Disusun
Oleh:
HAFIZUDDIN (200202022)
ILHAM WAHYU (200202074)
AYU SASTYA (200202009)
YOHANA OKTAVIA PURBA (200202066)
SEPTYANA NDAHA (200202053)
2021/2022
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Yayasan
Pemenang Jiwa Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa
dalam menyelesaikan Profesi Ners.. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak pihak yang
membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep Jiwa selaku Koordinator Profesi Ners dan
dosen pembimbing Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
3. Staf dan Pegawai Yayasan Pemenenang Jiwa Sumatera
4. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa untuk menyelesaikan tugas
makalah ini .
5. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang
telah bersama-sama menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami dari
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang akan datang dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan respon yang tidak adaptif dari lingkungan dalam
dan luar diri, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan prilaku yang tidak sesuai
dengan budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan fisik. Salah
satu gangguan jiwa yang paling berat dan bersifat kronis adalah skizofrenia
(Townsend & Morgan, 2017; Pardede J, 2020).Skizofrenia adalah suatu gangguan
jiwa yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi,
gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang tidak wajar atau tumpul,
gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan mengalami kesukaran
melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2014). Seorang yang mengalami
skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan menerima
realita, gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta
gangguan dalam melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia
70% mengalami halusinasi (Stuart, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2015 memperkirakan 450 juta orang seluruh
dunia mengalami gangguan jiwa saat ini dan dua puluh lima persen penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
tahun di United States, dan 2 juta diseluruh dunia. Kira-kira sekitar 1% dari
emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas yaitu 6%, angka ini setara dengan
14 juta penduduk. Sedangkan gangguan jiwa berat, rata-rata sebesar 0,17% atau
setara dengan 400.000 penduduk, berdasarkan dari data tersebut bahwa data
Indonesia mencapai 2,5 juta orang. Angka kejadian skizofrenia biasanya terjadi
pada remaja tua dan dewasa muda, dan angka itu kadang-kadang terjadi setelah
usia 50 tahun, walaupun lebih jarang 50% klien skizofrenia melakukan percobaan
bunuh diri. sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah
Didapatkan data dari bulan Januari sampai Februari 2017 tercatat jumlah pasien
rawat inap 403 orang. Sedangkan jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik
rawat inap maupun rawat jalan kasus halusinasi mencapai 5077 kasus, perilaku
kekerasan 4074 kasus, isolasi sosial: menarik diri 1617 kasus, harga diri rendah
1087 kasus dan defisit perawatan diri 1634 kasus. Rata-rata terdapat 150 klien
orang (10%), dan klien dengan waham sekitar 8 orang (5%). Dari 90 klien yang
mengalami halusinasi dengar sekitar 50% (45 klien), halusinasi penglihatan 45%
(40 klien) dan gangguan halusinasi lain sekitar 5% (5 klien). Pada tahun 2015 dari
160 klien gangguan jiwa 89 klien mengalami skizofrenia, dan 44 klien mengalami
halusinasi pendengaran. Ini merupakan angka yang cukup besar dan perlu
menyebabkan halusinasi muncul dan respons klien saat halusinasi muncul, untuk
halusinasi kambuh, penerapan ini dapat menjadi jadwal kegiatan sehari-hari yang
dapat diterapkan klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah halusinasi yang
dialami klien dengan gangguan persepsi sensori (halusinasi dengar) (Keliat dkk,
2012).
melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi dan terapi non
klien yaitu bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani
pada gangguan persepsi sensori (halusinasi dengar). Jika pasien sudah pulang
maka anjurkan pasien untuk membuat jadwal kegiatan harian dirumah sesuai
anjurkan pasien untuk minum obat tepat waktu, dan anjurkan pasien untuk
konsultasi kepada dokter sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dari latar belakang
Pendengaran”
1.3 Tujuan.
Jiwa Sumatera.
a. Bagi Klien
dalam penanganan kasus jiwa yang dialami dengan kasus nyata dalam
b. Bagi Perawat
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar informasi dan pertimbangan untuk
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi.
Hermann, 2008).
kemunduran kemauan.
berkabut.
1. Gejala primer.
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
f. Emosi berlebihan.
baik.
lain.
2. Gejala psikomotor.
a. Stupor atau hiperkinesia, longorea dan neologisme
b. Stereotipi
e. Autisme
3. Gejala sekunder.
a. Waham
b. Halusinasi.
2.2.1 Definisi
lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mendengarkan suara – suara tetapi pada kenyataannya tidak ada orang yang
dengan adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sstem
penginderaan dimana pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik
2015).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah suatu gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
(olfactory).
mencapai urutan kedua dengan rata – rata 20%, sementara jenis halusinasi
Penghidu Menghirup bau – bauan tertentu seperti bau darah, bau urin, atau bau
feses, umumnya bau – bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
Pengecapan Merasa mengecap rasa sesuatu seperti darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
Cenesthetics Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
Halusinasi yang dialami klien bisa berbeda intensitas dan tingkat keparahannya.
Menurut Stuart dan Laraia, (2005) membagi fase – fase halusnasi dalam 4 fase
berdasarkan tingkat ansietas atau kecemasan yang dialami dan kemampuan klien
PSIKOTIK RINGAN
Fase III : Controliing 1. Klien berhenti melakukan 1. Kemauan yang dikendalikan
Ansietas berat. perlawanan terhadap halusinasi halusinasi akan lebih diikuti.
Pengalaman sensori dan menyerah pada halusinasi 2. Kesukaran berhubungan dengan orang
menjadi berkuasa. tersebut. lain.
2. Isi halusinasi menjadi menarik. 3. Rentang perhatian hanya beberapa
3. Klien mungkin mengalami detik atau menit.
pengalaman kesepian jika sensori 4. Adanya tanda – tanda fisik ansietas
halusinasi berhenti. berat : berkeringat, termor atau
gemetar, dan tidak mampu mematuhi
perintah.
5. Isi halusinasi menjadi atraktif.
6. Perintah halusinasi ditaati.
PSIKOTIK 7. Tidak mampu mengikuti perintah dari
perawat.
Fase IV : Conquering. 1. Pengalaman sensori menjadi 1. Perilaku eror akibat panik.
Panik. mengancam jika klien mengikuti 2. Potensi kuat suicide atau homicide.
Umumnya menjadi perintah halusinasinya. 3. Aktifitas fisik merefleksikan isi
melebur dalam 2. Halusinasinya berakhir dari halusinasi seperti perilaku kekerasan ,
halusinasinya. beberapa jam atau hari jika tidak agitasi, menarik diri, atau katatonik.
ada intervensi therapeutic. 4. Tidak mampu nerespon perintah yang
kompleks.
5. Tidak mampu merespon lebih dari
PSIKOTIK BERAT satu orang.
6. Agitasi atau katatonik.
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Stuart dan Laraia, 2005) yaitu :
a. Dimensi Fisik.
dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
b. Dimensi Emosional.
c. Dimensi Intelektual.
d. Dimensi Sosial.
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri, dan harga diri yang tidak
maka individu tersebut bisa membahayakan orang lain. Oleh karena itu,
e. Dimensi Spiritual.
berada dalam rentang respon neurobiologis (Stuart dan Laraia, 2005). Ini
merupakan respon persepsi paling mal adaptif. Jika klien sehat maka
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena suatu
yang diterimanya yang disebut dengan ilusi. Klien mengalami ilusi jika
dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laraia, 2005), dibawah ini antara lain :
a. Faktor Predisposisi.
1. Faktor Genetik.
3. Faktor neurobiology.
glutamat.
4. Faktor biokimia.
(DMP).
5. Faktor Sosiokultural.
klien dibesarkan.
6. Psikologis.
7. Teori Virus.
8. Study neurotransmitter.
b. Faktor presipitasi,
gatting abnormal).
Gejala – gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku
1. Nutrisi kurang.
2. Kurang tidur.
3. Ketidakseimbangan irama sirkadian.
4. Kelelahan.
KESEHATAN 5. Infeksi.
6. Obat – obatan sistem syaraf pusat.
7. Kurangnya latihan.
8. Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
stimulus internal.
1. Isi Halusinasi, yang dialami oleh klien. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan suara siap yang didengar dan apa yang dikatakan berkata
2.2.8 Patofisiologi.
Skizofrenia
perawat dapat
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi menurut Keliat (2014)
adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif adalah
gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak dan abnormalitas
pada mekanisme pintu masuk dalam otak, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Stres sosial / budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
terpisahnya dengan orang terpenting atau disingkirkan dari kelompok.
d. Faktor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan perkembangan gangguan
sensori persepsi halusinasi.
e. Mekanisme koping
Menurut Keliat (2014) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi
dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk
aktivitas sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan
persepsi dan menarik diri.
f. Sumber koping
Menurut Keliat (2014) sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman
tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga
dapat pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor ketersediaan
waktu dan tenaga serta kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi
Menurut Keliat (2014), batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara teratawa
sendiri, bersikap seperti memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah – tengah
kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi, pembicaraan kacau dan
merusak diri sendiri, orang lain serta lingkungan.
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2009-2011) diagnosa keperawatan utama pada klien
dengan prilaku halusinasi adalah Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
(pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penciuman). Sedangkan
diagnosa keperawatan terkait lainnya adalah Isolasi social dan Resiko menciderai diri
sendiri, lingkungan dan orang lain.
1. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat dapat membantu
pasienskizofrenia untuk meminimalkan gejala perilaku kekerasan, halusinasi, dan
harga diri rendah. Sehingga pasien skizofrenia harus patuh minum obat secara
teratur dan mau mengikuti perawatan (Pardede, Keliat, Wardani, 2013):
a. Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah,
agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait skizofrenia dan
gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP)
Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson dan pengendalian
gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.
1) Dosis
- Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
- Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai
keadaan akut teratasi.
1. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan terapeutik, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur terhadap klien.
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien
yang diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta
respon klien.
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.S
Tanggal Pengkajian : 17 Februari 2021
Umur : 49 Tahun
MR No :
Informan : Klien dan penjaga pasien di yayasan
A. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak 6 tahun yang lalu dan pernah masuk RSJ.
Di rumah klien tidak rutin minum obat dan pergi merantau ke kota Pematang siantar selama 2 tahun.
Semenjak di Siantar Klien tidak pernah Kontrol ke RSJ ataupun klinik Jiwa, sehingga timbul gejala di
atas kemudian klien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu untuk di
lakukan perawatan. dirawat di RSJ yaitu Risperidon 2 mg (2x1) dan Clozapin 25 mg (1x1).Klien
merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara.
Masalah Keperawatan :
- Halusinasi Pendengaran
- Resiko Perilaku kekerasan
- Regiment teraupetik inefektif
FISIK
Tanda vital
TD : 110/90 mmHg, N : 96 x/I, S : 37 0 C, P : 20 x/i
TB : 150 cm, BB : 55 Kg
Klien tidak memiliki keluhan fisik.
22
B. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Satu Rumah
: Laki – Laki
: Wanita
: Laki – Laki Yang Meninggal
: Perempuan Yang Meninggal
: Klien
: Keluarga Yang Sakit
Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa klien merupakan anak ke 2 dari 2
bersaudara, tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien sudah
menikah dan memiliki seorang anak laki-laki.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya
b. Identitas Diri: Klien memiliki latar belakang pendidikan SMP, sebelum
dirawat di RSJ klien pernah bekerja sebagai penjaga toko dan klien merasa
senang dengan pekerjaannya.
c. Peran Diri : Klien sebagai ayah, klien merasa tidak berguna karena tidak dapat
membantu keluarga.
d. Ideal diri : Klien mengatakan malu bahwa dia memiliki gangguan jiwa dan
tidak bekerja lagi, klien berharap segera sembuh dan bekerja kembali, klien
sedih dan putus asa karena penyakitnya tak kunjung sembuh dan klien merasa
tidak di pedulikan keluarga karena jarang di jenguk.
e. Harga diri : klien merasa tidak berguna karena dirawat di RSJ
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :Orang tua,Istri dan Anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Tidak berperan dalam
kegiatan sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Penyakit Os
Masalah keperawatan : Gangguan Interaksi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam dan pasien mempercayai
adanya TUHAN.
b. Kegiatan ibadah : Klien selama dirawat sering beribadah walau pakaian
yang digunakan tidak sesuai untuk beribadah.
Masalah keperawatan: tidak ada Masalah keperawatan
C. STATUS MENTAL
1. Klien berpenampilan kurang rapi dan kurang bersih dalam berpakaian
2. Klien menjawab setiap pertanyaan dengan lambat sesuai dengan yang ditanyakan
oleh perawat.
3. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti merapikan kamar, mencuci
piring, dan mandi sendiri.
4. Klien merasa sedih dan putus asa karena tidak kunjung sembuh, merasa tidak
berguna karena tidak dapat membantu keluarga, klien merasa malu karena di rawat
di RSJ.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
5. Klien tidak Labil
6. Selama proses interaksi, klien cukup kooperatif serta kontak mata baik antara
perawat-klien
7. Klien ketakutan saat mengalamihalusinasi pendengaran yaitumendengar suara-
suara menyuruhnya untuk bercakap-cakap keluar dari rumah sampai membakar
kendaraan orang lain dan mengganggu orang lain. Timbul pada saat sendiri dan
terjadi pada sore hari.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
8. Klien mengutarakan pendapat dengan baik
9. Klien menyampaikan isi pikir sesuai dengan pertanyaan
10. Klien dalam keadaan sadar (Composmentis) serta memiliki orientasi yang baik
terkait orang, tempat, waktu.
11. Klien mampu mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu
12. Klien mampu fokus pada topik pembicaraan.
13. Klien mampu membedakan yang baik dan buruk dalam kegiatan sehari-hari
14. Daya tilik diri yakni klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
halusinasi dan ingin segera sembuh.
E. MEKANISME KOPING
Klien masih ingin berbicara dengan orang lain
H. ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
- Mendengar suara-suara yang menyuruhnya Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi pendengaran
keluyuran dan tidak bisa tidur. Timbul pada saat
sendiri atau melamun dan marah tidak menentu,
timbul pada sore hari.
- Gelisah bila mendenegar suara-suara tersebut
- Bicara sendiri, Mondar-mandir, Tampak tegang,
Tidak mampu mempertahankoan kontak mata
- Mudah marah dan emosi, gelisah, ketakutan Resiko Perilaku Kekerasan
dengan bayangan halusinasi
Halusinasi Pendengaran
Tindakan Keperawatan :
( Pukul 11.20 )
Sp 1 Halusinasi
1. Mengidentifikasi isi, waktu,
frekuensi, faktor pencetus dan
respon klien terhadap
halusinasi
2. Melatih cara menghardik
halusinasi : “tutup mata, pergi-
pergi kamu palsu, kamu tidak
nyata”
RTL :
Sp 2Halusinasi:Mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat
teratur .
08 Oktober Data : S: Senang
2019, jam - Mendengar suara-suara timbul O:
10.00 WIB pada saat sendiri atau - Klien mengerti cara minum obat teratur
melamun dan tidak menentu, dengan bantuan
timbul 3kali/hari. Gelisah bila A:
mendengar halusinasi tersebut, Halusinasi pendengaran (+)
Bicara sendiri, sulit tidur, P:
muka tegang, mondar-mandiri. - Latihan Mengidentifikasi halusinasi
pendengaran 1 x 1 hari
Dx. Keperawatan : - Latihan menghardik 2 x 1 hari
Halusinasi pendengaran - Latihan minum obat 2x 1 hari
Tindakan Keperawatan :
(Pukul 10.00)
SP 2 Halusinasi
1. Mengevaluasi kemampuan
klien tentang cara
mengidentifikasi dan
menghardik halusinasi, jika
pasien mengerti maka
lanjutkan Sp selanjutnya
2. Memberikan informasi tentang
penggunaan obat yang teratur
meliputibenar orang, benar
cara, benar dosis, benar obat
dan benar waktu.
a. Risperidon 2 mg (2 x 1 )
b. Clozapine 25 mg (1x1)
RTL :
SP 3 Halusinasi : mengendalikan
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
09 oktober Data : S: Senang
2019, Jam - Mendengar suara-suara timbul O:
15.00 WIB pada saat sendiri atau - Klien mampu melakuan latihan bercakap-
melamun dan marah tidak cakap dengan orang lain dengan bantuan
menentu, timbul 3kali/hari. A:
Gelisah bila melihat bayangan Halusinasi pendengaran (+)
halusinasi tersebut, Bicara P:
sendiri, sulit tidur, mondar- - Latihan Mengidentifikasi halusinasi
mandiri. pendengaran 1 x 1 hari
- - Latihan menghardik 2 x 1 hari
Dx. Keperawatan : - Latihan minum obat 2x 1 hari
Halusinasi pendengaran - Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
2x1
Tindakan Keperawatan :
(Pukul 15.00)
SP 3 :
1. Mengevaluasi kemampuan
klien tentang cara
mengidentifikasi halusinasi,
menghardik halusinasi dan
cara minum obat teratur, jika
pasien mengerti maka
lanjutkan Sp selanjutnya
RTL :
Sp 4 Halusinasi: melatih klien
melaksanakan semua jadwal kegiatan
harian.
10 oktober Data : S : Senang
2019, Jam - Mendengar suara-suara timbul O:
16.00 WIB pada saat sendiri atau - Klien berpatisipasi dan sangat koperatif
melamun,timbul 2 kali/hari. dalam kegiatan menyusun jadwal hariannya
Gelisah bila mendengar A : Halusinasi pendengaran (+)
halusinasi tersebut, Bicara P:
sendiri, sulit tidur, mondar- - Latihan Mengidentifikasi halusinasi
mandir pendengaran 1 x 1 hari
- Latihan menghardik 2 x 1 hari
Dx. Keperawatan : - Latihan minum obat 2x 1 hari
Halusinasi pendengaran - Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
Tindakan keperawatan : 2x1
(Pukul 10.00 WIB) - Latihan mengikuti jadwal kegiatan yang
SP 4 Halusinasi telah dibuat 2x1
1. Mengevaluasi kemampuan
klien untuk
mengidentifikasi,mengharddik
halusinasi , minum obat secara
teratur dan bercakap-cakap
dengan orang lain jika pasien
mengerti maka lanjutkan SP
selanjutnya.
2. Melatih klien untuk
melaksanakan kegiatan sesuai
jadwal yang sudah diatur
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Ny.S dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran di ruang Bukit Barisan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara,
maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
pemberian terapi generalis pada klien halusinasi pendengaran. Pembahasan menyangkut
analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan halusinasi
pendengaran. Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis
keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien
dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan
data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis
melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada
pasien.
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama seperti
pada tinjauan teoritis. Pada kasus Ny.S , mendengar suara-suara yang tidak jelas yang menggunya
sehingga meresahkan orang lain, timbul pada saat sendiri atau melamun dan tidak menentu, timbul
3 kali/hari, gelisah bila melihat halusinasi tersebut, Bicara sendiri, sulit tidur, muka tegang,tidak
mampu mempertahankan kontak mata, mondar-mandir. Gejala gejala tersebut merupakan
manifestasi klinis dari halusnasi (Keliat, dkk.2014). Selain itu terdapat faktor predisposisi maupun
presipitasi yang menyebabkan kekambuhan penyakit yang dialami oleh Ny,S.
Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Ny.S, Sadalah strategi pertemuan
pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama meliputi mengidentifikasi isi,
frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi serta melatih cara menghardik halusinasi.
Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Ny.S, Smeliputi melatih cara mengendalikan
dengan bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi pertemuan yang ketiga adalah menyusun
jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. Strategi pertemuan keempat adalah mengajarkan dan
melatih Ny.S, Scara minum obat yang teratur.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2009-2011), diagnosa keperawatan yang muncul
sebanyak 4 diagnosa keperawatan yang meliputi:
1. HalusinasiPendengaran
2. Risiko perilaku kekerasan
Sedangkan pada kasus ditemukan empat diagnosa keperawatan yang muncul yang
meliputi: harga diri rendah, isolasi sosial, halusinasi, resiko perilaku kekerasan.
Dari hal tersebut di atas dapat dilihat terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana
semua diagnosa pada teori muncul pada kasus Ny.S.
C. Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan yakni:
diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran.
Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dilakukan
strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, perasaan, respon
halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik. Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum
obat secara teratur, strategi pertemuan yang ke tiga yaitu latihan dengan cara bercakap-
cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi pertemuan ke empat yaitu melatih klien
melakukan semua jadwal kegiatan.
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat
dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak
pernah berkunjung).
D. Evaluasi
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien mempercayai perawat
sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat
mengidentifikaasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan
bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan
orang lain, Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu
memahami penggunaan obat yang benar: 5 benar. Selain itu, dapat dilihat dari setiap
evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang
dialami oleh Ny,S dari hari kehari selama proses interaksi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan status
klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data pengkajian. Selama
proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi terapeutik serta membina
hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada kasus Ny.S, diperoleh bahwa
klien mengalami gejala-gejala halusinasi seperti Mendengar suara-suara, timbul pada
saat sendiri atau melamun dan tidak menentu, timbul 3kali/hari. Gelisah bila melihat
bayangan halusinasi tersebut, Bicara sendiri, sulit tidur, muka tegang,tidak mampu
mempertahankan kontak mata, mondar-mandiri.Faktor predisposisi pada Ny.S yaitu
pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat34meenrapkan komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi
sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi
ners sehingga mahasiswa semakin ampu dalam elakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami halusinasi
pendengaran
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, J. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to Drinking Medication
Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 399-408.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183
Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Keliat B, dkk. 2014. Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta
Keliat, B.A dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Mubarta, AF, dkk. 2011. Gambaran Distibusi Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah
Banjarmasin dan Banjarbaru. Tesis.
Nyumirah S (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial kognitif, efektif, dan perilaku,
melalui penerapan terapi perilaku kognitif Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang, Jurnal keperawatan jiwa. Volume 1, No. 2, November 2013.
Stuart, G. W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Townsend, M. C, 2014 ,Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in Evidence-
BasedPractice(6th ed.), Philadelphia : F.A. Davis.
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
DOKUMENTASI