Oleh:
NUR AMALIA PUTRI
NIM: 201420100003
1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB 1...............................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................3
B. Batasan Masalah....................................................................................6
C. Rumusan Masalah..................................................................................6
D. Tujuan....................................................................................................6
BAB 2...............................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
A. KONSEP PENYAKIT SIROSIS HEPATIS..........................................6
1. Definisi...............................................................................................6
2. Etiologi...............................................................................................7
3. Tanda dan gejala Klinis sirosis hepatis.............................................8
4. Patofisiologi.......................................................................................9
5. Klasifikasi........................................................................................10
6. Komplikasi.......................................................................................11
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................12
1. Pengkajian........................................................................................12
1. Diagnosa keperawatan.....................................................................19
2. Intervensi..........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................47
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih
menjadi permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati
yang dirawat, secara umum mempunyai urutan sebagai berikut:
hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data
tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua. Sirosis hati
merupakan salah satu penyakit hati kronis yang paling banyak
ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera
pada struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan
radang kronis dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio
& Donna Jackson, 2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati
menahun (penyakit hati kronis) dan merupakan stadium akhir dari
penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam Sitompul, dkk, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar
700.000 umat manusia meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan
Data WHO (2011) dalam Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000
pasien dunia meninggal akibat sirosis hati ini. Penyakit ini menjadi
penyebab kematian terbesar pada penderitanya. Menurut Black &
Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis hepatis
belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga
turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor
predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B
ataupun C), obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan
penggunaan obat, seperti acetaminophen, methotrexate, atau
isoniazid. Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011)
dalam Rahayu (2013), Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
………………………………..
b) Tanda-tanda vital
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
………………………………...
14
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Pada inspeksi terlihat sesak dan menggunakan
otot bantu nafas sekunder dari penurunan ekspansi
rongga dada dari asites, pada palpasi bila tidak ada
komplikasi, taktil fermitus seimbang, saat perkusi bila
tidak ada komplikasi lapang paru resonan, bila terdapat
efusi akan didapatkan bunyi redup, saat auskultasi
secara umum normal tetapi bisa didapatkan adanya
bunyi nafas tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret.
b) Sistem kardiovaskuler
Anemia, peningkatan denyut nadi, pada saat
auskultasi biasanya normal, namun tidak semua
penderita sirosis hepatis memiliki masalah pada sistem
kardiovaskularnya.
c) Sistem persarafan
Sistem saraf agitasi disorientasi, penurunan
GCS (Ensefalopati hepatikum).
d) Sistem perkemihan
e) Sistem pencernaan
Pada saat diinfeksi biasanya terdapat
pembesaran pada hati, pada hati saat dipalpasi adanya
nyeri tekan peningkatan lingkar abdomen, pada saat
diinpeksi biasanya perut tampak cembung/buncit
(asites), pada saat dipalpasi biasanya adanya nyeri
tekan, pada saat diperkusi biasanya terdengar pekak,
pada saat diauskultasi biasanya bising usus lebih cepat
15
j) Sistem penginderaan
k) Sistem imun
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Price & Wilson,
2012) :
a. Radiologi
a) Foto polos abdomen.
Tujuannya : untuk dapat memperlihatkan densitas
klasifikasi pada hati , kandung empedu, cabang saluran-
saluran empedu dan pancreas juga dapat
memperlihatkan adanya hepatomegalimegali atau asites
nyata.
b) Ultrasonografi (USG)
Metode yang disukai untuk mendeteksi
hepatomegalimegali atau kistik didalam hati.
16
c) CT scan
Pencitraan beresolusi tinggi pada hati, kandung empedu,
pancreas, dan limpa; menunjukan adanya batu, massa
padat, kista, abses dan kelainan struktur: sering dipaki
dengan bahan kontras
d) Magnetik Resonance Imaging (MRI) (Pengambilan
gambar organ)
e) Pemakaian sama dengan CT scan tetapi memiliki
kepekaan lebih tinggi, juga dapat mendeteksi aliran
darah dan sumbatan pembuluh darah; non invasive.
f. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi,
diet seimbang; diuretik penghemat kalium (untuk asites)
hindari alkohol Brunner & Suddart, (2013).
2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk
menjaga kesehtan. Sering kali vitamin K diberikan
untuk memperbaik faktor pembekuan (Black & Hawks,
2009).
3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin
IV untuk menjaga volume plasma (Black & Hawks,
2009).
Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2014),
penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu sebagai
berikut:
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
4) Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen
plasma (FFP)
17
1. Diagnosa keperawatan
Penulis mengambil sumber buku terkait sirosis hepatis dengan
penegakkan diagnosis yaitu menurut Doenges (2012), namun pada
system penulisan menggunakan sumber Tim Pokja SDKI (2016),
dengan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi akut
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Faktor
pembekuan darah terganggu,sintesis prosumber terganggu
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Penumpukan
garam empedu dibawah kulit
4) Risiko perdarahan dibuktikan dengan Faktor pembekuan
darah terganggu,sintesis prosumber terganggu
5) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
terganggu
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
7) Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ansietas
8) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Filtrasi
keruang ketiga
20
2. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan
Sirosis Hepatis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Kasus Sirosis Hepatis
NO Diagnosa NIC NOC
keperawatan
1. Ketidakefektifan a. Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
pola napas Ventilasi a. Posisikan pasien untuk
berhubungan Indikator : memaksimalkan
dengan 1) Respiratory rate ventilasi; posisi semi
Peningkatan dalam rentang fowler.
tekanan pada normal b. Auskultasi bunyi napas,
diaframa. 2) Tidak ada retraksi catat jika adanya
dinding dada bunyinapas tambahan.
3) Tidak mengalami c. Atur intake cairan untuk
dispnea saat mengoptimalkan
istirahat keseimbangan.
4) Tidak ditemukan d. monitor adanya
orthopnea kecemasan pasien
5) Tidak ditemukan terhadap oksigenasi.
atelectasis Terapi Oksigen
b. Status Pernafasan : a. Bersihkan mulut,
Kepatenan Jalan hidung, dan sisa sekresi
Nafas b. Siapkan peralatan
Indikator : oksigen dan siapkan
1) Respiratory rate humidifier
dalam rentang c. Monitor aliran oksigen
normal d. Pastikan penggantian
2) Pasien tidak cemas masker atau kanul
sesuai kebutuhan
3) Menunjukkan jalan e. Sediakan oksigen
21
RR
e. Monitor perubahan
irama jantung
f. Catat secara akurat
intake dan output
g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai
keperluan
i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
3. Ketidakeektifan a. Status Sirkulasi Manajemen asam basa
Perfusi Jaringan Indikator : a. Pertahankan kepatenan
Perifer 1) Systolic blood akses selang IV
berhubungan pressure dalam b. Monitor gas darah arteri
dengan Anemia rentang normal c. Monitor adanya
2) Diastolic blood kegagalan pernafasan
pressure dalam d. Monitor status
rentang normal hemodinamik
3) Pulse pressure e. Monitor kehilangan
dalam rentang asam misalnya muntah,
normal pengeluaran NGT
4) CVP dalam retang f. Monitor status
normal neurologi
5) MAP dalam rentang g. Berikan terapi oksigen
normal dengan tepat
6) Saturasi O2 dalam Perawatan sirkulasi
rentang normal a. Lakukan penilaian
7) Tidak asites sirkulasi perifer (nadi,
24
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).
4. Resiko a. Status Sirkulasi Terapi Oksigen
ketidakefektifan Indikator: a. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 1) Tekanan sistole dan dan sekret trakea
serebral diastole dalam b. Pertahankan jalan napas
rentang yang yang paten
diharapkan c. Atur peralatan
2) Tidak ada tanda- oksigenasi
tanda peningkatan d. Monitor aliran oksigen
tekanan intracranial e. Pertahankan posisi
b. Perfusi jaringan: pasien
serebral f. Observasi tanda-tanda
Indikator: hipoventilasi
1) Mempertahanka n g. Monitor adanya
tekanan intracranial kecemasan pasien
2) Tekanan darah terhadap oksigenasi
dalam rentang Monitoring Peningkatan
normal Intrakranial
3) Tidak ada nyeri a. Monitor tekanan perfusi
kepala serebral
4) Tidak ada muntah b. Catat respon pasien
26
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema
Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat
badan, peningkatan
berat badan,
kekurangan cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.
35
terhadap infeksi
k. Berikan perawatan kulit
pada daerah epidema
l. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
m. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan cara
menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
Monitor Nutrisi
a. Monitor diet dan asupan
kalori
b. Monitor tugor kulit
c. Monitor berat badan
10. Resiko kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Indikator : yang longgar
1) Integritas kulit b. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastic agar tetap bersih dan
sitas, temperature, kering
hidrasi, pig d. Mobilisasi pasien (ubah
mentasi) posisi pasien setiap dua
2) Tidak ada luka/ lesi jam sekali)
37
d. Monitor sumber
tekanan dan gesekan
e. Monitor infeksi
terutama di daerah
edema
11. Intoleransi a. Energy conservation Energy Management
aktifitas Indikator : a. Tentukan keterbatasan
berhubungan 1) Menunjukkan pasien terhadap
dengan kelelahan. keseimbangan aktivitas
antara aktivitas b. Tentukan penyebab lain
dengan istirahat dari kelelahan
2) Menggunakan c. Dorong pasien untuk
teknik mengungkapkan
3) Mengenali perasaan tentang
keterbatasan energi keterbatasannya
4) Menyesuaikan gaya d. Observasi nutrisi
hidup sesuai tingkat sebagai sumber energi
energy yang adekuat
5) Mempertahankan e. Observasi respon
gizi yang cukup jantung-paru terhadap
6) Melaporkan aktivitas (misalnya
aktivitas yang takikardia, disritmia,
sesuai dengan dispnea, pucat, dan
energy frekuensi pernafasan)
b. Activity tolerance f. Batasi stimulus
Indikator : lingkungan (misalnya
1) Saturasi oksigen pencahayaan, dan
saat melakukan kegaduhan)
aktivitas g. Dorong untuk lakukan
membaik/dalam periode aktivitas saat
rentang normal pasien memiliki banyak
39
dilakukan
c. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivasi
seperti kursi roda
f. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
i. Sediakan penguat
positif bagi yang aktif
beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
41
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
12. Gangguan a. Toleransi Aktivitas Exercise Therapy:
mobilitas fisik 1) TTV dalam retang ambulation
berhubungan normal a. Monitoring vital
dengan edema 2) Kekuatan tubuh sign sebelum dan
tungkai. bagian bawah sesudah latihan dan
b. Berat Badan: Masa lihat respon pasien
tubuh saat latihan
Indikator : b. Konsultasikan
1) Berat badan dalam dengan terapi fisik
rentang normal tentang rencana
c. Partisipasi latihan ambulasi sesuai
1) Mempertahan dengan kebutuhan
keseimbangan cairan c. Kaji kemapuan
2) Ikut serta dalam pasien dalam
latihan untuk mobilisasi
mempertahankan d. Latih pasien dalam
keseimbangan pemenuhan
kbeutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
pasien
e. Dampingi dan bantu
pasien saat
mobilisasi
f. Berikan alat bantu
42
jika klien
memerlukan
g. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA