Disusun Oleh :
Afrina (Po7220119 1544)
Al Akmal (Po7220119 1545)
Alnanda Ghea Putri Nasution(Po7220119 1546)
Anggi Silvana (Po7220119 1547)
Cempaka Inggrid Pitaloka (Po7220119 1548)
Dewi Junita (Po7220119 1549)
Dimas (Po7220119 1550)
Dinda Riska Putri (Po7220119 1551)
Dosen Pengampu :
Dewi Puspa Rianda SST.,MPH
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwasanya kami dapat membuat Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.B
dengan Diagnosa Sirosis Hepatis . Kami membuat makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Walaupun banyak sekali
hambatan dan kesulitan yang telah kami hadapi dalam menyusun laporan ini dan
mungkin laporan ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan kami.
Oleh karena itu kami sangat mengharapan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari guru pembimbing kami supaya kami dapat lebih baik lagi dalam
menyusun sebuah laporann di kemudian hari, dan semoga laporan ini memberikan
manfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita serta rekan-rekan semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN.......................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN...................................................................
4.1 KESIMPULAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab
sirosis hepatis belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam
keluarga turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor
predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B
ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan
obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu
(2013), Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non
alkoholik, dan sirosis viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi
lain, prevalensi sirosis viral di negara berkembang termasuk Indonesia,
tergolong tinggi khususnya hepatitis B dan C. Meskipun demikian, terdapat
beberapa faktor yang juga memengaruhi proses penyakit yaitu usia, gender
(laki-laki), obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini mempunyai
pengaruh yang bervariasi pada pasien yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
1. Metabolisme glukosa
Setelah makan, glukosa diambil dari darah vena porta oleh hati dan diubah
menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit. Selanjutnya glikogen
diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan kedalam
aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal. Glukosa
tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang dinamakan
glukoneogenesis. Untuk proses ini, hati menggunakan asam-asam amino
hasil pemecahan protein atau laktat yang diproduksi oleh otot yang
bekerja.
2. Konversi Amonia
Penggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis akan membentuk
amonia yang dihasilkan oleh proses metabolik ini memjadi ureum.
Amonia yang diproduksi oleh bakteri dalam intestrinum juga akan
dikeluarkan dari dalam darah portal untuk sintesis ureum. Dengan cara ini
hati mengubah amonia yang merupakan toksin berbahaya menjadi ureum
yaitu senyawa yang dapat di ekskresi kedalam urin.
3. Metabolisme Protein
Organ ini mensintesi hampir semua plasma protein termasuk diburnin,
faktor-faktor pembekuan darah protein transport yang spesifik dari
sebagian besar faktor pembekuan lainnya. Asam-asam amino berfungsi
sebagai unsur pembangunan bagi sintesis protein.
4. Metabolisme lemak
Asam-asam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energi dan benda
keton. Benda keton merupakan senyawa-senyawa kecil yang dapat masuk
ke dalam aliran darah dan menjadi sumber energi bagi otot serta jaringan
tubuh lainnya. Pemecahan asam lemak menjadi bahan keton terutama
terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk metabolisme sangat terbatas
seperti pada kelaparan atau diabetes yang tidak terkontrol.
5. Penyimpanan vitamin dan zat besi
6. Metabolisme obat
Metabolisme umumnya menghilangkan aktivitas obat tersebut meskipun
pada sebagian kasus, aktivasi obat dapat terjadi. Salah satu lintasan
penting untuk metabolisme obat meliputi konjugasi (pengikatan) obat
tersebut dengan sejumlah senyawa, untuk membentuk substansi yang lebih
larut. Hasil konjugasi tersebut dapat diekskresikan ke dalam feses atau
urin seperti ekskresi bilirubin.
7. Pembentukan empedu
Empedu dibentuk oleh hepatosit dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta
saluran empedu. Fungsi empedu adalah ekskretorik seperti ekskresi
bilirubin dan sebagai pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi
lemak oleh garam-garam empedu.
8. Ekskresi bilirubin
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh
sel-sel pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel kupfer dari
hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi
kimia mengubahnya lewat konjugasi menjadi asam glukuronat yang
membuat bilirubin lebih dapat larut didalam larutan yang encer. Bilirubin
terkonjugasi diekskresikan oleh hepatosit ke dalam kanalikulus empedu
didekatnya dan akhirnya dibawa dalam empedu ke duodenum.
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit
hati, bila aliran empedu terhalang atau bila terjadi penghancuran sel-sel
darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran empedu, bilirubin
tidak memasuki intestinum dan sebagai akibatnya, urobilinogen tidak
terdapat dalam urin.
2.1.3 Etiologi
Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada
banyak tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler,
dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi.
Terdapat kerusakan luas hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran
sistem vaskuler dan limfatik serta jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi
ditandai dengan stasis empedu, endapan jauundis.
menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin B12, dan besi yang
terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan hemolisis
eritrosit. Penderita juga lebih mudah terserang infeksi.
esefalopati hepatikum.
g) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
h) Paru
a) Inspeksi : pasien terlihat sesak
b) Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c) Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya
hipersonor
d) Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada
akumulasi sekret.
i) Jantung
a) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c) Auskultasi : biasanya normal
j) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
k) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
l) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Hemoglobin biasanya rendah
b) Leukosit biasnya meningkat
c) Trombosit biasanya meningkat
d) Kolesterol biasanya rendah
e) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
f) Albumin biasanya rendah
g) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
h) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
i) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat
serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT,
kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah
arteri, biopsy.
j) Pemidaian ultrasonografi
k) Pemindaian CT
l) MRI
m) Pemindaian hati radioisotope
(Brunner & Suddart, 2013)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan
pada diaframa.
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid.
3) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
pengetahuan dengan faktor pemberat
4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
5) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak.
7) Resiko perdarahan
8) Resiko cidera
9) Resiko ketidakstabilan gula darah
10) Resiko Infeksi
11) Resiko kerusakan integritas kulit
12) Kelelahan berhungan produksi energi menurun.
13) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
14) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai.
(NANDA, 2015)
3. Intervensi Keperawatan
Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
status vital sign.
c. Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.
Manajemen Cairan
a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume
cairan (edema, asites).
b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi
hati, muntah).
2. Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Elektrolit dan a. Pertahankan catatan
dengan penurunan Asam Basa intake dan output yang
tekanan osmotik Indikator : akurat
koloid. 1) Serum albumin, b. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, c. Monitor hasil Hb yang
Blood Urea sesuai dengan retensi
Nitrogen cairan (BUN, Hmt,
(BUN), dalam osmolaritas urin)
rentang normal. d. Monitor vital sign
2) pH urine, urine e. Monitor indikasi
sodium, urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, f. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal. g. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan
kelemahan otot. hitung intake kalori
4) tidak terjadi h. Monitor status nutrisi
disritmia. i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
interuksi
b. Keseimbangan j. Kolaborasikan dokter
Cairan jika tanda cairan
Indikator : berlebih muncul
1) Tidak terjadi memburuk
asites
2) Ekstremitas Monitor Cairan
tidak edema a. Tentukan riwayat
3) Tidak terjadi jumlah dan tipe intake
distensi vena cairan dan eliminasi
jugularis b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor TD, HR dan
RR
e. Monitor perubahan
irama jantung
f. Catat secara akurat
intake dan output
g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai
keperluan
i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
3. Ketidakeektifan a. Status Sirkulasi Manajemen asam basa
Perfusi Jaringan Indikator : a. Pertahankan kepatenan
Perifer berhubungan 1) Systolic blood akses selang IV
dengan Anemia pressure dalam b. Monitor gas darah
rentang normal arteri
2) Diastolic blood c. Monitor adanya
pressure dalam kegagalan pernafasan
rentang normal d. Monitor status
3) Pulse pressure hemodinamik
dalam rentang e. Monitor kehilangan
normal asam misalnya muntah,
4) CVP dalam retang pengeluaran NGT
normal f. Monitor status
5) MAP dalam neurologi
rentang normal g. Berikan terapi oksigen
6) Saturasi O2 dalam dengan tepat
rentang normal
7) Tidak asites
b. Perfusi Jaringan : Perawatan sirkulasi
Perifer a. Lakukan penilaian
Indikator : sirkulasi perifer (nadi,
1) CRT (jari edema, CRT ,warna
tangan dan dan suhu ekstermitas)
kaki) dalam b. Berikan agen inotropik
batas normal yang sesuai
2) Suhu kulit c. Berikan tranfusi darah
ekstremitas yang sesuai
dalam rentang d. Monitor nilai elektrolit,
normal BUN, dan kreatinin
3) Kekuatan setiap hari
denyut nadi
(karotis kanan Manajemen sensasi
dan kiri;brachial perifer
kanan dan kiri; a. Monitor sensasi panas
femur kanan dan dingin
dan kiri, radialis b. Monitor adanya
kanan dan kiri) parasthesia
dalam rentang c. Intruksikan pasien dan
normal keluarga memeriksa
4) Blood pressure adanya kerusakan kulit
dan MAP dalam d. Monitor tromboemboli
rentang normal dan tromboplebitis
pada vena
Managemen
Hipovolemia
a. Monitor adanya
hipotensi ortotastik dan
pusing saat berdiri
b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).
4. Resiko a. Status Sirkulasi Terapi Oksigen
ketidakefektifan Indikator: a. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 1) Tekanan sistole dan sekret trakea
serebral dan diastole
b. Pertahankan jalan
dalam rentang napas yang paten
yang diharapkan c. Atur peralatan
2) Tidak ada oksigenasi
tanda-tanda d. Monitor aliran oksigen
peningkatan e. Pertahankan posisi
tekanan pasien
intrakranial f. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
b. Perfusi jaringan: g. Monitor adanya
serebral kecemasan pasien
Indikator: terhadap oksigenasi
1) Mempertahanka
n tekanan Monitoring Peningkatan
intrakranial Intrakranial
2) Tekanan darah a. Monitor tekanan
dalam rentang perfusi serebral
normal b. Catat respon pasien
3) Tidak ada nyeri terhadap stimulasi
kepala c. Monitor tekanan
4) Tidak ada intrakranial pasien dan
muntah respon neurologi
5) Memonitor terhadap aktifitas
tingkat d. Monitor intake dan
kesadaran output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema
Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
6. Resiko perdarahan Blood coagulation Bleeding precaution
Indikator : a. Catat Hb/ Ht sebelum
a. Hemoglobin dan sesudah
dalam rentang perdarahan.
normal b. Monitor hasil
b. Hematocrit koagulasi, termasuk PT
dalam rentang (prothombin time),
normal PTT (pertial
c. Hematemesis thromboplastin time),
dalam rentang fibrinogen, jumlah
normal trombosit.
d. Blood in stool c. Pertahankan bedrest
dalam rentang selama perdarahan.
normal d. Gunakan sikat gigi
yang lembut untuk oral
hygiene.
e. Koordinasikan waktu
tindakan invasive
plasma darah/
trombosit, jika
diperlukan.
f. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan kaya vitamin
K.
g. Instruksikan kepada
pasien dan atau
keluarga jika ada tanda
perdarahan, laporkan
segera ke perawat.
7. Resiko cidera a. Risk Kontrol Environment
Indikator: Management
a. Klien terbebas a. Sediakan lingkungan
dari cidera yang aman untuk
b. Klien mampu pasien
menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
cara atau keamanan pasien
metode untuk sesuai dengan kondisi
mencegah fisik
cidera c. Dan fungsi kognitif
c. Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit dahulu
faktor resiko pasien
dari lingkungan d. Memasang side rail
d. Menggunakan tempat tidur
fasilitas e. Menyediakan tempat
kesehatan yang tidur yang aman dan
ada bersih
e. Mampu f. Membatasi
mengenali pengunjunng
perubahan status g. Memberikan
kesehatan penerangan yang
cukup
b. Kejadian jatuh h. Berikan penjelasan
Indikator: pada pasien dan
a. Klien tidak keluarga atau
terjatuh ketika pengunjung adanya
transfer perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
b. Klien tidak
terjatuh dari
tempat tidur
Management
Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa
gula darah sesuai
dengan indikasi
b. Monitor tanda dan
gejala hipoglikemia
(misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
takikardi, menggigil,
pucat, mual, sakit
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.
9. Resiko infeksi a. Immune status Infection Control
Indikator : (Kontrol Infeksi)
1) Suhu tubuh a. Bersihkan lingkungan
dalam batas setelah dipakai pasien
normal lain
2) Leukosit dalam b. Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
c. Instruksikan kepada
b. Nutrition Status pengunjung untuk
Indikator mencuci tangan saat
1) Asupan berkunjung dan
makanan setelah berkunjung
meningkat meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun
c. Risk control antimikroba untuk
Indikator: mencuci tangan
1) Klien bebas dari e. Cuci tangan setiap
tanda dan gejala sebelum dan setelah
infeksi melakukan tindakan
2) Mendeskripsika f. Gunakan baju, sarung
n proses tangan sebagai alat
penularan pelindung
penyakit g. Pertahankan
3) Menunjukkan lingkungan aseptik
kemampuan selama pemasangan
untuk mencegah alat
timbulnya h. Berikan terapi
infeksi antibiotik bila perlu
4) Menunjukkan i. Monitor tanda dan
perilaku hidup gejala infeksi sistemik
sehat dan lokal
j. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
k. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
l. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
m. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan cara
menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
Monitor Nutrisi
c. Monitor diet dan
asupan kalori
d. Monitor tugor kulit
e. Monitor berat badan
10 Resiko kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Indikator : yang longgar
1) Integritas kulit b. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastic agar tetap bersih dan
sitas, temperature, kering
hidrasi, pig d. Mobilisasi pasien
mentasi) (ubah posisi pasien
2) Tidak ada luka/ lesi setiap dua jam sekali)
pada kulit e. Monitor kulit akan
3) Perfusi jaringan danya kemerahan
baik f. Oleskan lotion atau
4) Menunjukkan minyak baby/baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah g. Monitor aktivitas dan
terjadinyacedera mobilisasi pasien
berulang h. Monitor status nutrisi
5) Mampu melindungi pasien
kulit dan i. Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit hangat
dan perawatan
alami Perawatan Tirah Baring
a. Jelaskan alasan
diperlukannya tirah
baring.
b. Ajarkan latihan
ditempat tidur dengan
cara yang tepat.
c. Aplikasikan papan
unuk kaki di tempat
tidur.
Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
tekstur, edema.
b. Monitor warna dan
suhu kulit.
c. Monitor kulit adanya
ruam dan lecet.
d. Monitor sumber
tekanan dan gesekan
e. Monitor infeksi
terutama di daerah
edema
11 Intoleransi aktifitas a. Energy conservation Energy Management
. berhubungan Indikator : a. Tentukan keterbatasan
dengan kelelahan. 1) Menunjukkan pasien terhadap
keseimbangan aktivitas
antara aktivitas b. Tentukan penyebab
dengan istirahat lain dari kelelahan
2) Menggunakan c. Dorong pasien untuk
teknik mengungkapkan
3) Mengenali perasaan tentang
keterbatasan energi keterbatasannya
4) Menyesuaikan d. Observasi nutrisi
gaya hidup sesuai sebagai sumber energi
tingkat energi yang adekuat
5) Mempertahankan e. Observasi respon
gizi yang cukup jantung-paru terhadap
6) Melaporkan aktivitas (misalnya
aktivitas yang takikardia, disritmia,
sesuai dengan dispnea, pucat, dan
energi frekuensi pernafasan)
f. Batasi stimulus
b.A Activity tolerance lingkungan (misalnya
Indikator : pencahayaan, dan
1) Saturasi oksigen kegaduhan)
saat melakukan g. Dorong untuk lakukan
aktivitas periode aktivitas saat
membaik/dalam pasien memiliki
rentang normal banyak tenaga.
2) nadi saat h. Rencanakan periode
melakukan aktivitas saat pasien
aktivitas dalam memiliki banyak
rentang normal tenaga
3) tidak sesak napas i. Hindari aktivitas
saat melakukan selama periode
aktivitas istirahat
4) tekanan darah saat j. Dorong pasien untuk
melakukan melakukan aktivitas
aktivitas dalam sesuai sumebr energi
rentang normal k. Instruksikan pasien
5) mudah melakukan atau keluarga untuk
ADL mengenal tanda dan
gejala kelelahan yang
c. Self Care : ADLs memerlukan
Indikator : pengurangan aktivitas.
1) Mampu melakukan l. Bantu pasien atau
ADL secara keluargauntuk
mandiri (seperti menentukan tujuan
makan, memakai akhir yang realistis
baju,toileting, m. Evaluasi program
mandi, berdandan, peningkatan tingkat
menjaga aktivitas
kebersihan, oral
hygiene, berjalan, Activity Therapy
berpindah tempat) a. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencakan program
terapi yang tepat
FORMAT KMB
NAMA MAHASISWA :
NIM :
RUANGAN PRAKTIK :
TANGGAL PENGKAJIAN :
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
d. Riwayat psikososial
Klien mengatakan bertempat tinggal di ramai penduduk
dan sering berkumpul atau bersilaturami dengan tetangga.
Klien mengatakan terkait biaya rumah sakit klien merasa
sangat terbantu dengan adanya BPJS kesehatan.
e. Riwayat spiritual
Klien mengatakan beliau tidak ibadah baik sebelum masuk
rumah sakit mauapun dirumah sakit
Aktivitas Sebelum masuk RS Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Pola makan: teratur Pola makan: teratur
nutrisi dan cairan
Jumlah/ frekuensi : Jumlah/ frekuensi :
3x sehari 3x sehari
Jenis : nasi,lauk,sayur Jenis : susu
Pantangan :tidak Pantangan :
ada makanan
terangsang
BB/ TB :70/170
BB/ TB :68/170
Porsi : 1 piring
Porsi : segelas susu
Pola Eliminasi BAK : BAK :
5x sehari Menggunakan kateter
Warna kuning Warna kuning
BAB : 500 cc per 8 jam
1x sehari
Warna coklat BAB :
Konsistensi lunak 1x 2 hari
Warna coklat
Konsistensi lunak
Pola istirahat dan tidur Tidur malam 6 jam Tidur malam 6-9 jam
Tidur siang 2 jam Tidur siang 2 jam
Kebiasaan sebelum tidur : Kebiasaan sebelum tidur :
nonton tv dengar musik nonton youtube
Upaya untuk mengatasi Upaya untuk mengatasi
gangguan tidur : dibawa gangguan tidur : dibawa
nonton tv nonton tv
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
BB: 68 KG
TB: 170 cm
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
N: 44 X/menit
S: 36.1 oC
RR: 21x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala
Inspeksi :
5) Hidung
Tidak ada luka, perasa baik, gigi ompong, tidak ada lesi
disekitar bibir
7) Tenggorokan : -
8) Leher:
e. Pemeriksaan Thoraks/dada
1. Pemeriksaan Paru
f. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada fraktur
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada peradangan otot sendi,
tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik
j. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
a. Pendengaran : Tes bisik (tidak terlalu jelas) dengan arloji
terdengar.
b. Penghidu : Normal, masih bisa mencium aroma
c. Tenggorokan : Tonsil normal, tidak ada nyeri telan
k. Pemeriksan Fungsi Penglihatan
ketajaman penglihatan sudah kabur, klien mengalami rabun jauh,
lapang pandang normal, penekanan bola mata teraba, tidak ada nyeri
tekan.
l. Pemeriksan Fungsi Neurologis
GCS : 15 ( E: 4 V: 6 M:5)
CM : composmentis
Suhu tubuh normal, tidak ada nyeri kepala, pada nervus II opticus
klien mengalami rabun jauh, P S nervus pendengaran klien kurang
mendengar, fungsi motorik ukuran otot simetris.
m. Pemeriksan Kulit/Integument
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, warna kulit
sawo matang (kecoklatan)
Palpasi : Tekstur kulit halus, turgor kulit baik, struktur keriput,
lemak subcutan tipis, tidak ada nyeri tekan.
n. Pemeriksaan Radiologi
B. ANALISA DATA
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KESIMPULAN
Setelah melihat hasil pemaparan dan berdasarkan hasil tujuan penulisan
yaitu untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada klien dengan sirosis
hepatis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai pencapaian dari
laporan ini yaitu Tn.B umur 69 tahun dirawat di RSUD Tanjungpinang dengan
diagnosa medis sirosis hepatis, masalah yang muncul pada Tn.B meliputi
Kelebihan Volume Cairan b.d Asites, Defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan