CEREBRAL PALSY
Oleh :
Kelompok 3
1. INDIRA SYAFA'AH PUTRI 2021205201015
2. SILVIA APSARI 2021205201002
3.SUGENG 2021205201012
4. INNI ZAHRANNAFIISA MARZUQI 2021205201006
5. DISKA RATNA DIANA 2021205201020
6. ALDO SUSENO 2021205201007
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN (FKes)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG (UMPRI)
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah yang maga pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan kenikmatan yang tiada terkira sehingga kami dapat
menyusun makalah mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Anak Dengan Pasien Cerebral Palsy” tepat waktu dan semaksimal mungkin.
Tidak lupa sholawat serta salam selalu kami haturkan kepada junjungan terbaik
baginda Rosul Muhammad Shallallahu ‘Alaihu Wasallam selaku tauladan terbaik hingga
akhir zaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada beliau, serta kepada keluarga,
sahabat, tabi’in dan orang-orang yang selalu mengikuti sunahnya.
Penyusun sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh
karena itu kami siap menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif serta bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
1. Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 2
D. Sistematika Penulisan 2
1. Definisi 4
2. Klasifikasi 4
3. Etiologi 7
5. Patofisiologi 14
6. Manifestasi Klinis 17
7. Penatalaksanaan Kasus 18
8. Pemeriksaan Diagnostik 21
1. Pengkajian 21
iii
2. Diagnosa dan Intervensi 24
3. Implementasi 26
4. Evaluasi 26
A. Kesimpulan 27
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy1 adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
suatu kurun waktu dalam perkembnagan anak. Mengenai sel-sel motorik di
dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan
atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun
lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-
tanda neuron perifer akan berubak akibat maturasi serebral.
Yang bertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah Willian John
Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral dipelgia, sebagai
akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang
pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund
Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralaysis2.
Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan
pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan
perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi-disiplin dalam
penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT,
bedah tulang, bedahsaraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial,
guru sekolah Iuar biasa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang
tua dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penyusun dapat
merumuskan rumusan masalah yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada
anak yang tepat dengan pasien cerebral palsy.
1
Addini Setia Ningtyas, Makalah Cerebral Palsy, Palembang: Universitas Sriwajaya, 2017.
2
Johnston MV. Encephalopaties: Cerebral Palsy dalam Kliegman: NelsonTextbook of Pediatrics, 18th
ed. eBook Nelson Textbook of Pediatrics, 2007
1
2
C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka penyusun dapat
merumuskan tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka penyusun dapat
merumuskan tujuan umum yaitu untuk menjelaskan asuhan keperawatan
yang harus diberikan kepada pasien dengan cerebral palsy.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka penyusun dapat
merumuskan tujuan khusus yaitu:
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari cerebral palsy.
b. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dari cerebral palsy.
c. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persyarafan
yang berkaitan dengan cerebral palsy.
d. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari cerebral palsy.
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari cerebral palsy.
f. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala dari cerebral palsy.
g. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan pada klien cerebral palsy.
h. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis bagi klien
cerebral palsy.
i. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan cerebral palsy.
D. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini penyusun ingin mempermudah pemahaman
maupun penelaahan terhadap isi makalah sehingga diperoleh gambaran
ringkas dalam penyusunan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini
penyusun membaginya dalam tiga bab, dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Teori
3
2. Klasifikasi
Cerebraal palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis neurologis. Spastik diplegia, untuk pertama kali dideskripsikan oleh
Little (1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya
4
5
d. Distonia
Ada yang ototnnya kaku dan ada juga yang lemas. Kerusakan otaknya
berada pada bagian korteks (bagian lapisan luar otak) dan di ganglia
basalis.
e. Balismus
Ada gerakan yang tidak terkoordinasi atau infolumenter, kadang juga
melengkung-elengkung. Kerusakan di ganglia basalis.
f. Campuran
Merupakan jenis CP dengan semua gabungan jenis diatas, kerusakan
ini bida terjadi didaerah otak mana aja.
Cerebral palsy juga bisa diklasifikasikan berdasarkan estimasi derjat
beratnya penyakit dan kemampan penderita untuk melakukan aktivitas
normal (Adnyana:1995,39).
a. Ringan
Penderita masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sehingga sama
sekali tida atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusu.
b. Sedang
Aktivitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam
bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya
sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus,
diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara
sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup ditengah masyarakat dengan
baik.
c. Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau
pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya
penderita ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah
perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental
berat, atau yang akan menimbulkan gangguan sosial emosional baik bagi
keluarganya maupun lingkungannya.
3. Etiologi
7
kuman. Jika ibu mempunyai infeksi TORCH, misal bayi bisa terkena
infeksi jalan lahir tersebut.
2) Hipoksis Iskemik Ensefalopati (HIE)
Saat lahir, bayi dalam keadaaan tidak sadar, bahkan tidak
menangis dan justru mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke
otak. Akibatnya jaringan otak rusak.
3) Kelahiran Yang Sulit
Pemakaian alat bantu seperti vakum saat persalinan tidak
bermasalah, yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya dijalan lahir
karena berbagai penyebab, kepala bayi lebih besar dari pinggul ibu
atau ada lilitan tali pusat sehingga tertarik tidak mau keluar atau ibu
tidak kuat menahannya.
4) Asfiksia
Bayi lahir tidak bernafas, bisa karena paru-paru penuh cairan
atau karena ibu mendapatkan anastesi (obat bius) terlalu banyak.
5) Bayi Lahir Premature
Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena
lahir belum waktunya atau kurang dari 32 minggu. Kemungkinan
jaringan organ tubuh dan jaringan otaknya belum sempurna.
6) Berat Lahir Rendah
Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir
cukup bulan tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa terjadi
karena ibu kekurangan gizi pada saat hamil.
7) Pendarahan Otak
Pendarahan dibagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan
sehingga anak menderita hidrocephalus ataupun microcephalus.
Pendarahan juga dapat menekan jaringan otak hingga terjadi
kelumpuhan.
8) Bayi Kuning
Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya,
misalnya karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu ibu
bergolongan darah O sedangkan bayinya A atau B. Selain itu bayi
yang mengalami hiperbilirubenimia atau kuning yang tinggi, lebih
dari 20mg/dl hingga bilirubin besarnya melekat di jaringan otak
10
3
Evelyn C. Pearce, Anatomi Dan Fisiologo Untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2017. Hlm, 340.
4
Evelyn C. Pearce, Anatomi Dan Fisiologo Untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2017. Hlm, 341.
12
5
Evelyn C. Pearce, Anatomi Dan Fisiologo Untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2017. Hlm, 345-346.
14
5. Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi,
hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrowergryiri,
saluran suci dan berat otak rendah. CP digambarkan sebagai kekacauan
pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat non-progresive atau
luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsy dapat
diakibatkan dengan suatu dasar kelainan (struktural otak, awal sebelum
dilahirkan, perinatal atau luka-luka atau kerugian setelah melahirkan dalam
kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi) .
Dalam beberapa kasus manifestasi atau etiologi dapat berhubungan
dengan daerah anatomi. Misal CP yang berhubungan dengan kelahiran
prematur yang disebabkan oleh infark hipoksia atau perdarahan dengan
leukomalasia di daerah yang berdekatan dengan ventrikel lateral dalam
antetoid jenis CP yang disebabkan oleh kenikterus dan kelainan genetik
metabolisme seperti gangguan mitokondria. Hemiplegia cerebral palsy sering
dikaitkan dengan serangan serebral vokal sekunder ke intra uterin atau
trombo emboli perinatal biasnaya akibat trombosis ibu atau gangguan
pembekuan herediter.
a. Cedera Otak atau Perkembangan Otak Yang Abnormal
6
Evelyn C. Pearce, Anatomi Dan Fisiologo Untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2017. Hlm, 348.
15
7. Penatalaksanakan Kasus
a. Medik
Pengobatan kausal7 tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini
perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim antara dokter anak,
neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog,
fisioterapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa
dan orang tua pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut
membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu
diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien
yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan.
Fisioteraapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan Bedah
Bila terdapat hipertonus atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk
dilakukan pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan
7
Aditya Stephana Mahendra, Cerebral Palsy, Banjarmasin: Universitas Lampung RSUD ULIN, 2012.
19
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
sebral palsi di tegakkan9.
b. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS normal.
c. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
d. Foto rontgen kepala.
e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
f. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari reterdasi
mental.
11
Fitriyani, Laporan Hasil Tutorial Keperawatan Anak II Cerebral Palsy, Yogyakarta: Sekolah tinggi
Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah, 2013.
24
12
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid. 3, Yogyakarta: MediAction, 2015.
13
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid. 3, Yogyakarta: MediAction, 2015.
25
14
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid. 3, Yogyakarta: MediAction, 2015.
15
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid. 3, Yogyakarta: MediAction, 2015.
26
3. Implementasi
Implementasi keperawatan16 merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri maupun kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
4. Evaluasi
a. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.
b. Pasien mampu melakukan aktivitas.
c. Pasien mampu melakukan proses komunikasi dalam kekurangan yang
ada.
d. Pasien terhindar dari resiko cedera.
16
Prima Mahartanto, Laporan Pendahuluan Dengan Cerebral Palsy, Banjarbaru: Politeknik Kesehatan
Banjarmasin. 2014.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas maka penyusun dapat menyimpulkan
bahwa cerebral palsy adalah suatu kelainan otak yang ditandai dengan gangguan
mengontrol hingga timbul kesulitan dalam bergerak dan meletakkan posisi tubuh
disertai gangguan fungsi tubuh lainnya akibat kerusakan atau kelainan fungsi
bagian otak tertentu pada bayi atau anak dapat terjadi ketika bayi dalam
kandungan, saat lahir atau setelah lahir, sering disertai dengan epilepsy dan
ketidaknormalan bicara, penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian
otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.
Cerebraal palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis
neurologis. Spastik diplegia, untuk pertama kali dideskripsikan oleh Little
(1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai
cerebral palsy.
CP tidak disebabkan oleh satu penyebab. CP merupakan serangkaian
penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi memiliki penyebab yang
berbeda. Untuk mengetahui penyebab CP perlu digali mengenai hal bentuk
cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak serta onset penyakitnya.
Pada kondisi ini, otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan
mengalami kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas, ketika
penderita berjalana, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran
klinis ini membentuk karakteristik ritme berjalan, yang dikenal dengan gait
gunting (scissors gait).
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja
sama yang baik dan merupakan suatu tim antara dokter anak, neurolog, psikiater,
dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational
therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua pasien.
Diagnosa yang biasa sering muncul adalah hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan otot. Maka dari itu perawat melakukan beberapa
intervensi yaitu kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan,
27
28
berikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan pasien, libatkan anak dalam
mengatur jadwal harian dann memilih aktifitas yang diinginkan, bantu pasien
dalam pergerakan dan latikan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit
dan kolaborasikan dengan ahli fisioterapi. Sehingga pada saat evaluasi bisa
tercapai yang diharapkan yaitu pasien melakukan aktivitas.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengharapkan dalam memberikan
asuhan keperawatan dapat memberikan yang terbaik, sesuai dengan penelitian-
penelitian yang sudah ada. Dan sebagai tenaga kesehatan terutama perawat harus
lebih sering melakukan penyuluhan kepada masyarakat, agar mereka dapat
mencegah penyakit terkait pada sistem persyarafan terutama dengan penyakit
pada anak yaitu cerebral palsy.
DAFTAR PUSTAKA
29