Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.T DENGAN SEROSIS


HEPATIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

DISUSUN OLEH:
SUTILAWATI
(PO71202200038)

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. T Dengan Serosis Hepatis di Ruang Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi ” ini tepat waktu. Kami berharap semoga dengan
diterbitkannya makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.

Jambi, Maret 2021

Sutilawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 1

A. Konsep Dasar Serosis Hepatis.................................................................................. 1


1. Pengertian Serosis hepatis.................................................................................. 5
2. Etiologi............................................................................................................... 5
3. Patofisiologi........................................................................................................ 6
4. Woc..................................................................................................................... 8
5. Manifestasi Klinis............................................................................................... 9
6. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................... 9
7. Penatalaksanaan................................................................................................ 10
8. Komplikasi....................................................................................................... 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................. 12
1. Pengkajian....................................................................................................... 12
2. Diagnosa........................................................................................................... 16
3. Perencanaan...................................................................................................... 17
4. Implementasi.................................................................................................... 19
5. Evaluasi............................................................................................................ 19
C. BAB III TINJAUN KASUS.................................................................................. 20
1. Pengkajian........................................................................................................ 20
2. Diagnosa........................................................................................................... 27
3. Perencanaan...................................................................................................... 29
4. Implementasi.................................................................................................... 30
5. Evaluasi.......................................................................................................... 31
D. BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 32
E. BAB V KESIMPULAN......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi permasalahan di
indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat, secara umum mempunyai
urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data
tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu
penyakit hati kronis yang paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan
stadium terakhir dari penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010).
Cedera pada struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson, 2014). Sirosis
hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan merupakan stadium
akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam Sitompul, dkk, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000 umat manusia
meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan Data WHO (2011) dalam Ika (2015)
mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal akibat sirosis hati ini. Penyakit ini
menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya.
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati kronis
sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting untuk
kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung dengan cepat atau mudah
apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk mempercepat penyembuhannya
(Fitriani, 2013).
Berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi
sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam
atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan
prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun. (Sulaiman
Akhbar, dkk, 2007 dalam Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia, 2013).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, Kejadian Luar Biasa
(KLB) Hepatitis A pada tahun 2013 di 6 provinsi 11 kabupaten/kota yaitu berjumlah 495
kasus, dan Jambi termasuk prevalensi terbanyak yaitu 26 kasus.

1
Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis hepatis
belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga turut ambil bagian
dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor predisposisi munculnya penyakit ini
adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat
terinfeksi virus (B ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan
penggunaan obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu (2013),
Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non alkoholik, dan sirosis
viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi lain, prevalensi sirosis viral di
negara berkembang termasuk Indonesia, tergolong tinggi khususnya hepatitis B dan C.
Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang juga memengaruhi proses penyakit
yaitu usia, gender (laki-laki), obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini
mempunyai pengaruh yang bervariasi pada pasien yang berbeda.
Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat gejala sama
sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu menguningnya kulit, mata,
dan selaput lendir karena bilirubin yang meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih
gelap seperti air teh. warna tinja pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan,
mual & muntah darah, mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan.
Komplikasi yang dapat timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada
kaki (edema) dan pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI
2013). Menurut Saputra (2013), beberapa komplikasi dari sirosis hepatis asites, varises
esofagus, hemoroid, perdarahan, melena, hipertensi portal, koma hepatikum, kanker hati.
Sedangkan menurut Lovena, (2015) bahwa sirosis hepatis sering disebabkan oleh
hepatitis B, asites sebagai komplikasi terbanyak.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis
terkait masalah nutrisi adalah dengan memberikan informasi pada pasien dan keluarga
tentang pentingnya diet tinggi protein, khususnya yang banyak mengandung asam amino
rantai cabang (AARC). Salah satu jenis makanan yang kaya akan AARC adalah putih
telur. Consensus European Society for Clinical Nutrition and Metabolism
merekomendasikan AARC untuk terapi nutrisi pada ensefalopati hepatikum karena
terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis lanjut (Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, &

2
Savopoulos, 2008 dalam Riris, 2014). Perawat juga beperan dalam melakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik dan juga memantau intake dan
output cairan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan serta melakukan
tindakan mengukur lingkar perut setiap hari.
Berdasarkan data yang diambil dari ruang penyakit dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi, jumlah penderita serosis hepatis 3 bulan terakhir yaitu dari bulan Desember 2020
hingga Februari 2021 sebanyak 18 orang. Selama 3 hari kami praktek di ruang penykit
dalam, ada 2 pasien dengan serosis hepatis yang sedang menjalani perawatan.
Berdasarkan data-data di atas kami tertarik dan berkesempatan untuk mengambil
kasus kelolaan yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. T Dengan Serosis Hepatis di RSUD
Raden Mattaher Jambi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat kita rumuskan masalah sebagai
berikut: “ Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Serosis
Hepatis di Ruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pasien dengan serosis
hepatis.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran hasil pengkajian pada pasien dengan Serosis Hepatis di
Ruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien dengan
Serosis Hepatis di Ruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
c. Mengetahui gambaran intervensi keperawatan pada pasien dengan Serosis
Hepatis di Ruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
d. Mengetahui gambaran pelaksanaan implementasi pada pasien dengan Serosis
Hepatis di Ruang Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi

3
e. Mengetahui gambaran evaluasi pada pasien dengan Serosis Hepatis di Ruang
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Serosis Hepatis


1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan fibrosis
yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar hepar. Perubahan
besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel
fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel
normal. (Baradero, 2008). Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro sel
hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).
Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan hati
normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur dan fungsi hati.
Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis: alkoholik, paling
sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dan jenis sirosis yang paling umum,;
paskanekrotik, akibat hepatitis virus akut sebelumnya; dan bilierm akibat obstruksi
bilier kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling jarang terjadi) (Brunnerd &
Suddart, 2013).
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul (dr. Pengarapen Tarigan, 2016).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan serosis hepatis adalah penyakit
kronis atau menahun yang menganggu struktur dan fungsi hati berupa kematian sel-
sel hepar, terbentuknya sel fibrotic dan jaringan parut disertai nodul.

2. Etiologi
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun
demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang menyebabkan
sirosis hepatis yaitu:

5
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati,
dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan sirosis ini
pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
b. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel hepatosit
disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi duktus
empedu.
c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan jangka
panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-
menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.

3. Patofisiologi
Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada banyak tipe
cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas fibrosis
(jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan luas
hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik serta
jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu, endapan
jauundis.
Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan hematologik
yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia,
dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan hidung, gusi,
menstruasi berat, dan mudah memar. Masa protrombin dapat memanjang. Manifestasi
ini terjadi akibat berkurangnya pembentukan faktor-faktor pembekuan oleh hati.
Anemia, leukopenia, dan trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme.
Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif menghancurkan
sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah
defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang terjadi sekunder akibat kehilangan darah
dan peningkatan hemolisis eritrosit. Penderita juga lebih mudah terserang infeksi.
6
Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis normal
sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada hipoalbuminemia,
yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam ruang peritonium. Volume darah
sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan osmotik koloid. Sekresi aldosteron
meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air. Sebagai akibat
kerusakan hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga
retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume cairan asites
meningkat.
Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta menerima darah
dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta menyebabkan: (1)
aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena esofagus, umbilikus,
dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan varises (2) asites (akibat
pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada akumulasi cairan di dalam
peritoneum) dan (3) bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas dengan akibat
meningkat amonia, selanjutnya mengarah kepada esefalopati hepatikum.
Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau penyalahgunaan
alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati hepatikum, infeksi
bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi
hipertensi porta.
Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal, testis
dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal. Atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak tangan
merah), semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam sirkulasi.
Peningkatan pigmentasi kulit diduga aktivitas hormon perangsang melanosit yang
bekerja secara berlebihan.

7
4. WOC

Infeksi hepatitis kronis B/C


Hepatitis kronik aktif
Penyalahgunaan alcohol
Malnutrisi Obstruksi Biliaris
Gagal jantung sisi kanan jangka panjang

Kerusakan hepatosit

- Hipertermi
Inflamasi hati - Nyeri
- Resiko infeksi
Perubahan aliran darah dan limfe

Nekrosis hati

SIROSIS HEPATIS

Ggn. Metabolisme Penurunan Penurunan Perubahan Gagal Hati


karbohidrat dan absorpsi Vit.K metabolisme aliran darah
lemak, protein bilirubin dan/ limfe
kerusakan
bilier/ obstruksi Ketidakmampuan
hipoglikemia Sintesa Resiko metabolisme
albumin perdarahan Hipertensi
amonia menjadi
porta
ureum
Hiperbilirubinemia
tak terkonjugasi
Resiko Penurunan
Tek. Osmotik Resiko syok Asites/edema
ketidakstabilan
koloid Ensefalopati
kadar glukosa
gatal Hepatikum
darah
Asites/ Peningkatan
edema Gangguan tekanan pada
Sel kekurangan diagframa Resiko perfusi
integritas kulit
energi serebral tidak
8 efektif
Intoleran Pola nafas
kelelahan 5. Manifestasihipervolemia
Klinis tidak efektif
aktivitas
a. Sirosis terkompensasi: biasanya ditemukan secara sekunder dari pemeriksaan
fisik rutin, gejala samar.
b. Sirosis terdekompensasi: gejala penurunan protein, faktor pembekuan dan zat
lain serta manifestasi hipertensi porta.
c. Pembesaran hati di awal penyakit (hati berlemak) pada penyakit lanjut, ukuran
hati berkurang akibat jaringan parut.
d. Obstruksi asites portal: organ menjadi tempat bagi kongesti pasif kronis terjadi
dyspepsia dan perubahan fungsi usus.
e. Infeksi dan peritonit: tanda klinis mungkin tidak ada, diperlukan tindakan
parasentesis untuk menegakkan diagnosis.
f. Varises Gastrointestinal: pembuluh darah abdomen terdistensi dan menonjol
pembuluh darah disepanjang saluran GI terdistensi varises hemoroid hemoragi
dari lambung.
g. Edema.
h. Defisiensi vitamin (A, C dan K) dan anemia
i. Perburukan mental diikuti dengan ensefalopati hepatic dan koma hepatik
(Brunner & Suddart, 2013).
j. Eritema Palmaris
k. Spider Angioma
Jaundis (Black & Hawks 2009)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme
dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.

9
2) Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul
dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin,
transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3) Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
4) Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan
menunjukan prognasis jelek.
5) Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam
dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan
kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
6) Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi
hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari
varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
7) Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila
terus meninggi prognosis jelek.
8) Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb,
HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan
pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah
terjadi transpormasi kearah keganasan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus
untuk konfirmasi hipertensi portal.
2) Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis
hati/hipertensi portal.
3) Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai
alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati.

7. Penatalaksanaan Medis
10
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati
dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat
dipertahankan keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat
memperpanjang timbulnya komplikasi.
a. Diet rendah protein diet hati III : Protein 1g/kg bb, 55g protein, 200 kalori),
bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1000-
2000 mg). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000-3000)
dan tinggi protein (80-125g/hari).
b. Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam
makanan dihentikan (diet hati I )untuk kemudian diberikan sedikit demi
sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi
kemampuan klien atau meningginya hasil metabolisme protein dalam darah
viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik
dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, dengan pengunaan obat-obatan yang
jelas tidak hepatotoksik.
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan memberikan asam
aminoesensial berantai cabang dan glukosa.
e. Pemberian robboransia Vitamin B kompleks. (Setya, 2011)
Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2014), penatalaksanaan medis
pada sirosis hepatis yaitu sebagai berikut:
a. Memberikan oksigen
b. Memberikan cairan infuse
c. Memasang NGT (pada perdarahan)
d. Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma (FFP)
e. Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
f.Sedatif: fenobarbital (Luminal)
g. Pelunak feses : dekusat
h. Detoksikan Amonia: Laktulosa
i.Vitamin: zink
j.Analgetik: Oksikodon

11
k. Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
l.Endoskopik skleroterapi: entonolami
m. Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada perdarah
aktif)
n. Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi sekuensial.

8. Komplikasi

a. Komplikasi menurut Smeltzer (2002) ada dua yaitu:


1) Perdarahan dan hemorargia
2) Ensefalopati hepatic
b. Komplikasi menurut Mansjoer (2009) ada dua yaitu:
1) Hematemisis melena
2) Koma hepatikum
c. Komplikasi menurut Engram (2009) ada empat yaitu:
1) Encefalo hepatik yang disebabkan oleh peningkatan kadar amonia darah.
2) Asites ruang disebabkan oleh ekstravasase cairan serosa ke dalam rongga  
peritoneal yang disebabkan oleh peningkatan hipertensi portal, peningkatan
reabsorpsi ginjal terhadap natrium dan penurunan albumin serum.
3) Sindrom hepatorenal yang disebabkan oleh dehidrasi atau infeksi.
4) Gangguan endokrin yang disebabkan oleh depresi sekresi gonadotropi.

B. Konsep Dasar Keprawatan


Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah
yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah pasien, merencanakan secara
sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan (Nasrul Effendy dalam Andra, dkk. 2013).

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk

12
rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi, hubungan klien dengan
penanggung jawab.
b. Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering terungkap
kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan untuk
masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan masuk pasien yaitu dengan
keluhan Nyeri abdomen bagian atas sebelah kanan, mual, muntah, dan demam.
Sedangkan pada tahap lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah
berdarah.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh komplikasi
berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi, GI muncul dari
varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien mengeluhkan bengkak pada
tungkai, keletihan, anoreksia.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pasca intoksikasi dengan kimia industri,
sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan riwayat mengonsumsi
alkohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada keluarga yang
menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya mual, muntah.
2) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam (melena)
BAK : biasanya urine berwarna gelap
3) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena kelelahan.
4) Pola Istirahat dan tidur

13
Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari terbangun dan
siang hari tertidur

5) Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya kelelahan
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati hepatikum
akan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital juga diperiksa untuk
mengetahui keadaan umum pasien
2) Kepala
Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit perawatan diri
3) Wajah
Wajah biasanya tampak pucat
4) Mata
Biasanya sklera tampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
5) Hidung
Biasanya tampak kotor
6) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
7) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
8) Paru
a) Inspeksi : pasien terlihat sesak
b) Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c) Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor
d) Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada akumulasi
sekret.
9) Jantung
a) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.

14
c) Auskultasi : biasanya normal

10) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas, hepar
teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot, Eritema
Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasnya meningka
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan
terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase
[AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin
aminotransferase [ALT], [transaminasen glutamat piruvat serum
(SGPT)], GGT, kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas
darah arteri, biopsy

15
10) Pemidaian ultrasonografi
11) Pemindaian CT
12) MRI
1) Pemindaian hati radioisotope
(Brunner & Suddart, 2013)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial pasien didapatkan
dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien
masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain. Diagnosa keperawatan pada
serosis hepatis meliputi :

a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan


tekanan pada diaframa.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid.
c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan
Kurang pengetahuan dengan faktor pemberat
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
e. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan
lemak.
g. Resiko perdarahan
h. Resiko cidera
i. Resiko ketidakstabilan gula darah
j. Resiko Infeksi
k. Resiko kerusakan integritas kulit
l. Kelelahan berhubungan produksi energy menurun.
m. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.

16
n. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai.

(NANDA,2015)

3. Perencanaan

NO DiagnosaKepe NOC NIC


rawatan
1. Ketidakefektifan pola a. Status ManajemenJalanNafas
napas Pernafasan:Ventilasi a. Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan Indikator: memaksimalkan
Peningkatan 1) Respiratory rate ventilasi; posisi
Tekanan pada dalam rentang semifowler.
diafragma. normal b. Auskultasi bunyi
2) Tidak ada retraksi napas,catat jika adanya
dinding dada bunyi napas tambahan.
3) Tidak mengalami c. Atur intake cairan
dispnea saat untuk mengoptimalkan
istirahat keseimbangan.
4) Tidak ditemukan d. monitor adanya
orthopnea kecemasan pasien
5) Tidak ditemukan terhadap oksigenasi.
atelektasis
b. Status
Pernafasan :Kepate TerapiOksigen
nan Jalan Nafas a. Bersihkan
Indikator: mulut,hidung,dan sisa
1) Respiratory rate sekresi
dalam rentang b. Siapkan peralatan
normal oksigen dan siap kan
2) Pasien tidak cemas humadifier
3) Menunjukkan jalan c. Monitor aliran oksigen
nafas yang paten d. Pastikan penggantian
masker atau kanul
sesuai kebutuhan
e. Sediakan oksigen
ketika pasien dibawa
atau dipindahkan
f. Amati tanda-tanda
hipoventilasi

MonitorTTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
17
status vital sign.

4. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan intervensi keperawatan.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2013).
a. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama
yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

5. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi
terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada
hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan (Wijayaningsih, 2013).
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

18
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa keperawatan.
A : Analisis dan diagnosa.
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari
intervensi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal/ jam masuk RS : 22 Februari 2021


Ruang : Ruang Penyakit Dalam
No. Register : 914283
Diagnosa Medis : Serosis Hepatis + Anemia
Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2021

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T Suami/Isteri/Ortu : Isteri

Umur : 51 tahun Nama : Ny. R

Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Tani


Agama : Islam Alamat : Rantau rasau

Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia

Bahasa : Daerah Jambi Penanggung : ........................


Jawab ..............
Pendidikan : SMP Nama : ........................
..............
Pekerjaan : Tani Alamat : ........................
..............
Status : Menikah ........................
..............
Alamat : RT. 01 Dsn. Sidodadi
Rantau rasau Tanjab

KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh lemah, muntah 1 x, BAB hitam, perut membesar

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

19
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB hitam sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3x, urine
berwarna pekat, perut terasa nyeri di ulu hati pasien ada riwayat serosis hepatis dan sudah
sering keluar masuk rumah sakit.
Terapi yang telah diberikan : Kifovir, vit hati 1 x sehari, hepamed, kalnex 500 mg

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien sering masuk RS dengan sakit yang sama, pasien mengatakan setiap makan makanan
yang pedas, penyakit nya kambuh. Pasien tidak ada penyakit hipertensi dan kencing manis.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien anak pertama dari empat bersaudara, dan telah memiliki empat orang anak. Anggota
keluarga yang lain tidak ada yang mengalami penyakit seperti klien.
Genogram :

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


Pasien sebelum sakit terbiasa minum minuman energy extra joss, karena sebagai tani butuh
tambahan kekuatan untuk menggarap lahan. Setelah sakit, pasien tidak bisa mematuhi pola makan.
Pasien tetap makan makanan berlemak dan pedas selama di rumah.

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. 2. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan

20
Pasien mengatakan sakit ini karena beliau tidak patuh terhadap diet/makanan yang
dipantangkan. Pasien sudah berkali-kali dirawat dengan penyakit yang sama

3. 4. Pola nutrisi dan metabolisme


Sebelum sakit: Klien makan 3 x sehari, tidak ada keluhan saat makan.
Saat sakit: klien hanya mampu menghabiskan 3-4 sendok makan yang disediakan karena rasa
mual dan takut muntah.

5. 6. Pola eliminasi
Sebelum sakit: BAK 6-7 x/hari, warna kuning pucat. BAB 1 x sehari, konsistensi lunak
Selama sakit: BAK < 5X/ hari, warna pekat, BAB 3 X/hari lunak dan berwarna hitam

7. 8. Pola aktivitas
Sebelum sakit: Klien dapat beraktivitas sendiri, dan bekerja membelah pinang di rumah untuk
kebutuhan hidup sehari-hari
Selama sakit: Aktivitas klien dibantu oleh isteri dan anak, karena perut yang membesar dan
terasa sesak bila berjalan lama.

9. 10. Pola istirahat tidur


Sebelum sakit klien tidur 6-7 jam sehari yaitu pada malam hari dan kadang-kadang tidur siang
1 jam, tidak ada kendala tidur.
Selama sakit klien mengeluh sulit untuk tidur, karena merasa panas dan sering terbangun
malam karena perasaan ingin BAB.

11.12. Pola kognitif dan persepsi sensori


Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pendengaran, pasien sangagt merasa
tidak nyaman dengan perutnya yang membesar dan rasa mual bila makan.

7. Pola konsep diri


Pasien tidak merasa rendah harga diri, pasien percaya dirinya akan sembuh dan dapat
beraktivitas seperti semula.

8. Pola hubungan peran


Pasien didampingi oleh isteri dan anak selama sakit, hubungan antar keluarga baik. Pasien
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter dan perawat

9. Pola fungsi seksual-seksualitas

21
Tidak dikaji

10. Pola mekanisme koping


Pasien tampak mencari posisi yang nyaman bila akan memulai tidur. Pasien taampak tenang,
tidak tampak gejalaa stress psikologi.

11. Pola nilai dan kepercayaan


Sebelum sakit klien menjalankan sholat lima waktu
Selama sakit klien mengataakan tidaak menjalankan sholat, karena alasan lemah, tapi klien
selalu berdoa untuk kesembuhannya.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum : Klien tampak
lemah
Kesadaran : Compos mentis GCS : 15

BB sebelum sakit : 65 kg TB : 160 cm


BB saat ini : 60 kg
BB ideal : 54-66 kg
Perkembangan BB :
Status gizi : Beresiko defisit nutrisi, karena
kurangnya asupan makanan
Status Hidrasi : Intake: Infus dalam 24 jam: 1000
cc, transfuse PRC: 250 cc, minum
: 500 cc, makan: 25 cc
Output: Urine: 500 cc, BAB : 300
cc, IWL= 15XBB/24 jam=
15X60= 900 cc/24 jam
Balance cairan: 1775 cc – 1700
cc= + 75 cc
Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg Suhu : 37,2 0C
N : 78 x/mnt RR : 20 x/mnt

2. Kepala
Bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada lesi dan nyeri kepala, rambut bewarna hitam, rambut
bersih, tidak ada ketombe, mata tampak cekung, sclera ikterik, konjungtiva pucat (anemis)

3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ditemukan kaku kuduk, ukuran JVP ( Jugularis
vena Pressure) 5 cmH2O

4. Thorak (dada)
Inspeksi: Dada simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, ictus cordis tidak tampak, tampak
spider angioma di kulit dada.
Palpasi: Fremitus seimbang kiri dan kanan

22
Perkusi: suara paru tympani, suara jantung: Pekak, tidak ada nyeri
Auskultasi: bunyi jantung1 dan II tunggal (lub dup), bunyi paru ronci saat inspirasi

5. Abdomen
Inspeksi: bentuk perut cembung( membuncit), tidak ada luka, dan benjolan.
Palpasi: Perut teraba keras, nyeri tekan di ulu hati
Perkusi: pekak
Auskultasi: bising usus + 12 x/menit

6. Tulang belakang
Inspeksi: Tidak ada bekas luka, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.

7. Ekstremitas
Anggota gerak lengkap, tangan kiri terpasang infuse NaCl 0,9% 20 tts/mnt, kekuatan otot 5 5
5 5, edema +1, CRT < 2detik, akral teraba dingin

8. Genitalia dan anus


Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang kateter

9. Pemriksaan neurologis
GCS 15 ( E4M6V5), kesadaran compos mentis, tidak ada kejang.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tgl 22/2/2021 Tgl 1/3/2021
HB: 8,16 g/dl
HT: 27,7% Hb: 7,86 g/dl
Trombosit: 25,9 x 103/µL
Leukosit: 3,59 x 103/µL HT: 25,6%
GDS 102 mg/dl
SGOT: 80 u/l Trombosit: 34,9 x 103 /µL
SGPT:46 u/l
Ur: 29 mg/dl Leukosit: 3,5 x 103/µL
Cr: 0,82 mg/dl
Natrium: 138 mmol/L
Kalium: 3,99 mmol/L
Chlorida: 105,4 mmol/L
2. Radiologi
USG ; serosis hepatis
Rothorax: Bronchopneumonia

3. Lain-lain

23
TERAPI
1. Oral
Curcuma 3x1 tab
Furosemide 2x1 tab
KSR 1x1 tab
Spirolacton 2x25 mg

2. Parenteral
IVFD RL 20 tts/mnt
Inj OMZ 2x1
Transfuse TC 300 cc
Transfuse PRC 1 kolf/hari
3. Lain-lain
Diet MC 6 x 200 cc
Jambi, Maret 2021

Kelompok

24
ANALISA DATA
Nama : Tn. T
Umur : 51 Tahun
Ruangan : Penyakit Dalam
DATA PENYEBAB MASALAH
DS: Serosis hepatis Ketidak efektifan
- klien mengatakan badan perfusi perifer
terasa lemah
DO:
- konjungtiva pucat
(anemis)
- sclera ikterik
- akral teraba dingin
- TD : 100/80 mmhg
- Hb: 7,86 g/dl
- edema +1
- USG : serosis hepatis

DS: Disfungsi hati Risiko perfusi


- Klien mengatakan sering gastrointestinal tidak
merasa mual dan muntah
efektif
- Klien mengatakan nyeri
pada perut bagian atas

DO :
- Klien tampak lemah
- Distensi abdomen

DS: Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur


- Klien mengatakan sulit
tidur karena mersa panas
dan sering terbangun pada
malam hari
DO :
- Klien tampak berbaring di
tempat tidur
- Klien tampak susah tidur
- Klien tampak gelisah
DS: Pendarahan Risiko Syok
- Klien mengatakan badan
terasa lemah

25
DO:
- Klien tampak pucat
- Akral dingin teraba dingin
- HB : 7,86 g/dl
- Trombosit: 34,9 x 103 /µL

DS : Agen cidera Fisiologis Nyeri akut


- Klien mnegatakan nyeri di
ulu hati
DO :
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 3

26
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1 01-03-2021 Ketidak efektifan perfusi perifer b. d Kelompok


Serosis hepatis

2 01-03-2021 Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif Kelompok


b. d Disfungsi hati

3 01-03-2021 Gangguan pola tidur b. d Hambatan Kelompok


lingkungan

4 01-03-2021 Risiko Syok b. d Pendarahan Kelompok

5 01-03-2021 Nyeri akut b. d cidera biologis Kelompok

27
PERENCANAAN

DIAGNOSA
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
KEPERAWATAN
Ketidak efektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer
perfusi perifer b. d keperawatan selama 3x24 2. Identifikasi faktor risiko
Serosis hepatis jam diharapkan masalah gangguan sirkulasi
ketidak efektifan perfusi 3. Hindari pemasangan infus
jaringan perifer teratasi atau pengambilan darah di
dengan kriteria hasil : area keterbatasan perfusi
1. Tidak ada tanda - 4. Ajarkan program diet untuk
tanda anemis memperbaiki sirkulasi
2. Tekanan darah 5. Informasikan tanda dan
meningkat gejala darurat yang harus
dilaporkan

Risiko perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pengalaman


gastrointestinal tidak keperawatan selama 3x24 mual
efektif b. d disfungsi jam diharapkan perfusi 2. Identifikasi penyebab mual
hati gatrointestial efektif 3. Monitor mual
denngan kriteria hasil : 4. Monitor asupan nutrisi dan
1. Mual berkurang atau kalori
hilang 5. Beriakn makanan dalam
jumlah kecil
6. Anjurkan makan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
7. Ajarkan penggunaan teknik
farmakologi lainnya
Gangguan pola tidur b. Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas
d hambatan lingkungan keperawatan selama 3x24 dan tidur
jam diharapkan pola tidur 2. Identifikasi faktor
membaik dengan kriteria penganggu tidur
hasil : 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman penganggu tidur
menurun 4. Identifikasi obat yang di
2. Keluhan sering konsumsi
terjaga menurun 5. Modifikasi lingkungan
6. Lakukan prosedur untuk

28
meningkatkan kenyamanan
7. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
8. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara non

Risiko syok b. d Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status


pendarahan keperawatan selama 3x24 kardiopulmonal
jam diharapkan klien 2. Monitor status oksigenasi
dapat terhindar dari risiko
3. Monitor status cairan
syok dengan kriteria hasil
: 4. Monitor tingkat kesadaran
1. Nadi dalam batas dan repon pupil
normal 5. Kolaborasi pemberian
2. Frekuensi nafas transfusi darah
dalam batas normal 6. Kolaborasi pemberian
3. Tekanan darah atiinflamasi
dalam batas normal

Nyeri Akut b. d cidera Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi,


fisiologis keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi,
jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, dan
terkontrol dengan kriteria intensitas nyeri
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengenal faktor- 3. Identifikasi respons nyeri
faktor penyebab nyeri non verbal
2. Melaporkan nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang
frekuensi, dan memperberat rasa nyeri
lamanya 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Tanda-tanda vital 6. Jelaskan penyebab, periode,
dalam rentang pemicu nyeri
normal 7. Ajarkan teknik
4. Klien melaporkan nyeri nonfarmakologis untuk
berkurang dengan mengurangi nyeri
teknik manajemen nyeri 8. Berikan analgetik

29
IMPLEMENTASI

No Tgl/ Jam Implementasi Paraf


1 02. 03. 2021 1. Memeriksa sirkulasi perifer : nadi Kelompok
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, anklebrachial index
2. mengidentifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
3. memberikan informasi tentang
tanda dan gejala yang harus
dilaporkan
2 02-03-2021 1. Mengidentifikasi pengalaman mual Kelompok
2. Mengidentifikasi penyebab mual
3. Menganjurkan makan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
4. Mengajarkan penggunaan teknik
farmakologi seperti hipnosis,
relaksasi, terapi musik dan
akupresur
3 02. 03. 2021 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi Kelompok
tubuh yang mengalami kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik
3. Memberikan aktivitas distraski
yang menenangkan
4. menganjurkan tirah baring
5. menganjurkan melakukan aktivitas
yang bertahap
6. menganjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala kelela
4 02. 03. 2021 1. Memonitor status cairan: Masukan Kelompok
dan haluaran, turgo kulit dan CRT
2. Melalukanan pemberian transfusi
TC 300 cc
3. Melakukan pemberian transfusi
PRC 1 kolf
5 02-03-2021 1. Mengidentifikasi nyeri: nyeri Kelompok
abdomen bagian atas
2. Mengidentifikasi skala nyeri: skala
nyeri 3
3. Mengidentifikasi respons nyeri
non verbal: klien tampak

30
terkadang meringis
4. Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam

EVALUASI

Masalah
Tgl/ Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
Ketidak efektifan 03-03-2021 S: klien mengatakan badan Kelompok
perfusi perifer b. d masih terasa lemah
Serosis hepatis O:
- konjungtiva masih pucat
- TD : 100/70 mmhg
- N : 80 x/i
- RR : 18 x/i
- Suhu : 36,8 ° C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

Risiko perfusi 03-03-2021 S: Klien mengatakan masih


gastrointestinal tidak mual
efektif b. d disfungsi O:
hati - Klien tampak lemah
- Klien berbaring di tempat
tidur
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Gangguan pola tidur b. S: Klien mengatakan masih Kelompok
d hambatan sulit untuk tidur
lingkungan O:
- Klien tampak susah untuk
tidur
- Klien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

Risiko syok b. d 03-03-2021 S:- Kelompok


pendarahan O:
- HB : 10 g/dl
- Klien tampak bugar
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Nyeri Akut b. d 03-03-2021 S: klien mengatakan nyeri Kelompok
cidera fisiologis sedikit berkurang

31
O: klien tampak rileks,
terdapat penurunan skala
nyeri dari 3 ke 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan praktek . Pada
dasarnya dalam memberikan asuhan keperawatan, proses keperawatan merupakan
alatnya. Dimana melalui pengkajian pada pasien akan diperoleh data-data (data primer
maupun data sekunder), baik yang bersifat objektif maupun yang bersifat subyektif.
Data-data yang diperoleh melalui pengkajian selanjutnya dianalisa untuk menemukan
adanya masalah kesehatan. Tentunya data-data yang dimaksudkan adalah data-data
yang menyimpang dari nilai normal yang pada umumnya mencirikan penyakit yang
sedang dialami oleh pasien. Setelah masalah keperawatan diangkat lalu diagnosa
keperawatan pun ditegakkan dimana komponen penyusunannya terdiri atas problem dan
etilogi.
Intervensi/perencanaan pun disusun berdasarkan diagnosa yang ada. Tujuan
pencapaian dari setiap intervensi untuk setiap diagnosa ditetapkan saat menyusun
perencanaan. Perencanaan yang telah ditentukan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah-masalah yang telah teridentifikasi. Keberhasilan dari setiap tindakan untuk tiap
diagnosapun dinilai atau dievaluasi, dengan demikian rencana perawatan selanjutnya
dapat ditetapkan lagi. Demikianpun asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis Pembahasan ini akan dilihat adanya kesenjangan antara teori dan praktek (kasus
nyata) yang ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang dirawat diruang
penyakit dalam Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.
Pengkajian pada pasien yang dilakukan mahasiwa pada tanggal 01 maret 2021 jam
15.00 WIB dengan metode pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik,
melihat catatan medis, dan catatan perawat. Pasien yang di kaji bernama Tn. T berusia
51 tahun, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan Petani, alamat rantau rasau. Pasien
masuk dengan diagnosa medis sirosis hepatis + Anemia.

32
Pasien saat di rawat di ruangn penaykit dalam dengan diagnosa medis sirosis
hepatis + Anemia. Saat di kaji keluahan yang dirasakan BAB hitam sejak 1 hari SMRS,
frekuensi 3x, urine berwarna pekat, perut terasa nyeri di ulu hati. Klien mengatakan ia
sudah sering keluar masuk rumah sakit dengan keluhan dan penyakit yang sama.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan kesdaran pasien composmentis,
tekanan darah 100/80 mmhg, N : 78 x/i, S : 37, 2 ° C, RR : 20 x/i. Pemeriksaan kepala
di temukan : Bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada lesi dan nyeri kepala, rambut
bewarna hitam, rambut bersih, tidak ada ketombe, mata tampak cekung, sclera ikterik,
konjungtiva pucat (anemis), Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ditemukan kaku kuduk, ukuran JVP ( Jugularis vena Pressure) 5 cmH2O, Thorak
(dada) : Inspeksi: Dada simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, ictus cordis tidak
tampak, tampak spider angioma di kulit dada, Palpasi: Fremitus seimbang kiri dan
kanan, perkusi: suara paru tympani, suara jantung: Pekak, tidak ada nyeri, Auskultasi:
bunyi jantung1 dan II tunggal (lub dup), bunyi paru ronci saat inspirasi. Abdomen :
Inspeksi: bentuk perut cembung( membuncit), tidak ada luka, dan benjolan, Palpasi:
Perut teraba keras, nyeri tekan di ulu hati, Perkusi: peka, Auskultasi: bising usus + 12
x/menit. Tulang belakang : Inspeksi: Tidak ada bekas luka, tidak ada kelainan bentuk
tulang belakang, Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. Ekstremitas : Anggota gerak lengkap,
tangan kiri terpasang infuse NaCl 0,9% 20 tts/mnt, kekuatan otot 5 5 5 5, edema +1,
CRT < 2detik, akral teraba dingin. Genitalia dan anus : Jenis kelamin laki-laki, tidak
terpasang kateter. Pemriksaan neurologis : GCS 15 ( E 4M6V5), kesadaran compos
mentis, tidak ada kejang.

Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 februari 2021 di dapat hasil : HB:
8,16 g/dl, HT: 27,7%, Trombosit: 25,9 x 10 3/µL, Leukosit: 3,59 x 103/µL, GDS 102
mg/dl, SGOT: 80 u/l,SGPT:46 u/l, Ur: 29 mg/dl, Cr: 0,82 mg/dl, Natrium: 138
mmol/L,Kalium: 3,99 mmol/L,Chlorida: 105,4 mmol/L dan hasil labor pada tanggal 1
maret 2021 di dapatkan : Hb: 7,86 g/dl, HT: 25,6, Trombosit: 34,9 x 10 3 /µL dan
Leukosit: 3,5 x 103/µL.

Dari hasil pengkajian di dapatkan 5 diagnosa keperawatan diantaranya : Ketidak


efektifan perfusi perifer b. d Serosis hepatis, Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b.

33
d disfungsi hati, Gangguan pola tidur b. d hambatan lingkungan, Risiko syok b. d
pendarahan dan nyeri akut b. d cidera fisiologis.

Intervensi yang diberikan pada diagnosa : 1). Ketidak efektifan perfusi perifer b. d
Serosis hepatis yaitu : Periksa sirkulasi perifer, Identifikasi faktor risiko gangguan
sirkulasi, Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi, Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi, Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus dilaporkan. 2) Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b. d
disfungsi hati yaitu : Identifikasi pengalaman mual, Identifikasi penyebab mual,Monitor
mual, Monitor asupan nutrisi dan kalori, Beriakn makanan dalam jumlah kecil, Anjurkan
makan tinggi karbohidrat dan rendah lemak, Ajarkan penggunaan teknik farmakologi
lainnya. 3) Gangguan pola tidur b. d hambatan lingkungan yaitu : Identifikasi pola aktivitas
dan tidur, Identifikasi faktor penganggu tidur, Identifikasi makanan dan minuman
penganggu tidur, Identifikasi obat yang di konsumsi, Modifikasi lingkungan, Lakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan, Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit, Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non. 4) Risiko syok b. d pendarahan
yaitu : Monitor status kardiopulmonal, Monitor status oksigenasi, Monitor status cairan,
Monitor tingkat kesadaran dan repon pupi, Kolaborasi pemberian transfusi dara,
Kolaborasi pemberian atiinflamasi. 5) Nyeri Akut b. d cidera fisiologis yaitu :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri,
Identifikasi skala nyeri,Identifikasi respons nyeri non verbal,Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Jelaskan penyebab, periode, pemicu
nyeri, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, Berikan analgetik.
Pada saat melakukan implementasi tidak seluruh intervensi dilakukan implementasi
karena mahsiswa memiliki kterbatasan waktu dalam melakukan asuhan keperawatn pada
klien. Mahasiwa hanya meiliki waktu 3 hari dalam seminggu dan 3 jam dalam sehari
dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga implementasi yang dilakukan tidak
sesuai dengan intervensi yang telah di buat. Dan pada saat dilakukan evaluasi ada
bebrapa implemtasi yang sudah berhasil seperti : nyeri berkurang dari skala 3 menjadi 2
dan nilai Hb meningkat dari 7,86 g/dl menjadi 10 g/dl.,

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mahasiswa melaksanakan perawatan dengan menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan yang sistematis dan terorganisir pada Tn. T dengan sirosis hepatis
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah mampu melakukan pengkajian yang lengkap
dengan menggunakan format pengkajian yang baku. Sesuai dengan hasil pengkajian
yang telah dilakukan maka didapatkan data sesuai keluhan pasien yaitu Tn. T BAB
hitam sejak 1 hari SMRS, frekuensi 3x, urine berwarna pekat, perut terasa nyeri di ulu
hati saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil abnormal yang mendukung
keluhan pasien dan melihat pada pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan diagnostik
yang telah dilakukan.
Dari data yang didapatan pada pasien, mahasiswa mampu mendukung mahasiswa
sehingga mampu menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang
ditetapkan pada pasien Tn T antara lain : Ketidak efektifan perfusi perifer b. d Serosis
hepatis, Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif b. d disfungsi hati, Gangguan pola
tidur b. d hambatan lingkungan, Risiko syok b. d pendarahan dan nyeri akut b. d cidera
fisiologis.
Selanjutnya pada perencanaan keperawatan dibuat oleh mahasiswa untuk mencapai
tujuan perawatan. Hasil dari pemberian asuhan keperawatn dinilai dari tercapai atau
tidaknya tujuan secara umum dan khusus , mahasiswa mampu membuat rencana
keperawatan untuk menyelesaikan masalah pada pasien. Mahasiswa mampu melakukan
tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari perawatan dan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan, pasien dan keluarga memberikan respon yang

35
baik sehingga pada evaluasi tindakan yang dilakukan masalah pada pasien dapat teratasi
sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

Aru Sudoyo.2016.“Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV.Pustaka.” Jakarta : Penerbitan


IPD FKUI.

Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC:
Jakarta

Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). EGC: Jakarta

Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia

Mubarak, Ikbal Wahit. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik. EGC : Jakarta.
Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan. Salemba
Medika : Jakarta.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika :
Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction: Jogjakarta.
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), EGC:
Jakarta

Tarigan Pengarapen. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia:2016

36
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia:2018

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia:2018

37
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Prosedur tetap Tanggal terbit


bangsal perawatan
Pengertian Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
berupa kata-kata/ kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat
pikiran tentram.

Tujuan 1. Memberikan perasaan nyaman.


2. Mengurangi stress, khususnya stress ringan/ sedang.
3. Memberikan ketenangan.
4. Mengurangi ketegangan.
Kebijakan Terapi ini merupakan salah satu cara untuk membantu klien yang sedang
mengalami ketegangan atau stress fisik dan psikologis yang bersifat
ringan atau sedang, dengan menekankan pada latihan mengatur pikiran,
posisi yang rileks dan mengatur pola pernafasan.

PROSEDUR PERSIAPAN

A. Pasien/ klien
1. Beritahu klien
2. Atur posisi dalam posisi duduk atau berbaring
B. Alat
Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan.

Bila diinginkan, dapat dilakukan sambil mendengarkan musik


ringan.

C. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar pasien/
klien mudah berkonsentrasi.

PELAKSANAAN

1. Pilihkah satu kata/ kalimat yang dapat membuat kita tenang


misalnya “Astaghfirullah”. Jadikan kata-kata/ kalimat tersebut
sebagai “mantra” untuk mencapai kondisi rileks.
2. Atur posisi klien senyaman mungkin.
3. Tutup mata secara perlahan-lahan.
4. Instruksikan klien untuk melemaskan seluru anggota tubuh dari
kepala, bahu, punggung, tangan sampai kaki secara perlahan-
lahan.
5. Instruksikan klien untuk menarik nafas secara perlahan :
Tarik nafas melalui hidung dan buang nafas melalui mulut.

6. Pada saat menghembuskan nafas melalui mulut, ucapkan dalam


hati “mantra” tersebut.
7. Lakukan berulang selama kurang lebih 10 menit, bila tiba-tiba
pikiran melayang, upayakan untuk memfokuskan kembali pada
kata-kata “mantra” tadi.
8. Bila dirasakan sudah nyaman atau rileks, tetap duduk tenang
dengan mata masih tertutup untuk beberapa saat.
9. Langkah terakhir, buka mata secara perlahan-lahan sambil
rasakan kondisi rileks.
Perhatian :

 Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi


penuh terhadap kata-kata “mantra” yang dapat membuat rileks.
 Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali agar mendapatkan hasil
yang optimal.
INDIKATOR A. Respon verbal
PENCAPAIAN
1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan ketegangan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
B. Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam batas
normal.

Anda mungkin juga menyukai