Anda di halaman 1dari 4

BAGIAN ORTHOPEDI CASE BASED LEARNING

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EXTERNAL FIKSASI

Disusun Oleh:

Gita Ananda Pratiwi

Eka Risdayani

Pembimbing :

dr. Hendrian Chaniago, M.Kes, Sp.OT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ORTHOPEDI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
FIKSASI EKSTERNA

Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen
tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian
proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan
menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada
tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada
bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut
dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang
berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary treatment
untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe
trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak. Pada pelvis, kompresi oleh fiksasi eksterna
dapat menstabilisasikan pelvis, mengurangi perdarahan, sebagai penatalaksanaan resusitasi awal
dan sebagai definitive treatment pada beberapa trauma.

TIPE FIKSASI EKSTERNA

Terdapat beberapa tipe fiksasi eksterna yaitu :


 Pin fixators : unilateral, bilateral frame, V-shaped dan triangular.
 Ring (Wire fixator)
 Hybrid fixators (wire and pin) : tipe fiksasi eksternal yang digunakan untuk fraktur
tertutup pada sendi. Dinamakan hybrid karena terdiri dari wire fixation (3/4 ring fixator)
dengan pin fixator (fiksasi unilateral pada bagian diafisis).
 Pinless external fixators : tujuan utama desain dari pinless fixator adalah untuk
menghindari tembusnya pin kedalam kanalis medularis.
 Mefisto : merupakan teknik fiksasi eksterna yang baru diperkenalkan dan dirancang
untuk limb lengthening dan bone transport.
INDIKASI :
 Fraktur Terbuka
Fiksasi eksterna merupakan satu-satunya kemungkinan yang digunakan untuk
menstabilkan tulang pada fraktur terbuka, khususnya pada fraktur terbuka tipe III B dan
C. Dengan fiksasi eksterna maka dapat menghindari bertambahnya kerusakan pada
jaringan lunak, dan vaskularisasi tulang dapat berjalan dengan baik.
 Fraktur Tertutup
Pada fraktur tertutup, fiksasi eksterna jarang dilakukan, kecuali pada polytrauma yang
berat, atau terdapat luka memar yang berat pada fraktur tertutup.
 Polytrauma
Pada polytrauma yang berat, fiksasi eksterna dapat menjadi indikasi utama untuk
menstabilisasi multiple fractures.
 Fraktur pada Anak-anak
Pada anak-anak, meskipun terdapat polytrauma atau tidak, fiksasi eksterna tetap
merupakan indikasi terapi khususnya pada ekstremitas bawah atau pada kasus dengan
fraktur terbuka.
 Indikasi Khusus- articular fractures/ joint bridging
Rekonstruksi sendi yang tepat dan fiksasi yang stabil dengan kompresi interfragmen yang
dapat mengurangi nyeri pada pergerakan bebas merupakan terapi utama untuk articular
fractures. Tujuan ini dapat dilaksanakan dengan cara ORIF atau pada simpler fractures
dengan cara kombinasi lag-screw fixation dan hybrid fixator.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

A. KEUNTUNGAN FIKSASI EKSTERNA :


 Mengurangi kerusakan vaskuler pada tulang
 Mengurangi gangguan pada lapisan jaringan lunak.
 Sangat berguna untuk menstabilkan fraktur terbuka.
 Kekakuan pada fiksasi dapat diatur tanpa prosedur operasi
 Mengurangi resiko terjadinya infeksi.
 Cukup aman untuk digunakan pada kasus dengan infeksi pada tulang.
 Mobilisasi dapat cepat dilakukan oleh pasien, dan bagian tubuh dapat digerakkan dan
berpindah posisi tanpa adanya perasaan takut akan terjadi pergeseran pada tulang.
 Kompresi, netralisasi dan distraksi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna sesuai dengan
bentuk fraktur.
B. KERUGIAN FIKSASI EKSTERNA :
 Pin dan wires dapat menembus jaringan lunak
 Membatasi pergerakan sendi.
 Terdapat komplikasi pin-track pada penggunaan fiksasi eksterna yang lama.
 Secara mekanis pemasangan pin dan rangka fiksasi sulit dilakukan dan mudah terjadi
infeksi jika teknik pemasangannya tidak benar.
 Alat-alat pada fiksasi eksterna sangat mahal.
 Rangka fiksasi dapat terdiri dari beberapa rangkaian sehingga pasien merasa tidak
nyaman dan dengan alasan estetika.
METODE DAN TEKNIK PEMASANGAN
 METODE
Terdapat dua metode yang pada umumnya digunakan
untuk meletakkan pin yang digunakan pada fiksasi
eksterna yaitu :
1. Through-and-through, yaitu masing-masing pin
dimasukkan melalui kulit dan menembus fragmen
tulang kemudian keluar menembus kulit pada sisi
sebelahnya.
2. One-side (Cantilever system), yaitu pin
dimasukkan melewati fragmen tulang tetapi tidak
sampai menembus sampai pada sisi sebelah dan menonjol hanya pada salah satu sisi tubuh.

 TEKNIK PEMASANGAN
A. Teknik pin insertion
Sebelum dilakukan fiksasi, berikan tanda silang pada tempat atau daerah “safe Zone”
sebagai tempat untuk memasukkan pin dan meminimalkan resiko trauma pada sistem saraf,
pembuluh darah dan tendo.
1. Diafisis
• Untuk pemasangan pin pada bagian diafisis sangat penting bagi kita untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada tulang akibat rasa panas yang ditimbulkan pada saat memasukkan
pin atau schanz screws.
• Untuk memasukkan pin atau schanz screws secara tepat, maka pin tersebut harus mencapai
korteks pada bagian ujungnya tetapi tidak sampai menembus terlalu jauh. Dan untuk
mencapai sasaran yang tepat maka kita bisa menggunakan ukuran atau dibantu dengan
intraoperative x-ray.
• Jika pin yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks maka kemungkinan pin yang
digunakan agak pendek atau pin yang dimasukkan menembus bagian lain. Dan dari
gambaran x-ray kontrol akan tampak ‘empty hole’ pada bagian ujung korteks yang berarti
skrup yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks.
2. Metafisis
Untuk pemasangan pada bagian metafisis terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan
pada saat akan memasukkan pin atau schanz screw yaitu :
• Tidak membuat trauma pada pembuluh darah dan nadi.
• Tidak meletakkan pin pada sendi.
• Menghindari fracture lines.
• Menggunakan self-drilling screws pada tulang metafisis.

B. Frame construction
a. Tampak gambaran ilustrasi penatalaksanaan ‘fixator first’ untuk complex open fracture.
b. Pada setiap fragment tulang, pin dipasang berdasarkan kondisi jaringan lunak.
c. Hubungkan pin pada rangka atau bar yang memiliki dua pengait untuk mereposisi.
d. Setelah direposisi, kedua bars dihubungkan dengan tube ketiga dan dilakukan tube-to-tube
clamps.
e. Tampak pada tulang fibula juga difiksasi untuk menjaga stabilisasi.

Anda mungkin juga menyukai