Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B DENGAN SIROSIS


HEPATIS DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA
TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :
Afrina (Po7220119 1544)
Al Akmal (Po7220119 1545)
Alnanda Ghea Putri Nasution(Po7220119 1546)
Anggi Silvana (Po7220119 1547)
Cempaka Inggrid Pitaloka (Po7220119 1548)
Dewi Junita (Po7220119 1549)
Dimas (Po7220119 1550)
Dinda Riska Putri (Po7220119 1551)

Dosen Pengampu :
Dewi Puspa Rianda SST.,MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwasanya kami dapat membuat Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.B
dengan Diagnosa Sirosis Hepatis . Kami membuat makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Walaupun banyak sekali
hambatan dan kesulitan yang telah kami hadapi dalam menyusun laporan ini dan
mungkin laporan ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari guru pembimbing kami supaya kami dapat lebih baik lagi dalam
menyusun sebuah laporann di kemudian hari, dan semoga laporan ini memberikan
manfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita serta rekan-rekan semua.

Tanjung Pinang, 25 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN.......................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN...................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................


2.1 KONSEP DASAR SIROSIS HEPATIS
2.1.1 DEFINISI SIROSIS HEPATIS..............................................
2. 1.2 ANATOMI FISIOLOGI SIROSIS HEPATIS....................
2. 1.3 ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS..........................................
2. 1.4 MANIFESTASI KLINIS SIROSIS HEPATIS....................
2. 1.5 PATOFISIOLOGI SIROSIS HEPATIS..............................
2. 1.6 WOC SIROSIS HEPATIS....................................................
2. 1.7 KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS....................................
2. 1.8 PENATALAKSANAAN SIROSIS HEPATIS.....................
2. 1.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SIROSIS HEPATIS.....
2. 1.10 PEMERIKSAAN LABORATORIUM...............................
2.2 KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN..........................

BAB III STUDI KASUS.........................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................

4.1 KESIMPULAN.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi


permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat,
secara umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati
urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang
paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera pada
struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson,
2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis)
dan merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009
dalam Sitompul, dkk, 2012).

Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit


hati kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat
penting untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung
dengan cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik
untuk mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).

Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab
sirosis hepatis belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam
keluarga turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor
predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B
ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan
obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu
(2013), Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non
alkoholik, dan sirosis viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi
lain, prevalensi sirosis viral di negara berkembang termasuk Indonesia,
tergolong tinggi khususnya hepatitis B dan C. Meskipun demikian, terdapat
beberapa faktor yang juga memengaruhi proses penyakit yaitu usia, gender
(laki-laki), obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini mempunyai
pengaruh yang bervariasi pada pasien yang berbeda.

Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat


gejala sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu
menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena bilirubin yang
meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air teh. warna tinja
pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual & muntah darah
mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi yang dapat
timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan
pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).

Menurut Saputra (2013), beberapa komplikasi dari sirosis hepatis asites,


varises esofagus, hemoroid, perdarahan, melena, hipertensi portal, koma
hepatikum, kanker hati. Sedangkan menurut Lovena, (2015) bahwa sirosis
hepatis sering disebabkan oleh hepatitis B, asites sebagai komplikasi
terbanyak.
Menurut hasil penilitian Riris, (2014), bahwa pada pasien sirosis hepatis
dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh terbukti status nutrisi dapat ditingkatkan, tidak terjadi
penurunan yang signifikan pada nilai albumin, dan tidak terjadi ensefalopati
hepatikum. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, (2013), beberapa
intervensi untuk menangani komplikasi yaitu memantau perdarahan,
memberikan oksigen, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik,
memantau asupan dan haluaran, memantau kadar serum elektrolit, dan
memantau status mental.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Sirosis Hepatis ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Sirosis Hepatis secara teoritis ?
3. Bagaimana asuhan keperaatan tersebut diterapkan kepada pasien Tn.B ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan konsep dasar penyakit Sirosis Hepatis
2. Mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan Sirosis Hepatis secara
teoritis
3. Mendeskripsikan asuhan keperawatan tersebut diterapkan kepada pasien
Tn.B
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan


penggantian jaringan hati dermai dengan fibrosis yang menyebar dan
mengganggu struktur dan fungsi hati. Sirosis atau jaringan parut pada hati
dibagi menjadi 3 jenis yaitu alkoholik, paling sering disebabkan oleh
alkoholik kronis, jenis sirosis yang paling umum; pasca nekrotik, akibat
hepatis virus akut sebelumnya; dan biliter, akibat obstruksi biliter kronis dan
infeksi (smeltzer & Bare, 2013)

Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan


adanya pembentukan jaringan akut disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas.Pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro sel hepar tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat
dan nodul tersebut (smeltzer & Bare, 2013)

Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi


susunan hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-
nodul seh hati yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan
sususnan normal.(Anderson,2001)

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh, bertanya sekitar


1500 gram. Letaknya dikuadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma
dan terlindungi oleh tulang rusuk (castae). Hati diabagi menjadi 4 lobus dan
setiap lobus hati terbungkius oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi
unit-unit kecil yang disebut lobulus.

Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam


penyelengggaraan fungsi hati. Hati menerima suplai darahnya dari dua
sumber yang berbeda. Sebagian besar suplai darahnya datang dari vena
posta yang mengalirkan darah yang kaya akan zat-zat dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk ke dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Kedua suember darah
tersebut mengalir ke dalam kapiler hati (hepatosit) akan terendam oleh
campuran darah vena dan arterial dari sinusoid hepatik. Dengan demikina,
sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan
arterial. Dari sinusoid darah mengalir ke vena sentralis disetiap lobulus dan
dari semua lobulus ke vena hepatika. Vena hepatika mengalirkan isisnya
kedalam vena kava interior. Jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan
darah masuk ke dalam hati dan ahanya terdapat satu lintasan keluarnya.

Disamping hepatosit, sel-sel fagositosis yang termasuk dalam


sistem retikuloendoterial adalah limfa, sum-sum tulang, kelenjar limfe, dan
paru-paru. Dalam hati, sel-sel ini dinamakan sel kupper. Fungsi utama sel
kupper adalah memakan benda partikel seperti bakteri yang masuk kedalam
hati lewat darah porta;.

Fungsi metabolik hati :

1. Metabolisme glukosa
Setelah makan, glukosa diambil dari darah vena porta oleh hati dan diubah
menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya glikogen
diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan kedalam
aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal. Glukosa
tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang dinamakan
glukoneogenesis. Untuk proses ini, hati menggunakan asam-asam amino
hasil pemecahan protein atau laktat yang diproduksi oleh otot yang
bekerja.
2. Konversi Amonia
Penggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis akan membentuk
amonia yang dihasilkan oleh proses metabolik ini memjadi ureum.
Amonia yang diproduksi oleh bakteri dalam intestrinum juga akan
dikeluarkan dari dalam darah portal untuk sintesis ureum. Dengan cara ini
hati mengubah amonia yang merupakan toksin berbahaya menjadi ureum
yaitu senyawa yang dapat di ekskresi kedalam urin.
3. Metabolisme Protein
Organ ini mensintesi hampir semua plasma protein termasuk diburnin,
faktor-faktor pembekuan darah protein transport yang spesifik dari
sebagian besar faktor pembekuan lainnya. Asam-asam amino berfungsi
sebagai unsur pembangunan bagi sintesis protein.
4. Metabolisme lemak
Asam-asam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energi dan benda
keton. Benda keton merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat masuk
ke dalam aliran darah dan menjadi sumber energi bagi otot serta jaringan
tubuh lainnya. Pemecahan asam lemak menjadi bahan keton terutama
terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk metabolisme sangat terbatas
seperti pada kelaparan atau diabetes yang tidak terkontrol.
5. Penyimpanan vitamin dan zat besi
6. Metabolisme obat
Metabolisme umumnya menghilangkan aktivitas obat tersebut meskipun
pada sebagian kasus, aktivasi obat dapat terjadi. Salah satu lintasan
penting untuk metabolisme obat meliputi konjugasi (pengikatan) obat
tersebut dengan sejumlah senyawa, untuk membentuk substansi yang lebih
larut. Hasil konjugasi tersebut dapat diekskresikan ke dalam feses atau
urin seperti ekskresi bilirubin.
7. Pembentukan empedu
Empedu dibentuk oleh hepatosit dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta
saluran empedu. Fungsi empedu adalah ekskretorik seperti ekskresi
bilirubin dan sebagai pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi
lemak oleh garam-garam empedu.
8. Ekskresi bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh
sel-sel pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel kupfer dari
hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi
kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukuronat yang
membuat bilirubin lebih dapat larut didalam larutan yang encer. Bilirubin
terkonjugasi diekskresikan oleh hepatosit ke dalam kanalikulus empedu
didekatnya dan akhirnya dibawa dalam empedu ke duodenum.
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit
hati, bila aliran empedu terhalang atau bila terjadi penghancuran sel-sel
darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin
tidak memasuki intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak
terdapat dalam urin.

(Smeltzer & Bare, 2001)

2.1.3 Etiologi

Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun


demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang
menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel
hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan
sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
b. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan
jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus-menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.
2.1.4 Manifestasi Klinis

1) Sirosis terkompensasi: biasanya ditemukan secara sekunder dari


pemeriksaan fisik rutin, gejala samar.
2) Sirosis terdekompensasi: gejala penurunan protein, faktor pembekuan
dan zat lain serta manifestasi hipertensi porta.
3) Pembesaran hati di awal penyakit (hati berlemak) pada penyakit lanjut,
ukuran hati berkurang akibat jaringan parut.
4) Obstruksi asites portal: organ menjadi tempat bagi kongesti pasif kronis
terjadi dyspepsia dan perubahan fungsi usus.
5) Infeksi dan peritonit: tanda klinis mungkin tidak ada, diperlukan
tindakan parasentesis untuk menegakkan diagnosis.
6) Varises Gastrointestinal: pembuluh darah abdomen terdistensi dan
menonjol pembuluh darah disepanjang saluran GI terdistensi varises
hemoroid hemoragi dari lambung.
7) Edema.
8) Defisiensi vitamin (A, C dan K) dan anemia
9) Perburukan mental diikuti dengan ensefalopati hepatic dan koma hepatik
(Brunner & Suddart, 2013).
10) Eritema Palmaris
11) Spider Angioma
12) Jaundis
(Black & Hawks 2009)
2.1.5 Patofisologi

Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada
banyak tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler,
dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi.
Terdapat kerusakan luas hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran
sistem vaskuler dan limfatik serta jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi
ditandai dengan stasis empedu, endapan jauundis.

Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan

hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan


perdarahan, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering
mengalami perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar.
Masa protrombin dapat memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat
berkurangnya pembentukan faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia,
leukopenia, dan trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme.
Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif
menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang

menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang
terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan hemolisis
eritrosit. Penderita juga lebih mudah terserang infeksi.

Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis


normal sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada
hipoalbuminemia, yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam
ruang peritonium. Volume darah sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan
osmotik koloid. Sekresi aldosteron meningkat lalu merangsang ginjal untuk
menahan natrium dan air. Sebagai akibat kerusakan hepatoseluler, hati tidak
mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga retensi natrium dan air
berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume cairan asites meningkat.

Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta


menerima darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena
porta menyebabkan: (1) aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan
pelebaran vena esofagus, umbilikus, dan vena rektus superior, yang
mengakibatkan perdarahan varises (2) asites (akibat pergesaran hidrostastik
atau osmotik mengarah pada akumulasi cairan di dalam peritoneum) dan (3)
bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas dengan akibat meningkat
amonia, selanjutnya mengarah kepada

esefalopati hepatikum.

Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau


penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati
hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma
(tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta.

Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks


adrenal, testis dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati
normal. Atrofi testis, ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta
eritema palmaris (telapak tangan merah), semuanya diduga disebabkan oleh
kelebihan esterogen, dalam sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit diduga
aktivitas hormon perangsang melanosit yang bekerja secara berlebihan.

2.1.6 Web of Caution (WOC)


2.1.7 Klasifikasi
Menurut Cheney et al (2013), klasifikasi sirosis berdasarkan morfologinya meliputi:
(1) Sirosis mikronodular, yaitu nodul-nodul yang berdiameter kurang dari 3 mm.
Penyebabnya meliputi alkohol, hemokromatosis, obstruksi biliaris, obstruksi aliran vena
hepatik, jejunoileal bypass, dan Indian childhood cirrhosis (ICC).
(2) Sirosis makronodular, yaitu nodul-nodul yang berdiameter lebih dari 3 mm. Penyebabnya
meliputi hepatis C kronis, hepatitis B kronis, defisiensi alfa-1 antitripsin, dan sirosis
biliaris primer.
(3) Sirosis campuran, merupakan gabungan sirosis mikronodular dan makronodular. Sirosis
mikronodular sering berevolusi menjadi sirosis makronodular.

Sedangkan berdasarkan fungsional, Franciscus (2013) membagi sirosis menjadi:


(1) Sirosis kompensasi, yaitu hati mengalami kerusakan akan tetapi masih dapat melakukan
banyak fungsi tubuh yang penting. Kebanyakan penderita sirosis kompensasi mengalami
sedikit gejala atau bahkan tanpa gejala dan dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa
komplikasi serius.
(2) Sirosis dekompensasi, yaitu hati mengalami kerusakan yang parah secara luas dan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Penderita sirosis dekompensasi mengalami berbagai macam
etiologi dan komplikasi serius yang dapat mengancam jiwa.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet seimbang; diuretik
penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol (Brunner & Suddart, 2013).
2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehtan. Sering kali
vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor pembekuan (Black & Hawks, 2009).
3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk menjaga volume
plasma (Black & Hawks, 2009).
Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2014), penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis
yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
4)Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma (FFP)
5) Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
6) Sedatif: fenobarbital (Luminal)
7) Pelunak feses : dekusat
8) Detoksikan Amonia: Laktulosa
9) Vitamin: zink
10) Analgetik: Oksikodon
11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
12) Endoskopik skleroterapi: entonolamin
13)Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada perdarah aktif)
14) Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi sekuensial.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai berikut:
1) Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria dan
hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok. Selain itu untuk
menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera fisik jatuh atau abrasi, dan diberikan
suntikan hanya ketika benarbenar diperlukan, menggunakan jarum sintik yang kecil.
Instruksikan klien untuk menghindari nafas hidung dengan kuat dan mengejan saat
BAB. Terkadang pelunak fases diresepkan untuk mencegah mengejan dan pecahnya
varises.
2) Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali jaringan dan juga cukup
karbohidrat untuk menjaga BB dan menghemat protein. Berikan suplemen vitamin
biasanya pasien diberikan multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan injeksi
Vit K untuk memperbaiki faktor bekuan.
3) Meningkatkan pola pernapasan efektif
Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan memengaruhi fungsinya,
mungki juga menyebabkan nafas dangkal dan kegagalan pertukaran gas, berakibat
dalam bahaya pernafasan. Oksigen diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi
semi fowler, juga pengkuran lingkar perut setiap hari perlu dilakukan oleh perawat.
4) Menjaga keseimbangan volume cairan
Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien harus dipantau ketat.
Memantau asupan dan keluaran, juga mengukur lingkar perut.
5) Menjaga integritas kulit
Ketika tedapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang kemungkinan lesi kulit
terinfeksi. Jika jaundis terlihat, mandi hangat-hangat kuku dengan pemakai sabun non-
alkalin dan penggunaan lotion.
6) Mencegah Infeksi
Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat, memonitor gejala
infeksi dan memberikan antibiotik sesuai resep.
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik
a. Urine
Dalam urine terdapat uroblriiogen juga terdapat blirirubin bisa penderita ada ikterus. Pada
penderita dengan asites, makan ekskresi Na dalam urine berkurang ( urin kurang dari 4
me /μL) menunjukan kemungkinan telah terjadi syndrome hepateral.
b. Feses
Terdapat kenaikan kadar sterkoblinegen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi plagmen
empedu rendah. Sterkoblinegen yang tidak terserap oleh darah didalam usus akan diubah
menjadi sterkoblin yairu suatu pigmen yang menyebabkan feses berwarna.
c. Darah
Biasanya dijumpai nosmiotik. Nosmikronik anemia yang ringan, kadang dalam bentuk
spleriomeli
d. Tes Fatal
e. Uji Penatraan
Pemeriksaan secara visual seperti USG,CT Scan atau MRI, serta fibroscan dpat dilakukan
untuk pemeriksa kerusakan pada organ hati
f. Biopsi organ hati
g. Pemeriksaan gastroskopi
Untuk melihat pelebaran pembuluh darah di keringkongan (varises esofagus)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2) Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering
terungkap kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan
kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan
masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas
sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap
lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah.
(Black & Hawks, 2009)
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh
komplikasi berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi,
GI muncul dari varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien
mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia
industri, sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
riwayat mengonsumsi alkohol.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada
keluarga yang menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
6) Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya
mual, muntah.
b) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam
(melena) BAK : biasanya urine berwarna
gelap
c) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena
kelelahan
d) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari
terbangun dan siang hari tertidur
e) Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya
kelelahan
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati
hepatikum akan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital
juga diperiksa untuk mengetahui keadaan umum pasien
b) Kepala
Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit
perawatan diri
c) Wajah
Wajah biasanya tampak pucat
d) Mata
Biasanya sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
e) Hidung
Biasanya tampak kotor
f) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus

g) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
h) Paru
a) Inspeksi : pasien terlihat sesak
b) Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c) Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya
hipersonor
d) Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada
akumulasi sekret.
i) Jantung
a) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c) Auskultasi : biasanya normal
j) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
k) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
l) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Hemoglobin biasanya rendah
b) Leukosit biasnya meningkat
c) Trombosit biasanya meningkat
d) Kolesterol biasanya rendah
e) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
f) Albumin biasanya rendah
g) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
h) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
i) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat
serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT,
kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah
arteri, biopsy.
j) Pemidaian ultrasonografi
k) Pemindaian CT
l) MRI
m) Pemindaian hati radioisotope
(Brunner & Suddart, 2013)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan
pada diaframa.
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid.
3) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
pengetahuan dengan faktor pemberat
4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
5) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak.
7) Resiko perdarahan
8) Resiko cidera
9) Resiko ketidakstabilan gula darah
10) Resiko Infeksi
11) Resiko kerusakan integritas kulit
12) Kelelahan berhungan produksi energi menurun.
13) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
14) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai.

(NANDA, 2015)
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1. Ketidakefektifan a. Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
pola napas Ventilasi a. Posisikan pasien untuk
berhubungan Indikator : memaksimalkan
dengan Peningkatan 1) Respiratory rate ventilasi; posisi semi
tekanan pada dalam rentang fowler.
diaframa. normal b. Auskultasi bunyi
2) Tidak ada retraksi napas, catat jika
dinding dada adanya bunyinapas
3) Tidak mengalami tambahan.
dispnea saat c. Atur intake cairan
istirahat untuk mengoptimalkan
4) Tidak ditemukan keseimbangan.
orthopnea d. monitor adanya
5) Tidak ditemukan kecemasan pasien
atelektasis terhadap oksigenasi.
b. Status Pernafasan :
Kepatenan Jalan Terapi Oksigen
Nafas a. Bersihkan mulut,
Indikator : hidung, dan sisa
1) Respiratory rate sekresi
dalam rentang b. Siapkan peralatan
normal oksigen dan siapkan
2) Pasien tidak cemas humadifier
3) Menunjukkan jalan c. Monitor aliran oksigen
nafas yang paten d. Pastikan penggantian
masker atau kanul
sesuai kebutuhan
e. Sediakan oksigen
ketika pasien dibawa
atau dipindahkan
f. Amati tanda-tanda
hipoventilasi

Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
status vital sign.
c. Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.

Manajemen Cairan
a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume
cairan (edema, asites).
b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).

Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi
hati, muntah).
2. Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Elektrolit dan a. Pertahankan catatan
dengan penurunan Asam Basa intake dan output yang
tekanan osmotik Indikator : akurat
koloid. 1) Serum albumin, b. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, c. Monitor hasil Hb yang
Blood Urea sesuai dengan retensi
Nitrogen cairan (BUN, Hmt,
(BUN), dalam osmolaritas urin)
rentang normal. d. Monitor vital sign
2) pH urine, urine e. Monitor indikasi
sodium, urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, f. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal. g. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan
kelemahan otot. hitung intake kalori
4) tidak terjadi h. Monitor status nutrisi
disritmia. i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
interuksi
b. Keseimbangan j. Kolaborasikan dokter
Cairan jika tanda cairan
Indikator : berlebih muncul
1) Tidak terjadi memburuk
asites
2) Ekstremitas Monitor Cairan
tidak edema a. Tentukan riwayat
3) Tidak terjadi jumlah dan tipe intake
distensi vena cairan dan eliminasi
jugularis b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor TD, HR dan
RR
e. Monitor perubahan
irama jantung
f. Catat secara akurat
intake dan output
g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai
keperluan
i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
3. Ketidakeektifan a. Status Sirkulasi Manajemen asam basa
Perfusi Jaringan Indikator : a. Pertahankan kepatenan
Perifer berhubungan 1) Systolic blood akses selang IV
dengan Anemia pressure dalam b. Monitor gas darah
rentang normal arteri
2) Diastolic blood c. Monitor adanya
pressure dalam kegagalan pernafasan
rentang normal d. Monitor status
3) Pulse pressure hemodinamik
dalam rentang e. Monitor kehilangan
normal asam misalnya muntah,
4) CVP dalam retang pengeluaran NGT
normal f. Monitor status
5) MAP dalam neurologi
rentang normal g. Berikan terapi oksigen
6) Saturasi O2 dalam dengan tepat
rentang normal
7) Tidak asites
b. Perfusi Jaringan : Perawatan sirkulasi
Perifer a. Lakukan penilaian
Indikator : sirkulasi perifer (nadi,
1) CRT (jari edema, CRT ,warna
tangan dan dan suhu ekstermitas)
kaki) dalam b. Berikan agen inotropik
batas normal yang sesuai
2) Suhu kulit c. Berikan tranfusi darah
ekstremitas yang sesuai
dalam rentang d. Monitor nilai elektrolit,
normal BUN, dan kreatinin
3) Kekuatan setiap hari
denyut nadi
(karotis kanan Manajemen sensasi
dan kiri;brachial perifer
kanan dan kiri; a. Monitor sensasi panas
femur kanan dan dingin
dan kiri, radialis b. Monitor adanya
kanan dan kiri) parasthesia
dalam rentang c. Intruksikan pasien dan
normal keluarga memeriksa
4) Blood pressure adanya kerusakan kulit
dan MAP dalam d. Monitor tromboemboli
rentang normal dan tromboplebitis
pada vena

Managemen
Hipovolemia
a. Monitor adanya
hipotensi ortotastik dan
pusing saat berdiri
b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).
4. Resiko a. Status Sirkulasi Terapi Oksigen
ketidakefektifan Indikator: a. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 1) Tekanan sistole dan sekret trakea
serebral dan diastole
b. Pertahankan jalan
dalam rentang napas yang paten
yang diharapkan c. Atur peralatan
2) Tidak ada oksigenasi
tanda-tanda d. Monitor aliran oksigen
peningkatan e. Pertahankan posisi
tekanan pasien
intrakranial f. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
b. Perfusi jaringan: g. Monitor adanya
serebral kecemasan pasien
Indikator: terhadap oksigenasi
1) Mempertahanka
n tekanan Monitoring Peningkatan
intrakranial Intrakranial
2) Tekanan darah a. Monitor tekanan
dalam rentang perfusi serebral
normal b. Catat respon pasien
3) Tidak ada nyeri terhadap stimulasi
kepala c. Monitor tekanan
4) Tidak ada intrakranial pasien dan
muntah respon neurologi
5) Memonitor terhadap aktifitas
tingkat d. Monitor intake dan
kesadaran output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Monitor vital sign saat
pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
d. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
e. Monitor kualitas dari
nadi
f. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
k. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
5. Kebutuhan nutrisi a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
kurang dari Indikator : a. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi makanan
berhubungan dalam rentang b. Kolaborasi dengan ahli
dengan penurunan normal gizi untuk menentukan
absorbsi vitamin, 2) Intake makanan jumlah kalori dan
karbohidrat dan dalam rentang nutrisi yang
lemak. normal dibutuhkan pasien
3) Intake minuman c. Anjurkan pasien untuk
dalam rentang meningkatkan Fe
normal d. Anjurkan pasien untuk
4) Rasio BB/TB meningkatkan protein
dalam rentang dan vitamin C
normal e. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
b. Status Nutrisi : tinggi serat untuk
Asupan Makanan mencegah konstipasi
dan Cairan f. Monitor jumlah nutrisi
Indikator : dan kandungan kalori
1) Asupan kalori,g. Kaji kemampuan
vitamin, mineral pasien untuk
2) Asupan protein, mendapatkan nutrisi
lemak, yang dibutuhkan
3) Asupan serat,
kalsium, sodium Manajemen Mual
4) Asupan a. Ajarkan pasien untuk
karbohidrat, asupan memonitor
zat besi pengalaman mualnya
c. Kontrol BB b. Ajarkan pasien untuk
Indikator : mempelajari strategi-
1) Adanya strategi untuk
peningkatan berat mengatur mualnya
badan sesuai c. Lakukan pengkajian
dengan tujuan lengkap terkait mual,
2) Berat badan ideal meliputi frekuensi,
sesuai dengan durasi, dan faktor
tinggi badan presipitasi.
3) Mampu d. Evaluasi pengalaman-
mengidentifikasi pengalaman mual
kebutuhan nutrisi pasien sebelumnya
4) Tidak ada tanda – e. Identifikasi faktor-
tanda malnutrisi faktor yang
5) Menunjukkan menyebabkan mual
peningkatan fungsi pasien sebelumnya
pengecapan dari f. Kolaborasi
menelan memberikan terapi anti
6) Tidak terjadi emetik yang diberikan
penurunan berat untuk menghindari
badan yang berarti terjadinya mual
g. Ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi
musik, distraksi,
acupressure untuk
mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien

Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
6. Resiko perdarahan Blood coagulation Bleeding precaution
Indikator : a. Catat Hb/ Ht sebelum
a. Hemoglobin dan sesudah
dalam rentang perdarahan.
normal b. Monitor hasil
b. Hematocrit koagulasi, termasuk PT
dalam rentang (prothombin time),
normal PTT (pertial
c. Hematemesis thromboplastin time),
dalam rentang fibrinogen, jumlah
normal trombosit.
d. Blood in stool c. Pertahankan bedrest
dalam rentang selama perdarahan.
normal d. Gunakan sikat gigi
yang lembut untuk oral
hygiene.
e. Koordinasikan waktu
tindakan invasive
plasma darah/
trombosit, jika
diperlukan.
f. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan kaya vitamin
K.
g. Instruksikan kepada
pasien dan atau
keluarga jika ada tanda
perdarahan, laporkan
segera ke perawat.
7. Resiko cidera a. Risk Kontrol Environment
Indikator: Management
a. Klien terbebas a. Sediakan lingkungan
dari cidera yang aman untuk
b. Klien mampu pasien
menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
cara atau keamanan pasien
metode untuk sesuai dengan kondisi
mencegah fisik
cidera c. Dan fungsi kognitif
c. Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit dahulu
faktor resiko pasien
dari lingkungan d. Memasang side rail
d. Menggunakan tempat tidur
fasilitas e. Menyediakan tempat
kesehatan yang tidur yang aman dan
ada bersih
e. Mampu f. Membatasi
mengenali pengunjunng
perubahan status g. Memberikan
kesehatan penerangan yang
cukup
b. Kejadian jatuh h. Berikan penjelasan
Indikator: pada pasien dan
a. Klien tidak keluarga atau
terjatuh ketika pengunjung adanya
transfer perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
b. Klien tidak
terjatuh dari
tempat tidur

8. Resiko Blood glucose level Hyperglikemi


ketidakstabilan gula Indikator : management
darah a. Blood glucose a. Monitor kadar glukosa
dalam rentang darah.
normal b. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemi
(seperti : poliuria,
polidipsi, poliphagia,
keletihan, latergi,
malaise, sakit kepala).
c. Atur cairan oral/ atur
pemasukan cairan
melalui oral.
d. Monitor status cairan
(intake dan output)
dengan tepat.
e. Bantu pasien
menafsirkan kadar
glukosa darah.

Management
Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa
gula darah sesuai
dengan indikasi
b. Monitor tanda dan
gejala hipoglikemia
(misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
takikardi, menggigil,
pucat, mual, sakit
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.
9. Resiko infeksi a. Immune status Infection Control
Indikator : (Kontrol Infeksi)
1) Suhu tubuh a. Bersihkan lingkungan
dalam batas setelah dipakai pasien
normal lain
2) Leukosit dalam b. Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
c. Instruksikan kepada
b. Nutrition Status pengunjung untuk
Indikator mencuci tangan saat
1) Asupan berkunjung dan
makanan setelah berkunjung
meningkat meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun
c. Risk control antimikroba untuk
Indikator: mencuci tangan
1) Klien bebas dari e. Cuci tangan setiap
tanda dan gejala sebelum dan setelah
infeksi melakukan tindakan
2) Mendeskripsika f. Gunakan baju, sarung
n proses tangan sebagai alat
penularan pelindung
penyakit g. Pertahankan
3) Menunjukkan lingkungan aseptik
kemampuan selama pemasangan
untuk mencegah alat
timbulnya h. Berikan terapi
infeksi antibiotik bila perlu
4) Menunjukkan i. Monitor tanda dan
perilaku hidup gejala infeksi sistemik
sehat dan lokal
j. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
k. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
l. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
m. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan cara
menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
Monitor Nutrisi
c. Monitor diet dan
asupan kalori
d. Monitor tugor kulit
e. Monitor berat badan
10 Resiko kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Indikator : yang longgar
1) Integritas kulit b. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastic agar tetap bersih dan
sitas, temperature, kering
hidrasi, pig d. Mobilisasi pasien
mentasi) (ubah posisi pasien
2) Tidak ada luka/ lesi setiap dua jam sekali)
pada kulit e. Monitor kulit akan
3) Perfusi jaringan danya kemerahan
baik f. Oleskan lotion atau
4) Menunjukkan minyak baby/baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah g. Monitor aktivitas dan
terjadinyacedera mobilisasi pasien
berulang h. Monitor status nutrisi
5) Mampu melindungi pasien
kulit dan i. Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit hangat
dan perawatan
alami Perawatan Tirah Baring
a. Jelaskan alasan
diperlukannya tirah
baring.
b. Ajarkan latihan
ditempat tidur dengan
cara yang tepat.
c. Aplikasikan papan
unuk kaki di tempat
tidur.

Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
tekstur, edema.
b. Monitor warna dan
suhu kulit.
c. Monitor kulit adanya
ruam dan lecet.
d. Monitor sumber
tekanan dan gesekan
e. Monitor infeksi
terutama di daerah
edema
11 Intoleransi aktifitas a. Energy conservation Energy Management
. berhubungan Indikator : a. Tentukan keterbatasan
dengan kelelahan. 1) Menunjukkan pasien terhadap
keseimbangan aktivitas
antara aktivitas b. Tentukan penyebab
dengan istirahat lain dari kelelahan
2) Menggunakan c. Dorong pasien untuk
teknik mengungkapkan
3) Mengenali perasaan tentang
keterbatasan energi keterbatasannya
4) Menyesuaikan d. Observasi nutrisi
gaya hidup sesuai sebagai sumber energi
tingkat energi yang adekuat
5) Mempertahankan e. Observasi respon
gizi yang cukup jantung-paru terhadap
6) Melaporkan aktivitas (misalnya
aktivitas yang takikardia, disritmia,
sesuai dengan dispnea, pucat, dan
energi frekuensi pernafasan)
f. Batasi stimulus
b.A Activity tolerance lingkungan (misalnya
Indikator : pencahayaan, dan
1) Saturasi oksigen kegaduhan)
saat melakukan g. Dorong untuk lakukan
aktivitas periode aktivitas saat
membaik/dalam pasien memiliki
rentang normal banyak tenaga.
2) nadi saat h. Rencanakan periode
melakukan aktivitas saat pasien
aktivitas dalam memiliki banyak
rentang normal tenaga
3) tidak sesak napas i. Hindari aktivitas
saat melakukan selama periode
aktivitas istirahat
4) tekanan darah saat j. Dorong pasien untuk
melakukan melakukan aktivitas
aktivitas dalam sesuai sumebr energi
rentang normal k. Instruksikan pasien
5) mudah melakukan atau keluarga untuk
ADL mengenal tanda dan
gejala kelelahan yang
c. Self Care : ADLs memerlukan
Indikator : pengurangan aktivitas.
1) Mampu melakukan l. Bantu pasien atau
ADL secara keluargauntuk
mandiri (seperti menentukan tujuan
makan, memakai akhir yang realistis
baju,toileting, m. Evaluasi program
mandi, berdandan, peningkatan tingkat
menjaga aktivitas
kebersihan, oral
hygiene, berjalan, Activity Therapy
berpindah tempat) a. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencakan program
terapi yang tepat

b. Bantu klien untuk


mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
c. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivasi
seperti kursi roda
f. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Sediakan penguat
positif bagi yang aktif
beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
12 Gangguan mobilitas a. Toleransi Aktivitas Exercise Therapy:
. fisik berhubungan 1) TTV dalam ambulation
dengan edema retang normal a. Monitoring vital sign
tungkai. 2) Kekuatan tubuh sebelum dan sesudah
bagian bawah latihan dan lihat
b. Berat Badan: Masa respon pasien saat
tubuh latihan
Indikator : b. Konsultasikan dengan
1) Berat badan terapi fisik tentang
dalam rentang rencana ambulasi
normal sesuai dengan
kebutuhan
c. Partisipasi latihan c. Kaji kemapuan pasien
1) Mempertahan dalam mobilisasi
keseimbangan d. Latih pasien dalam
cairan pemenuhan kbeutuhan
2) Ikut serta dalam ADLs secara mandiri
latihan untuk sesuai kemampuan
mempertahanka pasien
n keseimbangan e. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
f. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
g. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
(Sumber: NOC. 2013; NIC. 2013)
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn, B
DENGAN SIROSIS HEPATIS DIRUANG DAHLIA
RSUD KOTA TANJUNGPINANG

FORMAT KMB

NAMA MAHASISWA :
NIM :
RUANGAN PRAKTIK :
TANGGAL PENGKAJIAN :

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS

Identitas Klien Penanggungjawab

Nama (inisial) : Tn.B Nama :Ny. S :

Tanggal lahir :10 November Tanggal lahir :01 Juni 1987


1952
Pendidikan :SD Pendidikan :SMA :

Suku :Melayu Suku :Melayu :

Pekerjaan :Buruh Pekerjaan :Ibu Rumah :


Bangunan Tangga
Agama :Islam Agama :Islam :

Alamat rumah :Pulau Karas Alamat rumah :jln. Bukit :


Cermin Gg.Kelinci no.9
Golongan darah :O No telp :- :

Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk


Tanggal Masuk : 16 April 2021
No. Medical Record :2602011
Ruang Rawat :Dahlia
Diagnosa Medik :Sirosis Hepatis
Yang mengirim/merujuk : IGD

II. KELUHAN UTAMA


a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit : klien mengatakan
keluhan utama saat masuk rumah sakit adalah perut membuncit,
sesak napas, mual & muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit
dan ada pembengkakan di tungkai kaki kiri.
b. Keluhan utama saat pengkajian : Pada saat pengkajian, klien
mengatakan nyeri dibagian perut sebelah kanan atas sesak yang
disebabkan dari membesarnya perut klien.

III. RIWAYAT KESEHATAN


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian klien mengatakan perut membuncit
dan terasa penuh dan membuat napasnya sesak.Klien
mengatakan. Sejak dirawat di rumah sakit, badannya
semakin kurus karena belum diizinkan makan makanan
yang merangsang. Klien hany amengonsumsi susu yang
diberikan oleh rs.Klien mengatakan bengkak dikaki
sudah tidak adalagi, mual, muntah tidak ada lagi, namun
klien mengatakan tubuhnya terasa lemah dan agak sulit
beraktivitas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi
dan hepatitis B. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
maupun operasi, klien tidak memiliki riwayat alergi dan
tidak pernah ada riwayat transfusi. Klien mengatakan sudah
yang kedua kalinya masuk rumah sakit dengan masalah
yang sama. Dahulu klien sangat suka mengonsumsi
minuman bergas
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit seperti klien.Klien juga mengatakan tidak ada sebelumnya
anggota keluarga yang mengalami penyakit hepatitis

d. Riwayat psikososial
Klien mengatakan bertempat tinggal di ramai penduduk
dan sering berkumpul atau bersilaturami dengan tetangga.
Klien mengatakan terkait biaya rumah sakit klien merasa
sangat terbantu dengan adanya BPJS kesehatan.
e. Riwayat spiritual
Klien mengatakan beliau tidak ibadah baik sebelum masuk
rumah sakit mauapun dirumah sakit
Aktivitas Sebelum masuk RS Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Pola makan: teratur Pola makan: teratur
nutrisi dan cairan
Jumlah/ frekuensi : Jumlah/ frekuensi :
3x sehari 3x sehari
Jenis : nasi,lauk,sayur Jenis : susu
Pantangan :tidak Pantangan :
ada makanan
terangsang
BB/ TB :70/170
BB/ TB :68/170
Porsi : 1 piring
Porsi : segelas susu
Pola Eliminasi BAK : BAK :
 5x sehari  Menggunakan kateter
 Warna kuning  Warna kuning
BAB :  500 cc per 8 jam
 1x sehari
 Warna coklat BAB :
 Konsistensi lunak  1x 2 hari
 Warna coklat
 Konsistensi lunak

Pola istirahat dan tidur  Tidur malam 6 jam  Tidur malam 6-9 jam
 Tidur siang 2 jam  Tidur siang 2 jam
 Kebiasaan sebelum tidur :  Kebiasaan sebelum tidur :
nonton tv dengar musik nonton youtube
 Upaya untuk mengatasi Upaya untuk mengatasi
gangguan tidur : dibawa gangguan tidur : dibawa
nonton tv nonton tv

Pola kebersihan diri (PH) Mandi 2x sehari Mandi 1x sehari


Mencuci rambut 2x sehari Mencuci rambut 1x sehari
 Frekuensi mandi Ganti pakaian 2x sehari Ganti pakaian 1x sehari
 Frekuensi mencuci Gosok gigi 2x sehari Gosok gigi 1x sehari
rambut Tidak ada keluhan Keluhan: dibantu oleh
 Frekuensi gosok gigi keluarga
 Frekuensi
mengganti pakaian/
 Keadaan kuku
Aktivitas lain / mobilitas Klien mengatakan hanya Klien mengatakan hanya
fisik/ rekreasi berkumpul dengan keluarga berbaring ditempat tidur
dan bersantai di rumah sambil nonton youtube
 Aktivitas apa yang
di lakukan untuk
mengisi waktu luang
:
 Waktu senggang
untuk keluarga
 Kegiatan di hari
libur
 Hiburan/ rekreasi
Olahraga Klien mengatakan sesekali Klien mengatakan tidak
suka jalan santai dipagi hari melakukan aktivitas olahraga
 Program olahraga
 Jenis & frekuensi
olahraga
 Kondisi seteah
olahraga

V. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

kesadaran :composmentis, GCS: 15 (E:4 M:6 V:5)

BB: 68 KG

TB: 170 cm
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

TD: 121/86 MMHg

N: 44 X/menit

S: 36.1 oC

RR: 21x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bulat dan tidak ada luka

Palpasi : tidak ada lesi tidak ada benjolan


2) Rambut

Inspeksi : warna rambut hitam bercsmpur putih(beruban), sebaran


rambut merata dan tidak ada rontok
3) Mata

Inspeksi :

 Alis mata tebal dan simetris

 Konjungtiva tampak pucat

 Ukuran pupul isokor

Palpasi:tidak ada lesi , tidak ada nyeri tekan


4) Telinga

 Inspeksi : ada sedikit secret


 Palpasi : tidak ada lesi , tidak ada nyeri tekan
 Tes pendengaran : pendengaran baik tetapi jika kita berbisik klien
tidak begitu dengar

5) Hidung

 Inspeksi : bentuk hidung simetris

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada muncul benjolan

 Pemeriksaan dg alat : penciuman baik


6) Mulut

 Tidak ada luka, perasa baik, gigi ompong, tidak ada lesi
disekitar bibir
7) Tenggorokan : -

8) Leher:

Palpasi: tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada teraba


pembesaran kelenjar getah bening
d. Pemeriksaan

e. Pemeriksaan Thoraks/dada

1. Pemeriksaan Paru

Inspeksi : Bentuk thoraks normal chest, bentuk dada simetris,


susunan ruas tulang belakang khyposis
Auskultasi : terdengar suara ventrikuler, frekuansi 21x / menit
Palpasi : pengembangan dada kiri dan kanan sama
Perkusi : area paru sonor
2. PEMERIKSAAN JANTUNG

Inspeksi :tidak terlihat Ictus cordis

Auskultasi : B1terdengar tunggal keras reguler, BI II terdengar


tunggal dan tidak ada tambahan bunyi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, palpasi pada dinding thoraks
teraba

Perkusi : batas jantung normal adalah batas atas ICS II,


batas bawah ICS V, batas kiri ICS V, mid clavicula

f. Pemeriksaan Abdomen

INSPEKSI : bentuk abdomen cembung, adanya massa dibagian


abdomen dan tidak simetris
AUSKULTASI : terdengar bunyi bising usus 10x / menit
PALPASI : adanya nyeri tekan bagian kanan atas, turgor baik,
hepar teraba membesar
Perkusi: pekak

g. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal

1. Tidak ada lesi

2. Tidak ada peradangan


h. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Tidak ada lesi, tidak nyeri tekan, bentuk tulang khyposis
i. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal

Inspeksi : otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada fraktur
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada peradangan otot sendi,
tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik
j. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
a. Pendengaran : Tes bisik (tidak terlalu jelas) dengan arloji
terdengar.
b. Penghidu : Normal, masih bisa mencium aroma
c. Tenggorokan : Tonsil normal, tidak ada nyeri telan
k. Pemeriksan Fungsi Penglihatan
ketajaman penglihatan sudah kabur, klien mengalami rabun jauh,
lapang pandang normal, penekanan bola mata teraba, tidak ada nyeri
tekan.
l. Pemeriksan Fungsi Neurologis
GCS : 15 ( E: 4 V: 6 M:5)
CM : composmentis
Suhu tubuh normal, tidak ada nyeri kepala, pada nervus II opticus
klien mengalami rabun jauh, P S nervus pendengaran klien kurang
mendengar, fungsi motorik ukuran otot simetris.

m. Pemeriksan Kulit/Integument

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, warna kulit
sawo matang (kecoklatan)
Palpasi : Tekstur kulit halus, turgor kulit baik, struktur keriput,
lemak subcutan tipis, tidak ada nyeri tekan.

n. Pemeriksaan Radiologi
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS: Gangguan metabolisme Kelebihan volume cairan
- Klien mengatakan protein
perutnya membesar
- klien mengatakan Sintesa Albumin
ada yang bergerak
di dalam perutnya Hipoalbumin
disaat klien
mengatur posisinya Penurunan tekanan
DO: osmotik koloid
- Perut klien
membesar Eksudat Cairan
- Klien tampak
perutnya Asites / edema
mengandung
cairan berlebih Kelebihan volume
- TTV cairan
TD: 121/86 mmHg
N: 44x/menit
S: 36, 1oC
RR: 21x/menit
2 DS: Kurang informasi Defisiensi pengetahuan
- klien dengan tentang penyakit
keluarga
mengatakan Defisiensi pengetahuan
belum pernah
mendengar
tentang
penyakit sirosis
hepatis
- keluarga klien
bingung apa
saja yang boleh
dimakan klien
dan klien adalah
kali kedua
masuk RS.
Keluarga klien
sempat
memberi sedikit
nasi ke klien
tanpa
sepengetahuan
perawat
DO:
- klien dan
keluarga
tampak bingung
- klien dan
keluarga tidak
bisa
menjelaskan
tentang
penyakit yang
di alami klien
3 DS: Gangguan metabolisme Intoleransi aktivitas
- klien karbohidrat dan lemak
mengatakan jika
ke kamar Sel kekurangan energi
mandi, klien
dibantu Kelelahan
keluarga
- klien Intoleransi aktivitas
mengatakan
badan terasa
lemah
- klien
mengatakan jika
ingin turun dari
tempat tidur
dibantu oleh
keluarga
DO:
- Dalam
beraktivitas,
klien tampak
dibantu
keluarga
- klien terlihat
hanya berbaring
ditemapt tidur
- klien tampak
lemas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan asites ditandai
dengan perut membuncit dan klien mengatakan ada yang bergerak
didalam perut
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
ditandai dengan keluarga klien memberikan sedikit nasi kepada
klien dan keluarga klien mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakit
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan ditandai klien
hanya dapat berbaring di tempat tidur dan seluruh aktivitas dibantu
oleh keluarga klien.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


keperawata
n
1 Kelebihan Volume 1. Elektrolit acid base Fluid Management
Cairan b.d Asites balance fluid balance 1. Pertahankan catatan
2. Hydration intake dan output yang
Kriteria Hasil akurat
1. Terbebas dari edema/ 2. Pasang urine kateter
ansietas jika diperlukan
2. Bunyi nafas bersih, 3. Monitor hasil lab yang
tidak ada sesuai dengan retensi
dispneu/ostopneu cairan
3. Terbebas dari distensi 4. Monitor vital sign
vena jugularis, reflek 5. Monitor indikasi retensi/
hepatojugular kelebihan cairan
4. Memelihara tekanan 6. Monitor masukan
vena sentral, tekanan makanan/ cairan
kapiler paru, output 7. Monitor status nutrisi
jantung dan vital sign 8. Berikan diuretik sesuai
dalam batas normal instruksi
5. Terbebas dari 9. Monitor elektrolit
kelelahan, kecemasan 10. Monitor tanda dan
atau kebingungan gejala dari edema
6. Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
2 Defisiensi Klien akan mingkatkan 1. Kaji tingkat
pengetahuan pengetahuan selama dalam pengetahuan klien
berhubungan perawatan tentang penyakitnya
dengan kurangnya Objektive : Dalam jangka 2. Lakukan persiapan
informasi waktu 1x 30 menit klien kegiatan penyuluhan
akan menunjukan kesehatan tentang sirosis
1. Mampu menyebutkan hepatis
pengertian sirosis 3. Lakukan kegiatan
hepatis penyuluhan kesehatan
2. Mampu menyebutkan tentang sirosis hepatis
penyebab sirosis 4. Diskusikan dengan klien
hepatis dan keluarga perubahan
3. Mampu menyebutkan gaya hidup oleh klien
tanda dan gejala sirosis 5. Evaluasi tingkat
hepatis pengetahuan klien dan
4. Mampu menyebutkan keluarga setelah
pencegahan dan dilakukan penyuluhan
komplikasi sirosis kesehatan
hepatis
3 Intoleransi Energy Conservation Energy Management
aktivitas Indikator 1. Tentukan
berhubungan 1. Menunjukan keterbatasan klien
dengan kelelahan kesimbangan antara terhadap aktivitas
aktivitas dengan 2. Tentukan penyebab
istirahat lain dari kelelahan
2. Menggunakan 3. Dorong klien untuk
teknik mengungkapkan
3. Mengenali perasaan tentang
keterbatasan energi keterbatasannya
4. Menyesuaikan gaya 4. Dorong untuk
hidup sesuai tingkat lakukan periode
energi aktivitas saat pasien
5. Mempertahankan memiliki banyak
gizi yang cukup tenaga
6. Melaporkan 5. Dorong pasien untuk
aktivitas yang melakukan aktivitas
sesuai energi sesuai energi
7. Activity tolerance 6. Hindari aktivitas
Indikator selama periode
1. Saturasi oksigen istirahat
saat melakukan 7. Instruksikan klien
aktivitas membaik/ atau keluarga klien
dalam rentang untuk mengenal
normal gejala kelelahan yang
2. Nadi saat memerlukan
melalukan aktivitas pengurangan
3. Tidak sesak nafas aktivitas
saat melakukan
aktivitas
4. Tekanan darah saat
melakukan aktivitas
dalam rentang
normal
5. Mudah melakukan
ADL

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/Tgl Jam Implementasi Nama dan


Keperawatan TTD
1 Selasa, 20- 10.00 - Memonitor intake
04-2021 - Merawat kateter urine dan
memonitor output
- Memonitor TTV
- Memonitor masukan
makanan/cairan
- Memonitor tanda –tanda
retensi gejala edema
15.00 - Memonitor TTV
- Merawat kateter urine dan
memonitor output
- Monitor indikasi retensi/
kelebihan cairan

18.00 - Monitor masukan makanan/


cairan
- Monitor status nutrisi
- Mencatat intake dan output
yang akurat

Rabu, 21- 10.00 - Memonitor intake dan output


04-2021 - Memonitor vital sign
- Merawat kateter urine yang
terpakai oleh klien

13.00 - Memonitor TTV


- Memonitor masukan
makanan/cairan
19.00 - Merawat kateter urine yang
terpakai oleh klien
- Monitor tanda dan gejala
dari edema
- Monitor masukan makanan/
cairan
- Monitor status nutrisi

Kamis, 22- 11.00 - Memonitor TTV


04-2021 - Monitor indikasi retensi/
kelebihan cairan
- Monitor vital sign
- Monitor status nutrisi

14.05 - Memonitor apakah terdapat


pembengkakan kembali
setelah sebelumnya dibuang
cairannya
- Memonitor apakah ada nyeri
tekan dibagian perut

17.00 - Memonitor TTV


- Aff kateter urine
- Aff infus

2 Selasa, 20- 09.00 - Memonitor / catat tingkat


04-2021 pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Menjelaskan tanda dan
gejala yang umum dari
penyakit yang spesifik
- Menjelaskan tentang
pengetahuan pengertian
sampai dampak dari penyakit
yang dialami
13.00 - Memonitor / catat tingkat
pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Evaluasi tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan

19.30 - Memonitor / catat tingkat


pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Evaluasi tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan

Rabu, 21- 09.30 - Memonitor/catat tingkat


04-2021 pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Menguji pengetahuan pasien
dan keterampilan pasien
terkait sirosis hepatis dengan
memberikan pertanyaan
- Mengajarkan cara menjaga
agar sedikit mengurangi
nyeri ketika kambuh
14.00 - Memonitor / catat tingkat
pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Evaluasi tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan
17.30 - Memonitor / catat tingkat
pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang
spesifik
- Evaluasi tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan

Kamis, 22- 12.30 - Mengajarkan perubahan


04-2021 gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa akan
datang dan atau mengontrol
proses penyakit

17.00 - Melakukan kegiatan


penyuluhan kesehatan
tentang sirosis hepatis
kembali
- Menguji pengetahuan pasien
dan keterampilan pasien
terkait sirosis hepatis dengan
memberikan pertanyaan
- Mengajarkan cara menjaga
agar sedikit mengurangi
nyeri ketika kambuh
3 Selasa, 20- 11.00 - Memonitor klien untuk
04-2021 mengidentifikasi dan
memperoleh sumber-sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas-aktivitas yang
diinginkan
- Menganjurkan klien dan
keluarga untuk
mempertahankan fungsi dan
kesehatan terkait peran
dalam beraktivitas secara
fisik, sosial, spiritual,
kognisi
- Menganjurkan klien untuk
aktivitas fisik secara teratur
- Memonitor TTV
14.00 - Mendorong pasien untuk
melakukan aktivitas sesuai
energi
18.30 - Menganjurkan klien untuk
aktivitas fisik secara teratur
- Memonitor TTV
Rabu, 21- 11.00 - Membantu klien untuk
04-2021 mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Membantu klien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
15.30 - Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Membantu klien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
18.30
Kamis, 22- 13.00 - Mengevaluasi program
04-2021 peningkatan tingkat aktivitas
- Membantu klien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan

17.30 - Menganjurkan klien dan


keluarga untuk melakukan
periode aktivitas saat pasien
memiliki banyak tenaga
- Menganjurkan klien dan
keluarga untuk melakukan
aktivitas sesuai energi
- Menganjurkan klien dan
keluarga untuk menghindari
aktivitas selama periode
istirahat

F. CATATAN PERKEMBANGAN / EVALUASI

Diagnosa Hari/Tgl Jam Evaluasi Nama dan


Keperawatan TTD
1. Kamis, 22- 17.45 S : klien mengatakan perutnya
04-2021 sudah tidak terlalu membuncit
dan tidak ada yang bergerak
lagi
O : tampak perut klien
mengecil dan tidak ada cairan
didalam perut
A: masalah keperawatan
teratasi
P: Intervensi selesai (pasien
pulang)
2. Kamis, 22- 17.45 S : klien mengatakan sedikit
04-2021 paham dengan penyakitnya
O : klien tampak masih
bingung tetapi sudah mulai
mengerti tentang penyakit yang
dialami
A: masalah keperawatan belum
teratasi sepenuhnya
P: Intervensi dilanjutkan
dengan terus memberikan
penyuluhan mengenai
kesehatan klien diluar RS
3. Kamis, 22- 17.45 S : klien mengatakan sudah
04-2021 mulai beraktivitas secara teratur
dengan mandiri
O : klien tampak melakukan
aktivitas dengan mandiri
A: masalah keperawatan
teratasi
P: Intervensi selesai (pasien
pulang)
BAB IV

KESIMPULAN
Setelah melihat hasil pemaparan dan berdasarkan hasil tujuan penulisan
yaitu untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada klien dengan sirosis
hepatis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai pencapaian dari
laporan ini yaitu Tn.B umur 69 tahun dirawat di RSUD Tanjungpinang dengan
diagnosa medis sirosis hepatis, masalah yang muncul pada Tn.B meliputi
Kelebihan Volume Cairan b.d Asites, Defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Untuk mengatasi masalah tersebut tindakan keperawatan yang dilakukan oleh


penulis yaitu
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urine kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi/ kelebihan cairan
6. Monitor masukan makanan/ cairan
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan diuretik sesuai instruksi
9. Monitor elektrolit
10. Monitor tanda dan gejala dari edema
11. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
12. Lakukan persiapan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang sirosis hepatis
13. Lakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang sirosis hepatis
14. Diskusikan dengan klien dan keluarga perubahan gaya hidup oleh klien
15. Evaluasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan
16. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas
17. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
18. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya
19. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga
20. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai energi
21. Hindari aktivitas selama periode istirahat
22. Instruksikan klien atau keluarga klien untuk mengenal gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan aktivitas
.
Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam yaitu
1. Kelebihan Volume Cairan b.d Asites
S : klien mengatakan perutnya sudah tidak terlalu membuncit dan tidak
ada yang bergerak lagi
O : tampak perut klien mengecil dan tidak ada cairan didalam perut
A: masalah keperawatan teratasi
P: Intervensi selesai (pasien pulang).
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

S : klien mengatakan sedikit paham dengan penyakitnya


O : klien tampak masih bingung tetapi sudah mulai mengerti tentang
penyakit yang dialami
A: masalah keperawatan belum teratasi sepenuhnya
P: Intervensi dilanjutkan dengan terus memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan klien diluar RS

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

S : klien mengatakan sudah mulai beraktivitas secara teratur dengan


mandiri
O : klien tampak melakukan aktivitas dengan mandiri
A: masalah keperawatan teratasi
P: Intervensi selesai (pasien pulang)

Anda mungkin juga menyukai