 Dilatasi ventrikel menetap

 Cortical mantel makin tipis


 Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks

 Dilatasi ventrikel yang progresif

Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan


gangguan elektrolit.

 Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-
2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.

1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III


Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum,
dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari
ventrikel III dapat mengalir keluar.

2. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :

 Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.

 Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (ThorKjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
- Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan.
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada Gangguan Hidrocephalus


A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data demografi
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Alamat
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran
prematur
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga

2. Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak
yang antara 0-3 bulan.
No Bayi Normal Bayi Hidrosefalus
1 Mengangkat kepala setinggi 450 Sulit mengangkat dan menahan
kepalanya ke atas bahkan kesulitan
menggerakkan kepala
2 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan Tidak dapat menatap ke atas, memiliki
ke tengah penglihatan ganda, alis mata dan bulu
mata ke atas sehingga sclera telihat
seolah – olah di atas Iris
3 Melihat dan menatap wajah anda Tidak mampu menatap dengan
pandangan yang jelas,tidak dapat
menatap ke atas
4 Mengoceh spontan atau bereaksi Tidak ada tanda-tanda untuk bicara
dengan mengoceh
5 Suka tertawa keras Diam, muram
6 Bereaksi terkejut terhadap suara Tidak ada respon terhadap stimulus
keras apapun
7 Membalas tersenyum ketika diajak Tidak menunjukkan reaksi
bicara/tersenyum
8 Mengenal ibu dengan penglihatan, Kurang bisa mengenali orang terdekat
penciuman, pendengaran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi
cairan serebrospinal.
Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil:
 Kesadaran Komposmetis
 Tidak terjadi nyeri kepala
 TTV normal
Intervensi Rasional :
a. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat
pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
strabismus, Perubahan pupil)
b. Pantau terus tingkat kesadaran anak
c. Pantau terus adanya perubahan TTV
d. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi
peningkatan TIK
1) Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
2) Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
3) Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
4) Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang,
sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan
tidak terjadi pembesaran pada kepala
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena
meningkatnya TIK
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Kriteria Hasil :
 Penurunan visus tidak bertambah lebih parah
 Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya

Intervensi Rasional
a. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
1) Membantu ADL pasien
2) Membantu orientasi tempat
3) Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll
dipasang agar tidak cedera )
b. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang
terganggu
1) Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak
mengalami disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman
2) Klien tidak banyak bergantung pada orang lain

3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh
anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita
anaknya
Kriteria Hasil :
 Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang
 Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan
perubahan pola hidup yang dibutuhkan
Intervensi Rasional
a. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
b. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
c. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
d. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
1. Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua
dapat lebih lega
e. Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh
anaknya sehinnga kecemasan orang tua dapat berkurang
f. Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan keluarga dalam
merawat klien post operasi
g. Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah
persepsi

4. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :
 Anak tidak sesak napas
 Tidak terdapat ronchi
 Tidak retraksi otot bantu pernapasan
 Pernapasan teratur, RR dalam batas normal

Intervensi Rasional
a. Posisikan klien posisi semifowler
b. Pemberian oksigen
c. Observasi pola dan frekuensi napas
d. Auskultasi suara napas
1) Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
2) Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia
3) Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
4) Untuk mengetahui adanya kelainan suara

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala


Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria Hasil :
Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai
dengan tahapan usia
Intervensi Rasional
a. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
b. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak
c. Mempertahankan berat badan agar tetap stabil
d. Agar perkembangan klien tetap optimal

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt


Tujuan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
Kriteria Hasil:
 TD dalam batas normal
 Tidak terdapat perdarahan
 Tidak terdapat kemerahan

Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan,
perubahan warna kulit )
b. Lakukan rawat luka
c. Pantau asupan nutrisi
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
1) Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
2) Mencegah timbulnya ifeksi
3) Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka
4) Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC

Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta

Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 2. Jakarta : Media Aesculopius

Meddoy, R, and Newell,S. 2007. Lecture Note Pediatrik. Jakarta: EMS

Soetomenggolo,T.S . Imael .S. 1999. Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta

Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year Book

Wong, D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai