KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN CA OVARIUM PADA NN. P
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Ca Ovarium Pada Nn. P.
Makalah ini berisikan pembahasan Asuhan Keperawatan Ca Ovarium Pada
Nn. P. Dalam penyusunan Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang
terbaik dengan dukungan dari berbagai sumber atau literatur yang ada. Untuk itu
kami menghaturkan terima kasih kepada:
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam
proses pendidikan.
b. Dosen pembimbing ibu Surtikanti, M.Kep
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
maka dari itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami perlukan demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan
adanya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan...........................................................................................................6
C. Sistematika Penulisan...................................................................................6
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI.................................................................................................8
A. Pengertian......................................................................................................8
B. Etiologi..........................................................................................................8
D. Patofisiologi................................................................................................10
E. Pathway.......................................................................................................12
F. Diagnosis.....................................................................................................12
G. Penatalaksanaan..........................................................................................14
H. Diagnosa......................................................................................................14
I. Intervensi.....................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................18
KASUS...................................................................................................................18
BAB IV..................................................................................................................55
PEMBAHASAN....................................................................................................55
iii
A. Pengkajian...................................................................................................55
B. Diagnosa keperawatan................................................................................56
C. Intervensi.....................................................................................................57
D. Implementasi...............................................................................................57
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................58
BAB V....................................................................................................................59
PENUTUP..............................................................................................................59
A. Kesimpulan.................................................................................................59
B. Saran............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada
ovarium. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker
ovarium seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh
didalampelvis (Brunner, 2015). Tumor ovarium terjadi atas 3 kelompok,
yaitu tumor jinak, borderline (kanker deferensiasi sedang), dan tumor
ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30% terjadi dari seluruh kanker pada
system genetalia wanita (Arania & windarti, 2015).
Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium
menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada
wanita. Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240
wanita meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka
kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2%. Berdasarkan laporan
International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 angka
kejadian kanker ovarium pada tingkat global adalah 3,6% dari 100.000
penduduk. Kelangsungan hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada
stadium I, II, III dan IV yaitu masing-masingnya sekitar 90%, 70%, 39%, dan
17%.
Data Globocan tahun 2012, insiden dan mortalitas kanker ovarium di
Asia menempati urutan ke Sembilan dari penyakit-penyakit kanker yang
menyerang pada system genetalia wanita. Insiden kanker ovarium di Asia
Tenggara sebanyak 47.689 atau sebanyak 47.689 atau sebanyak 5,2% dari
seluruh usia pada wanita (IARC, 2012). Penduduk Indonesia yang
menderita kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak setelah
karsinoma serviks, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Insiden
kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2% dengan
angka mortalitas 7.031 kasus. Data kanker di RS Kanker Dharmais
tahun 2010-2013 pada penyakit kanker ovarium di tahun 2010 terdapat
113 kasus dan kematian sebanyak 22 kasus, pada tahun 2011 terdapat
5
6
146 kasus dan kematian sebanyak 31 kasus, tahun 2012 terdapat 144 kasus
dan kematian sebanyak 27 kasus, tahun 2013 terdapat 134 kasus dan
kematian sebanyak 46 kasus (Kementrian Kesehatan republic Indonesia,
2015).
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun beberapa factor
yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini antara lain : factor
reproduksi, factor haid, factor lingkungan, dan factor gentik
(Kampono N, dkk, 2011). Mayoritas kanker ovarium adalah jenis sel epitel
yang berasal dari epitel ovarium. Kelompok lainnya yaitu non epithelial,
termasuk diantaranya ialah sel tumor germinal, dan tumor sex-cord
stromal. Terdapat beberapa stadium pada kanker ovarium yang dibagi
menurut International Federation of Gynecologi and Obstetri (FIGO)
tahun 1988 . dalam penanganan kanker ovarium dilaksanakan berdasarkan
stadium penyakit. Prognosis kanker ovarium buruk pada pasien stadium
menengah dan lanjut (Jihong L, 2011).
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami
perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena
awal perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap
wanita adalah hal yang biasa. Pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan
mengalami perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan
luar pelvis misalnya jaringan hati, gastrointestinal, dan paru-paru sehingga
akan menyebabkan anemia, asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan
anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik
dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama
hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur
teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan
dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri,
memberikan kesempatan pada mereka untuk menceritakan dan mengatasi
rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan sumber dukungan bagi
keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013). Peran perawat pada
7
9
10
4. Menarche dini
5. Diet tinggi lemak
6. Riwayat kanker payudara
7. Merokok
8. Alkohol
9. Penggunaan bedak talk perineal
10. Nulipara
11. Infertilitas
12. Tidak pernah melahirkan
13. Terapi penggantian hormon
14. Kontrasepsi ora
E. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah:
1. Dispepsia
2. Menoragia
3. Menopause lebih dini
4. Rasa tidak nyaman pada abdomen
5. Nyeri tekan pada pelvis
6. Lingkar abdomen yang terus meningkat
7. Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon
atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik
1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium anatara lain:
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah
c. Nyeri saat bersenggama
11
dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002).
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan
menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006).
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan
timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi
ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007).
13
G. Pathway
H. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan:
1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik
2. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan
kristik.
3. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di
mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu
atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
14
I. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan
pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan
struktur di sekitarnya.
J. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah
aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa
keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi
Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas jaringan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang
tidak adekuat
K. Intervensi
Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai
dengan:
a. Nyeri pada abdomen
b. Bengkak pada abdomen
c. Ekspresi wajah nampak meringis
Tujuan: Nyeri teratasi
Kriteria:
a. Klien mengatakan nyeri hilang
16
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri, lamanya Mempermudah melakukan
lokasi dan skala intensitas intervensi selanjutnya.
nyeri.
Peningkatan TTV merupahan
b. Monitor tanda-tanda vital.
indikasi peningkatan intensitas
nyeri.
c)
c. Ajarkan teknik relaksasi
(nafas dalam). Teknik relaksasi dapat
menghambat/mengurangi spasme
otot.
d. Atur posisi yang
Memperlancar penekanan darah
menyenangkan
yang dapat mengurangi ketegangan
dan memperlancar sirkulasi darah.
e. Lanjutkan pemberian
Menghilangkan nyeri/
obat analgetik.
ketidaknyamanan
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Mengetahui keadaan klien dan
pedoman tindakan selanjutnya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Peningkatan TTV sebagai
indikator terjadinya infeksi.
silang.
Tgl : 09/05/2019
Hb : 5,4 g/dl
Hematokrit : 17,5 %
Leukosit : 12,6
Eritrosit : 2,11 g/dl
Penatalaksanaan Therapi :
1. Morphin dicampur dengan
2. Levica 0,1% 3x10cc
Obat kemoterapi :
1. Bleomycin 3x15mg (IV) drip
2. Etoposid 3x100mg (IV) drip
3. Carboplatin 1x200 mg (IV) drip
19
20
Alamat Telepon
Dalam Kaum, Kab Sambas -
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan Utama
Klien mual muntah setelah kemoterapi, Perut klien membesar, Klien merasa nyeri didaerah perutnya
terasa disayat benda tajam, dan terasa diseluruh lapang perutnya, klien mengalami pusing, berkunang-
kunang, Nafsu makan berkurang
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami Ca Ovarium Stadium III
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Umur Kondisi
Feeding Kehamilan Lahir Saat
No. Tanggal L/P BB Lama Jenis Ket
(minggu) ini
lahir Persalinan Persalinan
- - - - - - - - - -
1.
2.
21
3.
4.
5.
6.
7.
Menstruasi
Siklus Frekuensi Lamanya Jumlah darah Nyeri
- - / bln - - -
Penyakit yang biasa Demam Rheumatik Penyakit Jantung Penyakit Paru
timbul pada masa kanak- - - -
kanak:
-
Kejang Penyakit Menular Seksual Alergi Transfusi darah
- - - -
Kecelakaan Pembedahan Penyakit Saluran Perkemihan
- - -
Saudara kandung tidak mengalami penyakit keturunan Tidak mengalami penyakit keturunan seperti Hipertensi,
seperti Hipertensi, Diabetes Melitus Diabetes Melitus
PEMERIKSAAN FISIK
Penampilan Umum Tinggi Badan Tekanan Darah Mata: Fundus :
Lemah 160 110/80 mmHg Mata lengkap, -
simetris kanan dan
kiri., kornea mata
jernih kanan dan
kiri. Konjuntiva
anemis dan sklera
tidak ikterik
Kelopak
mata/palepebra
tidak ada
pembengkakan.
Adanya reflek
cahaya pada pupil
dan bentuk isokor
kanan dan kiri,
iriskanan kiri
berwarna hitam,
tidak ada kelainan
Telinga Mulut Gigi Tenggorokan Thyroid
Bentuk telinga Keadaan mukosa bibir Tidak ada caries Posisi trakhea Kelenjar getah
sedang, simetriskanan kering danpucat. gigi, gigi utuh letak ditengah dan bening tidak teraba,
dan kiri. Lubang Tonsil ukuran tidak ada kelainan, kelenjar tiroid tidak
telingabersih, tidak normaluvula letak tidak ada nyeri teraba
ada serumenberlebih, simetris ditengah tekan dan
pendengaran pembengkakan
berfungsidengan baik
Dada Payudara Papilla Mammae Jantung Paru-paru
Bentuk dada simetris, Bentuk simetris, tidak Menonjol I: Tidak terlihat I: Pergerakkan
tidak ada nyeri tekan ada pembengkakan iktus cordis dinding dada
P: Iktus cordis tampak simetris
teraba kiri/kanan
P: Perkusi jantung P: Fermitus teraba
23
..........................................................
ANALISIS DATA
S:7
T : terus-menerus
DO:
Nn. P terlihat meringis menahan sakit
Nn. P gelisah
Nn. P terlihat merengek kesakitan
4. DS: Intoleransi Aktivitas b/d
Nn. P mengeluh lemas Kelemahan
Nn. P mengatakan tidak mampu
duduk sendiri tanpa bantuan orang
lain
DO:
Nn. P terlihat lemah
Nn. P hanya berbaring ditempat tidur
Aktivitas Nn. P dibantu oleh keluarga
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
N TANGGAL TANGGAL TANDA
RUMUSAN
O DITEMUKAN TERATASI TANGAN
1 Defisit Nutrisi b/d 10-05-2019
Faktor Psikologis
2 Perfusi Perifer 10-05-2019
Tidak Efektif b/d
Penurunan
Konsentrasi
Hemoglobin
3 Nyeri Akut b/d 10-05-2019
Agen Pencedera
Fisiologis
4 Intoleransi Aktivitas 10-05-2019
b/d Kelemahan
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
NO NO. DX KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)
(SLKI)
1 D.0019 (SLKI) Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan Identifikasi status
3x24 jam diharapkan nutrisi
26
(menurun) ekstremitas
Kelemahan otot 5 Terapeutik:
(menurun) Hindari
Pengisian kapiler 5 pemasangan infus
(membaik) atau pengambilan
Akral 5 (membaik) darah di area
Turgor kulit 5 keterbatasan perfusi
(membaik) Hindari
pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan
dan pemasangan
torniquet pada area
yang cedera
Lakukan
pencegahan infeksi
Lakukan hidrasi
Edukasi:
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan
berolahraga rutin
Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah,
antikoagulan, dan
penurun kolestrol,
jika perlu
Anjurkan untuk
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan
3 D.0077 (SLKI) Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan Observasi:
28
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
4 D.0056 (SLKI) Intoleransi Manajemen Energi
Aktivitas Observasi:
Setelah dilakukan Identifikasi
tindakan keperawatan gangguan fungsi
3x24 jam diharapkan tubuh yang
Toleransi aktivitas mengakibatkan
meningkat dengan kelelahan
kriteria hasil: Monitor pola dan
Kemudahan dalam jam tidur
melakukan aktivitas Monitor kelelahan
sehari-hari 5 fisik dan emosional
(meningkat) Edukasi:
Kekuatan tubuh Anjurkan tirah
bagian atas dan baring
bawah 5 (meningkat) Anjurkan
Keluhan lelah 5 melakukan aktivitas
(menurun) secara bertahap
Dispnea saat aktivitas Terapeutik:
5 (meningkat) Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
30
31
10-05-2019 D.0077 D: S:
DS: Nn. P mengeluh
Nn. P mengeluh nyeri
nyeri P : jika berganti
P : jika berganti posisi
posisi Q : seperti disayat
Q : seperti disayat benda tajam
benda tajam R : seluruh lapang
R : seluruh lapang perut
perut S:7
S:7 T : terus-menerus
T : terus-menerus O:
DO: Nn. P terlihat
Nn. P terlihat meringis menahan
meringis menahan sakit
sakit Nn. P terlihat
Nn. P terlihat gelisah
gelisah Nn. P terlihat
Nn. P terlihat merengek
merengek kesakitan kesakitan
A:
Identifikasi lokasi, A:
karakteristik, Masalah belum
durasi, frekuensi, teratasi:
kualitas, intensitas Identifikasi lokasi,
nyeri karakteristik,
Identifikasi skala durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas
Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal Identifikasi skala
Identifikasi faktor nyeri
yang memperberat Identifikasi
dan memperingan respons nyeri non
nyeri verbal
Berikan teknik Identifikasi faktor
nonfarmakologi yang
untuk mengurangi memperberat dan
35
gangguan fungsi A:
tubuh yang Masalah belum
mengakibatkan teratasi:
kelelahan Identifikasi
Monitor pola dan gangguan fungsi
jam tidur tubuh yang
Monitor kelelahan mengakibatkan
fisik dan emosional kelelahan
Anjurkan Monitor pola dan
melakukan aktivitas jam tidur
secara bertahap Monitor kelelahan
Sediakan fisik dan
lingkungan nyaman emosional
dan rendah Anjurkan
stimulus melakukan
Berikan aktivitas aktivitas secara
distraksi yang bertahap
menenangkan Sediakan
Fasilitasi duduk di lingkungan
sisi tempat tidur, nyaman dan
jika tidak dapat rendah stimulus
berpindah atau Berikan aktivitas
berjalan distraksi yang
R: menenangkan
DS: Fasilitasi duduk di
Nn. P mengeluh sisi tempat tidur,
lemas jika tidak dapat
Nn. P mengatakan berpindah atau
tidak mampu berjalan
duduk sendiri tanpa
bantuan orang lain P:
DO: Intervensi dilanjutkan
Nn. P terlihat lemah
Nn. P hanya
berbaring ditempat
tidur
Aktivitas Nn. P
dibantu oleh
keluarga
11-05-2019 D.0019 D: S:
DS: DS:
Nn. P mengatakan Nn. P mengatakan
nafsu makan masih nafsu makan
berkurang dan masih berkurang
merasa mual dan merasa mual
37
muntah muntah
Nn. P mengatakan Nn. P mengatakan
masih cepat masih cepat
kenyang saat kenyang saat
makan makan
DO:
Nn. P mengalami O:
penurunan BB 8 kg Nn. P mengalami
Nn. P hanya mau penurunan BB 8
makan 2 sendok kg
dari porsi makan Nn. P hanya mau
yang sudah makan 2 sendok
sediakan dari porsi makan
Antropometri Lila : yang sudah
17 cm, BB SMRS : sediakan
48 kg, BB Antropometri Lila
sekarang : 40 kg, : 17 cm, BB SMRS
TB : 150 cm : 48 kg, BB
Hb : 7,7 g/dl sekarang : 40 kg,
KU : Lemah TB : 150 cm
Bibir : Kering Hb : 7,7 g/dl
Konjungtiva : KU : Lemah
Anemis Bibir : Kering
A: Konjungtiva :
Identifikasi status Anemis
nutrisi
Identifikasi alergi A:
dan intoleransi Masalah belum
makanan teratasi:
Monitor asupan Identifikasi status
makanan nutrisi
Monitor berat Monitor asupan
badan makanan
Sajikan makanan Monitor berat
secara menarik dan badan
suhu yang sesuai Anjarkan diet
Anjarkan diet yang yang
diprogramkan diprogramkan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk P:
menentukan jumlah Intervensi dilanjutkan
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
R:
38
DS:
DS:
Nn. P mengatakan
nafsu makan masih
berkurang dan
merasa mual
muntah
Nn. P mengatakan
masih cepat
kenyang saat
makan
DO:
Nn. P mengalami
penurunan BB 8 kg
Nn. P hanya mau
makan 2 sendok
dari porsi makan
yang sudah
sediakan
Antropometri Lila :
17 cm, BB SMRS :
48 kg, BB
sekarang : 40 kg,
TB : 150 cm
Hb : 7,7 g/dl
KU : Lemah
Bibir : Kering
Konjungtiva :
Anemis
11-05-2019 D.0009 D: S:
DS: Nn. P masih
Nn. P masih mengeluh pusing
mengeluh pusing dan berkunang-
dan berkunang- kunang
kunang Nn. P masih
Nn. P masih mengeluh mual
mengeluh mual
DO: O:
CRT < 2 detik CRT < 2 detik
Konjungtiva anemis Konjungtiva
Akral teraba dingin anemis
Hb: 7,7 g/dl Akral teraba
A: dingin
Periksa sirkulasi Hb: 7,7 g/dl
perifer
39
Identifikasi faktor A:
risiko gangguan Masalah belum
sirkulasi teratasi:
Monitor panas, Periksa sirkulasi
kemerahan, nyeri, perifer
atau bengkak pada Identifikasi faktor
ekstremitas risiko gangguan
Hindari sirkulasi
pemasangan infus Lakukan
atau pengambilan pencegahan
darah di area infeksi
keterbatasan Anjurkan untuk
perfusi melakukan
Hindari perawatan kulit
pengukuran yang tepat
tekanan darah pada Anjurkan
ekstremitas dengan program diet
keterbatasan untuk
perfusi memperbaiki
Lakukan sirkulasi
pencegahan infeksi
Anjurkan untuk P:
melakukan Intervensi dilanjutkan
perawatan kulit
yang tepat
Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan
R:
DS:
Nn. P masih
mengeluh pusing
dan berkunang-
kunang
Nn. P masih
mengeluh mual
DO:
CRT < 2 detik
Konjungtiva anemis
Akral teraba dingin
40
R:
DS:
Nn. P mengatakan
nyeri sudah
berkurang
P : jika berganti
posisi
Q : seperti disayat
benda tajam
R : seluruh lapang
perut
S:4
T : hilang timbul
DO:
Nn. P terlihat
sedikit meringis
menahan sakit
Nn. P terlihat
gelisah
11-05-2019 D.0056 D: S:
DS: Nn. P masih
Nn. P masih mengeluh lemas
mengeluh lemas Nn. P masih tidak
Nn. P masih tidak mampu duduk
mampu duduk sendiri tanpa
sendiri tanpa bantuan orang
bantuan orang lain lain
DO:
Nn. P terlihat lemah O:
Nn. P hanya Nn. P terlihat
berbaring ditempat lemah
tidur Nn. P hanya
Aktivitas Nn. P berbaring
dibantu oleh ditempat tidur
keluarga Aktivitas Nn. P
A: dibantu oleh
Identifikasi keluarga
gangguan fungsi
tubuh yang A:
mengakibatkan Masalah belum
kelelahan teratasi:
Monitor pola dan Monitor pola dan
jam tidur jam tidur
Monitor kelelahan Monitor kelelahan
fisik dan emosional fisik dan
42
Anjurkan emosional
melakukan aktivitas Anjurkan
secara bertahap melakukan
Sediakan aktivitas secara
lingkungan nyaman bertahap
dan rendah Sediakan
stimulus lingkungan
Berikan aktivitas nyaman dan
distraksi yang rendah stimulus
menenangkan Fasilitasi duduk di
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
sisi tempat tidur, jika tidak dapat
jika tidak dapat berpindah atau
berpindah atau berjalan
berjalan
R: P:
DS: Intervensi dilanjutkan
Nn. P masih
mengeluh lemas
Nn. P masih tidak
mampu duduk
sendiri tanpa
bantuan orang lain
DO:
Nn. P terlihat lemah
Nn. P hanya
berbaring ditempat
tidur
Aktivitas Nn. P
dibantu oleh
keluarga
12-05-2019 D.0019 D: S:
DS: DS:
Nn. P mengatakan Nn. P mengatakan
nafsu makan nafsu makan
bertambah dan bertambah dan
tidak merasa mual tidak merasa mual
muntah lagi muntah lagi
DO:
Nn. P mengalami O:
kenaikan BB 2 kg Nn. P mengalami
Nn. P makan habis kenaikan BB 2 kg
dari porsi makan Nn. P makan
yang sudah habis dari porsi
sediakan makan yang sudah
43
A: A:
Identifikasi skala Masalah teratasi:
nyeri Identifikasi skala
Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal Identifikasi
Berikan teknik respons nyeri non
nonfarmakologi verbal
untuk mengurangi Berikan teknik
rasa nyeri nonfarmakologi
Fasilitasi istirahat untuk mengurangi
dan tidur rasa nyeri
Ajarkan teknik Fasilitasi istirahat
nonfarmakologis dan tidur
untuk mengurangi Ajarkan teknik
rasa nyeri nonfarmakologis
R: untuk mengurangi
DS: rasa nyeri
Nn. P mengatakan
nyeri sudah hilang P:
DO: Intervensi dihentikan
Nn. P terlihat
semangat
Nn. P terlihat ceria
12-05-2019 D.0056 D: S:
DS: Nn. P tidak lagi
Nn. P tidak lagi mengeluh lemas
mengeluh lemas Nn. P sudah
Nn. P sudah mampu mampu duduk
duduk sendiri tanpa sendiri tanpa
bantuan orang lain bantuan orang
DO: lain
Nn. P terlihat
semangat O:
Nn. P sudah dapat Nn. P terlihat
melakukan aktivitas semangat
kecil Nn. P sudah dapat
melakukan
A: aktivitas kecil
Monitor pola dan
jam tidur A:
46
47
48
L. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang didapat. Penulis menegakan diagnosa
sebagai berikut: Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis ditunjang oleh data
subyektif Nn. P mengatakan nafsu makan berkurang dan merasa mual
muntah serta merasa cepat kenyang saat makan. Data objektif pasien
mengalami penurunan BB 8 kg, hanya mau makan 2 sendok dari porsi makan
yang sudah sediakan hasil antropometri Lila : 17 cm, BB SMRS : 48 kg, BB
sekarang : 40 kg, TB : 150 cm, Hb : 7,7 g/dl, keluhan umum lemah, bibir
tampak kering, konjungtiva : anemis. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d
Penurunan Konsentrasi Hemoglobin dengan data subjektifnya pasien
mengeluh pusing, mata berkunang-kunang dan mengeluh mual. Data objektif
CRT > 2 detik, konjungtiva anemis, akral teraba dingin. Hb: 7,7 g/dl. Nyeri
Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis ditunjang dengan data subjektif pasien
mengeluh nyeri P:jika berganti posisi, Q: seperti disayat benda tajam, R:
seluruh lapang perut, S:skalanya 7,T: terus-menerus. Data objektif pasien
terlihat meringis menahan sakit, gelisah dan terlihat merengek kesakitan.
Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan didukung data subjektif pasien
mengeluh lemas, tidak mampu duduk sendiri tanpa bantuan orang lain. Data
objektif pasien tampak lemah, hanya berbaring ditempat tidurdan aktivitas
pasien tampak dibantu oleh keluarga.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
49
A. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru. Meskipun
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium
seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh
didalampelvis (Brunner, 2015) . Penyebab kanker ovarium masih
belum jelas, namun beberapa factor yang mungkin berkaitan dengan
timbulnya penyakit ini antara lain : factor reproduksi, factor haid,
factor lingkungan, dan factor gentik.
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami
perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita
karena awal perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang
dianggap wanita adalah hal yang biasa. Pada stadium lanjut yaitu stadium
II-IV akan mengalami perubahan pada tubuh karena sudah
bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan hati,
gastrointestinal, dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia,
asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia.
Peran perawat pada kasus kanker ovarium yaitu melakukan asuhan
keperawatan mulai dari : (1) pengkajian keperawatan, data dapat
diperoleh dari riwayat kesehatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang. (2) diagnose keperawatan,
setelahpengkajian lengkap maka perawat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan masalah yang muncul dari hasil pengkajian.
(3) intervensi keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil, serta menyusun intervensi. (4) implementasi
keperawatan, perawat melakukan tindakan keperawatan secara
51
52
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan untuk penulis maupun
para pembacanya. Kritik dan masukan yang membangun dari pembimbing juga
sangat diharapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada
http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
juni 2014
Aesculapius. FKUI
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka.