PENDAHULUAN
proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan peneralan racu/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan
sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyabab kematian terbesar ke tiga pada pasien
yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia
sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan
Di indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan.
dengan perbandingan 2 – 4 : 1
Berdasarkan data diatas maka penulis mengangkat masalah ini menjadi kasus untuk
penyusunan makalah perawatan dengan judul “ Asuhan keperawatan pada Tn. T, 50 tahun
dengan Sirosis hepatis di Rumah Sakit Harapan Bunda pasar rebo jakarta Timur tanggal 5 Mei
Penulis merumuskan masalah inikarna akan di bahas untuk menambah ilmu pengtahuan dan
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komrehnsif pada pasien dengan sirosis
hepatis, mampu memahami tentang konsep dasar penyakit sirosis hepatis, mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
Dalam penulisan makalah ini kami melakukan penelitian atau dengan cara mewawancara
dengan cara :
Mengumpulkan data pasien dengan mengkaji pada saat pasien dirawat di rumah sakit
Dalam penyusunan makalah ini batasan – batasan masalah yang telah di tentukan sebagai
mana di gunakan dalam penyusunan makalah tentang sirosis hepatis. Makalah ini diharapkan
makalah yang berjudul sirosis hepatis maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut :
1.6.1 BAB I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
1.6.2 BAB II yang berupa landasan teoritis yang diambil dari sumber buku – buku panduan
paket keperawatan medikal bedah, ilmu penyakit dalam dan sumber – sumber lain
seperti internet.
1.6.3 BAB III Berupa tinjauan kasus terdi dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medik
2.1 Definisi
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul nodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan
terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat yang difus dan disertai
adanya nodul.
Hepar terletak sebagian besar di regio hypocondrium dextra dan epigastrium hingga regio
superior dan posterior, dan facies visceralis, mengarah ke inferior. (Anonim, 2009 dan ).
Facies diaphragmatica
Dibagi menjadi area dextra et sinistra oleh ligamen falciforme hapatis (struktur yang
5. Facies visceralis ditutupi oleh peritoneum visceralis kecuali pada fossa vesica fellea dan
Hepar melekat ke dinding anterior abdomen melalui ligamen falciforme hepatis. Sebagian besar
ditutupi oleh peritoneum visceralis kecuali area kecil yang menghadap diaphragma (bare area).
Terdapat lipatan tambahan peritoneum yang menghungkan hepar dengan ventriculs (ligamen
triangularis dextra et sinistra dan ligamen coronarius anterior et posterior). Hepar dibagi menjadi
lobus dexter et sinister, lobus caudatus, dan lobus quadratus. (Anonim, 2009)
Hati mempunyai 2 aliran darah; dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatis dan
dari aorta melalui arteri hepatica. Darah dari vena porta dan arteri hepatica bercampur dan
mengalir melalui hati dan akhirnya terkumpul dalam v. hepatica dextra dan sinistra, yang
bermuara ke dalam v. cava. Beberapa titik anastomosis portakava terhadap darah pintas di sekitar
hati pada sirosis hepatis yang bermakna klinis, yaitu v. esophageal, v. paraumbilikalis, dan v.
Lobuli hepar berbentuk prisma polygonal, pada potongan melintang tampak sebagai
hexagon, bagian pusat terdapat vena sentralis dan sudut-sudut luar lobuli terdapat canalis portae.
Pada canalis portae mengandung jaringan pengikat yang didalamnya terdapat portal triads.
Vesica fellea berupa kantong, berbentuk seperti buah peer, terletak di facies visceralis hepar di
lobus dexter di dalam fossa antara lobus hepatis dexter dan lobus quadratus. Terdiri atas fundus,
corpus, dan collum. Vesika Fellea menerima bilus dari hepar, menyimpan dan memekatkannya.
(Anonim, 2009)
Secara histologis, dinding vesika terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika muskularis,
dan tunika serosa. Tunika serosa membentuk lipatan-lipatan. Permukaan lipatan ini dibatasi
dengan epithelium dan langsung meluas ke dalam lamina propria dan lapisan muskuler. Lipatan
ini disebut Sinus Rokitansky Asehoff. Tunika muskularis merupakan lapisan otot polos.
Sedangkan pada tunika serosa merupakan jaringan pengikat longgar. Di sini juga terdapat duktus
dari Luschka. (Bagian Histologi, 2009)
4. Detoksifikasi
Fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu. (Price, Sylvia
et al, 2005)
1. Metabolisme bilirubin normal terjadi dalam beberapa langkah seperti di berikut ini:
3. Ambilan protein karier hepatik (Y dan Z) hepatik bilirubin tak terkonjugasi setelah disosiasi
dari albumin,
bilirubin terkonjugasi, yang menjadi larut dalam air dan dapat diekskresi,
2.3 Etiologi
Hepatitis virus B/C
Alkohol
Obstruksi aliran vena hepatik: Penyakit vena oklusif, perikarditis konstriktiva, payah \
jantung kanan
Malnutrisi
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui
melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan
baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula
Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-
organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang
sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan
kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi
oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan
semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara
Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan
yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh
darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan
distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum
bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah
kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada
lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan.
Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan
tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis
ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
vitamin tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi
vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan
defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan
diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering
menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk
akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas
rutin sehari-hari.
dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif,
2.5 Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis
terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan
asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki
kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang
tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu
secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati
yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil
regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik
memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang
khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang
pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati cenderung membesar dan
sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula
Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati
akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua darah dari organ-organ
digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik
tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke
dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi
tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh
darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam
ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur
mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites.
Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat
hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah
kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam
pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering
memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi
abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena
itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan
tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis
ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi
predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan
Pada kasus dengan Sirosis Hati Kompensata, pasien tidak mempunyai keluhan yang terlalu
berarti selain dari cepat merasa lelah dan nafsu makan yang menurun tidak begitu signifikan.
Beda halnya dengan pasien pada stadium dekompensata, dimana sudah timbul banyak gejala
yang membuat pasien tidak berdaya akibat hati gagal mengkompensasi akumulasi kerusakan
Hipertensi Portal
Hati yang normal mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi perubahan pada aliran
darah portal tanpa harus meningkatkan tekanan portal. Hipertensi portal terjadi oleh adanya
kombinasi dari peningkatan aliran balik vena portal dan peningkatan tahanan pada aliran darah
portal.
Meningkatnya tahanan pada area sinusoidal vascular disebabkan oleh faktor tetap dan faktor
dinamis. Dua per tiga dari tahanan vaskuler intrahepatis disebabkan oleh perubahan menetap
pada arsitektur hati. Perubahan tersebut seperti terbentuknya nodul dan produksi kolagen yang
diaktivasi oleh sel stellata. Kolagen pada akhirnya berdeposit dalam daerah perisinusoidal.
Faktor dinamis yang mempengaruhi tahanan vaskular portal adalah adanya kontraksi dari sel
stellata yang berada disisi sel endothellial. Nitric oxide diproduksi oleh endotel untuk mengatur
vasodilatasi dan vasokonstriksi. Pada sirosis terjadi penurunan produksi lokal dari nitric oxide
sehingga menyebabkan kontraksi sel stellata sehingga terjadi vasokonstriksi dari sinusoid hepar.
Hepatic venous pressure gradient (HVPG) merupakan selisih tekanan antara vena portal dan
tekanan pada vena cava inferior. HVPG normal berada pada 3-6 mm Hg. Pada tekanan diatas 8
mmHg dapat menyebabkan terjadinya asites. Dan HVPG diatas 12 mmHg dapat menyebabkan
munculnya varises pada organ terdekat. Tingginya tekanan darah portal merupakan salah satu
predisposisi terjadinya peningkatan resiko pada perdarahan varises utamanya pada esophagus.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hati mempunyai peranan besar dalam memproduksi
protein plasma yang beredar di dalam pembuluh darah, keberadaan protein plasma terutama
albumin untuk menjaga tekanan onkotik yaitu dengan mejaga volume plasma dan
mempertahankan tekanan koloid osmotic dari plasma. Akibat menurunnya tekanan onkotik maka
cairan dari vaskuler mengalami ekstravasasi dan mengakibatkan deposit cairan yang menumpuk
Akibat dari berubahnya tekanan osmotic di dalam vaskuler, pasien dengan sirosis hepatis
onkotik dari vaskuler terjadi peningkatan tekanan sinusoidal Meningkatnya tekanan sinusoidal
yang berkembang pada hipertensi portal membuat peningkatan cairan masuk kedalam
perisinusoidal dan kemudian masuk ke dalam pembuluh limfe. Namun pada saat keadaan ini
melampaui kemampuan dari duktus thosis dan cisterna chyli, cairan keluar ke insterstitial hati.
Cairan yang berada pada kapsul hati dapat menyebrang keluar memasuki kavum peritonium dan
hal inilah yang mengakibatkan asites. Karena adanya cairan pada peritoneum dapat
menyebabkan infeksi spontan sehingga dapat memunculkan spontaneus bacterial peritonitis yang
Hepatorenal Syndrome
Sindrome ini memperlihatkan disfungsi berlanjut dari ginjal yang diobsrevasi pada pasien
dengan sirosis dan disebabkan oleh adanya vasokonstriksi dari arteri besar dan kecil ginjal dan
akibat berlangsungnya perfusi ginjal yang tidak sempurna.kadar dari agen vasokonstriktor
meningkat pada pasien dengan sirosis, temasuk hormon angiotensin, antidiuretik, dan
norepinephrine.
Hepatic Encephalopathy
Ada 2 teori yang menyebutkan bagaimana perjalanan sirosis heatis menjadi ensephalopathy,
teori pertama menyebutkan adanya kegagalan hati memecah amino, teori kedua menyebutkan
amino, purinm dan urea. Secara normal ammonia ini dipecah kembali menjadi urea di hati,
seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pada penyakit hati atau porosystemic
shunting, kadar ammonia pada pembuluh darah portal tidak secara efisien diubah menjadi urea.
Sehingga peningkatann kadar dari ammonia ini dapat memasuki sirkulasi pembuluh darah.
Ammonia mempunyai beberapa efek neurotoksik, termasuk mengganggu transit asam amino,
air, dan elektrolit ke membrane neuronal. Ammonia juga dapat mengganggu pembentukan
potensial eksitatory dan inhibitory. Sehingga pada derajat yang ringan, peningkatan ammonia
dapat mengganggu kosentrasi penderita, dan pada derajat yang lebih berat dapat sampai
Gejala-gejala lainnya
Pada pasien dengan sirosis hepatis dekompensata, sangat banyak gejala yang muncul
diakibatkan hati mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehingga jika peranan
ini terganggu maka akan banyak timbul abnormalitas dalam kehidupan seorang penderita.
Adanya proses glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati membuat seseorang tetap
mempunyai cadangan energi dan energi apabila seseorang tidak makan, namun pada pasien
sirosis hepatis, kedua proses ini tidak berlangsung sempurna sehingga pasien mudah lelah dan
pada keadaan yang lebih berat pasien bahkan tidak dapat melakukan aktivitas ringan.
Karena hati mempunyai peranan dalam memecah obat, sehingga pada sirosis hepatis,
ditemukan sensitivitas terhadap obat semakin menigkat, efek samping obat lebih menonjol
dariada implikasi medisnya sehingga pada penderita sirosis hepatis, pemilihan obat harus
Pada pasien sirosis juga ditemukan perdarahan spontan akibat adanya kekurangan faktor
faktor pembekuan yang diproduksi di hati. Memar juga dapat terjadi akibat kekurangan faktor-
faktor ini.
Perdarahan esofagus juga ditemukan karena adanya peningkatan tekanan vena portal
sehingga darah memberikan jalur cadangan pada pembuluh darah sekitar untuk sampai ke
jantung, maka darah melalui pembuluh darah oesofagus, karena pembuluh darah ini kecil maka
gesekan akibat makanan yang normalnya tidak memberikan luka pada orang biasa membuat
varises ini pecah sehingga timbul darah. Darah ini dapat saja keluar melalui muntahan darah atau
Hati juga mempunyai peranan dalam endokrin, sehingga sirosis dapat memperlihatkan
manifestasi endokrin seperti pada wanita terdapat kelainan siklus menstruasi dan pada laki-laki
Pemeriksaan Laboratorium
berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum
akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan
3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan
prognasis jelek.
5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam
hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari
DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP
(alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi
kearah keganasan.
2.8 Komplikasi
Kegagalan hati
Hipertensi portal
Ascites
Ensefalopati
Sindrom hepatorenal
Keganasan
Komplikasi yang sering timbul pada penderita Sirosis Hepatis diantaranya adalah:
1. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi portal, dan timbul
varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah, sehingga
timbul perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau
hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium. Darah
yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur
dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu disusul dengan melena (Sujono Hadi).
Mungkin juga perdarahan pada penderita Sirosis Hepatis tidak hanya disebabkan oleh pecahnya
varises esophagus saja. FAINER dan HALSTED pada tahun 1965 melaporkan dari 76 penderita
Sirosis Hepatis dengan perdarahan ditemukan 62% disebabkan oleh pecahnya varises esofagii,
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah koma hepatikum.
Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat dari faal hati sendiri yang sudah sangat rusak,
sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Ini disebut sebagai koma hepatikum
primer. Dapat pula koma hepatikum timbul sebagai akibat perdarahan, parasentese, gangguan
Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan berkurangnya
pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses detoksifikasi berkurang. Pada
keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam sirkulasi portal masuk ke dalam hati, kemudian
oleh sel hati diubah menjadi urea. Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak
amoniak yang bebas beredar dalam darah. Oleh karena sel hati tidak dapat mengubah amoniak
menjadi urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak.
3. Ulkus peptikum
Menurut TUMEN timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar
ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada
4. Karsinoma hepatoselular
SHERLOCK (1968) melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati menemukan 61,3 %
penderita disertai dengan Sirosis Hepatis. Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis
Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan
berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple.
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita
sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut SCHIFF, SPELLBERG infeksi yang sering timbul
pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-
septikemi.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
o Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang
berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Apakah
pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan
dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.
Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak berat pada
keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal
yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan
dari keluarga pasien.
Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah mengalami penyakit
hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya mempengaruhi perilaku pasien yaitu
peminum alcohol, karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.
o Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena
pada pasien dengan sirosis hepatis dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan
kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat
perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema,
gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya
perubahan gaya hidup, perubaha peran dan tanggungjawab keluarga, dan perubahan status
financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan
prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
Pola nutrisi
- Mual
- Muntah
- anoreksia
Pola aktivitas
- lemah
- letih
Pola istirahat tidur
- sulit tidur karna nyeri pada perut dan kembung
o Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar
(composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis
penyakit pasien, kekacuan fungsi dari hepar salah satunya membawa
dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya
dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang
termasuk pada otak.
Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala
sampai kaki dan lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati,
abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran
tinggi badan dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena
retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat
gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi
yang dibutuhkan.
1. Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda
awal adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis
kurang baik, konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati
tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati. Sedangkan pada
pasien Tn.MS ditemukan adanya pembesaran walaupun minimal
(USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan hipertensi
portal.
2. Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :
-Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju
umbilicus (S-I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)
-Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.
3. Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena
kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya
spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang,
caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan
adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria,
bias juga ditemukan hemoroid.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat (anoreksia, nausea, vomitus)
Tujuan : Status nutrisi terpenuhi dengan baik dalam waktu 3 x 24 jam
Kriteria hasil : Berat badan naik, tidak mual dan klien tidak anoreksia
Intervensi :
Rasional: untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
Kriteria hasil : aktivitas terpenuhi dan berat badan meningkat
Intervensi :
Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
Diagnosa keperawatan 4
Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks
akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
Intervensi :
Rasional : Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru).
Diagnosa keperawatan 5
Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan peningkatan kadar
amonia.
Intervensi :
Rasional : Meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi
Rasional : Memberikan perlindungan kepada pasien jika terjadi koma hepatik dan serangan
kejang.
6. Batasi pengunjung.
Rasional : Melakukan pemantauan ketat terhadap gejala yang baru terjadi dan meminimalkan
Rasional : Mencegah penyamaran gejala koma hepatik dan mencegah overdosis obat yang terjadi
sekunder akibat penurunan kemampuan hati yang rusak untuk memetabolisme preparat narkotik
dan barbiturat.
9. Bangunkan dengan interval.
4. Evaluasi
DATA KLINIS
Nama Klien : No. Rek. Medis : ___________
Jenis Kelamin : _______________________ Ruangan : ___________________ _____
Usia : TB : BB : (aktual/potensial)
Suhu : ___________ Nadi : ________ RR : __________
Tekanan Darah : ____________________
Tanggal Kedatangan : Waktu/ Jam : _________________
Tanggal Pengkajian : ____________________
Orang yang bisa dihubungi : Telepon : ____________________
Catatan Kedatangan : Kursi roda Ambulans Brankar
Lain-lain ______________________________________
Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis ini disusun untuk membantu mahasiswa mencapai
kompetensi klinik keperawatan dasar pada program profesi keperawatan. Buku ini merupakan
buku standar tindakan dasar agar mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan dasar
sesuai standar yang telah disepakati. Kompetensi tersebut sesuai dengan kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor level pendidikan keperawatan di Indonesia.
Mahasiswa dianggap mampu atau lulus kompetensi dalam stase KDP ini jika sudah memenuhi
aspek kompetensi yang sudah ditetapkan dan direkomendasikan lulus oleh pembimbing klinik
dan akademik. Proses pembimbingan yang dilalui ileh mahasiswa berupa pre dan post confrence,
diskusi kasus, sedangkan metode evaluasi yang digunakan adalah log book, observasional
prosedur skill dan lainnya yang terlampir.
Buku ini merupakan buku pertama dalam kurikulum profesi ners STIKes Prima Nusantara
terkait KDP, Karena baru diaplikasin pada tahun ajaran 2018/2019.
Demikianlah buku ini disusun, jika ada kekurangan diharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk meningkatkan kualitas.
Penyusun
Mulyati, S. Kep
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
SIROSIS HEPATIS
Disusun Oleh :
MULYATI, S. Kep
Disusun Oleh :
MULYATI, S. Kep
Disusun Oleh :
MULYATI, S. Kep
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Sirosis Hepatis” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah
ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Pencernaan.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi
ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dpat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu
Keperawatan Pencernaan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dpat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)” dengan baik dan tepat waktu. Adapun
pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu
Keperawatan Pencernaan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dpat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Askep Serosis Hepatis ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen
Mata Kuliah KMB 1.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun
dalam penyusunan.oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum
wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel – sel hati
sehingga susunan parenkim hati terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis belum
diketahui secara jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien dengan
riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll. Untuk menegakkan diagnosa sirosis hepatis
dapat diperoleh dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan
darah maupun pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan CT scan.
Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan prognosisnya.
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu pada
proses pembelajaran,
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis dan komplikasinya,
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: (EGC).
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses- proses
penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Hudak, Gallo.(1992). Keperawatan Kritis.Jakarta: Penerbit ECC
Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.
Lestari. (2009). Jurnal Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis, FKUI, Jakarta
Mariyani, Sri (2005). Jurnal Sirosis Hepatis, FK UNSUMSEL