Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CLAVICULA

Oleh :
Agung Laksmana
2030006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HANG TUAH SURABAYA
TA. 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVICULA

1. Definisi
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada kontinuitas struktur
tulang dan didefiniskan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi
ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang meremukkan,
gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena kontraksi otot yang
ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya juga terganggu, menyebabkan
edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon,
gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur klavikula (tulang selangka) adalah cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau pukulan langsung ke bahu (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus
atau tertarik keluar (outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan
tangan sampai clavicula (Muttaqin, 2012).

2. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor (R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010).
a. Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung
pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah
tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan
b. Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.
c. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang
lebih besar dari pada daya tahan tulang.
d. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
e. Usia penderita.
f. Kelenturan tulang dan jenis tulang.

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri akut, kehilangan fungsi, deformitas,
krepitus, dan edema lokal serta ekimosis (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur klavikula dapat menyebabkan bahu dan lengan bisa terasa lemah,
mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah.
Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain
untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Smeltzer dan Bare,
2013).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri
tekan pada daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap
gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen
patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal
pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang.

4. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang
luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks
(masih ada korteks yang utuh).
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2014) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman
tahun 2007 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 2008, yang membagi patah
tulang klavikula menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula
(insidensi kejadian 75 - 80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular
(conoid dan trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua - duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
5. (WOC) Web Of Caution

6. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula menurut (Helmi, 2012) adalah tulang pertama
yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke
lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang
scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu
mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal
tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada
umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang
terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena
posisinya yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk
patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang
keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada
tulang akan menyebabkan fraktur.
7. Komplikasi
Komplikasi pada fraktur clavicula menurut (R. Sjamsuhidajat dan Wim De
Jong, 2010) dapat berupa:
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Sindrom kompartemen
c. Fat Embolism Syndrome
d. Infeksi
e. Syok
2. Komplikasi lanjut
a. Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010)
yaitu :
a. Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui,
Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju endap darah
(LED) meningkat
b. Radiologi : X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan
metalikment.
c. Venogram (anterogram) : mengambarkan arus vaskularisasi
d. CT Scan : untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
e. Rontgen : yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
f. Scan tulang atau MRI : yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,
apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan
pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses
pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi
daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari
pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari (Brunner dan Suddarth,
2014).
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
10. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
- Identitas Klien : Identitas digunakan untuk mengetahui klien yg
mengalami Fraktur
- Keluhan Utama : Nyeri akut
- Riwayat Penyakit Sekarang : CF Clavicula Sinistra
- Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat
- Riwayat Penyakit Keluarga : penyakit keturunan (hipertensi, DM,
ashma).
- Pemeriksaan Fisik B1-B6
1) Keadaan umum
Keadaan lemah, kesadaran baik, perlu adanya observasi TTV
2) Sistem Breathing (B1)
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien
fraktur clavicula tidak mengalami kelainan pernapasan.
3) Sistem Blood (B2)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus
teraba, auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
4) Sistem Brain (B3)
Kepala, leher, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan faring
normal
5) System Bladder (B4)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami
gangguan.
6) System Bowel (B5)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi
turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba.
Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi
peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
7) System Bone (B6)
Adanya fraktur kruris akan mengalami secara lokal, baik fungsi
motorik, sensorik maupun peredaran darah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PPNI, 2016)


Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma) (D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (tindakan
pembedahan) (D.0080)
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074)
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif pembedahan
(D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
strukture tulang (D.0054)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN (PPNI, 2018a)
Pre Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Manajemen Nyeri (I.08238)
agen pencedera fisik. (D.0077) selama......x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
nyeri pasien menurun dengan KH: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(L.08066) (PPNI, 2018b) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
- Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Sikap protektif menurun
memperingan nyeri
4. Gelisah menurun
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Kesulitan tidur menurun
tentang nyeri
6. Frekuensi nadi membaik
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.Pemberian Analgesik (I.08243)


Observasi:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
- Diskusikan jenis analgesik
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
- Tetapkan target efektifitas analgesik
- Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik
Edukasi:
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Reduksi Ansietas (I.09314)
ancaman terhadap konsep diri selama......x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
(tindakan pembedahan). (D.0080) ansietas pasien menurun dengan KH: - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Identifikasi kemampuan mengambil
(L.09093)
keputusan
1. Perilaku gelisah menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku tegang menurun Terapeutik:
3. Verbalisasi kebingungan - Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun menumbuhkan kepercayaan
4. Verbalisasi khawatir akibat - Pahami situasi yang membuat ansietas
kondisi yang dihadapi menurun - Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Konsentrasi membaik - Gunakan pendekatan yang tenang dan
6. Pola tidur membaik meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi:
- Jelaskan prosedur tindakan
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Terapi Relaksasi (I.09326)
berhubungan dengan gejala selama......x24 jam diharapkan status Observasi:
penyakit (D.0074) kenyamanan meningkat dengan KH: - Identifikasi teknik relaksasi yang efektif
(L.08064) digunakan
1. Keluhan tidak nyaman menurun - Identifikasi kesediaan dan kemampuan
2. Gelisah menurun - Periksa ttv sebelum dan sesudah latihan
3. Keluhan sulit tidur menurun - Monitor respon terhadap terapi relaksasi
4. Mual menurun Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
- Berikan informasi tentang prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan nada suara yang sopan dan lembut
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi latihan
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik (prosedur operasi). selama......x24 jam diharapkan tingkat Observasi:
nyeri pasien menurun dengan KH: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(D.0077) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
(L.08066)
- Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
- Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Sikap protektif menurun
memperingan nyeri
4. Gelisah menurun
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Kesulitan tidur menurun
tentang nyeri
6. Frekuensi nadi membaik
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.Pemberian Analgesik (I.08243)


Observasi:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
- Diskusikan jenis analgesik
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
- Tetapkan target efektifitas analgesik
- Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik
Edukasi:
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Pencegahan infeksi (I.14539)
dengan efek prosedur invasif selama......x24 jam diharapkan tingkat Observasi :
pembedahan (D.0142) infeksi pasien menurun dengan KH: - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
(L.14137) sistemik
1. Demam menurun Terapeutik:
2. Kemerahan menurun - Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun - Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
5. Nafsu makan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
6. Kadar sel darah putih membaik - Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat / imunisasi, jika
perlu
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Dukungan Ambulasi (I.06171)
berhubungan dengan kerusakan selama......x24 jam diharapkan Observasi :
mobilitas fisik pasien meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
integritas strukture tulang (D.0054)
dengan KH: (L.12111) lainnya
1. Pergerakan ekstermitas - Identifikasi toleransi fisik melakukan
meningkat ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan
3. Rentang gerak (ROM) meningkat ambulasi
4. Nyeri menurun Terapeutik:
- Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam melakukan ambulasi
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth (2014) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Helmi, Z. N. (2012) Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2012) Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek
Klinik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 1st edn. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 1st edn. Jakarta:
DPP PPNI.
R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong (2010) Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd edn.
Jakarta: EGC.
Smeltzer dan Bare (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth. 8th edn. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai