PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, di dalam hati terjadi proses-
proses penting bagi kehidupan manusia, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita.
Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan
pada hati. Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem bentuk hati mengalami perubahan menjadi
tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati
yang mengalami regenerasi. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di
karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh
nodule yang tidak normal.
Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan
banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran
yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat. akibatnya bentuk hati yang
normal akan berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan
terganggunya aliran darah vena pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal.
Penyebab sirosis hati beragam, selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C,
bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit
metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati
merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46
tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ).
Sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian di seluruh dunia, 25.000 orang
meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Di indonesia sirosis hati lebih sering di
jumpai pada laki – laki dari pada perempuan, dengan perbandingan 2 – 4 : 1. Peran
dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat dapat
mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis . Sedangkan peran perawat dalam
merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan masukan
nutrisi klien, membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan pemahaman
1
dengan penyakit dan pengobatanya. Dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk
memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit
sirosis hepatis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar medis sirosis hepatis yang terdiri dari epidemiologi,
pengertian, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi.
2. Mengetahui asuhan keperawatan secara teori pada pasien sirosis hepatis mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan dan Nursing care plan menurut diagnosa
Nanda, NIC, NOC.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Sirosis hepatis adalah merupakan tahap ahir proses difus fibrosis hati progresif
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul, biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas.
Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Siti Setiati dkk, 2014).
Sirosis hepatis merupakan tahap akhir proses difusi fibrosis hati progresif yang
ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. (Lydon
Saputra, 2013) .
2. Epidemiologi
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang
berusia 45 - 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh
dunia SH menempati urutan ketujuh penyebab kematian penderita SH lebih
banyak laki-laki, jika dibandingkan dengan wanita rasionya sekitar 1,6 : 1. Umur
rata-rata penderitanya terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya
sekitar umur 40 – 49 tahun. Insidens SH di amerika diperkirakan 360 per- 100.000
penduduk penyebab SH sebagian besar adalah penyakit hati alkoholik dan non
alkoholik steatohepatitis serta hepatitis C. Di indonesia data prevalensi penderita
SH secara keseluruhan belum ada. Di daerah Asia tenggara, penyebab utama SH
adalah hepatitis B (HBV) dan C (HCV). Angka kejadian SH di indonesia akibat
hepatitis B berkisar antara 21,2 – 46,9% dan hepatitis C berkisar 38,7 – 73,9%.
(Siti Setiati dkk, 2014).
3. Anatomi fisiologi
3
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Sistem pencernaan makanan pada
manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari : rongga mulut,
faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, usus buntu (sekum), umbal
cacing (appendix), rektum, anus, pankreas, hati, kandung empedu.
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat atau
hepatik dari kata yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke
dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler).
Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk kedalam hati sebagai vena porta. Vena porta
terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil didalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
4
4. Klasifikasi
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini
belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan
pada saat pemeriksaan screening.
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala
sudahjelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus.
c. Berdasarkan penyebabnya
2) Chirrosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
tindak lanjut dari hepatitis virus akut sebelumnya
5. Etiologi
5
a. Peminum alkohol
f. Hemokromatosis
h. Penyakit Wilson
i. Defisiensi α1-antitripsin
6. Manifestasi klinis
a. Pembesaran hati nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran
hati yang cepat.
7. Patofisiologi
Menurut LeMone, Burke, dan Bauldoff (2015) pada sirosis jaringan hati
fungsional secara bertahap menjadi rusak dan diganti oleh jaringan parut fibrosa.
Ketika hepatosit dan lobul hati menjadi rusak, fungsi metabolic hati akan
menghilang. Nodul yang berstruktur abnormal yang dikelilingi oleh jaringan ikat
akan terbentuk. Jaringan ikat fibrosa ini akan membentuk pita konstriktif yang
mengganggu aliran darah dan empedu dalam lobul hati. Darah tidak lagi mengalir
secara bebas melalui hati ke vena kava inferior. Keterbatasan aliran darah ini akan
menyebabkan hipertensi portal, meningkatkan tekanan dalam system vena portal.
Selain itu sintesis factor pembekuan darah yang menurun, kurangnya absorpsi dan
penyimpanan vitamin K menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
pembekuan darah sehingga pada sirosis mudah terjadi perdarahan. Perdarahan
yang sering terjadi akan mengakibatkan anemia, leucopenia, dan risiko infeksi.
Metabolisme bilirubin terganggu, ekskresi empedu terganggu oleh obstruksi kanal
empedu sehingga terjadi jaundice.
7
tekanan pada system vena portal yang mengaliri saluran gastrointestinal akan
meningkat dan membuka pembuluh darah kolateral pada esophagus, pembuluh
darah ini muncul sebagai varises esophagus dimana pembuluh darah ini
berdinding tipis dan mudah rupture. Ketidakseimbangan aliran darah
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah ke dan di dalam ginjal yang
mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal. Peningkatan aldosteron menyebabkan
retensi natrium dan air, sehingga terjadilah edema anasarka.
8
Pathway sirosis hepatis
Perubahan metabolism sel hati Kerusakan sel hati Pembentukan jaringan parut
Kelainan jaringan
Gangguan fungsi hati Ggn metb protein Ggn pembentukan SDM
parenkim hati
hipoalbumin
Ganggu aliran darah Ggn metb.bilirubin Anemia
dan empedu
Tekanan osmotic
Darah tidak bisa Bilirubin tak kelemahan
mengalir ke VCI terkonjugasi
Cairan intravaskuler
bocor ke ekstravaskuler Intoleransi aktivitas
Aliran balik vena ikterik
Penumpukan cairan
pruritus
splenomegali
Ggn ekspansi paru
Risiko perdarahan
9
8. Pemeriksaan penunjang
Mencakup ALT, AST, dan ALP. Nilai tersebut dapat naik pada kondisi sirosis,
tetapi tidak seberat hepatitis akut. Elevasi pada enzim ini mungkin tidak
berhubungan erat dengan perluasan kerusakan hati pada kondisi sirosis.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Hitung sel darah merah (SDM), hemoglobin, dan hematokrit yang rendah
dapat menunjukkan anemia yang berhubungan dengan supresi sumsum
tulang, meningkatnya penghancuran sel darah merah, perdarahan, dan
defisiensi asam folat dan vitamin B12. Trombosit rendah terkait dengan
meningkatnya penghancuran oleh limpa. Leucopenia terkait juga dengan
splenomegali.
d. Pemeriksaan esofagoskopi
e. Biopsy Hati
9. Komplikasi
a. Hipertensi portal
b. Splenomegali
c. Ensefalopati hepatic
11
Beberapa jenis protein dalam makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap
oleh tubuh akan digunakan oleh bakteri yang memang normal terdapat di
dalam usus. Saat bakteri mencerna protein, maka mereka pun menghasilkan
suatu zat sisa ke dalam usus seperti amonia, yang bersifat racun bagi otak.
Pada keadaan normal, zat beracun ini akan dibawa dari dalam usus ke dalam
vena porta menuju hati untuk dikeluarkan dari dalam tubuh melalui darah.
Akan tetapi, pada sirosis hati, sel-sel hati tidak dapat berfungsi dengan normal
(baik karena mengalami kerusakan atau adanya gangguan hubungan antara
darah dan sel hati). Selain itu, darah dari hati pun dapat melalui pembuluh
darah balik lain selain vena porta. Hal ini menyebabkan zat beracun tidak
dapat dikeluarkan oleh sel-sel hati dan terakumulasi di dalam darah. Saat zat
beracun ini terakumulasi dalam jumlah yang cukup banyak di dalam darah,
maka fungsi otak pun akan terganggu dan menyebabkan terjadinya
ensefalopati hepatikum.
d. Kanker hepar
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
12
3) Nadolol (Corgard) diberikan untuk menurunkan hipertensi portal dan
mencegah perdarahan varises esophageal.
6) Paket SDM, fresh frozen plasma atau trombosit diberikan ketika terjadi
perdarahan akut untuk mengembalikan komponen darah dan mendukung
homeostasis.
9) Pemberian vitamin B kompleks terutama tiamin, folat dan B12 dan vitamin A,
D, dan E.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
c. Penatalaksanaan Komplikasi
1) ASITE Parasentesis
Yaitu tindakan aspirasi cairan dari rongga peritoneal untuk mengatasi asites
yang tidak berespon terhadap terapi diuretic. Tujuan parasentesis adalah untuk
meredakan distress pernapasan yang disebabkan oleh cairan yang berlebih
didalam abdomen. Cairan ascites dapat ditarik keluar sekitar 500 ml-1 L per
hari untuk menurunkan ketidakseimbangan cairan dan lektrolit.
2) Varises esophageal
13
Ketika varises teridentifikasi terapi penyekat beta dapat diberikan untuk
menurunkan tekanan vena portal . ligasi varises endoskopi dilakukan untuk
menyumbat aliran darah. Endoskopik sklerosis melibatkan penginjeksian
agens sklerosis secara langsung ke dalam varises dilakukan untuk merangsang
inflamasi dan pembekuan darah.
3) Hipertensi Portal
5) Pembedahan
1. Pengkajian
Data pengkajian terkait sirosis mencakup berikut :
a. Riwayat kesehatan : manifestais saat ini, termasuk nyeri atau
ketidaknyamanan abdomen, penurunan BB akhir-akhir ini, kelemahan dan
anoreksia, perubahan eliminasi fekal, perdarahan atau memar berlebihan,
disetensi abdomen,jaundis, pruritus, perubahan libido atau hipotensi, durasi
gejala, riwayat penyakit hati atau kandung empedu, pola dan perluasan
penggunaan obat injeksi atau alkohol, penggunaan obat resep atau obat yang
dijual bebas lain.
b. Pengkajian fisik : tanda-tanda vital, status mental, warna dan kondisi kulit, dan
membran mukosa, nadi perifer, dan adanya edema perifer, pengkajian
abdomen mencakup tampilan, bentuk dan kontur, bising usus, ukuran
abdomen, perkusi atau batas hati, serta palpasi untuk nyeri tekan dan ukurna
hati.
14
2. Diagnosa keperawatan (Hardhi kusuma, 2016)
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anorexia
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder
terhadap sirosis hepatis
e. Nyeri akut
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap
kelemahan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. NCP
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anorexia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nutrisi
dapat teratasi
NOC :
Status nutrisi
a. Asupan gizi ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang dari rentang normal)
b. Asupan makanan ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang dari rentang
normal)
c. Asupan cairan ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang dari rentang
normal)
d. Energi ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang dari rentang normal)
e. Rasio/ berat badan/ tinggi badan ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang
dari rentang normal)
f. Hidrasi ditingkatkan ke level 5 (tidak menyimpang dari rentang normal)
Status nutrisi : Asupan nutrisi
a. Asupan kalori ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
b. Asupan protein ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
c. Asupan lemak ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
15
d. Asupan karbohidrat ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
e. Asupan serat ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
f. Asupan vitamin ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
g. Asupan mineral ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
h. Asupan zat besi ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
i. Asupan kalsium ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
j. Asupan natrium ditingkatkan ke level 5 ( sepenuhnya adekuat )
NIC :
Manajemen gangguan makan
a. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdwekatnya dengan
tepat
b. Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai keinginan
c. Kembangkan hubungan yang mendukung
d. Batasi aktivitas fisik sesaui kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
e. Sediakan program latihan di bawah observasi jika diperlukan
f. Batasi makanan sesuai dengan jadwal, makanan pembuka dan makanan ringan
Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi klien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
b. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
c. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
d. Berikan makanan pilihan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
yang lebih sehat, jika diperlukan
e. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
f. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya,
bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang menyengat
g. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum maka
Bantuan peningkatan berat badan
a. Jika diperlukan lakukan pemeriksaaan diagnostik untuk mengetahui penyebab
penurunan berat badan
b. Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari
16
c. Dukung peningkatan asupan kalori
d. Berikan istirahat yang cukup
e. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menenangkan
f. Sajikan makanan dengan menarik
g. Ajarkan pasien dan keluarga merencanakan makan
h. Kaji makanan kesukaan klien, bumbu kesukaan, apakah pasien suka makanan
yang hangat atau dingin
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menurun yang difusi ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul, biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh pola
hidup seperti merokok, peminum alkohol dan dapat disebabkan pula karena adanya
infeksi hepar secara berulang. Tanda dan gejala khas yang sering muncul pada pasien
sirosis hepatis yaitu pembesaran hati nyeri, varises gastrointestinal, edema, defisiensi
vitamin dan anemia. Komplikasi yang dapat muncul adalah hipertensi portal,
spinomegali, ensefalopati hepatic dan kanker hepar. Diagnosa keperawatan yang
dapat muncul adalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder
terhadap anorexia, kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal
sekunder terhadap sirosis hepatis, nyeri akut.
B. Saran
Mahasiswa lain dapat membaca makalah ini untuk menambah pengetahuan menegnai
asuhan keperawatan pada pada pasien Sirosis hepatis.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Lampiran
20
LEGAL ETIK KEPERAWATAN
1. Autonomi (Otonomi)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Contoh : dokter menyarankan Ny S untuk melakukan pemeriksaan USG, Ny S
memiliki hak untuk memilih melakukan USG atau tidak melakukan karena
Ny S memiliki hak otonomi.
2. Justice (Keadilan)
Adalah prinsip yang juga menjadi perwujudan dari prinsip etik keperawatan. Keadilan
ini perlu dipegang agar perawat serta petugas kesehatan lainnya, mampu memberikan
pelayanan yang adil, serta tidak berpihak kepada siapapun. Tidak berpihak pada uang,
atau kepada orang-orang tertentu yang dianggap memiliki proritas. Perawat harus
memegang prinsip ‘adil sejak dalam pikiran’, agar mampu memberi pelayanan
maksimal kepada siapapun.
Contoh : Ny N usia 50 tahun dirawat dirumah sakit cepat sembuh, pasien akan
melakukan pemeriksaan foto thorax, diruang Radiologi ada dua pasien
mengantri untuk melakukan pemeriksaan Ny N kelas VIP dan NY L kelas
III, Ny L mendapatkan urutan pertama tetapi Ny N minta kepada perawat
agar dirinya yang akan melakukan pemeriksaan, tetapi perawat tidak
menurutinya.
3. Non-Maleficience (Tidak merugikan)
Adalah Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan psikologic.
Contoh : Ny S, usia 50 dirawat dirumah sakit Cepat Sembuh, pasien mengeluh nyeri
dan minta kepada perawat untuk memberi obat anti nyeri, perawat
menjelaskan kepada pasien obat anti nyeri sudah diberikan 2 jam yang lalu,
tetapi pasien ngotot untuk diberikan lagi, Tetapi perawat tidak mengikuti
keinginan pasien, dengan menjelaskan dengan baik.
4. Veracity (Kejujuran)
Adalah Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan
21
untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Contoh : Ny. N didapatkan hasil pemeriksaan foto thorax didapatkan terdapat cairan
pada pericardium. tetapi dokter belum menjelaskan tentang penyakit pasien
tersebut. Saat ini dokter sedang keluar kota. Keluarga pasien meminta
perawat untuk menjelaskan saat itu juga karena keluarga ingin segera ingin
mengetahui keadaan pasien.
5. Benifience (Berbuat Baik)
Adalah Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam
situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
Contoh : Ny. N usia 50 tahun dirawat dirumah sakit cepat sembuh dengan keluhan
nyeri dada yang menjalar ke daerah tulang belikat dan dirasakan lebih berat saat
berbaring. Perawat memberikan posisi Semi fowler tujuannya untuk mengurangi
nyeri.
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Adalah salah satu kode etik utama dalam alur proses keperawatan. Klien berhak atas
privasinya ketika ia dirawat, serta berhak merahasiakan seluruh catatan kesehatannya
kepada publik. Jadi catatan kesehatan itu hanya bisa diliat oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Selain itu, prinsip kerahasiaan ini juga mengontrol perawat untuk
menjaga berbagai catatan tentang pasien yang ia buat.
Contoh : Ny. N usia 50 tahun dirawat dirumah sakit cepat sembuh, pasien dijenguk
oleh tetangganya dan tetangganya bertannya kepada perawat tentang
penyakit Ny N, tetapi perawat tidak memberitahu tentang penyakit pasien
karena pasien tidak ingin orang lain mengetahui tentang penyakitnya.
7. Fidelity (Menepati Janji)
Adalah Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
22
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIET SIROSIS HEPATIS
23
2. Memperkenalkan Diri Menjawab Salam
3. Menjelaskan Maksud dan Menyimak
Tujuan Penyuluhan Memperhatikan
4. Melakukan Apersepsi
Mengetahui
3. Penutup (5 a. Evaluasi
menit) 1. Sasaran dan penyuluhan Bp.S
menyimpulkan bersama-sama menyebutkan
mengenai materi penyuluhan kembali materi
2. Tanya Jawab yang sudah di
3. Salam penutup jelaskan
F. Evaluasi
Evalusai yang dilakukan yaitu menanyakan kembali tentang:
1. Mengetahui makanan yang tepat bagipasien dengan penyakit hati.
2. Dapat menyebutkan makanan yang tepat
24
3. Mengetahui efek samping saat tidak mengatur diet
( ) ( )
25