FRAKTUR CLAVICULA
Oleh :
Agung Laksmana
2030006
1. Definisi
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada kontinuitas struktur
tulang dan didefiniskan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi
ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang meremukkan,
gerakan memuntir yang mendadak, atau bahkan karena kontraksi otot yang
ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya juga terganggu, menyebabkan
edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon,
gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur klavikula (tulang selangka) adalah cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau pukulan langsung ke bahu (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus
atau tertarik keluar (outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan
tangan sampai clavicula (Muttaqin, 2012).
2. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor (R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010).
a. Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung
pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah
tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan
b. Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.
c. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang
lebih besar dari pada daya tahan tulang.
d. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
e. Usia penderita.
f. Kelenturan tulang dan jenis tulang.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri akut, kehilangan fungsi, deformitas,
krepitus, dan edema lokal serta ekimosis (Brunner dan Suddarth, 2014).
Fraktur klavikula dapat menyebabkan bahu dan lengan bisa terasa lemah,
mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah.
Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain
untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Smeltzer dan Bare,
2013).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri
tekan pada daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap
gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen
patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal
pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang.
4. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang
luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks
(masih ada korteks yang utuh).
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2014) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman
tahun 2007 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 2008, yang membagi patah
tulang klavikula menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula
(insidensi kejadian 75 - 80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular
(conoid dan trapezoid).
Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua - duanya.
Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
5. (WOC) Web Of Caution
6. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula menurut (Helmi, 2012) adalah tulang pertama
yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke
lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang
scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu
mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal
tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada
umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang
terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena
posisinya yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk
patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang
keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada
tulang akan menyebabkan fraktur.
7. Komplikasi
Komplikasi pada fraktur clavicula menurut (R. Sjamsuhidajat dan Wim De
Jong, 2010) dapat berupa:
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Sindrom kompartemen
c. Fat Embolism Syndrome
d. Infeksi
e. Syok
2. Komplikasi lanjut
a. Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010)
yaitu :
a. Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui,
Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju endap darah
(LED) meningkat
b. Radiologi : X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan
metalikment.
c. Venogram (anterogram) : mengambarkan arus vaskularisasi
d. CT Scan : untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
e. Rontgen : yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
f. Scan tulang atau MRI : yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,
apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan
pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses
pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi
daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari
pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari (Brunner dan Suddarth,
2014).
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
10. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
- Identitas Klien : Identitas digunakan untuk mengetahui klien yg
mengalami Fraktur
- Keluhan Utama : Nyeri akut
- Riwayat Penyakit Sekarang : CF Clavicula Sinistra
- Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat
- Riwayat Penyakit Keluarga : penyakit keturunan (hipertensi, DM,
ashma).
- Pemeriksaan Fisik B1-B6
1) Keadaan umum
Keadaan lemah, kesadaran baik, perlu adanya observasi TTV
2) Sistem Breathing (B1)
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien
fraktur clavicula tidak mengalami kelainan pernapasan.
3) Sistem Blood (B2)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus
teraba, auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
4) Sistem Brain (B3)
Kepala, leher, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan faring
normal
5) System Bladder (B4)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami
gangguan.
6) System Bowel (B5)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi
turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba.
Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi
peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
7) System Bone (B6)
Adanya fraktur kruris akan mengalami secara lokal, baik fungsi
motorik, sensorik maupun peredaran darah
Brunner dan Suddarth (2014) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Helmi, Z. N. (2012) Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2012) Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek
Klinik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 1st edn. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 1st edn. Jakarta:
DPP PPNI.
R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong (2010) Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd edn.
Jakarta: EGC.
Smeltzer dan Bare (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddarth. 8th edn. Jakarta: EGC.