DISUSUN OLEH :
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dengan dan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan diagnosa
medis “Fraktur”
Telah diterima dan di sahkan oleh pembimbing akademik institusi Program Study Profesi
Ners STIKes Yogyakarta :
Nama : RIKA FEBRIYANTI
NIM : 20310186
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
B. Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur
pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakityang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
C. Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya
tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling
melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera.
6. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien.Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya
fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
E. Pathway
Trauma
Kondisi patologis,
osteoporosis, neoplasma Langsung/ tidak langsung
Absorbsi calcium
Gg. Mobilitas Perfusi jaringan Defisit pengetahuan Perdarahan Efek anestesi Luka insisi
fisik perifer tidak efektif
Kurang
Edema
informasi Degranulasi Terapi Lepasnya lipid Port de’ entri
Gg. Integritas
sel mast restrictif pada sum-sum kuman
kulit
tulang
Pelepasan Penekanan pada
Kurang Gg. Mobilitas Terabsorbsi Resiko Infeksi
mediator jaringan vaskuler
pengetahuna fisik masuk
n kimia
kealiran darah
Nekrosis Penurunan
Korteks Nociceptor Oklusi arteri Jaringan paru aliran darah
serebri Emboli paru
Medulla Resiko
Gangguan pertukaran Penurunan laju Luas permukaan
Nyeri spinali disfungsi
gas difusi paru menurun
neurovaskuler
F. Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka
jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat
diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara
pemasangan bidai atau gips.
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
Gambar10. Pembidaian
Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.Gips yang
ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan
segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara
lain :
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan
emergency
o Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Gambar12. Traksi
1) FIKSASI INTERNA
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur
lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya
dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi.
Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa
jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir
selalu menyebabkan non-union.
2) FIKSASI EKSTERNA
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat
pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace
dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada
otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada
luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada
kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan
paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia)
dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.Hal ini
terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup
dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang
kurang baik.Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh).Patogen dapat masuk melalui luka fraktur
terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang,
fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur –
fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar
I. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
3. Gangguan integritas jaringan b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
4. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
J. INTERVENSI KEPERAWWATAN
Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
KASUS
Klien perempuan, dengan usia 64th datang ke RS TK II Pelamonia Makassar dengan post
operasi fraktur femur dextra dengan keluhan tidak bisa berktivitas seperti biasanya, klien
mengatakan takut untuk bangun ditempat tidurnya karena klien mengalami fraktur dan tidak bisa
beraktivitas tanpa bantuan anak, cucu karena terdapat luka operasi fraktur pada bagian ektemitas
bawah bagian kanan. Klien mengatakan merasa letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi
energy seperti biasanya. Klien juga mengatakan nyeri saat bergerak pada kaki kanannya, kulitas
nyerinya tidak terus menerus tetapi terasa berdenyut, menjalar ke paha samapai kelutut, dengan
skala nyeri 4 karena klien mengalami fraktur tertutup. Klien juga mengatakan bahwa klien
mempunyai riwayat DM.
KONSEP ASKEP KLIEN DENGAN FRAKTUR
PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Nama : Ny.N
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No RM : 20310168xxx
Ruang : Asoka
Alamat rumah : Makasar
Agama :-
Suku bangsa : Bugis (Indonesia)
Status pendidikan :-
Pekerjaan klien :-
Keluhan utama : Kien mengeluh tidak bisa berktivitas seperti biasanya, klien mengatakan
takut untuk bangun ditempat tidurnya karena klien mengalami fraktur dan
tidak bisa beraktivitas tanpa bantuan anak, cucu karena terdapat luka
operasi fraktur pada bagian ektemitas bawah bagian kanan. Klien
mengatakan merasa letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energy
seperti biasanya. Klien juga mengatakan nyeri saat bergerak pada kaki
kanannya, kulitas nyerinya tidak terus menerus tetapi terasa berdenyut,
menjalar ke paha samapai kelutut.
Diagnose medis : Fraktur Femur Dextra
d) Riwayat Psikososial
Perasaan klien terhadap penyakitnya: -
Bagaimanacara mengatasinya penyakit: -
Bagaimana prilaku klien pada tindakan yang dilakukan terhadap dirinya: -
Makan 2x sehari,komposisi nasi, sayur, lauk 3x sehari, komposisi nasi, sayur ,lauk.
pauk Porsi dihabiskan
Minum Air putih ±8 gelas ±1500ml sehari, terdiri dari air putih
Pola Eliminasi BAB 1x sehari, pada pagi hari BAB 1x sehari, pada pagi hari konsistensi
konsistensi lunak lunak
BAK 5x sehari, warna kuning, jernih BAK 5x sehari, warna kuning, jernih dan
dan lancar lancar
a. Pemeriksaan kepala
a) Rambut tebal dan lebat , beruban (jarang-jarang), dan bersih. Wajjah
berbentuk bulat, tidak ada kesan sembab, simetris, kulit kepala bersih
tidak terdapat kotoran ketombe.
b) Mata lengkap, tidak ada ikterik, dan konjungtiva tidak pucat
c) Hidung lengkap, tidak terpasang 02 , tidak terjadi peradangan.
d) Bibir lembab, tidak ada luka, gigi ada yang tanggal, lidah merah dan
tidak kotor, tidak berbau dan tidak ada peradangan.
e) Telinga lengkap, simetris, ukuran sedang, tidak ada serumen/ benda
asing/ perdarahan.
b. Pemeriksaan Leher
Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak
ada pembeseran kelenjar limfe.
Inspeksi :
- Gerakan dinding dada tidak ada yang tertinggal.
- Frekuensi pernafasan 20 kali/menit
- Pergerakan asimetris
Auskultasi :
- Suara vesikuler
- Tidak ada ronchi.
- Tidak ada wheezing.
Perkusi :
-
Palpasi :
- Tidak terpasang WSD
d. Abdomen
- Inspeksi: bentuk normal, tidak ada asites maupun pembengkakan.
- Auskultasi : peristaltik usus 28x/menit
- Palpasi : tidak ada masa, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran
hepar.
- Perkusi : timpani, tidak ada cairan.
e. Genetalia
- Tidak di kaji.
f. Ekstrimitas:
Atas : 4 4
Bawah : 3 2
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2 08/05/2018 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam pasien a. Observasi TTV a. Mengetahuimeng Ns. Rika
09:30 WIB Aktivvitas diharapkan: sebelum dan kaji sejauh mana
berhubungan Menunjukan Toleransi terhadap aktivitas sesudah aktivitas perbedaan
dengan Indikator awal Tujuan b. Bantu pasien dalam peningkatan
menurunnya melakukan aktivitas selama aktivitas
Tekanan darah 3 4
kekuatan otot sendiri b. Pasien dapat
sistolik ketika
c. Monitor memilih dan
beraktivitas
keterbatasan memperhatikanny
Tekanan darah 3 4
aktivitas dan a
diastolik
kelemahan aktivitas c. Merencanakan
ketika
saat beraktivitas intervensi dengan
beraktivitas
d. Berikan pendidikan tepat
Kecepatan 2 4
kesehatan tentang: d. Meningkatkan
berjalan
pengunaan alat pengetahuan
Jarak berjalan 2 4 bantu pergerakan, dalam perawatan
perubahan, gaya diri.
Kekuatan 2 4 hidup untuk
tubuh bagian menyimpan energy
bawah
Keterangan:
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. Tidak ada gangguan
3 08/05/2018 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam pasien a. Kaji kemampuan a. Memberikan Ns: Rika
10:30 WIB Perawatan Diri diharapkan: dalam perawatan informasi dasar
berhubungan Menunjukan perawatan diri aktivitas sehari-hari diri terutama ADL dalam
dengan Indikator Awal Tujuan b. Jadwalkan jam menentukan
Gangguan kegiatan tertentu rencana
Makan 2 5
neuromuskular untuk ADL perawatan
c. Berikan penjelasan b. Perencanaan
Ke toilet 2 4 sebelum melakukan yang matang
tindakan dalam
d. Memonitor TTV, melakukan
Mandi 2 3 tekanan darah kegiatan sehari-
sebelum dan hari
Berpakaian 2 4 sesudah ADL c. Meningkatkan
e. Berikan diet tinggi kepercayaan diri
Berjalan 2 3 protein dan motivasi
f. Berikan pendidikan d. Mengecek
Berpindah 2 4 kesehatan: perubahan pada
perawatan diri pasien
Memposisikan diri 2 4 seperti mandi, e. Membantu
potong kuku, membangun
Keterangan: rambut, latihan jaringan tubuh
1. Gangguan ekstrem pasif dan aktif, dan f. Meningkatkan
2. Berat keamanan aktivitas pengetahuan dan
3. Ringan di rumah motivasi dalam
4. Sedang perawatan diri
5. Tidak ada gangguan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3 08/05/201 Defisit Perawatan 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam 1. Perubahan seperti potong kuku, Ns. Rika
8 Diri berhubungan perawatan diri terutama ADL ganti pakaian dan membersihkan
10:30 WIB dengan Gangguan 2. Menjadwalkan jam kegiatan tertentu untuk diri dengan tissu basah di bantu
neuromuskular ADL oleh perawat maupun keluarga dan
3. Memberikan penjelasan sebelum melakukan diberikan pendidikan tentang
tindakan bagaiaman cara untuk memenuhi
4. Memberikan informasi diet tinggi protein kebutuhan ADLnya.
5. Memberikan pendidikan kesehatan: perawatan 2. Klien belum bisa karena faktoor
diri seperti mandi, potong kuku, rambut, fraktur
latihan pasif dan aktif, dan keamanan aktivitas 3. Menfalami perubahan
dirumah pengetahuan, dengan pasien setuju
terkait tindakan yang akan
diberikan
4. Mengalami perubahan nafsu
makan
5. Mengalami perubahan manset diri
dengan klein mampu untuk
melakukan latihan yang diberikan
secara mandiri.
EVALUASI KEPERAWATAN
Mandi 2 3
Berpakaian 2 4
Berjalan 2 3
Berpindah 2 4
Memposisika 2 4
n diri
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2009. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan.Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.