Anda di halaman 1dari 18

Universitas Faletehan

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


CLOSE FRAKTUR CLAVICULA SINISTRA
DI RUANG MELATI 1 RSUD dr. DRAJAT PRAWIRANEGARA

BELLA ANDRIYANI
5020031015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2021
1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah gangguan atau terputusnya kontinuitas dari
struktur tulang (Black & Hawks, 2014). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada
hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen
tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (De Jong, 2010).

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian


depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau
clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas
pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang
mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan
beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan
beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnya
kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).

Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial


melengkung lebih besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih
kecildan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut ekstremitas
sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut
ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder
komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena
memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi
synovial dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular
joint, acromioclavicular joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial
adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan
terputus atau tertarik keluar karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan
sampai clavicula (Muttaqin, 2012). Close fraktur clavicula adalah gangguan
atau terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh trauma
langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
yang tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.

2. ETIOLOGI PENYAKIT
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi
retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun.
Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang
tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah
dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).

Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat


dibedakan menjadi:
a. Cedera Traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan.
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga
menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak.
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali.
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

3. KLASIFIKASI PENYAKIT
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan
fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan
lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus sedera ditangani karena resiko infeksi.

Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
a. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada
bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
berhubungan dengan bagian luar.
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka
pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara
luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang
patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua
fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka
memerlukan pertolongan lebih cepat karena terjadinya infeksi dan faktor
penyulit lainnya.
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas
terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi.

Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara lain :


a. Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Fraktur ini , segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direkduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-
segmen ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari
dua fragmen tulang.
c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap
tulang.
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur
jenis ini biasanya sulit ditangani.
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang yang berada diantara vertebra.
f. Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas. Fraktur ini menimbulkan
sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi.

4. TANDA DAN GEJALA KLINIS (MANIFESTASI KLINIS)


Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui
kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk
mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011 ).

5. PATOFISIOLOGI
Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen tulang
keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang dapat
memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan
bakteri. Tertariknya segmen karena kejang otot pada area fraktur sehingga
disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarnakan oleh stres
yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya. Multiple fraktur dapat
disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,
dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan
disekitarnya akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan keotot dan sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan
pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Smeltzer, 2001).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi multiple fraktur,
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya (Smeltzer, 2001).

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada
orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi
pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada
bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses
pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih
tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada
hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :


1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak
semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :


1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek
di kulit.
2. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula
patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan
digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi Pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan
jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini
membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan
lengan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
meningkat didalam darah.
b. Rontgen : Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
c. Scan tulang, tomogram, CT-Scan/MRI : Memperlihatkan fraktur dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
8. KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergency splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Kompartemen syndrom.
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh odema atau peredaran arah yang
menekan otot, tulang, saraaf dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
3) Fat embolism syndrom
Kompilasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipneu dan demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena pengunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat .
5) Avaskuler nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AV) terjadi karena aliran daarah ke tulang rusak
atau terganngu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebakan menurunnya oksigenasi
b. Komplikasi lanjut.
Biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah terjadinya
fraktur paada pasien yang telah menjalani proses pembedahan. Menurut
kutipan dari Smeltzer dan Bare (2013), komplikasi ini dapat berupa:
1) Komplikasi pada sendi seperti kekakuan sendi yang menetap dan
penyakit degeneratif sendi pasca trauma.
2) Komplikasi pada tulang seperti penyembuhan fraktur yang tidak
normal (delayed union, mal union, non union).
3) Komplikasi pada otot seperti atrofi otot dan rupture tendon lanjut.
4) Komplikasi pada syaraf seperti tardy nerve palsy yaitu saraf menebal
akibat adanya fibrosis intraneural

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN FOKUS


a. Wawancara
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan kepada pasien apakah pasien sedang menderita gangguang
pernapasan, pusing, kelelahan.

 Riwayat Kesehatan Lalu


Tanyakan apakah pasien pernah memiliki riwayat jatuh atau
kecelakaan sebelumnya, apakah pasien pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya, jika ya berapa lama, menderita penyakit apa. Tanyakn
pada pasien apakah memiliki riwayat merokok, jika ya berapa lama.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan apakah keluarga pasien memiliki penyakit keturunan seperti
DM, Hipertensi, penyakit jantung ataupun penyakit hepatik lainnya.
 Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
Sistem Muskuloskeletal
- Postur tubuh
- Gaya berjalan
- Kekuatan otot
- Sensasi kulit
- Tekstur kulit
- Refleks bisep, trisep, patella
- Kesimetrisan ekstremitas
- Kaji luka jika ada
- Ada nanah tidak
- Ada jaringan lain tidak
- Warna kemerahan tidak

Sistem Integumen
- Sensasi kulit
- Tekstur kulit
- Kelembaban kulit
- Kaji luka jika ada
- Ada nanah tidak
- Ada jaringan lain tidak
- Warna kemerahan tidak
10. PATHWAY

Trauma

Fraktur

Perubahan struktur jaringan

Kerusakan struktur Kerusakan struktur


Kerusakan Kulit
tulang tulang
Pelepasan zat kimiator histamin,
Gangguan Mobilitas Penurunan mobilitas
bradikinin, prostaglandin
Fisik
Gangguan Integritas
Dipersepsikan nyeri oleh
Kulit/Jaringan
hipotalamus

Nyeri Akut
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS Trauma D.0077 Nyeri akut
- Mengeluh nyeri
DO Fraktur
- Tampak meringis,
- bersikap protektif, Perubahan struktur
- gelisah, jaringan
- frekuensi nadi meningkat,
- sulit tidur, Kerusakan Kulit
- tekanan darah meningkat,
- pola nafas berubah, Pelepasan zat kimiator
- nafsu makan berubah, histamin, bradikinin,
- proses berfikir terganggu, prostaglandin
- menarik diri,
- berfokus pada diri sendiri, Dipersepsikan nyeri
- diaforesis oleh hipotalamus

SDKI, 172 Nyeri Akut

2 DO Trauma D.0192 Gangguan


- kerusakan jaringan dan/atau lapisan Integritas Kulit /
kulit Fraktur Jaringan
- nyeri
- perdarahan Kerusakan struktur
- kemerahan tulang
- hematoma
Penurunan mobilitas
SDKI, 282
Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan

3 DS Trauma D.0054 Gangguan


- Mengeluh sulit menggerakan Mobilitas Fisik
ektremitas Fraktur
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan Kerusakan struktur
- Merasa cemas tulang
DO
- Kekuatan otot menurun Gangguan Mobilitas
- ROM menurun Fisik
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
SDKI, 124
RUMUSAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik ditandai oleh Mengeluh nyeri,
Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Penurunan Mobilitas ditandai
oleh kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan struktur tulang ditandai oleh
Mengeluh sulit menggerakan ektremitas, Nyeri saat bergerak, Enggan melakukan
pergerakan, Merasa cemas, Kekuatan otot menurun, ROM menurun, Sendi kaku, Gerakan
tidak terkordinasi, Gerakan terbatas, Fisik lemah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Aktivitas


(SLKI) SIKI SIKI
D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan I.08238 Observasi :
berhubungan dengan agen keperawatan selama 3x24 Manajemen - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik ditandai oleh : jam maka L.08066 Tingkat Nyeri intensitas nyeri, skala nyeri
DS Nyeri menurun dengan SIKI, 201 - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Mengeluh nyeri kriteria hasil : memperingan nyeri
DO - Keluhan nyeri
- Tampak meringis, menurun Terapeutik :
- bersikap protektif, - Meringis menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk
- gelisah, - Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
- frekuensi nadi meningkat, - Frekuensi nadi - Kontrol lingkungan yang memperberat
- sulit tidur, membaik nyeri
- tekanan darah meningkat, - Tekanan darah
- pola nafas berubah, membaik Edukasi :
- nafsu makan berubah, SLKI, 145 - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- proses berfikir terganggu, - Anjurkan menggunakan analgetik secara
- menarik diri, tepat
- berfokus pada diri - Ajarkan teknik non farmakologis untuk
sendiri, mengurangi rasa nyeri
- diaforesis
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
SDKI, 172
D.0192 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan I.11353 Observasi :
kulit dan/atau jaringan
keperawatan selama 3x24 jam Perawatan - Identifikasi penyebab gangguan integritas
berhubungan dengan
maka L14125 Integritas Kulit integritas kulit kulit
penurunan mobilitas ditandaidan Jaringan meningkat SIKI, 316
oleh : dengan kriteria hasil : Terapeutik :
DO - Elastisitas meningkat - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
- kerusakan jaringan - Kerusakan jaringan tulang, jika perlu
dan/atau lapisan kulit menurun - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
- nyeri - Kerusakan lapisan kulit kulit kering
- perdarahan menurun
- kemerahan - Nyeri menurun Edukasi :
- hematoma - Perdarahan menurun - Anjurkan menggunakan pelembab
- Kemerahan menurun - Anjurkan minum air yang cukup
SDKI, 282 - Hematoma menurun - Anjurkan menghidari terpapar suhu ekstrem
- Jaringan parut menurun
- Sensasi membaik
SLKI, 33
D.0054 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan I.05173 Observasi :
fisik berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Dukungan - Identifikasi adanya nyeri atau kelemahan
kerusakan struktur tulang maka L.05042 Mobilitas Fisik Mobilisasi fisik lainnya
ditandai oleh : meningkat dengan kriteria SIKI, 30 - Identifikasi toleransi fisik melakukan
DS hasil: pergerakan
- Mengeluh sulit - Pergerakan ekstremitas - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
menggerakan ektremitas meningkat darah sebelum memulai mobilisasi
- Nyeri saat bergerak - Kekuatan otot meningkat
- Enggan melakukan - Rentang gerak (ROM)
pergerakan meningkat
- Merasa cemas - Nyeri menurun Terapeutik :
DO - Kecemasan menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Kekuatan otot menurun - Kelemahan fisik menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
- ROM menurun SLKI, 65 dalam meningkatkan pergerakan
- Sendi kaku
- Gerakan tidak Edukasi :
terkordinasi - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Gerakan terbatas - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Fisik lemah

SDKI, 124
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012, Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan


Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai