Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN CA OVARIUM PADA NN. P

DOSEN PEMBIMBING: Surtikanti, M.Kep


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:
Afrilimunika Buri SRP20317086
Agustinus Theo Jalani SRP20317108
Edy Juniardi SRP20317087
Joko Prayetno SRP20317097
Marwah Nurfitria SRP20317089
Viktoria Efriyanti SRP20317095

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MEHAMMADIYAH
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Ca Ovarium Pada Nn. P.
Makalah ini berisikan pembahasan Asuhan Keperawatan Ca Ovarium Pada
Nn. P. Dalam penyusunan Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang
terbaik dengan dukungan dari berbagai sumber atau literatur yang ada. Untuk itu
kami menghaturkan terima kasih kepada:
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam
proses pendidikan.
b. Dosen pembimbing ibu Surtikanti, M.Kep
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
maka dari itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami perlukan demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan
adanya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun pembaca.

Pontianak, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................................6

C. Sistematika Penulisan...................................................................................6

BAB II......................................................................................................................8

TINJAUAN TEORI.................................................................................................8

A. Pengertian......................................................................................................8

B. Etiologi..........................................................................................................8

C. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala.........................................................9

D. Patofisiologi................................................................................................10

E. Pathway.......................................................................................................12

F. Diagnosis.....................................................................................................12

G. Penatalaksanaan..........................................................................................14

H. Diagnosa......................................................................................................14

I. Intervensi.....................................................................................................14

BAB III..................................................................................................................18

KASUS...................................................................................................................18

BAB IV..................................................................................................................55

PEMBAHASAN....................................................................................................55

iii
A. Pengkajian...................................................................................................55

B. Diagnosa keperawatan................................................................................56

C. Intervensi.....................................................................................................57

D. Implementasi...............................................................................................57

E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................58

BAB V....................................................................................................................59

PENUTUP..............................................................................................................59

A. Kesimpulan.................................................................................................59

B. Saran............................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada
ovarium. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker
ovarium seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh
didalampelvis (Brunner, 2015). Tumor ovarium terjadi atas 3 kelompok,
yaitu tumor jinak, borderline (kanker deferensiasi sedang), dan tumor
ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30% terjadi dari seluruh kanker pada
system genetalia wanita (Arania & windarti, 2015).
Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium
menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada
wanita. Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240
wanita meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka
kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2%. Berdasarkan laporan
International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 angka
kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah 3,6% dari 100.000
penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada
stadium I, II, III dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90%, 70%, 39%, dan
17%.
Data Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker ovarium di
Asia menempati urutan ke Sembilan dari penyakit-penyakit kanker yang
menyerang pada system genetalia wanita. Insiden kanker ovarium di Asia
Tenggara sebanyak 47.689 atau sebanyak 47.689 atau sebanyak 5,2% dari
seluruh usia pada wanita (IARC, 2012). Penduduk Indonesia yang
menderita kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak setelah
karsinoma serviks, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Insiden
kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2% dengan
angka mortalitas 7.031 kasus. Data kanker di RS Kanker Dharmais
tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium di tahun 2010 terdapat
113 kasus dan kematian sebanyak 22 kasus, pada tahun 2011 terdapat

5
6

146 kasus dan kematian sebanyak 31 kasus, tahun 2012 terdapat 144 kasus
dan kematian sebanyak 27 kasus, tahun 2013 terdapat 134 kasus dan
kematian sebanyak 46 kasus (Kementrian Kesehatan republic Indonesia,
2015).
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun beberapa factor
yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini antara lain : factor
reproduksi, factor haid, factor lingkungan, dan factor gentik
(Kampono N, dkk, 2011). Mayoritas kanker ovarium adalah jenis sel epitel
yang berasal dari epitel ovarium. Kelompok lainnya yaitu non epithelial,
termasuk diantaranya ialah sel tumor germinal, dan tumor sex-cord
stromal. Terdapat beberapa stadium pada kanker ovarium yang dibagi
menurut International Federation of Gynecologi and Obstetri (FIGO)
tahun 1988 . dalam penanganan kanker ovarium dilaksanakan berdasarkan
stadium penyakit. Prognosis kanker ovarium buruk pada pasien stadium
menengah dan lanjut (Jihong L, 2011).
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami
perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena
awal perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap
wanita adalah hal yang biasa. Pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan
mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan
luar pelvis misalnya jaringan hati, gastrointestinal, dan paru-paru sehingga
akan menyebabkan anemia, asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan
anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik
dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama
hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur
teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan
dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri,
memberikan kesempatan pada mereka untuk menceritakan dan mengatasi
rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan sumber dukungan bagi
keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013). Peran perawat pada
7

kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan keperawatan mulai dari :


(1) pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan,
keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. (2)
diagnose keperawatan, setelahpengkajian lengkap maka perawat
merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul
dari hasil pengkajian. (3) intervensi keperawatan, perawat menentukan
prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil, serta menyusun intervensi. (4)
implementasi keperawatan, perawat melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri (teknik non farmakologiuntuk mengatasi nyeri) kolaborasi
(manajemenmengontrol kecemasan, manajemen nutrisi untuk menjaga
keseimbangan nutrisi). (5) evaluasi keperawatan, perawat memantau
perkembangan kesehatan pasien (Moorhead, S. dkk, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ca Ovarium Pada
Nn. P”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas konsep
dan asuhan keperawatan dengan ca ovarium
2. Tujuam Khusus
a. Mengetahui konsep teori masalah ca ovarium
b. Mengetahui gambaran proses asuahan keperawatan dengan masalah
gangguan reproduksi ca ovarium
C. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan maka sistematika
penulisan disusun atas lima bab, yaitu
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : Landasan teori yang menguraikan tentang konsep teori
ca ovarium
8

BAB III : Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan gangguan reproduksi ca


ovarium
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan
tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi
Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah
kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis
dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal
dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian
cancer 2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur
atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-
sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat
dan tidak terkendali.
D. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit  kanker
ovarium yaitu:
1. Riwayat kanker payudara
2. Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)
3. Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.

9
10

4. Menarche dini
5. Diet tinggi lemak
6. Riwayat kanker payudara
7. Merokok
8. Alkohol
9. Penggunaan bedak talk perineal
10. Nulipara
11. Infertilitas
12. Tidak pernah melahirkan
13. Terapi penggantian hormon
14. Kontrasepsi ora
E. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah:
1. Dispepsia
2. Menoragia
3. Menopause lebih dini
4. Rasa tidak nyaman pada abdomen
5. Nyeri tekan pada pelvis
6. Lingkar abdomen yang terus meningkat
7. Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon
atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik
1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium anatara lain:
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah
c. Nyeri saat bersenggama
11

d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih


lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah
menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur
2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut
d. Nyeri saat bersenggma
3. Pada stadium lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
dengan kista ovarium biasa.
F. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh
12

dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002).
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan
menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan
timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi
ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007).
13

G. Pathway

H. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan:
1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik
2. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan
kristik.
3. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di
mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu
atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
14

4. Penanda tumor (tumor marker)


Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium
sering ditemukan peningkatan kadar CA 12
5. X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan
memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
6. Pencitraan lain
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh
b. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel
kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal
7. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh
8. Scanning radioaktif.
9. Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan
merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan
gelombang suara
10. Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh
menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya
abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
15

I. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
J. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah
aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa
keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi
Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas jaringan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang
tidak adekuat
K. Intervensi
Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai
dengan:
a. Nyeri pada abdomen
b. Bengkak pada abdomen
c. Ekspresi wajah nampak meringis
Tujuan: Nyeri teratasi
Kriteria:
a. Klien mengatakan nyeri hilang
16

b. Ekspresi wajah nampak ceria

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri, lamanya Mempermudah melakukan
lokasi dan skala intensitas intervensi selanjutnya.
nyeri.
Peningkatan TTV merupahan
b. Monitor tanda-tanda vital.
indikasi peningkatan intensitas
nyeri.
c)       
c. Ajarkan teknik relaksasi
(nafas dalam). Teknik relaksasi dapat
menghambat/mengurangi spasme
otot.
d. Atur posisi yang
Memperlancar penekanan darah
menyenangkan
yang dapat mengurangi ketegangan
dan memperlancar sirkulasi darah.

e. Lanjutkan pemberian
Menghilangkan nyeri/
obat analgetik.
ketidaknyamanan

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan:


a. Frekuensi tidur menurun
b. Konjungtiva pucat
c. TD menurun
Tujuan: Konjungtiva nampak tidak anemis
Kriteria:
a. TD dalam batas normal (120/80 mmHg)
b. Frekuensi tidur klien meningkat (4-5 jam)

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Mengetahui keadaan klien dan
pedoman tindakan selanjutnya.

2. Anjurkan keluarga klien Agar memberikan rasa nyaman


17

untuk kompres air hangat pada saat tidur


sebelum tidur.

3. Anjurkan untuk minum Agar dapat tidur lebih lama dan


susu sebelum tidur malam. nyaman.

4. Atur posisi senyaman Memudahkan klien beristirahat


mungkin. dengan nyaman.

5. Ciptakan lingkungan yang Agar klien dapat tidur dengan


aman dan nyaman. nyenyak.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang


tidak adekuat ditandai dengan:
a. Peningkatan nyeri
b. TTV abnormal
c. Terdapat hecting
Tujuan: Tidak terjadi infeksi
Kriteria: luka sembuh dengan sempurna, tidak ada komplikasi

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Peningkatan TTV sebagai
indikator terjadinya infeksi.

2. Rawat luka secara septik dan Merawat luka secara steril


aseptik. menghindari terjadinya infeksi
pada luka operasi.

3. Ganti verban 1 x sehari atau Mencegah infeksi.


sesuai kondisi luka

4. App hecting 1 minggu setelah Jika hecting (benang) dibiarkan


operasi atau sesuai keadaan luka. lama tidak sesuai pengobatan
dapat menyebabkan infeksi
18

silang.

5.  Lanjutkan pemberian obat Menghilangkan atau mencegah


antibiotik infeksi.
BAB III
KASUS
Seorang anak perempuan, nama Nn. P usia 13 tahun, belum menikah, pelajar SD,
agama islam, Diagnosa medis Ca. Ovarium Stadium III. Pengkajian tanggal 1 mei
2019. Keluhan mual muntah setelah kemotherapi, terdiagnosa Ca Ovarium sejak 2
bulan yang lalu. klien masuk rumah sakit pada tanggal 1 Mei 2019 dan merupakan
pasien rujukan dari puskesmas. Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis.
Perut pasien terlihat membesar karena penumpukkan cairan. Pasien mengatakan
nyeri pada perutnya, nyeri seperti disayat benda tajam dan terasa diseluruh lapang
perutnya, skala nyeri 7 dengan waktu terus menerus. Pasien mengatakan merasa
mual dan muntah serta kurang nafsu makan setelah menjalani kemoterapi.
Selama sakit pasien mengalami penurunan berat badan SMRS 48 kg sekarang
menjadi 40 kg. Pasien terlihat lemah dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Keadaan
umum Posisi pasien supine, pasien terpasang IVFD, Nasal Kanul, Kesadaran
composmentis dengan GCS E4V5M6, TD : 110/80 mmHg, N : 92x/menit, RR :
20x/menit, T : 36,7oC, nyeri pada P : Perubahan posisi, Q : seperti disayat benda
tajam R : seluruh lapang perut, S : 7, T : Terus menerus. Status
fungsional/aktivitas dan mobilitas Barthel indeks yaitu ketergantungan berat (7),
pemeriksaan fisik head to too dan pemeriksaan neurologis dengan hasil dalam
batas normal, tonus otot pada ekstremitas atas dan bawah 5, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan getah bening. Klien belum manstruasi dan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi.
Pemeriksaana penunjang :
Tgl : 08/05/2019
Hb : 8,3 g/dl

Tgl : 09/05/2019
Hb : 5,4 g/dl
Hematokrit : 17,5 %
Leukosit : 12,6
Eritrosit : 2,11 g/dl

Tgl 10/05/2019 Hb : 7,7 g/dl


Leukosit : 9,1
Hematokrit : 23%

Penatalaksanaan Therapi :
1. Morphin dicampur dengan
2. Levica 0,1% 3x10cc

Obat kemoterapi :
1. Bleomycin 3x15mg (IV) drip
2. Etoposid 3x100mg (IV) drip
3. Carboplatin 1x200 mg (IV) drip

19
20

PENGKAJIAN PADA GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI

Nama: Agama: Tanggal


Nn.P Islam 01-05-2019

Alamat Telepon
Dalam Kaum, Kab Sambas -

Pekerjaan Alamat Kantor Telepon


Pelajar - Kantor
-
Nama Suami Alamat Kantor Telepon
- - Kantor
-

Pekerjaan Suami Dirujuk Oleh


- Keluarga

RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan Utama
Klien mual muntah setelah kemoterapi, Perut klien membesar, Klien merasa nyeri didaerah perutnya
terasa disayat benda tajam, dan terasa diseluruh lapang perutnya, klien mengalami pusing, berkunang-
kunang, Nafsu makan berkurang
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami Ca Ovarium Stadium III
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Umur Kondisi
Feeding Kehamilan Lahir Saat
No. Tanggal L/P BB Lama Jenis Ket
(minggu) ini
lahir Persalinan Persalinan
- - - - - - - - - -
1.

2.
21

3.

4.

5.

6.

7.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Klien tidak mengalami penyakit yang sama sejak masa lalu, klien terdiagnosa Ca Ovarium sejak 2 bulan lalu

Menstruasi
Siklus Frekuensi Lamanya Jumlah darah Nyeri
- - / bln - - -
Penyakit yang biasa Demam Rheumatik Penyakit Jantung Penyakit Paru
timbul pada masa kanak- - - -
kanak:
-
Kejang Penyakit Menular Seksual Alergi Transfusi darah
- - - -
Kecelakaan Pembedahan Penyakit Saluran Perkemihan
- - -

Alkohol Rokok Obat Obat dengan resep


- - Morphin dicampur -
dengan Levica 0,1%
3x10cc, Bleomycin

3x15mg (IV) drip,


Etoposid 3x100mg (IV)
drip, Carboplatin 1x200
mg (IV) drip

Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah Ibu
Ayah tidak mengalami penyakit keturunan seperti Ibu tidak mengalami penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus Hipertensi, Diabetes Melitus
Saudara Kandung Keluarga Orang tua
22

Saudara kandung tidak mengalami penyakit keturunan Tidak mengalami penyakit keturunan seperti Hipertensi,
seperti Hipertensi, Diabetes Melitus Diabetes Melitus

PEMERIKSAAN FISIK
Penampilan Umum Tinggi Badan Tekanan Darah Mata: Fundus :
Lemah 160 110/80 mmHg Mata lengkap, -
simetris kanan dan
kiri., kornea mata
jernih kanan dan
kiri. Konjuntiva
anemis dan sklera
tidak ikterik
Kelopak
mata/palepebra
tidak ada
pembengkakan.
Adanya reflek
cahaya pada pupil
dan bentuk isokor
kanan dan kiri,
iriskanan kiri
berwarna hitam,
tidak ada kelainan
Telinga Mulut Gigi Tenggorokan Thyroid
Bentuk telinga Keadaan mukosa bibir Tidak ada caries Posisi trakhea Kelenjar getah
sedang, simetriskanan kering danpucat. gigi, gigi utuh letak ditengah dan bening tidak teraba,
dan kiri. Lubang Tonsil ukuran tidak ada kelainan, kelenjar tiroid tidak
telingabersih, tidak normaluvula letak tidak ada nyeri teraba
ada serumenberlebih, simetris ditengah tekan dan
pendengaran pembengkakan
berfungsidengan baik
Dada Payudara Papilla Mammae Jantung Paru-paru
Bentuk dada simetris, Bentuk simetris, tidak Menonjol I: Tidak terlihat I: Pergerakkan
tidak ada nyeri tekan ada pembengkakan iktus cordis dinding dada
P: Iktus cordis tampak simetris
teraba kiri/kanan
P: Perkusi jantung P: Fermitus teraba
23

terdengar normal sama


A: Irama jantung P: Suara ketok
teratur sonor, tidak ada
rerdup/suara
tambahan
A: Terdengar
Vesikuler saat paru-
paru auskultasi
normal
Abdomen Ektremitas Genitalia Externa
I: Bentuk abdomen Pergerakan sendi Kebersihan genitalia bersih, tidakada keluhan kencing,
bulat dan asites, bebas, tidak kemampuanberkemih spontan, produksi urin1300 ml/hari warna
terdapat massa pada adakelainan kuning bauamoniak, tidak ada nyeri tekan.
perut, dan tampak ekstermitas, tidak ada
bayangan pembuluh kelainan tulang
darah pada abdomen, belakang, tidak
tidak ada luka operasi fraktur, tidak
A: Peristaltic menggunakan traksi,
25x/menit tidak komparmentet
P: Tegang nyeri tekan, syndrome, kulit
massa , Hepar Lien kemerahan, turgor
tidak ada kelainan kulit kurang,
Ginjal tidak ada nyeri Kekuatan otot :
tekan, tidakada 5555, Tidak ada luka
asietas.
Perineum Vagina
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Seviks Anus
- Tidak ada hemoroid dan kelainan lainnya
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pandangan terhadap sehat dan sakit
Keluarga dan Nn. P menganggap sehat dan sakit yang dijalani selama ini merupakan suatu proses alamiah yang
dirasakan oleh setiap manusia
Pandangan Budaya terhadap penyakit
Budaya tidak mengucilkan penyakit yang didertia oleh Nn. P
Aspek Spiritual dalam Menghadapi penyakit
Nn. P menganggap penyakit yang dirasakan selama ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT
24

Pontianak, ..............................., 20...

..........................................................

ANALISIS DATA

DATA (SUBJEKTIF, OBJEKTIF) MASALAH


1. DS: Defisit Nutrisi b/d Faktor
 Nn. P mengatakan nafsu makan
Psikologis
berkurang dan merasa mual muntah
 Nn. P mengatakan cepat kenyang saat
makan
DO:
 Nn. P mengalami penurunan BB 8 kg
 Nn. P hanya mau makan 2 sendok
dari porsi makan yang sudah
sediakan
 Antropometri Lila : 17 cm, BB
SMRS : 48 kg, BB sekarang : 40 kg,
TB : 150 cm
 Hb : 7,7 g/dl
 KU : Lemah
 Bibir : Kering
 Konjungtiva : Anemis
2. DS: Perfusi Perifer Tidak
 Nn. P mengeluh pusing dan
Efektif b/d Penurunan
berkunang-kunang
 Nn. P mengeluh mual Konsentrasi Hemoglobin
DO:
 CRT > 2 detik
 Konjungtiva anemis
 Akral teraba dingin
 Hb: 7,7 g/dl
3. DS: Nyeri Akut b/d Agen
 Nn. P mengeluh nyeri
Pencedera Fisiologis
P : jika berganti posisi
Q : seperti disayat benda tajam
R : seluruh lapang perut
25

S:7
T : terus-menerus
DO:
 Nn. P terlihat meringis menahan sakit
 Nn. P gelisah
 Nn. P terlihat merengek kesakitan
4. DS: Intoleransi Aktivitas b/d
 Nn. P mengeluh lemas Kelemahan
 Nn. P mengatakan tidak mampu
duduk sendiri tanpa bantuan orang
lain
DO:
 Nn. P terlihat lemah
 Nn. P hanya berbaring ditempat tidur
 Aktivitas Nn. P dibantu oleh keluarga

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
N TANGGAL TANGGAL TANDA
RUMUSAN
O DITEMUKAN TERATASI TANGAN
1 Defisit Nutrisi b/d 10-05-2019
Faktor Psikologis
2 Perfusi Perifer 10-05-2019
Tidak Efektif b/d
Penurunan
Konsentrasi
Hemoglobin
3 Nyeri Akut b/d 10-05-2019
Agen Pencedera
Fisiologis
4 Intoleransi Aktivitas 10-05-2019
b/d Kelemahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
NO NO. DX KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)
(SLKI)
1 D.0019 (SLKI) Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan  Identifikasi status
3x24 jam diharapkan nutrisi
26

Defisit Nutrisi terpenuhi  Identifikasi alergi


dengan kriteria hasil: dan intoleransi
 Porsi makan yang makanan
dihabiskan 5  Identifikasi
(meningkat) perlunya
 Berat badan atau penggunaan selang
IMT 5 (meningkat) nasogastric
 Frekuensi makan 5  Monitor asupan
(meningkat) makanan
 Nafsu makan 5  Monitor berat
(meningkat) badan
 Perasaan cepat Terapeutik:
kenyang 1 (menurun)  Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, Jika perlu
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastric
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi:
 Anajurkan posisi
duduk, jika mampu
 Anjarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
2 D.0009 (SLKI) Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif Observasi:
Setelah dilakukan  Periksa sirkulasi
tindakan keperawatan perifer
3x24 jam diharapkan  Identifikasi faktor
Perfusi Perifer meningkat risiko gangguan
dengan kriteria hasil: sirkulasi
 Warna kulit pucat 5  Monitor panas,
(menurun) kemerahan, nyeri,
 Edema perifer 5 atau bengkak pada
27

(menurun) ekstremitas
 Kelemahan otot 5 Terapeutik:
(menurun)  Hindari
 Pengisian kapiler 5 pemasangan infus
(membaik) atau pengambilan
 Akral 5 (membaik) darah di area
 Turgor kulit 5 keterbatasan perfusi
(membaik)  Hindari
pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan
dan pemasangan
torniquet pada area
yang cedera
 Lakukan
pencegahan infeksi
 Lakukan hidrasi
Edukasi:
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan
berolahraga rutin
 Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah,
antikoagulan, dan
penurun kolestrol,
jika perlu
 Anjurkan untuk
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
 Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
 Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan
3 D.0077 (SLKI) Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan Observasi:
28

tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi,


3x24 jam diharapkan karakteristik,
tingkat Nyeri menurun durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas
 Frekuensi nadi 5 nyeri
(membaik)  Identifikasi skala
 Pola nafas 5 nyeri
(membaik)  Identifikasi respons
 Keluhan nyeri 5 nyeri non verbal
(menurun)  Identifikasi faktor
 Meringis 5 yang memperberat
(menurun) dan memperingan
 Gelisah 5 (menurun) nyeri
 Kesulitan tidur 5  Identifikasi
(menurun) pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
29

 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4 D.0056 (SLKI) Intoleransi Manajemen Energi
Aktivitas Observasi:
Setelah dilakukan  Identifikasi
tindakan keperawatan gangguan fungsi
3x24 jam diharapkan tubuh yang
Toleransi aktivitas mengakibatkan
meningkat dengan kelelahan
kriteria hasil:  Monitor pola dan
 Kemudahan dalam jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor kelelahan
sehari-hari 5 fisik dan emosional
(meningkat) Edukasi:
 Kekuatan tubuh  Anjurkan tirah
bagian atas dan baring
bawah 5 (meningkat)  Anjurkan
 Keluhan lelah 5 melakukan aktivitas
(menurun) secara bertahap
 Dispnea saat aktivitas Terapeutik:
5 (meningkat)  Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
 Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
30
31

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TANGGAL NO. IMPLEMENTASI EVALUASI
WAKTU DX (TINDAKAN, PARAF) (SOAP)
10-05-2019 D.0019 D: S:
DS:  Nn. P mengatakan
 Nn. P mengatakan nafsu makan
nafsu makan berkurang dan
berkurang dan merasa mual
merasa mual muntah
muntah  Nn. P mengatakan
 Nn. P mengatakan cepat kenyang saat
cepat kenyang saat makan
makan
DO: O:
 Nn. P mengalami  Nn. P mengalami
penurunan BB 8 kg penurunan BB 8
 Nn. P hanya mau kg
makan 2 sendok  Nn. P hanya mau
dari porsi makan makan 2 sendok
yang sudah dari porsi makan
sediakan yang sudah
 Antropometri Lila : sediakan
17 cm, BB SMRS :  Antropometri Lila
48 kg, BB : 17 cm, BB SMRS
sekarang : 40 kg, : 48 kg, BB
TB : 150 cm sekarang : 40 kg,
 Hb : 7,7 g/dl TB : 150 cm
 KU : Lemah  Hb : 7,7 g/dl
 Bibir : Kering  KU : Lemah
 Konjungtiva :  Bibir : Kering
Anemis  Konjungtiva :
A: Anemis
 Identifikasi status
nutrisi A:
 Identifikasi alergi Masalah belum
dan intoleransi teratasi:
makanan  Identifikasi status
 Monitor asupan nutrisi
makanan  Identifikasi alergi
 Monitor berat dan intoleransi
badan makanan
 Sajikan makanan  Monitor asupan
secara menarik dan makanan
suhu yang sesuai  Monitor berat
 Anjarkan diet yang badan
32

diprogramkan  Sajikan makanan


 Kolaborasi dengan secara menarik
ahli gizi untuk dan suhu yang
menentukan jumlah sesuai
kalori dan jenis  Anjarkan diet
nutrien yang yang
dibutuhkan diprogramkan
R:  Kolaborasi dengan
DS: ahli gizi untuk
 Nn. P mengatakan menentukan
nafsu makan jumlah kalori dan
berkurang dan jenis nutrien yang
merasa mual dibutuhkan
muntah
 Nn. P mengatakan P:
cepat kenyang saat Intervensi dilanjutkan
makan
DO:
 Nn. P mengalami
penurunan BB 8 kg
 Nn. P hanya mau
makan 2 sendok
dari porsi makan
yang sudah
sediakan
 Antropometri Lila :
17 cm, BB SMRS :
48 kg, BB
sekarang : 40 kg,
TB : 150 cm
 Hb : 7,7 g/dl
 KU : Lemah
 Bibir : Kering
 Konjungtiva :
Anemis
10-05-2019 D.0009 D: S:
DS:  Nn. P mengeluh
 Nn. P mengeluh pusing dan
pusing dan berkunang-
berkunang-kunang kunang
 Nn. P mengeluh  Nn. P mengeluh
mual mual
DO: O:
 CRT > 2 detik  CRT > 2 detik
 Konjungtiva anemis  Konjungtiva
33

 Akral teraba dingin anemis


 Hb: 7,7 g/dl  Akral teraba
A: dingin
 Periksa sirkulasi  Hb: 7,7 g/dl
perifer
 Identifikasi faktor A:
risiko gangguan Masalah belum
sirkulasi teratasi:
 Monitor panas,  Periksa sirkulasi
kemerahan, nyeri, perifer
atau bengkak pada  Identifikasi faktor
ekstremitas risiko gangguan
 Hindari sirkulasi
pemasangan infus  Monitor panas,
atau pengambilan kemerahan, nyeri,
darah di area atau bengkak
keterbatasan pada ekstremitas
perfusi  Hindari
 Hindari pemasangan infus
pengukuran atau pengambilan
tekanan darah pada darah di area
ekstremitas dengan keterbatasan
keterbatasan perfusi
perfusi  Hindari
 Lakukan pengukuran
pencegahan infeksi tekanan darah
 Anjurkan untuk pada ekstremitas
melakukan dengan
perawatan kulit keterbatasan
yang tepat perfusi
 Anjurkan program  Lakukan
diet untuk pencegahan
memperbaiki infeksi
sirkulasi  Anjurkan untuk
 Informasikan tanda melakukan
dan gejala darurat perawatan kulit
yang harus yang tepat
dilaporkan  Anjurkan
R: program diet
DS: untuk
 Nn. P mengeluh memperbaiki
pusing dan sirkulasi
berkunang-kunang  Informasikan
 Nn. P mengeluh tanda dan gejala
mual darurat yang
34

DO: harus dilaporkan


 CRT > 2 detik
 Konjungtiva anemis P:
 Akral teraba dingin Intervensi dilanjutkan
 Hb: 7,7 g/dl

10-05-2019 D.0077 D: S:
DS:  Nn. P mengeluh
 Nn. P mengeluh nyeri
nyeri P : jika berganti
P : jika berganti posisi
posisi Q : seperti disayat
Q : seperti disayat benda tajam
benda tajam R : seluruh lapang
R : seluruh lapang perut
perut S:7
S:7 T : terus-menerus
T : terus-menerus O:
DO:  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat meringis menahan
meringis menahan sakit
sakit  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat gelisah
gelisah  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat merengek
merengek kesakitan kesakitan
A:
 Identifikasi lokasi, A:
karakteristik, Masalah belum
durasi, frekuensi, teratasi:
kualitas, intensitas  Identifikasi lokasi,
nyeri karakteristik,
 Identifikasi skala durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas
 Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal  Identifikasi skala
 Identifikasi faktor nyeri
yang memperberat  Identifikasi
dan memperingan respons nyeri non
nyeri verbal
 Berikan teknik  Identifikasi faktor
nonfarmakologi yang
untuk mengurangi memperberat dan
35

rasa nyeri memperingan


 Fasilitasi istirahat nyeri
dan tidur  Berikan teknik
 Ajarkan teknik nonfarmakologi
nonfarmakologis untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
rasa nyeri  Fasilitasi istirahat
R: dan tidur
DS:  Ajarkan teknik
 Nn. P mengeluh nonfarmakologis
nyeri untuk mengurangi
P : jika berganti rasa nyeri
posisi
Q : seperti disayat P:
benda tajam Intervensi dilanjutkan
R : seluruh lapang
perut
S:7
T : terus-menerus
DO:
 Nn. P terlihat
meringis menahan
sakit
 Nn. P terlihat
gelisah
 Nn. P terlihat
merengek kesakitan
10-05-2019 D.0056 D: S:
DS:  Nn. P mengeluh
 Nn. P mengeluh lemas
lemas  Nn. P mengatakan
 Nn. P mengatakan tidak mampu
tidak mampu duduk sendiri
duduk sendiri tanpa tanpa bantuan
bantuan orang lain orang lain
DO: O:
 Nn. P terlihat lemah  Nn. P terlihat
 Nn. P hanya lemah
berbaring ditempat  Nn. P hanya
tidur berbaring
 Aktivitas Nn. P ditempat tidur
dibantu oleh  Aktivitas Nn. P
keluarga dibantu oleh
A: keluarga
 Identifikasi
36

gangguan fungsi A:
tubuh yang Masalah belum
mengakibatkan teratasi:
kelelahan  Identifikasi
 Monitor pola dan gangguan fungsi
jam tidur tubuh yang
 Monitor kelelahan mengakibatkan
fisik dan emosional kelelahan
 Anjurkan  Monitor pola dan
melakukan aktivitas jam tidur
secara bertahap  Monitor kelelahan
 Sediakan fisik dan
lingkungan nyaman emosional
dan rendah  Anjurkan
stimulus melakukan
 Berikan aktivitas aktivitas secara
distraksi yang bertahap
menenangkan  Sediakan
 Fasilitasi duduk di lingkungan
sisi tempat tidur, nyaman dan
jika tidak dapat rendah stimulus
berpindah atau  Berikan aktivitas
berjalan distraksi yang
R: menenangkan
DS:  Fasilitasi duduk di
 Nn. P mengeluh sisi tempat tidur,
lemas jika tidak dapat
 Nn. P mengatakan berpindah atau
tidak mampu berjalan
duduk sendiri tanpa
bantuan orang lain P:
DO: Intervensi dilanjutkan
 Nn. P terlihat lemah
 Nn. P hanya
berbaring ditempat
tidur
 Aktivitas Nn. P
dibantu oleh
keluarga
11-05-2019 D.0019 D: S:
DS: DS:
 Nn. P mengatakan  Nn. P mengatakan
nafsu makan masih nafsu makan
berkurang dan masih berkurang
merasa mual dan merasa mual
37

muntah muntah
 Nn. P mengatakan  Nn. P mengatakan
masih cepat masih cepat
kenyang saat kenyang saat
makan makan
DO:
 Nn. P mengalami O:
penurunan BB 8 kg  Nn. P mengalami
 Nn. P hanya mau penurunan BB 8
makan 2 sendok kg
dari porsi makan  Nn. P hanya mau
yang sudah makan 2 sendok
sediakan dari porsi makan
 Antropometri Lila : yang sudah
17 cm, BB SMRS : sediakan
48 kg, BB  Antropometri Lila
sekarang : 40 kg, : 17 cm, BB SMRS
TB : 150 cm : 48 kg, BB
 Hb : 7,7 g/dl sekarang : 40 kg,
 KU : Lemah TB : 150 cm
 Bibir : Kering  Hb : 7,7 g/dl
 Konjungtiva :  KU : Lemah
Anemis  Bibir : Kering
A:  Konjungtiva :
 Identifikasi status Anemis
nutrisi
 Identifikasi alergi A:
dan intoleransi Masalah belum
makanan teratasi:
 Monitor asupan  Identifikasi status
makanan nutrisi
 Monitor berat  Monitor asupan
badan makanan
 Sajikan makanan  Monitor berat
secara menarik dan badan
suhu yang sesuai  Anjarkan diet
 Anjarkan diet yang yang
diprogramkan diprogramkan
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk P:
menentukan jumlah Intervensi dilanjutkan
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
R:
38

DS:
DS:
 Nn. P mengatakan
nafsu makan masih
berkurang dan
merasa mual
muntah
 Nn. P mengatakan
masih cepat
kenyang saat
makan
DO:
 Nn. P mengalami
penurunan BB 8 kg
 Nn. P hanya mau
makan 2 sendok
dari porsi makan
yang sudah
sediakan
 Antropometri Lila :
17 cm, BB SMRS :
48 kg, BB
sekarang : 40 kg,
TB : 150 cm
 Hb : 7,7 g/dl
 KU : Lemah
 Bibir : Kering
 Konjungtiva :
Anemis
11-05-2019 D.0009 D: S:
DS:  Nn. P masih
 Nn. P masih mengeluh pusing
mengeluh pusing dan berkunang-
dan berkunang- kunang
kunang  Nn. P masih
 Nn. P masih mengeluh mual
mengeluh mual
DO: O:
 CRT < 2 detik  CRT < 2 detik
 Konjungtiva anemis  Konjungtiva
 Akral teraba dingin anemis
 Hb: 7,7 g/dl  Akral teraba
A: dingin
 Periksa sirkulasi  Hb: 7,7 g/dl
perifer
39

 Identifikasi faktor A:
risiko gangguan Masalah belum
sirkulasi teratasi:
 Monitor panas,  Periksa sirkulasi
kemerahan, nyeri, perifer
atau bengkak pada  Identifikasi faktor
ekstremitas risiko gangguan
 Hindari sirkulasi
pemasangan infus  Lakukan
atau pengambilan pencegahan
darah di area infeksi
keterbatasan  Anjurkan untuk
perfusi melakukan
 Hindari perawatan kulit
pengukuran yang tepat
tekanan darah pada  Anjurkan
ekstremitas dengan program diet
keterbatasan untuk
perfusi memperbaiki
 Lakukan sirkulasi
pencegahan infeksi
 Anjurkan untuk P:
melakukan Intervensi dilanjutkan
perawatan kulit
yang tepat
 Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
 Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan
R:
DS:
 Nn. P masih
mengeluh pusing
dan berkunang-
kunang
 Nn. P masih
mengeluh mual
DO:
 CRT < 2 detik
 Konjungtiva anemis
 Akral teraba dingin
40

 Hb: 7,7 g/dl


11-05-2019 D.0077 D: S:
DS:  Nn. P mengatakan
 Nn. P mengatakan nyeri sudah
nyeri sudah berkurang
berkurang P : jika berganti
P : jika berganti posisi
posisi Q : seperti disayat
Q : seperti disayat benda tajam
benda tajam R : seluruh lapang
R : seluruh lapang perut
perut S:4
S:4 T : hilang timbul
T : hilang timbul O:
DO:  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat sedikit meringis
sedikit meringis menahan sakit
menahan sakit  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat gelisah
gelisah
A:
A: Masalah belum
 Identifikasi lokasi, teratasi:
karakteristik,  Identifikasi skala
durasi, frekuensi, nyeri
kualitas, intensitas  Identifikasi
nyeri respons nyeri non
 Identifikasi skala verbal
nyeri  Berikan teknik
 Identifikasi respons nonfarmakologi
nyeri non verbal untuk mengurangi
 Identifikasi faktor rasa nyeri
yang memperberat  Fasilitasi istirahat
dan memperingan dan tidur
nyeri  Ajarkan teknik
 Berikan teknik nonfarmakologis
nonfarmakologi untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat P:
dan tidur Intervensi dilanjutkan
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
41

R:
DS:
 Nn. P mengatakan
nyeri sudah
berkurang
P : jika berganti
posisi
Q : seperti disayat
benda tajam
R : seluruh lapang
perut
S:4
T : hilang timbul
DO:
 Nn. P terlihat
sedikit meringis
menahan sakit
 Nn. P terlihat
gelisah
11-05-2019 D.0056 D: S:
DS:  Nn. P masih
 Nn. P masih mengeluh lemas
mengeluh lemas  Nn. P masih tidak
 Nn. P masih tidak mampu duduk
mampu duduk sendiri tanpa
sendiri tanpa bantuan orang
bantuan orang lain lain
DO:
 Nn. P terlihat lemah O:
 Nn. P hanya  Nn. P terlihat
berbaring ditempat lemah
tidur  Nn. P hanya
 Aktivitas Nn. P berbaring
dibantu oleh ditempat tidur
keluarga  Aktivitas Nn. P
A: dibantu oleh
 Identifikasi keluarga
gangguan fungsi
tubuh yang A:
mengakibatkan Masalah belum
kelelahan teratasi:
 Monitor pola dan  Monitor pola dan
jam tidur jam tidur
 Monitor kelelahan  Monitor kelelahan
fisik dan emosional fisik dan
42

 Anjurkan emosional
melakukan aktivitas  Anjurkan
secara bertahap melakukan
 Sediakan aktivitas secara
lingkungan nyaman bertahap
dan rendah  Sediakan
stimulus lingkungan
 Berikan aktivitas nyaman dan
distraksi yang rendah stimulus
menenangkan  Fasilitasi duduk di
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
sisi tempat tidur, jika tidak dapat
jika tidak dapat berpindah atau
berpindah atau berjalan
berjalan
R: P:
DS: Intervensi dilanjutkan
 Nn. P masih
mengeluh lemas
 Nn. P masih tidak
mampu duduk
sendiri tanpa
bantuan orang lain
DO:
 Nn. P terlihat lemah
 Nn. P hanya
berbaring ditempat
tidur
 Aktivitas Nn. P
dibantu oleh
keluarga
12-05-2019 D.0019 D: S:
DS: DS:
 Nn. P mengatakan  Nn. P mengatakan
nafsu makan nafsu makan
bertambah dan bertambah dan
tidak merasa mual tidak merasa mual
muntah lagi muntah lagi
DO:
 Nn. P mengalami O:
kenaikan BB 2 kg  Nn. P mengalami
 Nn. P makan habis kenaikan BB 2 kg
dari porsi makan  Nn. P makan
yang sudah habis dari porsi
sediakan makan yang sudah
43

 Antropometri Lila : sediakan


18  Antropometri Lila
 TB : 150 cm : 18
 BB: 42 kg  TB : 150 cm
 Hb : 12 g/dl  BB: 42 kg
 KU : Baik  Hb : 12 g/dl
 Bibir : Lembab  KU : Baik
 Konjungtiva :  Bibir : Lembab
Merah muda  Konjungtiva :
A: Merah muda
 Identifikasi status
nutrisi A:
 Monitor asupan Masalah teratasi:
makanan  Identifikasi status
 Monitor berat nutrisi
badan  Monitor asupan
 Anjarkan diet yang makanan
diprogramkan  Monitor berat
R: badan
DS:  Anjarkan diet
 Nn. P mengatakan yang
nafsu makan diprogramkan
bertambah dan
tidak merasa mual P:
muntah lagi Intervensi dihentikan
DO:
 Nn. P mengalami
kenaikan BB 2 kg
 Nn. P makan habis
dari porsi makan
yang sudah
sediakan
 Antropometri Lila :
18
 TB : 150 cm
 BB: 42 kg
 Hb : 12 g/dl
 KU : Baik
 Bibir : Lembab
 Konjungtiva :
Merah muda
12-05-2019 D.0009 D: S:
DS:  Nn. P tidak lagi
 Nn. P tidak lagi mengeluh pusing
mengeluh pusing dan berkunang-
44

dan berkunang- kunang


kunang  Nn. P tidak
 Nn. P tidak mengalami mual
mengalami mual
DO: O:
 CRT < 2 detik  CRT < 2 detik
 Konjungtiva merah  Konjungtiva
muda merah muda
 Akral teraba hangat  Akral teraba
 Hb: 12 g/dl hangat
A:  Hb: 12 g/dl
 Periksa sirkulasi
perifer A:
 Identifikasi faktor Masalah teratasi:
risiko gangguan  Periksa sirkulasi
sirkulasi perifer
 Lakukan  Identifikasi faktor
pencegahan infeksi risiko gangguan
 Anjurkan untuk sirkulasi
melakukan  Lakukan
perawatan kulit pencegahan
yang tepat infeksi
 Anjurkan program  Anjurkan untuk
diet untuk melakukan
memperbaiki perawatan kulit
sirkulasi yang tepat
R:  Anjurkan
DS: program diet
 Nn. P tidak lagi untuk
mengeluh pusing memperbaiki
dan berkunang- sirkulasi
kunang
 Nn. P tidak P:
mengalami mual Intervensi dihentikan
DO:
 CRT < 2 detik
 Konjungtiva merah
muda
 Akral teraba hangat
 Hb: 12 g/dl
12-05-2019 D.0077 D: S:
DS:  Nn. P mengatakan
 Nn. P mengatakan nyeri sudah hilang
nyeri sudah hilang O:
DO:  Nn. P terlihat
45

 Nn. P terlihat semangat


semangat  Nn. P terlihat
 Nn. P terlihat ceria ceria

A: A:
 Identifikasi skala Masalah teratasi:
nyeri  Identifikasi skala
 Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal  Identifikasi
 Berikan teknik respons nyeri non
nonfarmakologi verbal
untuk mengurangi  Berikan teknik
rasa nyeri nonfarmakologi
 Fasilitasi istirahat untuk mengurangi
dan tidur rasa nyeri
 Ajarkan teknik  Fasilitasi istirahat
nonfarmakologis dan tidur
untuk mengurangi  Ajarkan teknik
rasa nyeri nonfarmakologis
R: untuk mengurangi
DS: rasa nyeri
 Nn. P mengatakan
nyeri sudah hilang P:
DO: Intervensi dihentikan
 Nn. P terlihat
semangat
 Nn. P terlihat ceria

12-05-2019 D.0056 D: S:
DS:  Nn. P tidak lagi
 Nn. P tidak lagi mengeluh lemas
mengeluh lemas  Nn. P sudah
 Nn. P sudah mampu mampu duduk
duduk sendiri tanpa sendiri tanpa
bantuan orang lain bantuan orang
DO: lain
 Nn. P terlihat
semangat O:
 Nn. P sudah dapat  Nn. P terlihat
melakukan aktivitas semangat
kecil  Nn. P sudah dapat
melakukan
A: aktivitas kecil
 Monitor pola dan
jam tidur A:
46

 Monitor kelelahan Masalah teratasi:


fisik dan emosional  Monitor pola dan
 Anjurkan jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor kelelahan
secara bertahap fisik dan
 Sediakan emosional
lingkungan nyaman  Anjurkan
dan rendah melakukan
stimulus aktivitas secara
 Fasilitasi duduk di bertahap
sisi tempat tidur,  Sediakan
jika tidak dapat lingkungan
berpindah atau nyaman dan
berjalan rendah stimulus
R:  Fasilitasi duduk di
DS: sisi tempat tidur,
 Nn. P tidak lagi jika tidak dapat
mengeluh lemas berpindah atau
 Nn. P sudah mampu berjalan
duduk sendiri tanpa
bantuan orang lain P:
DO: Intervensi dihentikan
 Nn. P terlihat
semangat
 Nn. P sudah dapat
melakukan aktivitas
kecil
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan antara kesenjangan yang


terjadi antara praktek dan teori yang di lakukan di Rumah Sakit Kartika
dengan teori yang ada. Di sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut.
Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat di ambil kesempatan atau pemecahan
masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi hingga dapat di gunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut :
A. Pengkajian
Data subjektif pada tinjauan kasus dilihat dari pengkajian di dapatkan
keluhan utama yang di alami klien mengatakan nyeri pada perutnya, nyeri
seperti disayat benda tajam dan terasa diseluruh lapang perutnya, skala nyeri 7
dengan waktu terus menerus. Pasien mengatakan merasa mual dan muntah
serta kurang nafsu makan setelah menjalani kemoterapi. Selama sakit
pasien mengalami penurunan berat badan SMRS 48 kg sekarang menjadi 40
kg. Pasien terlihat lemah dan aktifitas dibantu oleh keluarga.
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium
antaralain, dispepsia, menoragia, menopause lebih dini, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri tekan pada pelvis, lingkar abdomen yang terus
meningkat, sering berkemih, menstruasi yang tidak teratur, perasaan penuh
dan tertekan diperut bagian bawah dan nyeri saat bersenggama. Pada stadium
lanjut mengalami tanda dan gejala seperti asites, penyebaran ke omentum
(lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati), perut
membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan gangguan buang air besar
dan kecil. sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada
Data objektif, pasien tampak terpasang IVFD, Nasal Kanul, Kesadaran
composmentis dengan GCS E4V5M6, TD: 110/80 mmHg, N: 92x/menit, RR:

20x/menit, T: 36,7oC, nyeri pada P: Perubahan posisi, Q: seperti disayat


benda tajam R: seluruh lapang perut, S: 7, T: Terus menerus. Status

47
48

fungsional/aktivitas dan mobilitas Barthel indeks yaitu ketergantungan berat


(7), pemeriksaan fisik head to too dan pemeriksaan neurologis dengan hasil
dalam batas normal, tonus otot pada ekstremitas atas dan bawah 5, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.

L. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang didapat. Penulis menegakan diagnosa
sebagai berikut: Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis ditunjang oleh data
subyektif Nn. P mengatakan nafsu makan berkurang dan merasa mual
muntah serta merasa cepat kenyang saat makan. Data objektif pasien
mengalami penurunan BB 8 kg, hanya mau makan 2 sendok dari porsi makan
yang sudah sediakan hasil antropometri Lila : 17 cm, BB SMRS : 48 kg, BB
sekarang : 40 kg, TB : 150 cm, Hb : 7,7 g/dl, keluhan umum lemah, bibir
tampak kering, konjungtiva : anemis. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d
Penurunan Konsentrasi Hemoglobin dengan data subjektifnya pasien
mengeluh pusing, mata berkunang-kunang dan mengeluh mual. Data objektif
CRT > 2 detik, konjungtiva anemis, akral teraba dingin. Hb: 7,7 g/dl. Nyeri
Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis ditunjang dengan data subjektif pasien
mengeluh nyeri P:jika berganti posisi, Q: seperti disayat benda tajam, R:
seluruh lapang perut, S:skalanya 7,T: terus-menerus. Data objektif pasien
terlihat meringis menahan sakit, gelisah dan terlihat merengek kesakitan.
Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan didukung data subjektif pasien
mengeluh lemas, tidak mampu duduk sendiri tanpa bantuan orang lain. Data
objektif pasien tampak lemah, hanya berbaring ditempat tidurdan aktivitas
pasien tampak dibantu oleh keluarga.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
49

menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan


menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).
M. Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada intervensi yang penulis susun
berdasarkan teori sesuai dengan dignosa keperawatan pada saat pengkajian
didapatkan, tetapi disini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada
teori didapatkan diagnosa prioritas adalah Defisit Nutrisi b/d Faktor
Psikologis.
Pada kasus penulis memprioritaskan masalah yaitu defisit nutrisi b/d faktor
psikologis karena pada saat pengkajian data objektif pasien Nn. P mengatakan
nafsu makan berkurang dan merasa mual muntah serta merasa cepat kenyang
saat makan. Data objektif pasien mengalami penurunan BB 8 kg, hanya mau
makan 2 sendok dari porsi makan yang sudah sediakan hasil antropometri Lila
: 17 cm, BB SMRS : 48 kg, BB sekarang : 40 kg, TB : 150 cm, Hb : 7,7 g/dl,
keluhan umum lemah, bibir tampak ering, konjungtiva : Anemis. Dalam
penetapan tujuan dan kriteria hasil pada masalah nutrisi b/d faktor
psikologis (SDKI-SIKI) tujuan yang direncanakan Manajemen Nutrisi:
Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi. Penyusunan intervensi
keperawatan penulis tidak mengalami banyak kesulitan karena keluarga mau
ikut serta dalam menentukan rencana keperawatan yang akan disusun.
Menurut penulis perencanaan keperawatan pada klien meliputi
kelengkapan data, serta data penunjang lainnya, dan dilakuan menurut kondisi
klien, sehinga peneliti tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik.
N. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan
keperawatan sehingga pelaksanaan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus dalam melaksanakan implementasi baik mandiri dan kolaboratif tidak
ada hambatan atau kendala
Menurut Keliat (1999), Implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
50

memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan


dibutuhkan klien, dengan prinsip ketidaktahuan, ketidakmauan dan
ketidakmampuan sesuai kondisi saat ini, selain itu diharapkan klien bisa
berbicara dengan normal.
O. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada Nn. P penulis menggunakan evaluasi
formatif untuk setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam
dokumentasi, penulis juga melakukan evaluasi sumatif sesuai kriteria hasil,
dari ketiga diagnosa keperawatan masalah tertasi tetapi intervensi diteruskan
oleh perawat ruangan karena perlu perawatan yang lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru. Meskipun
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium
seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh
didalampelvis (Brunner, 2015) . Penyebab kanker ovarium masih
belum jelas, namun beberapa factor yang mungkin berkaitan dengan
timbulnya penyakit ini antara lain : factor reproduksi, factor haid,
factor lingkungan, dan factor gentik.
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami
perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita
karena awal perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang
dianggap wanita adalah hal yang biasa. Pada stadium lanjut yaitu stadium
II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah
bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati,
gastrointestinal, dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia,
asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia.
Peran perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan
keperawatan mulai dari : (1) pengkajian keperawatan, data dapat
diperoleh dari riwayat kesehatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang. (2) diagnose keperawatan,
setelahpengkajian lengkap maka perawat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil pengkajian.
(3) intervensi keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil, serta menyusun intervensi. (4) implementasi
keperawatan, perawat melakukan tindakan keperawatan secara

51
52

mandiri (teknik non farmakologiuntuk mengatasi nyeri) kolaborasi


(manajemenmengontrol kecemasan, manajemen nutrisi untuk menjaga
keseimbangan nutrisi). (5) evaluasi keperawatan, perawat
memantau perkembangan kesehatan pasien.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan untuk penulis maupun
para pembacanya. Kritik dan masukan yang membangun dari pembimbing juga
sangat diharapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
53

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC.

Jakarta.

http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada

tanggal 21 juni 2014

http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada

tanggal 21 juni 2014

http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista

ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-

ovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-

ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014

http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21

juni 2014

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media

Aesculapius. FKUI

Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi

Edisi 2. Jakarta; EGC.

Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai