Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN NYERI KRONIS


BERHUBUNGAN DENGAN AGEN PENCEDERA FISIOLOGIS
DI RUANG TERATAI RSUD UNDATA PALU

SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Nur Rahmiyani (PO7120422012)
2. Eka Suryani Nadjamudin (PO7120422020)
3. Yuni R.N (PO7120422029)
4. Raafi Renfianto (PO7120422060)
5. Putri Dj. Dohanis (PO7120422068)
6. Steven Jendrik Sanpardi (PO7120422081)
7. Welly Safira (PO7120422097)
8. Karmila (PO7120422098)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan seminar kasus Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri Kronis
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan pada
tanggal Desember 2022 oleh kelompok 2 Keperawatan Medikal Bedah
Mahasiswa Prodi Profesi Ners T.A 2022 / 2023

Palu, Desember 2022


Preceptor Akademik

Dr. Irsanty Collein,M.Kep, Ns. Sp.Kep.,MB


NIP.
Preceptor Klinik

I Putu Alit Yastika, S.Kep, Ns


NIP.

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners

Dr. Jurana, S.Kep., Ns, M.Kes


NIP. 19711215 199101 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala


yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan
laporan seminar kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
seminar kasus ini digunakan untuk kegiatan Seminar untuk menyelesaikan
Pendidikan Profesi Ners.
Penulis menyadari bahwa laporan seminar kasus ini dapat diselesaikan
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian
laporan seminar kasus ini dan secara khusus pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak/ibu:
1. Dr. Jurana, S.Kep., Ns., M.Kes, Ketua Program Studi Profesi Ners
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu
2. Dr. Irsanty Collein,M.Kep, Ns. Sp.Kep.,MB, Koordinator Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
3. Baiq Emy Nurmalisa, S.Kep, Ns., M.Kep, Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
4. Bagian Diklat Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
5. I Putu Alit Yastika, S. Kep, Ns, Preceptor Klinik Ruang Teratai
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa / mahasiswi profesi Ners Kelompok 2
yang telah memberikan banyak dorongan, kritik dan masukan dalam
menyelesaikan laporan seminar kasus ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyusunan laporan kasus seminar ini.
Penulis berharap semoga Allah Subhannalahu Wata’ala berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan seminar kasus ini. Penulis menyadari bahwa laporan
kasus seminar ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan akan penulis terima dengan

iii
senang hati. Akhir kata, semoga laporan seminar kasus ini dapat menjadi alat
yang besar dalam upaya kita meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan.

Palu, Desember 2022

Kelompok 2

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................4


A. Konsep Medik CA Recti.....................................................................4
Pengertian...........................................................................................4
Etiologi...............................................................................................5
Manifestasi Klinis...............................................................................5
Patofisiologi........................................................................................6
Pathway...............................................................................................9
Pemeriksaan Penunjang....................................................................10
Penatalaksanaan................................................................................12
B. Konsep Keperawatan CA Recti........................................................12
Pengkajian.........................................................................................12
Diagnosa Keperawatan.....................................................................13
Perencanaan Keperawatan................................................................14
Implementasi Keperawatan..............................................................18
Evaluasi Keperawatan......................................................................18

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................19


A. Pengkajian.........................................................................................19
B. Klasifikasi Data................................................................................28
C. Analisa Data......................................................................................29

v
D. Prioritas Diagnosis Keperawatan......................................................32
E. Perencanaan Keperawatan................................................................33
F. Implementasi dan Evaluasi...............................................................36
G. Catatan Perkembangan I...................................................................40
H. Catatan Perkembangan II..................................................................44

BAB IV PEMBAHASAN KASUS.............................................................48


A. Pengkajian.........................................................................................48
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................50
C. Perencanaan Keperawatan................................................................50
D. Implementasi Keperawatan..............................................................51
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................53

BAB V PENUTUP......................................................................................55
A. Kesimpulan.......................................................................................55
B. Saran.................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................56

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang timbul akibat
pertumbuhan secara tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan menurut WHO, kanker adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal
yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan dan / atau
menyebar ke organ lain. Istilah lain yang digunakan untuk kanker adalah tumor
ganas dan neoplasma (WHO, 2018).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. rectosigmoid junction
terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya
hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah
rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal
dari cabang arteri mesenterika inferior dan cabang dari arteri iliaka interna.
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemorriodalis internus dan
berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena
lienalis ke vena porta (Elizabet, 2005)
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000
penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke
23. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi
adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera
Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.
(Kemenkes RI, 2019).
Secara epidemiologi, kanker rektum berada di peringkat kedua (28%)
kanker yang paling banyak dijumpai pada usus besar setelah kanker kolon
proksimal (42%). Meski demikian, kanker rektum sering digabungkan dalam
kanker kolorektal pada kebanyakan studi epidemiologi. Adapun kanker

1
kolorektal merupakan jenis kanker ketiga paling banyak pada laki-laki, dan
jenis kanker kedua paling banyak pada wanita. Di Amerika Serikat, kanker
kolorektal juga dilaporkan merupakan peringkat ketiga sebagai penyebab
mortalitas utama akibat kanker dengan estimasi 50.260 mortalitas per tahun.
Lokasi tumor juga cenderung berbeda berdasarkan usia pasien. Pada orang
berusia kurang dari 65 tahun, rektum adalah lokasi kanker kolorektal tersering.
Pada orang berusia 65 tahun ke atas, rektum memiliki proporsi 23% dari semua
lokasi kanker kolorektal.
Insidensi kanker rektum bervariasi di seluruh dunia. Insidensi lebih
tinggi dilaporkan di negara maju dibandingkan negara berkembang. Insidensi
tertinggi dilaporkan di Australia dan Selandia Baru yaitu 44,8 per 100.000
penduduk pada laki-laki dan 32,2 per 100.000 penduduk pada wanita. Insidensi
terendah dilaporkan di Afrika Barat yaitu masing masing 4,5 dan 3,8 per
100.000 penduduk pada pria dan wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 135.439 kasus baru dari kanker kolorektal setiap tahunnya. Dari
jumlah ini, 39.910 (30%) merupakan kanker rectum.
Menurut data dari Globocan pada tahun 2020, insidensi kanker rektum
di Indonesia adalah 16.059 kasus dengan proporsi 4% dari seluruh kasus
kanker yang dilaporkan. Adapun mortalitas dari kanker rektum pada tahun
2020 dilaporkan sebanyak 8.342 mortalitas, yang berkontribusi sebesar 3,6%
dari seluruh mortalitas akibat kanker.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diurai di atas, rumusan masalah
yang perlu dibahas dalam laporan seminar kasus ini adalah bagaimana “Asuhan
Keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri Kronis berhubungan dengan Agen
Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai RSUD Undata Palu?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Nyeri Kronis
berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai RSUD
Undata Palu.

2
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri Kronis
berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai
RSUD Undata Palu
b) Menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri Kronis
berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai
RSUD Undata Palu
c) Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri Kronis
berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai
RSUD Undata Palu
d) Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. S dengan Nyeri
Kronis berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang
Teratai RSUD Undata Palu
e) Melakukan evaluasi pada Tn. S dengan Nyeri Kronis berhubungan
dengan Agen Pencedera Fisiologis Di Ruang Teratai RSUD Undata
Palu

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medik CA Recti


1. Pengertian
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak
di anterior sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm.
Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid.
Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum.
Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneal.
Kanker rektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari
jaringan epitel dari rectum (Smeltzer, 2002). Kanker merupakan suatu
proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti aturan baku
proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal).
Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi)
yang tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh
(proliferasi abnormal). Proliferasi ini di bagi atas non-neoplastik dan
neoplastik, non-neoplastik dibagi atas :
a. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat
normal karena bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis
tertentu misalnya kehamilan.
b. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan
pembesaran organ tanpa ada pertambahan jumlah sel.
c. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah
menjadi tipe yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang
terspesialisasi.
d. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel
abnormal yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia. Perubahan
yang termasuk dalam hal ini terdiri dari bertambahnya mitosis,
produksi dari sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak
teratur.

4
2. Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi
terbesar untuk kanker kolorektal. Mutasi dari gen APC adalah penyebab
familial adenomatosa poliposis (FAP), yang mempengaruhi individu
membawa resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada
usia 40 tahun (Tomislav Dragovich, 2014). Banyak faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya adalah :
a. Diet tinggi lemak, rendah serat.
b. Usia lebih dari 50 tahun.
c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
d. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome.
Pada semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang
menjadi kanker rektum.
e. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,
Peutz-Jeghers
f. syndrome dan Muir syndrome.
g. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
h. Inflammatory bowel disease.
i. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
j. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

3. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi,
perdarahan atau akibat penyebaran. Kanker kolon kiri dan rektum
menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke distal
letak tumor feses makin menipis atau seperti kotoran kambing, atau lebih
cair disertai darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami, demikian

5
juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Pada obstruksi
penderita merasa lega saat flatus (Price, 2005). Tanda dan gejala yang
mungkin muncul pada kanker kolorektal antara lain ialah:
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik
itu darah segar maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar
kosong saat BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya.
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung,
rasa penuh pada perut atau nyeri.
e. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
f. Mual dan muntah.
g. Rasa letih dan lesu.
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan
nyeri pada daerah gluteus.

4. Patofisiologi
Umumnya kanker rektal adalah adenokarsinoma yang berkembang
dari polip adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat,
meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid.
Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah
menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-
organ yang berdekatan. Kanker rektal menyebar dengan perluasan
langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan dinding luar
usus.
Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding
abdomen juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak

6
selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar
regional masih normal (Price, 2006).
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui
sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-
paru, otak, tulang dan ginjal. Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering
tanpa gejala hingga tahap lanjut karena pola pertumbuhan lamban, 5
sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Price, 2006). Manifestasi
tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan
6sering sebagai manifestasi yang membawa pasien datang berobat.
Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar,
diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan
kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau
rektum. Biasanya pasien tampak anemis akibat dari perdarahan.
Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat
terdeteksi dan penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal
mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih
rendah pada usia dewasa tua . Komplikasi primer dihubungkan dengan
kanker kolorektal : (1) obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen
akibat lesi; (2) perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti
kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan langsung
tumor ke organorgan yang berdekatan.
The American Joint Committee on Cancer (AJCC)
memperkenalkan TNM staging system yang menempatkan kanker
menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV).
a. Stadium 0
Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu
pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak

7
menyebar ke bagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari
rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

c. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.

Gambar 4. Stadium Ca Rektum

8
5. Pathway

Kolitis Kebiasaan Makan


Ulceratif
Polimerase (TInggi
Karsinogen Karbohidrat &

Membuat DNA baru


Polip
Faktor Colon
Genetik
Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk

Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Gangguan Ca Recti
Citra
Tubuh
Perdarahan
Per Anus Perubahan Kebiasaan
Defekasi :
Hemoroid
Konstipasi, Diare
PK : Perdarahan
PK : Anemia
Nyeri
Kronis Mual, kurang nafsu makan
Resiko Infeksi
Resiko Defisit Nutrisi

9
6. Pemeriksaan Penunjang
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila
teraba menunjukan keadaan sudah lanjut. Massa pada sigmoid lebih jelas
teraba daripada massa di bagian lain kolon. Karena kanker kolorektal
sering berkembang lamban dan penanganan stadium awal sangat
dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika merekomendasikan
prosedur skrining rutin bagi deteksi awal penyakit. Rekomendasinya
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rektal tusse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun.
b. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50
tahun.
c. Sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50
tahun.

Mengenai diagnosis kanker kolorektal ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau
foto kolon dengan kontras ganda (De Jong, 2005). Pasien dengan dugaan
kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik lanjut untuk
pemeriksaan fisik. test laboratorium, radiograpi dan biopsi untuk
memastikan.
Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
a. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik
ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil tanpa terlihat

10
penyebab adalah indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya
untuk menemukan kepastian kanker rektal.
b. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam
feses, karena semua kanker rektal mengalami perdarahan intermitten.
c. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya
glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker
kolorektal. Karena tes ini tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan
positif pada lebih dari separuh pasien dengan lokalisasi penyakit, ini
tidak termasuk dalam skrining atau test diagnostik dalam pengobatan
penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognosis
postoperatif dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan
pembedahan.
d. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin
dapat meningkat, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium
lainnya meliputi serum protein, kalsium dan kreatinin.
e. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada
tidaknya dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium
dimasukkan kedalam usus bagian bawah, kanker tampak sebagai
massa mengisi lumen usus, konstriksi atau gangguan pengisian.
Dinding usus terfiksir oleh tumor dan pola mukosa normal hilang.
Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak
nyata dalam mendeteksi rektum.
f. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging
(MRI) atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji
apakah sudah mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau
dari metastase tumor.
g. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik
utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian
dilakukan biopsi jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi
50-65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dan
kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi

11
lesi pada pasien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi
dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak
dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral,
seperti penyakit divertikel, ulseratif kolitis dan penyakit Crohn’s
(Smeltzer, 2002).

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
1) Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral.
2) Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal.
b. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat.
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU).

B. Konsep Keperawatan CA Recti


1. Pengkajian Keperawatan
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
1) Kelemahan, keletihan, kelelahan
2) Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur, misalnya: nyeri, ansietas dan
berkeringat malam hari
3) Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan,
tingkat stress tinggi
b. Sirkulasi
Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah

12
c. Integritas Ego
Gejala :
1) Faktor stress
2) Masalah terhadap perubahan penampilan
3) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control,
depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat
defekasi
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
a. Perasaan lelah
b. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi)
c. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
d. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya
darah atau mucus.
e. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
f. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
g. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga
riwayat penurunan BB.
Pengkajian objekif meliputi :
a. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
b. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
c. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi
c. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan

13
3. Perencanaan Keperawatan
No
SDKI SLKI SIKI
.
1. Nyeri Kronis (D.0078) Tingkat nyeri ( L.08066 ) Manajemen Nyeri ( 1.08238 )
Observasi :
Definisi : Pengalaman Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan maka tingkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
sensorik atau emosional yang
nyeri menurun dengan - Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan kerusakan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri non verbal
jaringan aktual atau - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi memperberat dan
fungsional, dengan onset - Meringis menurun memperingan nyeri
mendadak atau lambat dan - Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
berintensitas ringan hingga - Frekuensi membaik hidup
berat dan konstan, yang - Monitor efek samping penggunaan obat
Terapeutik :
berlangsung lebih dari 3
- Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
bulan. mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat

14
2. Diare (D.0020) Eleminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (I.03101)
Observasi
Definisi : Pengeluaran feses Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab diare
yang sering, lunak dan tidak keperawatan maka eliminasi - Identifikasi riwayat pemberian makanan
berbentuk fekal membaik dengan - Monitor warna, volume, frekuensi, dan
kriteria hasil : kosistensi tinja
- Konsistensi feses - Monitor tanda dan gejala hypovolemia
membaik - Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
- Frekuensi defekasi perianal
membaik - Monitor jumlah pengeluaran diare
- Peristaltik usus membaik - Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari makanan berbentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa

15
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
- Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
3. Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0032) Observasi
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi status nutrisi
Definisi : Berisiko keperawatan maka status - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mengalami asupan nutrisi nutrisi membaik dengan - Identifikasi makanan yang disukai
tidak cukup untuk memenuhi kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
kebutuhan metabolisme. - Porsi makan yang - Identifikasi perlunya penggunaan selang
dihabiskan meningkat nasogastrik
- Kekuatan otot pengunyah - Monitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
- Kekuatan otot menelan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapeutik
- Perasaan cepat kenyang - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
menurun perlu
- Nyeri abdomen menurun - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sariawan menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
- Diare menurun sesuai
- Frekuensi makan - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
membaik konstipasi

16
- Nafsu makan membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Bising usus membaik - Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

17
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan
penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil
sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien (Potter & Perry, 2013).
Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat
harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang
dilakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar menjamin
bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif Dalam tahap
implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi
respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan
(Potter & Perry, 2013).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap
ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien. Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan
proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien.
Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan
secara terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan. Tujuan
asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah
kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan
keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan (Perry & Potter, 2013).

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal masuk : 11 November 2022

Jam masuk : 11.00

Ruangan : Ruang Teratai

No Register : 01056826

Dx. Medis : CA RECTI

Tanggal pengkajian : 15 November 2022

A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 61 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Rantau Jaya, Kec. Simpang Raya,
Kab.Luwuk Banggai

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S.B
Umur : 57 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT

19
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Rantau Jaya, Kec. Simpang Raya,
Kab.Luwuk Banggai
Hubungan Dengan Klien : Istri

B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk RS
Klien masuk RS dengan keluhan BAB cair >10x bercampur darah dan
susah duduk karena nyeri di daerah bokong
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 November 2022 klien
mengeluh nyeri di daerah bokong
3. Riwayat keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di daerah bokong sudah dirasakan sejak ± 4 tahun
yang lalu, nyeri timbul jika klien duduk dan BAB, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan di daerah bokong, skala nyeri 6 (1-10), nyeri
dirasakan terus-menerus selama klien duduk.
4. Keluhan lain yang menyertai
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 November 2022 klien juga
mengeluh BAB cair > 3x bercampur darah, dan mual.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan pernah masuk RS 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang
sama.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang
sama.
7. Riwayat Alergi (obat dan makanan)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

20
C. Genogram
Genogram 3 generasi :

Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal : Menikah

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Klien : Keturunan

Klien mengatakan klien adalah anak pertama dari lima bersaudara, orang tua
klien (ayah) sudah meninggal karena faktor usia. Klien mengatakan orang tua
klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang diderita
oleh klien saat ini. Klien memiliki empat orang anak. Tiga orang anak klien sudah
menikah dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Klien tinggal bersama istri
dan 1 orang anaknya.

21
D. Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan
No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Persepsi kesehatan Menurut klien sehat Menurut klien sakit
adalah ketika bisa adalah ketika tidak
melakukan aktivitas berdaya melakukan
sehari-hari seperti aktivitas seperti
biasanya biasanya, klien hanya
terbaring lemah
ditempat tidur.
2. Pola metabolik nutrisi Makan : Makan :
- Frekuensi makan Klien makan 3x Klien makan 3x
sehari, nafsu makan sehari, tidak ada nafsu
- Nafsu makan baik, porsi makan makan, porsi makan
- Porsi makan dihabiskan, pasien tidak dihabiskan,
- Pantangan makan tidak alergi terhadap hanya 2 sendok.
Pola minum makanan apapun. Minum :
- Fekuensi minum Minum : Klien minum 6-7
Klien minum 6-7 gelas perhari (± 1800
gelas perhari (± 1800 ml)
ml)
3. Pola istirahat /tidur Klien tidur siang Klien tidur siang
- Siang pukul 13.00 - 14.00 pukul 13.00-14.00 dan
- Malam dan tidur malam tidur malam pukul
Gangguan tidur pukul 22.00 - 05.00 22.00 - 04.30
4. Pola kebersihan diri Klien mengatakan Klien mengatakan
- Mandi mandi 3x sehari, selama dirumah sakit
- Sikat gigi klien menggosok klien hanya dilap
- Cuci rambut gigi dengan pasta dengan kain basah dan
gigi 3x sehari, klien menggosok gigi
mencuci rambut 3x menggunakan pasta
dalam seminggu gigi dan belum pernah

22
keramas
5. Pola eliminasi BAB : BAB :
BAB : Klien mengatakan Klien mengatakan
- Frekuensi BAB 1x sehari, BAB > 3x sehari,
- Warna konsistensi padat, konsistensi cair, feses
- Konsistensi feses berwarna berwarna merah
BAK : kuning kecoklatan kehitaman
- Frekuensi BAK : BAK :
- Warna Klien mengatakan Klien memakai popok,
BAK 6-7x perhari, warna urine kuning,
warna urine kuning, bau khas urine
bau khas urine.
6. Pola aktivitas Klien dapat Klien hanya berbaring
melakukan aktivitas di tempat tidur, klien
mandi, berpakaian dibantu keluarga saat
dan mobilitas secara beraktivitas.
mandiri
7. Pola persepsi diri Klien Klien mengatakan
mempersepsikan ingin cepat sembuh
dirinya sebagai sehingga klien
seorang yang sehat menerima semua
tindakan perawatan
selama dirawat di
rumah sakit.
8. Pola Hubungan peran Klien mengatakan Klien mengatakan
perannya sebagai tidak bisa
ayah untuk anak- menjalankan perannya
anaknya dan sebagai secara maksimal
seorang kakek untuk sebagai seorang ayah
cucunya. Klien dan kakek karena
menjelaskan peran penyakit yang

23
dan kewajibannya dideritanya.
dengan baik
9. Pola koping- toleransi Klien mengatakan Klien tampak cemas
stres klien selalu dengan sakit yang
mengungkapkan hal- dideritanya.
hal yang dirasakan
ataupun masalah
yang dialaminya
kepada istri dan
anak-anaknya.
10. Pola nilai kepercayaan Klien beragama Klien mengatakan
spiritual islam, klien selama di RS klien
menjalankan ibadah hanya bisa berdoa di
dengan baik atas tempat tidur
untuk kesembuhan
dirinya.

E. Pemeriksaan Fisik
BB sebelum sakit : 50 kg
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda- tanda vital :
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 79 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu Badan : 36,70C
SPO2 : 97%
1. Kepala dan rambut
Inspeksi : Bentuk kepala normochepal, tidak ada lesi dibagian kepala,
rambut berwarna hitam bercampur uban, rambut tidak
berketombe, tidak ada rambut rontok.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan di kepala, tidak ada nyeri tekan.

24
2. Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

3. Mata
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan di kedua mata, konjungtiva anemis,
sklera putih, pupil isokor, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

4. Hidung
Inspeksi : Tidak ada deviasi septum, tidak terjadi perdarahan pada hidung,
tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5. Mulut
Inspeksi : Warna bibir pucat, bibir lembab, mukosa mulut merah muda,
lidah bersih
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Dada (Jantung dan paru-paru)
a. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi
dinding dada.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa, tidak
ada nyeri tekan
Perkusi : Perkusi dada sonor
Auskultasi : Bunyi nafas ronkhi
b. Jantung

25
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pergerakan dada simetris, tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : Batas Kanan Atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Batas Kanan Bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
Batas Kiri Atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Batas Kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, tidak ada
bunyi jantung tambahan.
8. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi
Auskultasi : Peristaltik usus 32 x/m
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada perut

9. Genetalia
Inspeksi : Klien memakai popok

10. Ekstremitas atas


Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada edema, tidak ada fraktur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

11. Ekstremitas bawah


Inspeksi : Tidak terdapat lesi, terdapat edema, tidak ada fraktur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

12. Kulit
Inspeksi : Tidak terdapat luka di bagian kulit, kulit nampak lembab
Palpasi : Turgor kulit baik
F. Data Penunjang

26
Tanggal : 14 November 2022
a. Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
Hemoglobin 10,1 14 - 18 g/dl
Leukosit 12,8 4,0 - 11,0 ribu/uL
Eritrosit 3,73 4,1 - 5,1 Juta/uL
Hematokrit 26,0 36 - 47 %
Thrombosit 452 150 - 450 ribu/uL
MCV 69,7 81 - 99 fL
MCH 27,1 27 - 31 pg
MCHC 38,8 31 - 37 g/dl
RDW-CV 20,7 11,5 - 14,5 %
MPV 6,0 6,5 - 9,5 fL
Basophil 0,6 0-1%
Eosinophil 1,4 1-3%
Neutrofil 85,3 50 - 70 %
Limfosit 6,4 20 - 40 %
Monosit 6,3 2-8%
NLR 13,33 <3,13 Cutoff
ALC 819 >1500 Juta/L
LED 10 0 - 10 mm/jam

G. Penatalaksanaan Terapi Medis :


 Infus Ringer Laktat 20 tpm
 Ondansentron 4 mg / IV / 8 jam
 Omeprazole 40 mg / IV / 12 jam
 Ketorolac 30 mg / IV / 8 jam
 Asam traneksamat 500 mg / IV / 8 jam

27
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengeluh nyeri di  KU sedang
daerah bokong  Klien tampak meringis
 Klien mengatakan nyeri timbul  Skala nyeri 6 (1-10)
saat klien duduk & BAB  BAB cair >3x
 Klien mengatakan nyeri  Peristaltik usus 32x/m
seperti ditusuk-tusuk  Klien tampak lemas
 Klien mengeluh BAB cair >3x  Porsi makan tidak dihabiskan,
bercampur darah hanya 2 sendok
 Klien mengeluh lemas
 Klien mengeluh mual
 Klien mengatakan tidak nafsu
makan

28
ANALISA DATA

Data Penyebab Masalah


Data Subjektif : Polimerase Karsinogen Nyeri Kronis
 Klien mengeluh nyeri membuat DNA baru
di daerah bokong
 Klien mengatakan Kerusakan DNA
nyeri timbul saat klien
duduk & BAB Penggabungan DNA
 Klien mengatakan asing dan DNA induk
nyeri seperti ditusuk-
tusuk. Sintesis DNA baru
Data Objektif
 KU sedang Mitosis dipercepat

 Klien tampak
meringis Transportasi Kanker

 Skala nyeri 6 (1-10)


Pertumbuhan sel liar
ganas

Ca Recti

Hemoroid

Nyeri Kronis

29
Data Subjektif : Polimerase Karsinogen Diare
 Klien mengeluh BAB membuat DNA baru
cair >3x bercampur
darah Kerusakan DNA
Data Objektif :
 BAB cair >3x Penggabungan DNA
 Peristaltik usus 32x/m asing dan DNA induk

Sintesis DNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Ca Recti

Diare
Data Subjektif : Polimerase Karsinogen Resiko Defisit Nutrisi
 Klien mengeluh lemas membuat DNA baru
 Klien mengeluh mual
 Klien mengatakan Kerusakan DNA

tidak nafsu makan


Data Objektif : Penggabungan DNA

 Klien tampak lemas asing dan DNA induk

 Porsi makan tidak


dihabiskan, hanya 2 Sintesis DNA baru

sendok
Mitosis dipercepat

30
Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Ca Recti

Resiko Defisit Nutrisi

31
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma),


ditandai dengan :
Data subjektif :
 Klien mengeluh nyeri di daerah bokong
 Klien mengatakan nyeri timbul saat klien duduk & BAB
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Data objektif :
 KU sedang
 Klien tampak meringis
 Skala nyeri 6 (1-10)
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan :
Data subjektif :
 Klien mengeluh BAB cair >3x bercampur darah
Data objektif :
 BAB cair >3x
 Peristaltik usus 32x/m
3. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan, ditandai dengan :
Data Subjektif :
 Klien mengeluh lemas
 Klien mengeluh mual
 Klien mengatakan tidak nafsu makan
Data Objektif :
 Klien tampak lemas
 Porsi makan tidak dihabiskan, hanya 2 sendok

32
RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan SDKI Intervensi SDKI
1 D.0078 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri kronis berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan Tingkat Nyeri Observasi :
agen pencedera fisiologis Menurun (L.08066) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(neoplasma), ditandai dengan :  Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Data Subjektif :  Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
 Klien mengeluh nyeri di  Skala nyeri berkurang 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
daerah bokong Edukasi :
 Klien mengatakan nyeri timbul 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
saat klien duduk & BAB mengurangi nyeri (teknik relaksasi
 Klien mengatakan nyeri seperti nafas dalam)
ditusuk-tusuk. Kolaborasi :
Data objektif : 5. Kolaborasi pemberian analgetik

 KU sedang
 Klien tampak meringis
 Skala nyeri 6 (1-10)

33
2 D.0020 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare (I.03101)
Diare berhubungan dengan proses selama 3x24 jam diharapkan Eliminasi Observasi :
infeksi, ditandai dengan : Fekal Membaik (L.04033) dengan kriteria 1. Monitor warna, frekuensi, dan
Data subjektif : hasil : konsistensi tinja
 Klien mengeluh BAB cair >3x  Konsistensi feses membaik Terapeutik :
bercampur darah  Frekuensi defekasi membaik <3x 2. Berikan cairan intravena
Data objektif :  Peristaltik usus membaik (5-30 x/m) Edukasi :
 BAB cair >3x 3. Anjurkan makanan porsi kecil dan
 Peristaltik usus 32x/m sering secara bertahap
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian medikasi
3 D.0032 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Resiko Defisit Nutrisi selama 3x24 jam diharapkan Status Nutrisi Observasi :
berhubungan dengan Membaik (L.03030) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan mencerna  Porsi makanan yang dihabiskan Kolaborasi :
makanan, ditandai dengan : meningkat 2. Kolaborasi pemberian medikasi
Data Subjektif :  Nafsu makan membaik
 Klien mengeluh lemas

34
 Klien mengeluh mual
 Klien mengatakan tidak nafsu
makan
Data Objektif :
 Klien tampak lemas
 Porsi makan tidak dihabiskan,
hanya 2 sendok.

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No
Diagnosa
. Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
DX
1. Selasa, 15 Nyeri Kronis Observasi : Jam :15.30
November 2022
15.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas  Klien mengeluh nyeri di daerah
nyeri, dengan hasil : Klien mengeluh bokong
nyeri di daerah bokong, klien  Klien mengatakan nyeri timbul
mengatakan nyeri timbul saat klien saat klien duduk & BAB
duduk & BAB, klien mengatakan  Klien mengatakan nyeri seperti
nyeri seperti ditusuk-tusuk. ditusuk-tusuk.
15.05 2. Mengidentifikasi skala nyeri, dengan O:
hasil : skala nyeri 6 (1-10)  KU sedang
15.10 3. Mengidentifikasi respons nyeri non  Klien tampak meringis
verbal, dengan hasil : klien tampak
 Skala nyeri 6 (1-10)
meringis
A : Tujuan belum tercapai
Edukasi :
P : Lanjutkan Intervensi
15.15 4. Mengajarkan teknik
Observasi :
nonfarmakologis (teknik relaksasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

36
nafas dalam) dengan hasil : klien durasi, frekuensi, kualitas,
tahu dan paham tentang cara intensitas nyeri
mengurangi nyeri dengan teknik 2. Identifikasi skala nyeri
relaksasi nafas dalam. 3. Identifikasi respons nyeri non
Kolaborasi : verbal
5. Kolaborasi pemberian analgetik, Edukasi :
17.00 dengan hasil : kolaborasi pemberian 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
ketorolac 30 mg / IV untuk mengurangi nyeri (teknik
relaksasi nafas dalam)
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Selasa, 15 Diare Observasi : Jam : 16.00
November 2022 15.35 1. Memonitor warna, frekuensi, dan S:
konsistensi tinja, dengan hasil : klien  Klien mengeluh BAB cair >3x
mengeluh BAB cair >3x bercampur bercampur darah
darah O:
Terapeutik :  BAB cair >3x
2. Memberikan cairan intravena,  Peristaltik usus 32x/m
15.40 dengan hasil : klien terpasang cairan

37
infus Ringer Laktat 20 tpm A : Tujuan belum tercapai
Edukasi : P : Lanjutkan Intervensi
3. Menganjurkan makanan porsi kecil Observasi :
15.45 dan sering secara bertahap, dengan 1. Monitor warna, frekuensi, dan
hasil : klien hanya mampu makan konsistensi tinja
sebanyak 2 sendok Terapeutik :
Kolaborasi : 2. Berikan cairan intravena
4. Kolaborasi pemberian medikasi, Edukasi :
17.00 dengan hasil kolaborasi pemberian 3. Anjurkan makanan porsi kecil dan
asam traneksamat 500 mg/IV sering secara bertahap
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian medikasi
3 Selasa, 15 Resiko Defisit Observasi : Jam : 16.20
November 2022 Nutrisi 16.05 1. Mengidentifikasi status nutrisi, S:
dengan hasil : klien mengeluh  Klien mengeluh lemas
lemas, mual, dan tidak nafsu makan.  Klien mengeluh mual
Kolaborasi :  Klien mengatakan tidak nafsu
2. Kolaborasi pemberian medikasi, makan
17.00 dengan hasil : kolaborasi pemberian

38
Ondansentron 4 mg / IV dan O :
Omeprazole 40 mg / IV  Klien tampak lemas
 Porsi makan tidak dihabiskan,
hanya 2 sendok.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian medikasi

39
CATATAN PERKEMBANGAN I

NO Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


1 Nyeri Observasi : Hari/Tanggal : Rabu, 16/11/2022 Jam : 10.30
10.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
Kronis
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dengan hasil:  Klien mengeluh nyeri di daerah bokong
Klien mengeluh nyeri di daerah bokong, klien  Klien mengatakan nyeri timbul saat klien
mengatakan nyeri timbul saat klien duduk & duduk & BAB
BAB, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-  Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk. tusuk.
10.05 2. Mengidentifikasi skala nyeri, dengan hasil : skala O:
nyeri 5 (1-10)  KU sedang
10.10 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal,  Klien tampak meringis
dengan hasil : klien tampak meringis
 Skala nyeri 5 (1-10)
Edukasi :
A : Tujuan belum tercapai
10.15 4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (teknik
P : Lanjutkan Intervensi
relaksasi nafas dalam) dengan hasil : klien tahu
Observasi :
dan paham tentang cara mengurangi nyeri
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan teknik relaksasi nafas dalam.
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kolaborasi :

40
12.00 5. Kolaborasi pemberian analgetik, dengan hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
kolaborasi pemberian ketorolac 30 mg / IV 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Edukasi :
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas
dalam)
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Diare Observasi : Hari/Tanggal : Rabu, 16/11/2022 Jam : 11.00


10.35 1. Memonitor warna, frekuensi, dan konsistensi S:
tinja, dengan hasil : klien mengeluh BAB cair  Klien mengeluh BAB cair >3x bercampur
>3x bercampur darah darah
Terapeutik : O:
10.40 2. Memberikan cairan intravena, dengan hasil :  BAB cair >3x
klien terpasang cairan infus Ringer Laktat 20  Peristaltik usus 32x/m
tpm A : Tujuan belum tercapai
Edukasi : P : Lanjutkan Intervensi
3. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering Observasi :
secara bertahap, dengan hasil : klien hanya

41
10.45 mampu makan sebanyak 2 sendok 1. Monitor warna, frekuensi, dan konsistensi
Kolaborasi : tinja
4. Kolaborasi pemberian medikasi, dengan hasil Terapeutik :
kolaborasi pemberian asam traneksamat 500 2. Berikan cairan intravena
12.00 mg/IV Edukasi :
3. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian medikasi

3 Resiko Observasi : Hari/Tanggal : Rabu, 16/11/2022 Jam : 11.20


Defisit 11.05 1. Mengidentifikasi status nutrisi, dengan hasil : S:
Nutrisi klien mengeluh lemas, mual, dan tidak nafsu  Klien mengeluh lemas
makan.  Klien mengeluh mual
Kolaborasi :  Klien mengatakan tidak nafsu makan
12.00 2. Kolaborasi pemberian medikasi, dengan hasil : O :
kolaborasi pemberian Ondansentron 4 mg / IV  Klien tampak lemas
dan Omeprazole 40 mg / IV
 Porsi makan tidak dihabiskan, hanya 2
sendok.

42
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian medikasi

43
CATATAN PERKEMBANGAN II

NO Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


1 Nyeri Kronis Observasi : Hari/Tanggal : Kamis, 17/11/2022 Jam : 10.00
09.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dengan hasil:  Klien mengatakan nyeri di daerah bokong
Klien mengeluh nyeri di daerah bokong, klien berkurang
mengatakan nyeri timbul saat klien duduk &  Klien mengatakan nyeri timbul saat klien
BAB, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- duduk & BAB
tusuk.  Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
09.35 2. Mengidentifikasi skala nyeri, dengan hasil : skala tusuk.
nyeri 5 (1-10) O:
09.40 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal,  KU sedang
dengan hasil : klien tampak meringis  Klien tampak meringis
Edukasi :
 Skala nyeri 4 (1-10)
09.45 4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis (teknik
A : Tujuan tercapai sebagian
relaksasi nafas dalam) dengan hasil : klien tahu
P : Lanjutkan Intervensi
dan paham tentang cara mengurangi nyeri
Observasi :
dengan teknik relaksasi nafas dalam.
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kolaborasi :

44
12.00 5. Kolaborasi pemberian analgetik, dengan hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kolaborasi pemberian ketorolac 30 mg / IV 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Edukasi :
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas
dalam)
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Diare Observasi : Hari/Tanggal : Kamis, 17/11/2022 Jam : 10.30


10.05 1. Memonitor warna, frekuensi, dan konsistensi S:
tinja, dengan hasil : klien mengeluh BAB cair  Klien mengeluh BAB cair >3x bercampur
>3x bercampur darah darah
Terapeutik : O:
10.10 2. Memberikan cairan intravena, dengan hasil :  BAB cair >3x
klien terpasang cairan infus Ringer Laktat 20  Peristaltik usus 32x/m
tpm A : Tujuan belum tercapai
Edukasi : P : Lanjutkan Intervensi
3. Menganjurkan makanan porsi kecil dan sering

45
secara bertahap, dengan hasil : klien hanya Observasi :
10.15 mampu makan sebanyak 2 sendok 1. Monitor warna, frekuensi, dan konsistensi
Kolaborasi : tinja
4. Kolaborasi pemberian medikasi, dengan hasil Terapeutik :
kolaborasi pemberian asam traneksamat 500 2. Berikan cairan intravena
12.00 mg/IV Edukasi :
3. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian medikasi

3 Resiko Defisit Observasi : Hari/Tanggal : Kamis, 17/11/2022 Jam : 10.50


Nutrisi 10.35 1. Mengidentifikasi status nutrisi, dengan hasil : S:
klien mengeluh lemas, mual, dan tidak nafsu  Klien mengeluh lemas
makan.  Klien mengeluh mual
Kolaborasi :  Klien mengatakan tidak nafsu makan
12.00 2. Kolaborasi pemberian medikasi, dengan hasil : O :
kolaborasi pemberian Ondansentron 4 mg / IV  Klien tampak lemas
dan Omeprazole 40 mg / IV
 Porsi makan tidak dihabiskan, hanya 2

46
sendok.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian medikasi

47
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pembahasan ini akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan


asuhan keperawatan dengan 5 langkah yakni : Pengkajian, menentukan diagnosis,
rencana keperawatan, implementasi dan Evaluasi, maka dari itu kami akan
membahas pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S pada
tanggal 11 November 2022. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil
suatu pemecahan masalah yang terjadi, sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikai status Kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu,
pengkajian yang benar, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu (Potter & Perry, 2013).
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 November 2022 dengan
wawancara, observasi langsung serta pemeriksaan fisik.
1. Data Subjektif
Tinjauan kasus pada Tn. S dengan CA recti didapatkan klien
mengeluh nyeri di daerah bokong sudah dirasakan sejak ± 4 tahun yang
lalu, nyeri timbul jika klien duduk dan BAB, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus-menerus selama klien duduk.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif.
Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,
baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dianggap sebagai ungkapan suatu
prores patologis dalam tubuh. Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja

48
seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Rosdahl & Kowalski,
2020).
2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis, frekuensi napas 20 x/menit, frekuensi nadi 79
x/menit, suhu badan 36,70C, klien tampak meringis, skala nyeri 6 (diukur
menggunakan skala numerik).
Asumsi penulis klien mengalami nyeri karena adanya penekanan
saraf oleh sel kanker pada rectum sehingga menimbulkan nyeri. Hal ini
dikuatkan oleh Jurnal Mahasiswa Magister Keperawatan UNDIP bahwa
nyeri pada pasien kanker rectum disebabkan oleh penekanan sel kanker,
pembedahan, kemoterapi, radiasi, dan infeksi. Kualitas nyeri yang
dirasakan oleh pasien kanker rectum yaitu nyeri tumpul hingga kolik.
Lokasi nyeri dapat terjadi di beberapa tempat antara lain, tungkai atau
kaki, punggung, pelvis/rektum/genetalia, lengan/tangan, abdomen dan
leher. Skala nyeri pada pasien yaitu skala sedang. Dampak dari nyeri
secara fisik antara lain; kelelahan, nafsu makan menurun, muntah,
penurunan kekuatan otot. (Ovayolu & Aytac, 2014).
Dari pengkajian yang telah dilakukan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan fakta. Klien dalam kasus ini mengalami nyeri dimana
klien mengeluh nyeri di daerah bokong sudah dirasakan sejak ± 4 tahun
yang lalu, nyeri timbul jika klien duduk dan BAB, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus-menerus selama klien duduk. Dan
didapatkan data objektif keadaan umum sedang, kesadaran compos
mentis, frekuensi napas 20 x/menit, frekuensi nadi 79 x/menit, suhu
badan 36,70C, klien tampak meringis, skala nyeri 6 (diukur menggunakan
skala numerik).

49
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang didapatkan dari hasil pengkajian,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik menunjukkan masalah utama yang
dialami klien adalah Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (neoplasma).
Nyeri pada kanker adalah nyeri yang dihasilkan dari beberapa
keganasan. Seringkali nyeri pada kanker ini sangat hebat dan terkadang susah
diatasi, dan kronis. Nyeri kronis juga bisa disebut (nyeri neuropatik) nyeri ini
sebagai ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6
bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien (Rosdahl & Kowalski,
2020).
Dalam diagnosis keperawatan penulis berpendapat bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan fakta. Karena pada klien Tn. S dengan CA Recti
klien mengatakan nyeri dirasakan sudah sejak ± 4 tahun yang lalu, hal ini
didukung oleh teori yang menyatakan bahwa nyeri kronis merupakan nyeri
yang berlangsung dalam periode waktu lama (6 bulan atau lebih) dan dapat
terjadi seumur hidup klien.
C. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan masalah
keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang akan
dilakukan dari semua tindakan keperawatan sehingga tujuan yang
direncanakan dapat tercapai (Dermawan, 2019). Perencanaan keperawatan
disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan secara
aktual terhadap pasien Ca Recti.
Diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis (neoplasma) ditandai dengan data subjektif klien
mengeluh nyeri di daerah bokong sudah dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu,
nyeri timbul jika klien duduk dan BAB, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan terus-menerus selama klien duduk. Dan pada data objektif
keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi napas 20

50
x/menit, frekuensi nadi 79 x/menit, suhu badan 36,7 0C, klien tampak
meringis, skala nyeri 6 (diukur menggunakan skala numerik).
Nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan
untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan
yang dirasakan oleh klien. Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan nyeri dengan pendekatan farmakologi dan dengan
pendekatan non farmakologi. Penatalaksanaan nyeri farmakologi
mencangkup penggunaan opioid (narkotik), obat-obatan NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs) dan analgesik penyerta atau koanalgesik
(Kozier, 2010). Teknik nonfarmakologi yang dapat mengurangi rasa nyeri
antara lain: relaksasi dan imajinasi terbimbing, distraksi, stimulasi kutaneus
(Perry dan Potter, 2013).
Intervensi yang direncakan dalam kasus ini yaitu manajemen nyeri
dimana pada bagian observasi intervensinya adalah identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala
nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal. Edukasi teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas dalam) dan tindakan
kolaborasi pemberian analgetik.
Intervensi yang dicantumkan dalam perencanaan keperawatan sesuai
dengan intervensi yang bersumber dari Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) tetapi tidak semua intervensi yang dicantunkam akan
dilakukan karena disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Tujuan
yang diharapkan adalah tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan
nyeri menurun, meringis menurun, skala nyeri menurun (skala 1-5).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah
direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2019).
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan
implementasi keperawatan untuk diagnosa nyeri kronis berhubungan dengan

51
agen pencedera fisiologis sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan
memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah
ditentukan. Adapun intervensi utama yang diberikan yaitu mengajarkan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
dalam).
Relaksasi adalah hilangnya ketegangan otot yang dicapai dengan
teknik yang disengaja (Smeltzer & Bare, 2019). Pernafasan dalam adalah
pernafasan melalui hidung, pernafasan dada rendah dan pernafasan perut
dimana perut mengembang secara perlahan saat menarik dan mengeluarkan
nafas (Smith, 2019). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan bentuk asuhan
keperawatan, disini perawat mengajarkan klien tentang bagaimana cara
melakukan nafas dalam (Smeltzer &Bare, 2019). Relaksasi bertujuan untuk
mengatasi atau menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan
tulang, serta mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan otot yang
berhubungan dengan fisiologis tubuh (Kozier, 2020). Setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormon yang dihasilkan yaitu hormon
adrenalin dan hormon kortison. Kadar PaCO2 akan meningkat dan
menurunkan PH, sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah
(Majid et al, 2019).
Menurut Potter dan Perry (2019), langkah-langkah teknik relaksasi
nafas dalam yaitu : a. Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan
tenang. b. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan melalui
mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks. c. Anjurkan
bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut secara perlahanlahan. d. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil
terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri. e. Anjurkan
untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang f. Ulangi sampai
15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

52
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almania Resta
(2021), yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa
CA Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang Raha
Mongkilo RSUD Bahteramas dimana didapatkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada hari ke empat Kamis, 25 Februari 2021 pukul
11.50 WITA yaitu data subjektif : klien mengatakan nyeri pada daerah perut
sudah berkurang, klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri, klien
mengatakan skala nyeri yang dirasakan 2. Data objektif TTV :TD : 120/60
mmHg, Nadi : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 360C, A : masalah teratasi, P:
intervensi dihentikan.
Asumsi penulis bahwa pengendalian nyeri pada pasien merupakan
prioritas dan harus digaris depankan oleh tenaga kesehatan profesional ketika
berhadapan dengan pasien yang sakit. Secara fisik, nyeri yang tidak teratasi
dengan optimal bisa menyebabkan penyembuhan pasien menjadi lama,
membebani pasien dan keluarganya, hingga meningkatkan biaya perawatan.
Sementara secara psikologis, nyeri yang tidak teratasi akan meningkatkan
kecemasan hingga menyebabkan pasien menjadi kurang kooperatif dengan
perawat saat dilakukan tindakan prosedur invasif lainnya. Oleh karena itu,
penting bagi petugas kesehatan untuk memahami konsep dan teknik
pengurangan nyeri.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan hasil pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan
(Dermawan, 2019). Evaluasi hasil Tn. S dilakukan dengan metode SOAP
(Subjective, Objective, Analysis, and Planning), metode ini digunakan untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi pada Tn.S dilakukan selama 3 hari, evaluasi pada hari
pertama selasa tanggal 15 November 2022 pukul 15.30 WITA didapatkan
data subjektif klien mengeluh nyeri di daerah bokong, klien mengatakan nyeri
timbul saat klien duduk & BAB, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-

53
tusuk, dan data objektif keadaan umum sedang, klien tampak meringis, skala
nyeri 6 (1-10), sehingga dari data tersebut disimpulkan bahwa tujuan belum
tercapai atau masalah nyeri kronis belum teratasi
Evaluasi kedua pada hari rabu tanggal 16 November 2022 pukul
10.30 WITA didapatkan data subjektif klien masih mengeluh nyeri di daerah
bokong, klien mengatakan nyeri timbul saat klien duduk & BAB, klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan data objektif keadaan umum
sedang, klien tampak meringis, skala nyeri 5 (1-10), sehingga dari data
tersebut disimpulkan bahwa tujuan belum tercapai atau masalah nyeri kronis
belum teratasi.
Evaluasi ketiga pada hari kamis tanggal 17 November 2022 pukul
10.00 WITA didapatkan data subjektif klien mengatakan nyeri di daerah
bokong berkurang, klien mengatakan nyeri timbul saat klien duduk & BAB,
klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan data objektif keadaan
umum sedang, klien tampak meringis, skala nyeri 4 (1-10), sehingga dari data
tersebut disimpulkan bahwa masalah nyeri kronis belum teratasi tetapi tujuan
tercapai sebagian yaitu ditandai dengan skala nyeri berkurang dari skala nyeri
6 menjadi skala nyeri 4.

54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan
Nyeri Kronis di ruang Teratai RSUD Undata Palu maka dapat disimpulkan:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan data subjektif klien mengeluh nyeri di
daerah bokong sudah dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu, nyeri timbul
jika klien duduk dan BAB, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dirasakan terus-menerus selama klien duduk. Dan pada data objektif
keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi napas 20
x/menit, frekuensi nadi 79 x/menit, suhu badan 36,7 0C, klien tampak
meringis, skala nyeri 6 (diukur menggunakan skala numerik).
2. Diagnosis keperawatan dari hasil pengkajian, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik yang didapatkan menunjukkan masalah yang
dialami oleh Tn.S adalah Nyeri Kronis berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (neoplasma) karena Tn.S merupakan penderita CA
Recti yang merasakan nyeri sudah sejak ± 4 tahun yang lalu.
3. Intervensi yang dicantumkan dalam perencanaan keperawatan sesuai
dengan intervensi yang bersumber dari Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
4. Implementasi yang dilakukan dalam kasus ini dengan masalah Nyeri
Kronis sudah sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun,
teknik nonfarmakologi yang diberikan pada pasien yaitu mengajarkan
teknik relaksasi napas dalam.
5. Evaluasi didapatkan masalah nyeri kronis belum teratasi tetapi setelah
dilakukan intervensi selama 3x24 jam Tn.S mengalami penurunan skala
nyeri yaitu dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4.
B. Saran
Diharapkan laporan seminar kasus ini dapat berguna bagi pembaca
dan khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki laporan studi kasus

55
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. (2019). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka


Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Global Cancer Observatory (Globocan). 2020.

KEMENKES RI, 2015. Tumor Abdomen. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta

Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC

Ovayolu Ö, Ovayolu N, Aytaç S. (2014). Pain in cancer patients : pain assessment


by patients and family caregivers and problems experienced by
caregivers. Support Care Cancer.

Potter, Perry. (2013). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria-


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

56
Resta Almania. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Diagnosa CA
Colon Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang Raha
Mongkilo RSUD Bahteramas. Poltekkes Kemenkes Kendari.

Rosdahl & Kowalski. (2020). Manajemen Nyeri. Jakarta : CV. Trans Info Media.

World Health Organization (WHO). 2018

57

Anda mungkin juga menyukai