DOSEN PEMBIMBING :
Disusun oleh :
2024/2025
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 2220002
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktek klinik mata kuliah Keperawatan dasar
Mengetahui mahasiswa :
NIM 2220002
Dr. Diyah Arini, S.Kep., Ns., M.Kes Aniek Puji lestari, AMK
1.1. KONSEP PENYAKIT
1. ANATOMI FISIOLOGI
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat 1500
gram. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur
sekitarnya. Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di
bawah kuabah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati
berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan
usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi ssegmen anterior dan psterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak
terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Ligamentum falsiformis beijalan
dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hepar diliputi oleh
peritoneum viseralis.
1. Arteria hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta. Arteria
ini menyuplai darah ke hepar.
2. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal ke
hepar. Darah ini mengandung zat — zat makanan yang telah diserap oleh vili usus
halus. 3. Vena hepatika membawa darah vena dari hepar ke vena inferior.
4. Saluran - saluran bilier juga disebut kanalikuli empedu, dibentuk oleh kapiler-
kapiler empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-
ssel hepar. (Mary Baradero, 2008)
3. ETIOLOGI
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada dua
penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
A. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada
tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis, maka diduga
mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi
chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus
C. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnya hemokromatosis, yaitu Sejak dilahirkan si penderita menghalami
kenaikan absorpsi dari Fe.Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya
dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi
dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
Penyebab lain dari sirosis hepatis, yaitu:
a. Alkohol
Suatu penyebab yang paling umum dari sirosis, terutama di daerah Barat.
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi
alkohol. Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat
melukai sel-sel hati. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit
hati, yaitu dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit(steatosis), ke hati
berlemak yang lebih serius dengan peradangan(steatohepatitis atau alcoholic
hepatitis), ke sirosis.
b. Sirosis kriptogenik
Disebabkan oleh (penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi, misalnya
untuk pencangkokan hati). Sirosis kriptogenik dapat menyebabkan kerusakan hati
yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan dapat pula menjurus pada kanker
hati.
f. Hepatitis Autoimun
Suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistem imun yang
ditemukan lebih umum pada wanita. Aktivitas imun yang abnormal pada hepatitis
autoimun menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel hati
(hepatocytes) yang progresif dan akhirnya menjurus pada sirosis.
6.
6. MANIFESTASI KLINIS
7. PEMERIKSAAN PENNUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan asites, maka ekskresi Na dalam urine
berkurang (urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah
terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus,
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh
darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen
yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
c. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang-
kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan
vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami
perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga
dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis
globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari
akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat
disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-
5,0 g/dL. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui
proses yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal
albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga
termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati
secara dini.
2. Sarana Penunjang Diagnostik
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan
fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan
di hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati
membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
nomal.
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan
jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar
atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul.
Seringkali didapatkan pembesaran limpa.
8. PENATALAKSANAAN
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien sirosis hati bertujuan
untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada pasien. Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan sirosis hepatis adalah kaji dan
catat status pernapasan pasien setiap 4 jam jika pasien sesak napas, auskultasi suara
napas, mengatur posisi dan pemberin O2, melakukan pengkajian pada masukan dan
haluaran pasien serta menghitung balance cairan, penimbangan berat badan,
menganjurkan pasien membatasi asupan cairan dan natrium, pemberian diuretik,
melakukan perawatan luka dan melakukan observasi tanda- tanda infeksi.
pemberian tranfusi, memberikan makanan tinggi protein dan rendah natrium.
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan dari
pemberian asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis. Tujuan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis antara lain pola napas yang efektif
selama dalam perawatan, keseimbangan volume cairan, asupan nutrisi yang
adekuat, serta perfusi jaringan yang efektif