Disusun Oleh :
HIKMATUL UYUN
190070300111034
Kelompok 1A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Mahasiswa
Hikmatul Uyun
NIM. 190070300111034
NIP._________________ NIP._________________
LAPORAN PENDAHULUAN
HYDROCEPHALUS
A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan
antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak. Jika
produksi CSS lebih besar daripada absorpsi, CSS akan terakumulasi dalam sistem
ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel
(Wong,2009).
Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan
cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal (Mansjoer, 2008).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh
vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)
B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua.
Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
o Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
o Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada
pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu:
Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat
aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak
terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
C. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum jelas.
Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh:
c. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan
hipoplasi vermis serebelum. Kelainan berupa atresia kongenital foramen Luschka
dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Hidrosefalus yang terjadi
diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarakhnoid
yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus kalosum,
labiopalatoskisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi
bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii
atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid
sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpedunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar.
Selain karena meningitis, penyebab lain infeksi pada sistem saraf pusat adalah karena
toxoplasmosis (Ngoerah, 1991). Infeksi toxoplasmosis sering terjadi pada ibu yang hamil
atau penderita dengan imunokompeten (Pohan, 1996). Penularan toxoplasmosis kepada
neonatus didapat melalui penularan transplasenta dari ibu yang telah menderita infeksi
asimtomatik. Dalam bentuk infeksi subakut, tetrade yang menyolok adalah perkapuran
intraserebral, chorioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus, dan gangguan psikomotor
dan kejang-kejang (Pribadi, 1983).
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak
mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III
biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam
otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. Hal tersebut
juga dapat dipicu oleh karena adanya trauma kapitis (Hassan et al, 1985).
Radang Fibrosis
hydorcephalus
Obstruksi salah jaringan leptomeningns
satu tempat pada daerah
Obstruksi tempat
pembentukan Obtruksi oleh
pembentukan/penyerapan
ventrikel III/IV perdarahan
Hydrocephalus Peningkatan Jumlah cairan
2. Terapi
Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat kesehatan dimana
sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien
diprogramkan untuk operasi.
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4
dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap
LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3 hari).Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala
setiap minggu.
d. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3
minggu berturut-turut.
e. Tindakan ini dianggap gagal jika :
Dilatasi ventrikel menetap
Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-
2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
2. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (ThorKjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
- Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan.
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Dari riwayat pertumbuhan dan perkembangan ini, kami mengambil kasus pada anak
yang antara 0-3 bulan.
No Bayi Normal Bayi Hidrosefalus
1 Mengangkat kepala setinggi 450 Sulit mengangkat dan menahan
kepalanya ke atas bahkan kesulitan
menggerakkan kepala
2 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan Tidak dapat menatap ke atas, memiliki
ke tengah penglihatan ganda, alis mata dan bulu
mata ke atas sehingga sclera telihat
seolah – olah di atas Iris
3 Melihat dan menatap wajah anda Tidak mampu menatap dengan
pandangan yang jelas,tidak dapat
menatap ke atas
4 Mengoceh spontan atau bereaksi Tidak ada tanda-tanda untuk bicara
dengan mengoceh
5 Suka tertawa keras Diam, muram
6 Bereaksi terkejut terhadap suara Tidak ada respon terhadap stimulus
keras apapun
7 Membalas tersenyum ketika diajak Tidak menunjukkan reaksi
bicara/tersenyum
8 Mengenal ibu dengan penglihatan, Kurang bisa mengenali orang terdekat
penciuman, pendengaran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi
cairan serebrospinal.
Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil:
Kesadaran Komposmetis
Tidak terjadi nyeri kepala
TTV normal
Intervensi Rasional :
a. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat
pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
strabismus, Perubahan pupil)
b. Pantau terus tingkat kesadaran anak
c. Pantau terus adanya perubahan TTV
d. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi
peningkatan TIK
1) Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
2) Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
3) Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
4) Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang,
sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan
tidak terjadi pembesaran pada kepala
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena
meningkatnya TIK
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Kriteria Hasil :
Penurunan visus tidak bertambah lebih parah
Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya
Intervensi Rasional
a. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
1) Membantu ADL pasien
2) Membantu orientasi tempat
3) Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll
dipasang agar tidak cedera )
b. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang
terganggu
1) Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak
mengalami disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman
2) Klien tidak banyak bergantung pada orang lain
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh
anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita
anaknya
Kriteria Hasil :
Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang
Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan
perubahan pola hidup yang dibutuhkan
Intervensi Rasional
a. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
b. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
c. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
d. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
1. Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua
dapat lebih lega
e. Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh
anaknya sehinnga kecemasan orang tua dapat berkurang
f. Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan keluarga dalam
merawat klien post operasi
g. Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah
persepsi
4. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :
Anak tidak sesak napas
Tidak terdapat ronchi
Tidak retraksi otot bantu pernapasan
Pernapasan teratur, RR dalam batas normal
Intervensi Rasional
a. Posisikan klien posisi semifowler
b. Pemberian oksigen
c. Observasi pola dan frekuensi napas
d. Auskultasi suara napas
1) Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
2) Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia
3) Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
4) Untuk mengetahui adanya kelainan suara
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan,
perubahan warna kulit )
b. Lakukan rawat luka
c. Pantau asupan nutrisi
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
1) Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
2) Mencegah timbulnya ifeksi
3) Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka
4) Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC
Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 2. Jakarta : Media Aesculopius
Soetomenggolo,T.S . Imael .S. 1999. Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year Book
Wong, D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC