Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN INTREGUMEN (FRAKTUR)

Dosen Pembimbing: Wiwin Priyantari,S.Kep.,Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH :

RIKA FEBRIYANTI (20310186)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan dan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan diagnosa
medis “Fraktur”

Telah diterima dan di sahkan oleh pembimbing akademik institusi Program Study Profesi
Ners STIKes Yogyakarta :
Nama : RIKA FEBRIYANTI
NIM : 20310186
Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Yogyakarta, Desember 2020

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Wiwin Priyantari, S.Kep.,Ns., M.Kes Rika Febriyanti


A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka
sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka
organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2010).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2011).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2011).

B. Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur
pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakityang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
C. Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya
tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera.
6. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien.Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya
fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
E. Pathway
Trauma
Kondisi patologis,
osteoporosis, neoplasma Langsung/ tidak langsung

Absorbsi calcium

perdarahan Defisit volume


Rentan fraktur FRAKTUR
cairan

Konservatif Tindakan Bedah

Bidai Gips Traksi

Pre op Intra Op Post Op

Gg. Mobilitas Perfusi jaringan Defisit pengetahuan Perdarahan Efek anestesi Luka insisi
fisik perifer tidak efektif

Cemas Mual, muntah Inflamasi bakteri


Defisit volume cairan

Nutrisi kurang dari kebutuhan


Resiko Cedera
Resiko infeksi
Perubahan status Cedera sel Luka terbuka Reaksi
Diskontuinitas
kesehatan peradangan
fragmen tulang

Kurang
Edema
informasi Degranulasi Terapi Lepasnya lipid Port de’ entri
Gg. Integritas
sel mast restrictif pada sum-sum kuman
kulit
tulang
Pelepasan Penekanan pada
Kurang Gg. Mobilitas Terabsorbsi Resiko Infeksi
mediator jaringan vaskuler
pengetahuna fisik masuk
n kimia
kealiran darah
Nekrosis Penurunan
Korteks Nociceptor Oklusi arteri Jaringan paru aliran darah
serebri Emboli paru

Medulla Resiko
Gangguan pertukaran Penurunan laju Luas permukaan
Nyeri spinali disfungsi
gas difusi paru menurun
neurovaskuler
F. Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka
jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat
diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
pemasangan bidai atau gips.
 Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Gambar10. Pembidaian

 Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.Gips yang
ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :

o Immobilisasi dan penyangga fraktur


o Istirahatkan dan stabilisasi
o Koreksi deformitas
o Mengurangi aktifitas
o Membuat cetakan tubuh orthotik
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu
diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi
eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan
segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara
lain :

 Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan
emergency

 Traksi mekanik, ada 2 macam :


o Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.
Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

o Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

 Mengurangi nyeri akibat spasme otot


 Memperbaiki & mencegah deformitas
 Immobilisasi
 Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
 Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :

 Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik


 Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan
 Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
 Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
 Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

Gambar12. Traksi

b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada


pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin
adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi
terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan
diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur.
Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka.
Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal
kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-
alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

 Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah


 Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
 Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
 Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
 Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus
yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan
fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan

1) FIKSASI INTERNA
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur
lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya
dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi.
Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa
jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu menyebabkan non-union.

Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas


longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat
dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu
setelah fraktur.Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko
infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma


yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa
pemendekan.Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang
dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
Gambar13. Fiksasi internal

2) FIKSASI EKSTERNA
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat
pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace
dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

Gambar14. Fiksasi eksternal


3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan
dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.Maka
dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.

2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans


3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot
meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi
pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.

H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada
otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada
luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada
kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan
paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia)
dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.Hal ini
terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup
dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang
kurang baik.Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh).Patogen dapat masuk melalui luka fraktur
terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang,
fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur –
fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar

I. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
3. Gangguan integritas jaringan b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
4. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

J. INTERVENSI KEPERAWWATAN
Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan keperawatan selama 3x shif jaga
dengan agen (7 jam) klien diharapkan : 1. Observasi tanda non verbal
cedera fisik dari ketidaknyamanan
Pain Control 2. Control factor lingkungan
yang mempengaruhi
- Klien mampu melaporkan ketidaknyamanan
nyerinya 3. Kaji factor yang
- Klien mampu mengontrol mengakibatkan
nyerinya kedidakyamanan
Pain Level 4. Kaji pengetahuan dan
kepercayan terhadap nyeri
- Tidak ada ekspresi wajah 5. Kaji penyebab, kualitas,
dari nyeri/ketidaknyamanan lokasi, skala dan
- Tidak ada diaphoresis waktu/durasi nyeri.
- Tidak ada kelemahan 6. Ajarkan manajemen nyeri
- Respirasi dalam batas non farmakologi dengan
normal (12-24 x/menit) nafas dalam
- Nadi dalam batas normal 7. Kolaborasi dengan dokter
(60-100x/menit) pemberian analgesic
Distraction

1. Dorong individu memilih


teknik distraksi yang ia
sukai seperti music,
percakapan yang menarik,
atau humor.
2. Evaluasi dan dokumentasi
respon dari teknik distraksi
Simple massage

1. Hindari terlalu banyak


percakapan selama pemijata
kecuali menggunakan teknin
distraksi
2. Dorong klien menarik nafas
dalam dan relaks selama
pemijatan

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation


mobilitas fisik keperawatan selama 3x shif (7 1. Monitoring vital sign
jam) jaga klien diharapkan :
Berhubungan sebelm/sesudah latihan dan
dengan Joint Movement : Active lihat respon pasien saat
kerusakan latihan
rangka  Klien meningkat dalam 2. Konsultasikan dengan terapi
neuromuskuler aktivitas fisik fisik tentang rencana
, nyeri, terapi  Mengerti tujuan dari ambulasi sesuai dengan
restriktif peningkatan mobilitas kebutuhan
(imobilisasi)  Memverbalisasikan perasaan 3. Bantu klien untuk
dalam meningkatkan kekuatan menggunakan tongkat saat
dan kemampuan berpindah berjalan dan cegah terhadap
 Memperagakan penggunaan cedera
alat Bantu untuk mobilisasi 4. Ajarkan pasien atau tenaga
(walker) kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Wound Care
integritas keperawatan selama 3x shif jaga
jaringan (7 jam) klien diharapkan : 1. Catat karakteristik luka,
berhubungan tentukan ukuran dan
dengan faktor Wound Healing kedalaman luka dan
mekanik klasifikasi pengaruh ulcers
- luka mengecil dalam ukuran 2. Catat karakteristik cairan
(Koyakan/robe dan peningkatan granulasi
kan) faktor sekret yang keluar
jaringan baru. 3. Bersihkan dengan cairan anti
mekanik (luka - Angka leukosit normal
insisi post bakteri
- Tanda-Tanda infeksi 4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9
operasi) berkurang %
5. Lakukan nekrotomi
6. Lakukan tampon yang sesuai
7. Dresing dengan kasa steril
sesuai kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan tekhnik dresing
steril ketika melakukan
perawatan luka
10. Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
11. Berikan posisi terhindar dari
tekanan
JUDUL JURNAL:
JURNAL SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN INTREGUMEN
Sitti Maryam Bachtiar | Volume 09 | Nomor 02 | Mei 2018

PENERAPAN ASKEP PADA PASIEN NY. N DENGAN POST OPERASI FRAKTUR


FEMUR DEXTRA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

Akper Muhammadiyah Makasaar


Email: sittimaryam.bachtiar@yahoo.com

KASUS

Klien perempuan, dengan usia 64th datang ke RS TK II Pelamonia Makassar dengan post
operasi fraktur femur dextra dengan keluhan tidak bisa berktivitas seperti biasanya, klien
mengatakan takut untuk bangun ditempat tidurnya karena klien mengalami fraktur dan tidak bisa
beraktivitas tanpa bantuan anak, cucu karena terdapat luka operasi fraktur pada bagian ektemitas
bawah bagian kanan. Klien mengatakan merasa letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energy seperti biasanya. Klien juga mengatakan nyeri saat bergerak pada kaki kanannya, kulitas
nyerinya tidak terus menerus tetapi terasa berdenyut, menjalar ke paha samapai kelutut, dengan
skala nyeri 4 karena klien mengalami fraktur tertutup. Klien juga mengatakan bahwa klien
mempunyai riwayat DM.
KONSEP ASKEP KLIEN DENGAN FRAKTUR

      PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Nama : Ny.N
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No RM : 20310168xxx
Ruang : Asoka
Alamat rumah : Makasar
Agama :-
Suku bangsa : Bugis (Indonesia)
Status pendidikan :-
Pekerjaan klien :-
Keluhan utama : Kien mengeluh tidak bisa berktivitas seperti biasanya, klien mengatakan
takut untuk bangun ditempat tidurnya karena klien mengalami fraktur dan
tidak bisa beraktivitas tanpa bantuan anak, cucu karena terdapat luka
operasi fraktur pada bagian ektemitas bawah bagian kanan. Klien
mengatakan merasa letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energy
seperti biasanya. Klien juga mengatakan nyeri saat bergerak pada kaki
kanannya, kulitas nyerinya tidak terus menerus tetapi terasa berdenyut,
menjalar ke paha samapai kelutut.
Diagnose medis : Fraktur Femur Dextra

a) Riwayat penyakit saat ini


Klien datang ke RS dengan keluhan merasa letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energy
seperti biasanya. Klien juga mengatakan nyeri saat bergerak pada kaki kanannya, kulitas
nyerinya tidak terus menerus tetapi terasa berdenyut, menjalar ke paha samapai kelutut. Klien
juga merasakan takut untuk bangun ditempat tidurnya karena klien mengalami fraktur dan
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya tanapa bantuan orang lain.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM.

c) Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan atau penyakit menular dalam keluarganya.

d) Riwayat Psikososial
Perasaan klien terhadap penyakitnya: -
Bagaimanacara mengatasinya penyakit: -
Bagaimana prilaku klien pada tindakan yang dilakukan terhadap dirinya: -

e) Pola Aktivitas Sehari-Hari

SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT MASUK RUMAH SAKIT

Makan 2x sehari,komposisi nasi, sayur, lauk 3x sehari, komposisi nasi, sayur ,lauk.
pauk Porsi dihabiskan

Minum Air putih ±8 gelas ±1500ml sehari, terdiri dari air putih

Pola Eliminasi BAB 1x sehari, pada pagi hari BAB 1x sehari, pada pagi hari konsistensi
konsistensi lunak lunak
BAK 5x sehari, warna kuning, jernih BAK 5x sehari, warna kuning, jernih dan
dan lancar lancar

Pola istirahat Siang ±2 jam. Siang ±2 jam


dan tidur Malam ±6 jam Malam ±7 jam

Kebersihan diri Mandi 2x sehari Mandi 2x sehari,


Gosok gigi 2x sehari Gosokgigi 1x sehari
Keramas 2x seminggu Keramas –
Potong kuku 1x seminggu Potong kuku-
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Klien tampak gelisah, letih dan wajah meringis kesakitan menahan nyeri yang
dirasakan,. Kesadaran compos mentis.
2) Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran
- Tensi             : 130/70 mmHg
- Suhu             : 36,5°C
- Nadi             : 82x/menit
- RR                : 20x/ menit

a.  Pemeriksaan kepala
a) Rambut tebal dan lebat , beruban (jarang-jarang), dan bersih. Wajjah
berbentuk bulat, tidak ada kesan sembab, simetris, kulit kepala bersih
tidak terdapat kotoran ketombe.
b) Mata lengkap, tidak ada ikterik, dan konjungtiva tidak pucat
c) Hidung lengkap, tidak terpasang 02 , tidak terjadi peradangan.
d) Bibir lembab, tidak ada luka, gigi ada yang tanggal, lidah merah dan
tidak kotor, tidak berbau dan tidak ada peradangan.
e) Telinga lengkap, simetris, ukuran sedang, tidak ada serumen/ benda
asing/ perdarahan.
b.  Pemeriksaan Leher
Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak
ada pembeseran kelenjar limfe.

c. Dada dan thorak (Paru dan Jantung)


Dada anterior posterior

Inspeksi        :
- Gerakan dinding dada tidak ada yang tertinggal.   
- Frekuensi pernafasan 20 kali/menit
- Pergerakan asimetris

Auskultasi    :
- Suara vesikuler
- Tidak ada ronchi.
- Tidak ada wheezing.
Perkusi         :
-

Palpasi          :
- Tidak terpasang WSD

d.  Abdomen
- Inspeksi: bentuk normal, tidak ada asites maupun pembengkakan.
- Auskultasi : peristaltik usus 28x/menit
- Palpasi : tidak ada masa, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar.
- Perkusi : timpani, tidak ada cairan.

e. Genetalia
- Tidak di kaji.

f.  Ekstrimitas:
Atas :        4        4
 Bawah :       3      2

                                        
ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 D S: Kerusakan Rangka Hambatan Mobilitas
- Klien mengatakan kaki Neuromuskuler Fisik
terasa bengkak dan sedikit (SDKI 124)
nyeri
DO:
- Klien tampak berbaring
selama 24 jam,
- TTV
TD: 130/70mmHg
S: 36,5˚C
RR: 20x/menit
N: 82x/menit
- Klien tampak kesulitan
membolak balikan posisi,
- Nampak terpasang spalak
pada area yang sudah
dioperasi
- Terlihat pucat, bengkak,
dan nyeri
- Pasien menggerakan kaki
sebelah kanan dengan
bantuan perawat

2 DS: Menurunnya Intoleransi Aktivitas


- Klien mengeluh pergerakan Kekuatan Otot (SDKI 128)
sendi terbatas pada area
yang mengalami fraktur
DO:
- Klien tampak bebaring di
tempat tidur
- Klien tampak takut untuk
melawan gravitasi yang
diberikan
- Pergerakan sendi pada klien
terbatas pada area yang
menglami fraktur
- Tekanan darah meningkat
setelah melakukan aktivitas
- Kekuatan otot hari pertama
2 dan hari ke dua 3
3 DS: Gangguan Defisit Perawatan
- Klien mengatakan di bantu Neuromuskuler Diri
oleh pihak keluarga saat (SDKI 240)
melakukan aktivitas baik
makan, minum, dan
membersihkan diri
DO:
- Klien tampak berbaring
terus menerus
- Badan klien terasa bau
- Klien dibantu untuk
mengganti pakaian dan
makan
- Sprei nampak tidak rapi
- Ketidakmampuan
personalhygiene klien yang
di bantu keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler


2. Intoleransi Aktivvitas berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan neuromuskular
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.N Ruang : Asoka

Umur : 64 Tahun No RM: 20310186xx

No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional Paraf


1 08/05/2018 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam pasien a. Observasi TTV a. Mengetahui Ns. Rika
09:00 WIB Mobilitas Fisik diharapkan: b. Kaji kemampuan keadaan umum
berhubungan  Mampu mempertahankan pergerakan pasien untuk pasien
dengan Indikator awal Tujuan mobilisasi b. Mengetahui
kerusakan c. Pertahankan peningkatan
Keseimbangan 2 3
rangka poostur tubuh aktivitas pasien
neuromuskuler Cara berjalan 2 3 keposisi yang dalam melakukan
nyaman aktivitas yang
Gerakan otot 2 3 d. Lakukan latihan dilakukan
aktif maupun pasif c. Mencegah iritasi
Berjalan 2 3 e. Tingkatkan dan mencegah
Bergerak dengan 2 4 aktivitas sesuai komplikasi
mudah batas toleransi d. Meningkatkan
Keterangan: f. Berikan terapi nyeri sirkulasi dan
1. Gangguan ekstrem jika ada indikasi mencegah
2. Berat nyeri sebelumnya kontraktur
3. Ringan atau setelah latihan e. Mempertahankan
4. Sedang g. Lakukan tonus otot
5. Tidak ada gangguan pengetahuan f. Mengurangi rasa
kesehatan tentang nyeri
mekanika posisi g. Meneruskan
tubuh, latihan dan perawatan setelah
istirahat pulang

2 08/05/2018 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam pasien a. Observasi TTV a. Mengetahuimeng Ns. Rika
09:30 WIB Aktivvitas diharapkan: sebelum dan kaji sejauh mana
berhubungan  Menunjukan Toleransi terhadap aktivitas sesudah aktivitas perbedaan
dengan Indikator awal Tujuan b. Bantu pasien dalam peningkatan
menurunnya melakukan aktivitas selama aktivitas
Tekanan darah 3 4
kekuatan otot sendiri b. Pasien dapat
sistolik ketika
c. Monitor memilih dan
beraktivitas
keterbatasan memperhatikanny
Tekanan darah 3 4
aktivitas dan a
diastolik
kelemahan aktivitas c. Merencanakan
ketika
saat beraktivitas intervensi dengan
beraktivitas
d. Berikan pendidikan tepat
Kecepatan 2 4
kesehatan tentang: d. Meningkatkan
berjalan
pengunaan alat pengetahuan
Jarak berjalan 2 4 bantu pergerakan, dalam perawatan
perubahan, gaya diri.
Kekuatan 2 4 hidup untuk
tubuh bagian menyimpan energy
bawah
Keterangan:
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. Tidak ada gangguan
3 08/05/2018 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam pasien a. Kaji kemampuan a. Memberikan Ns: Rika
10:30 WIB Perawatan Diri diharapkan: dalam perawatan informasi dasar
berhubungan  Menunjukan perawatan diri aktivitas sehari-hari diri terutama ADL dalam
dengan Indikator Awal Tujuan b. Jadwalkan jam menentukan
Gangguan kegiatan tertentu rencana
Makan 2 5
neuromuskular untuk ADL perawatan
c. Berikan penjelasan b. Perencanaan
Ke toilet 2 4 sebelum melakukan yang matang
tindakan dalam
d. Memonitor TTV, melakukan
Mandi 2 3 tekanan darah kegiatan sehari-
sebelum dan hari
Berpakaian 2 4 sesudah ADL c. Meningkatkan
e. Berikan diet tinggi kepercayaan diri
Berjalan 2 3 protein dan motivasi
f. Berikan pendidikan d. Mengecek
Berpindah 2 4 kesehatan: perubahan pada
perawatan diri pasien
Memposisikan diri 2 4 seperti mandi, e. Membantu
potong kuku, membangun
Keterangan: rambut, latihan jaringan tubuh
1. Gangguan ekstrem pasif dan aktif, dan f. Meningkatkan
2. Berat keamanan aktivitas pengetahuan dan
3. Ringan di rumah motivasi dalam
4. Sedang perawatan diri
5. Tidak ada gangguan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Respon Paraf


1 08/05/201 Hambatan 1. Mengobservasi TTV 1. Mengalami peningkatan tekanan Ns. Rika
8 Mobilitas Fisik 2. Mengkaji kemampuan pasien untuk mobilisasi darah
09:00 WIB berhubungan 3. Mempertahankan postur tubuh keposisi yang 2. Mengalami peningkatan mobilisasi
dengan kerusakan nyaman dengan mengikuti latihan yang
rangka 4. Melakukan latihan aktif maupun pasif diberikan posisi (menggerakan
neuromuskuler 5. Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi sendi-sendi dengan fleksi dan
6. Memberikan terapi nyeri jika ada indikasi ekstensi)
nyeri sebelumnya atau setelah latihan 3. Merubah posisi dengan posisi
setengah duduk
4. Mengalami peningkatan
pergerakan dan badan terasa
ringan untuk melalukan aktivitas
5. Mengubah posisi dengan bantuan
perawat dan keluarga
6. Diberikan relaksasi dan obat
ketorolac
2 08/05/201 Intoleransi 1. Mengobservasi TTV sebelum dan sesudah 1. Mengalami peningkatan tekanan Ns. Rika
8 Aktivvitas aktivitas darah
09:30 WIB berhubungan 2. Membantu pasien dalam melakukan aktivvitas 2. Mengalami perubahan peningkatan
dengan sendiri dilakukan aktivitas karena klien sering
menurunnya 3. Memoonitor keterbatasan aktivitas dan melakukan latihan gerak selama di
kekuatan otot kelemahan saat beraktivitas Rumah Sakit
4. Memberikan pendidikan kesehatan 3. Mengalami kekuatan otot karena
yang tadinya kekuatan otot 2
menjadi 3
4. Pasien paham betapa pentingnya
untuk bellajar menggunakan alat
untuk proses penyembuhan

3 08/05/201 Defisit Perawatan 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam 1. Perubahan seperti potong kuku, Ns. Rika
8 Diri berhubungan perawatan diri terutama ADL ganti pakaian dan membersihkan
10:30 WIB dengan Gangguan 2. Menjadwalkan jam kegiatan tertentu untuk diri dengan tissu basah di bantu
neuromuskular ADL oleh perawat maupun keluarga dan
3. Memberikan penjelasan sebelum melakukan diberikan pendidikan tentang
tindakan bagaiaman cara untuk memenuhi
4. Memberikan informasi diet tinggi protein kebutuhan ADLnya.
5. Memberikan pendidikan kesehatan: perawatan 2. Klien belum bisa karena faktoor
diri seperti mandi, potong kuku, rambut, fraktur
latihan pasif dan aktif, dan keamanan aktivitas 3. Menfalami perubahan
dirumah pengetahuan, dengan pasien setuju
terkait tindakan yang akan
diberikan
4. Mengalami perubahan nafsu
makan
5. Mengalami perubahan manset diri
dengan klein mampu untuk
melakukan latihan yang diberikan
secara mandiri.

EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl Diagnosa Evaluasi Paraf


1. 08/05/2018 Hambatan S: - Klien mengatakan kaki terasa bengkak dan sedikit nyeri (-) Ns. Rika
09:00 WIB Mobilitas Fisik O: - Klien tampak berbaring selama 24 jam (-)
berhubungan - Klien tampak kesulitan membolak balikan posisi (-)
dengan - Nampak terpasang spalak pada area yang sudah dioperasi
kerusakan - Terlihat pucat, bengkak, dan nyeri (-)
rangka - Pasien menggerakan kaki sebelah kanan dengan bantuan perawat (-)
neuromuskuler A: Masalah teratasi sebagian
Indikator awal Tujuan
Keseimbangan 2 3
Cara berjalan 2 3
Gerakan otot 2 3
Berjalan 2 3
Bergerak dengan 2 4
mudah
Keterangan:
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. Tidak ada gangguan
P: Lanjutkan intervensi
2. 08/05/2018 Intoleransi S: - Klien mengeluh pergerakan sendi terbatas pada area yang mengalami fraktur (-) Ns. Rika
09:30 WIB Aktivvitas O: - Klien tampak bebaring di tempat tidur (-)
berhubungan - Klien tampak takut untuk melawan gravitasi yang diberikan (-)
dengan - Pergerakan sendi pada klien terbatas pada area yang menglami fraktur (-)
menurunnya - Tekanan darah meningkat setelah melakukan aktivitas (-)
kekuatan otot - Kekuatan otot hari pertama 2 dan hari ke dua 3

A: Masalah teratasi sebagian


Indikator Awal Tujuan
Tekanan darah sistolik ketika 3 4
beraktivitas
Tekanan darah diastolik ketika 3 4
beraktivitas
Kecepatan berjalan 2 4
Jarak berjalan 2 4
Kekuatan tubuh bagian bawah 2 4
P: Lanjutkan intervensi
3. 08/05/2018 Defisit S : - Klien mengatakan di bantu oleh pihak keluarga saat melakukan aktivitas baik makan, Ns. Rika
10:30 WIB Perawatan Diri minum, dan membersihkan diri (-)
berhubungan O : - Klien tampak berbaring terus menerus
dengan - Badan klien terasa bau
Gangguan - Klien dibantu untuk mengganti pakaian dan makan
neuromuskular - Sprei nampak tidak rapi
- Ketidakmampuan personalhygiene klien yang di bantu keluarga
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan
Makan 2 5
Ke toilet 2 4

Mandi 2 3
Berpakaian 2 4
Berjalan 2 3
Berpindah 2 4
Memposisika 2 4
n diri
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2009. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan.Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai