Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati
yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodulnodul regenerasi sel hati, yang
tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Wilson, 2005). Sirosis dapat
mengganggu sirkulasi darah intrahepatik dan pada kasus lebih lanjut menyebabkan
kegagalan fungsi hati secara bertahap. Di negara barat penyebab sirosis hepatis yang
tersering adalah akibat dari konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia terutama akibat
infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus
hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50% dan virus hepatitis C 30-40%,
sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B
dan C (Sudoyo, 2007).
Di Amerika Serikat terjadi peningkatan proporsi pasien sirosis hepatis dengan
hepatitis C dibandingkan dengan penyakit hati alkoholik pada tahun 2008. Penelitian
pada pasien dengan diagnosis tersebut menunjukkan bahwa umur mereka rata-rata
sekitar 60 tahun dan mayoritas pasien adalah pria dengan rasio pria dan wanita 4 : 1,3.
Kematian terbesar dari sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun (Gunnarsdottir,
2008). Penyebab sirosis hepatis sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun
infeksi virus kronis. Sirosis akibat alkohol merupakan penyebab kematian nomor
sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah hingga 28.000 kematian
(NIAAA, 1998 dalam Price & Wilson, 2005). Dalam penelitian Kristianto (2007)
menunjukkan bahwa dari 12 variabel yang diteliti (umur, jenis kelamin, status hepatitis,
riwayat hepatitis, status alkoholisme, riwayat alkoholisme berisiko sebelum hepatitis,
riwayat alkoholisme setelah hepatitis, status diabetes melitus, kebiasaan begadang,
kebiasaan makan pagi, kebiasaan buang air di pagi hari, dan kejadian sirosis hati), umur
(p<0,01, OR=3,667) dan status hepatitis (p<0,01, OR=2,697) memiliki hubungan
dengan kejadian sirosis hati di Ruang Penyakit Dalam Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 1 Januari 2006 - 31 Maret 2007.
Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal Penyakit
Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia rata-rata 44
tahun (PPHI-INA ASL, 2013). Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati
berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1
tahun (2004). Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati
sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam (Sudoyo,
2007). Di RSPAD Gatot Soebroto, sirosis hepatis menempati urutan ke delapan dalam
sepuluh besar penyakit yang ada di Sub Instalasi Rawat Inap A pada bulan Maret 2013,
dengan jumlah pasien sebanyak 12 orang. Dalam periode 07 Mei-22 Juni 2013 selama
mahasiswa profesi FIK 2012 praktek di RS ini, terdapat 5 orang pasien yang dirawat
dengan diagnosa sirosis hepatis dan 1 pasien meninggal dunia akibat perdarahan varises
esofagus.
Terapi yang biasa digunakan untuk mengeluarkan cairan berlebih pada asites
dan edema adalah pemberian terapi diuretik. Perawat harus memantau nilai elektrolit
karena terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit tubuh. Selain itu, implementasi
keperawatan yang penting dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari terapi diuretik
dan melihat
perkembangan asites dan edema adalah dengan cara menimbang berat badan dan
mengukur lingkar abdomen setiap hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian sirosis hepatis?
2. Bagaimana anatomi dan Fungsi Hati
3. Apa saja gejala dan tanda klinis sirosis hepatis?
4. Apa saja klasifikasi sirosis hepatis?
5. Bagaimana komplikasi sirosis hepatis?
6. Bagaimana epidemiologi sirosis hepatis?
7. Apa faktor resiko sirosis hepatis?
8. Apa saja pencegahan sirosis hepatis?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis
hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian sirosis hepatis
b. Mengetahui anatomi dan fungsi sirosis hepatis
c. Mengetahui gejala dan tanda klinis sirosis hepatis
d. Mengetahui klasifikasi sirosis hepatis
e. Mengetahui komplikasi sirosis hepatis
f. Mengetahui epidemiologi sirosis hepatis
g. Manifestasi faktor resiko sirosis hepatis
h. Mengetahui pencegahan sirosis hepatis
BAB 2
PAPARAN KASUS DAN JAWABAN

A. Paparan Kasus
2.1. Definisi Sirosis Hati
Istilah Sirosis diberikan petama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari
kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena terjadi perubahan
8
warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
24
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Telah
diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan
bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh
darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi
portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa
8.
nyeri bila ditekan
Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan
13
pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati


2.2.1. Anatomi Hati
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut
di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa
25
normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior
oleh fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. . Lobus kanan hati enam kali
lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas,
27
lobus caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang
dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritorium pada sebagian besar keseluruhan
permukaannnya
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang berasal
dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida,
vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka
27
yang kaya akan oksigen.
Untuk lebih jelasnya anatomi hati dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1.Anatomi hati

28
Sumber : Leanerhelp Image Liver
Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.2 : Hati dengan sirosis

29
Sumber : Info Kesehatan Fungsi Organ Hati

9
2.2.2. Fungsi Hati
Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar , juga mempunyai fungsi
yang terbanyak. Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai organ keseluruhannya dan dapat
dilihat dari sel-sel dalam hati.
a. Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
a.1. Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua cairan dan
garam akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainnya.
a.2. Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya pada
dekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar.
a.3. Sebagai alat saringan (filter)
Semua makannan dan berbagai macam substansia yang telah diserap oleh
intestine akan dialirkan ke organ melalui sistema portal.
b. Fungsi dari sel-serl hati dapat dibagi
b.1. Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
b.1.1. Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat, arang,
protein, lemak, empedu, Proses metabolisme akan diuraikan sendiri
b.1.2.Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme.
Hati menyimpan makanan tersebut tidak hanya untuk kepentingannnya
sendiri tetapi untuk organ lainya juga.
b.1.3. Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya akan mengeluarkan
glukosa, protein, factor koagulasi, enzim, empedu.

b.1.4. Proses detoksifikasi, dimana berbagai macam toksik baik eksogen maupun
endogen yang masuk ke badan akan mengalami detoksifikasi dengan cara
oksidasi, reduksi, hidrolisa atau konjugasi.
b.2. Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem
retikulo endothelial.
b.2.1. Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin
b.2.2. Membentuk a-globulin dan immune bodies
b.2.3. Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau
makromolekuler.
2.3. Gejala dan Tanda Klinis Sirosis Hati
2.3.1. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang
mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah,
kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di
22
kulit (spider angiomas) .
Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan
9
terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2.3.2. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis.

b. Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia


sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika
10
liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk
beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita
13
selama perjalanan penyakit. b. Timbulnya asites dan edema pada penderita
sirosis
c. Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites
adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya
timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan
13
resistensi garam dan air. c. Hati yang membesar
d. Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa
9
nyeri bila ditekan.
e. d. Hipertensi portal.
f. Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di
atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi
13
terhadap aliran darah melalui hati.

2.4. Klasifikasi Sirosis Hati

Secara klinis sirosis hati dibagi menjadi:


a. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata
b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang
jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik
dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat
30
dibedakan melalui biopsi hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnya
nodul, yaitu:
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.
9
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hati atas:
a. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau
sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk karena
banyak terjadi jaringan nekrose.
b. Nutrisional cirrhosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, sirosis
alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis terjadi sebagai akibat
kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
c. Sirosis Post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita
hepatitis.

Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:

a. Sirosis portal adalah sinonim dengan fatty, nutrional atau sirosis alkoholik.
b. Sirosis postnekrotik
9
c. Sirosis biliaris.
2.5. Komplikasi
Komplikasi sirosis hati yang dapat terjadi antara lain:
9
2.5.2. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada sorosis hati
adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan
ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri.
Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak
duodeni.
2.5.2. Koma Hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati
tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala
karakteristik yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua,
yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang
meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang
timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain
karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh
substansia nitrogen.
2.6. Epidemiologi
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi
a. Menurut Orang
Case Fatality Rate (CSDR) Sirosis hati laki-laki di Amerika Seikat tahun 2001
15
sebesar13,2 per 100.000 dan wanita sebesar 6,2 per 100.000 penduduk. Di Indonesia,
kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita. Dari
yang berasal dari beberapa rumah sakit di kita-kota besar di Indonesia memperlihatkan
bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 1,5 sampai 2
31
: 1. Hasil penelitian Suyono dkk tahun 2006 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
menunjukkan pasien sirosis hati laki-laki (71%) lebih banyak dari wanita (29%) dengan
18
kelompok umur 51-60 tahun merupakan kelompok umur yang terbanyak. Ndraha
melaporkan selama Januari –Maret 2009 di Rumah Sakit Koja Jakarta dari 38 penderita
sirosis hati, 63,7% laki-laki dan 36,7 % wanita, terbanyak (55,3%) adalah kelompok
31
umur 40-60 tahun.
b. Tempat
Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap
9
negara. Pada periode 1999-2004 insidensi sirosis hati di Norwegia sebesar 13,4 per
32
100.000 penduduk. Dalam kurun waktu lima tahun (2000-2005) dari data yang
dikumpulkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan, Klinik Spesialis Bunda dan
Rumah Sakit PTPN II Medan, ditemukan 232 penderita sirosis hati.
c. Waktu
Pada tahun 2001di Islandia insidensi sirosis hati 4 % dan tahun 2002 sebesar
34 30
2,4%. Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia yaitu 1,7%. Di Modolvo terjadi
peningkatan, dimana pada tahun 2002 CSDR sirosis hati 89,2% per 100.000 penduduk
35 19
(CSDR 2002), dan pada tahun 2004 sebesar 99,2% (CSDR 2004). Di Amerika
Serikat terjadi peningkatan persentase kematian akibat sirosis hati sebesar 3,4 % dari.
36
tahun 2006 ke tahun 2007.
9
2.6.2. Faktor Risiko
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering
disebutkan antara lain :
a. Faktor Kekurangan Nutrisi
Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi
memegang penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di
dalam simposium Patogenesis sirosis hati di Yogyakarta tanggal 22 Nopember
1975, ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4 % penderita
kekurangan protein hewani , dan ditemukan 85 % penderita sirosis hati yang
berpenghasilan rendah, yang digolongkan ini ialah: pegawai rendah, kuli-kuli,
petani, buruh kasar, mereka yang tidak bekerja, pensiunan pegawai rendah
menengah 33

b. Hepatitis Virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis
hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965
dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan
yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah
dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih
menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A
c. Zat Hepatotoksik
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau
degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat
hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alkohol
d. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orang-orang
muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan
terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser
Fleischer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defesiensi bawaan dari
seruloplasmin. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, mungkin ada
hubungannya dengan penimbunan tembaga dalam jaringan hati.

e. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnya hemokromatosis, yaitu:
e.1. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
e.2. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe,
kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
f. Sebab-Sebab Lain
f.1. Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak.
Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap reaksi dan nekrosis
sentrilobuler
f.2. Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan
dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai
pada kaum wanita.
f.3. Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris.
Dari data yang ada di Indonesia Virus Hepatitis B menyebabkan sirosis 40-50%
kasus, sedangkan hepatitis C dalam 30-40 % . sejumlah 10-20% penyebabnya
37
tidak diketahui dan termasuk disini kelompok virus yang bukan B atau C.

2.8. Pencegahan
2.8.1. Primer
Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C. Cara
untuk mencegah terjadinya sirosis dengan tidak konsumsi alkohol, menghindari risiko
40
infeksi hepatitis C dan hepatitis B. Menghindari obat-obatan yang diketahui berefek
samping merusak hati. Vaksinasi merupakan pencegahan efektif untuk mencegah
41
hepatitis B.
2.8.2. Sekunder
a. Pengobatan
Penyebab primernya dihilangkan,maka dilakukan pengobatan hepatitis dan
pemberian imunosupresif pada autoimun. Pengobatan sirosis biasanya tidak
memuaskan. Tidak ada agent farmakologik yang dapat menghentikan atau memperbaiki
41
proses fibrosis.
Penderita sirosis hati memerlukan istirahat yang cukup dan makanan yang adekuat dan
seimbang. Protein diberikan dengan jumlah 1-1½ g/kg berat badan. Lemak antara 30 %-
40%. Infeksi yang terjadi memerlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Asites dan
edema ditanggulangi dengan pembatasan jumlah cairan NaCl disertai pembatasan
aktivitas obstruksi.
Pendarahan saluran cerna atas oleh varises esophagus yang pecah memerlukan
perhatian terhadap jumlah darah yang hilang, dan harus ditutup atau tekanan
12
portal diturunkan melalui operasi shunt.

9
b. Diagnosa
18
Pemeriksaan laboratorium, untuk menilai penyakit hati. Pemeriksaan tersebut
antara lain:
b.1. Diagnosa Sirosis Hati Berdasarkan Pemeriksaan Laboratorium.
b.1.1. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus.
Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine
kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome
hepatorenal.
b.1.2. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi
pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam
usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja
berwarna cokelat atau kehitaman.
b.1.3. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang
dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12
atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan
gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni
bersamaan dengan adanya trombositopeni.
b.1.4. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang
sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik,
sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr
9
albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.
38
Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL . Jumlah albumin dan globulin
yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein
39
serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu,
kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk
9
mendeteksi kelainan hati secara dini.
9
b.2. Sarana Penunjang Diagnostik
b.2.1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,
splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b.2.2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati,
termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya
penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan
irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu
tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar
dan sebagian lagi dalam batas nomal.
b.2.3. Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas
kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil
dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali
didapatkan pembesaran limpa.
2.8.3. Tersier
Bila sudah dapat ditentukan diagnosa sirosis hati secara klinis, maka langkah
yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah pemberian terapi. Untuk menentukan terapi
1
yang tepat, perlu ditinjau berat ringannya kegagalan faal hati. Etiologi sirosis
mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan mengurangi progresi penyakit,
menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan
10
penanganan komplikasi. Setelah sirosis berkembang, skrining tahunan harus dilakukan
untuk mengikuti risiko perdarahan dengan endoskopi atas dan untuk deteksi dini kanker
41
hati dengan USG.

B. Jawaban
Kasus:

Seorang laki-laki, berusia 64 tahun mengalami sirosis hati dengan keluhan asites ,
eriterima palmer, anemia, gatal, stomatitis, feses berwarna tanah liat. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital diperoleh denyut jantung adalah 66 x/i , pernafasan 22 x/i, tekanan
darah 160/100 mmHg, berat badan 78 kg, lingkar perut 72 cm. Riwayat penyakit
sebelumnya didapatkan pasien menderita hipertensi dan diabetes selama 15 tahun
terakhir .Saat ini pasien berada dibawah pengobatan tab.Dianorm, tab. Atrovas,
tab.Losartan dan tab.Supradyn selama 15 tahun.

Anda mungkin juga menyukai