Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

NAMA : MULYATI, S. Kep


NIM : 191012114901060

1. Pembimbing Ruangan / CI (...................................)

2. Dosen Pembimbing (...................................)

PROGRAM STUDI NERS


INSTITUT PRIMA NUSANTARA
BUKIT TINGGI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Manajemen Keperawatan” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu
Keperawatan Pencernaan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dpat berguna
dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Pangkalan Balai,

Penulis

1.1 Manajemen Keperawatan


1.1.1 Pengertian Manajemen Keperawatan
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis ménagement, yang berarti
seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen didefinisikan sebagai proses
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan 
organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Arwani, 2006).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staff,
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2015).
Menurut Sudiharto (2007), keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk biopsikososial dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan. Hal ini didukung oleh pengertian profesi keperawatan menurut
ICN yang diartikan sebagai bagian dari sistem kesehatan, mencakup promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, dan perhatian pada masalah psikis, penyakit
mental, dan kecacatan manusia pada semua umur pada pelayanan kesehatan
dan alur komunitas lainnya (Marteau, 2003). Virginia Henderson (dalam
Dwidiyanti, 1998) juga mendukung pengertian profesi keperawatan ini, yang
diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun
sakit untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit, sehingga ia
mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan.
Manejemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

(Nursalam, 2007). Manejemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang

harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik

sumber daya manusia, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan

masyarakat.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau
transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Rosyid, 2013).
Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan
berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian
(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departemen.

1.1.2 Prinsip – Prinsip Manajemen


Prinsip – prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah:
a. Division of work/pembagian pekerjaan,
b. Authority and responsibility/ kewenangan dan tanggung jawab,
c. Dicipline/disiplin,
d. Unity of command/kesatuan komando,
e. Unity of direction/kesatuan arah,
f. Sub ordination of individual to generate interest/kepentingan
individu tunduk pada kepentingan umum,
g. Renumeration of personal/penghasilan pegawai,
h. Centralization/sentralisasi,
i. Scalar of hierarchy/jenjang hirarki,
j. Order/ketertiban,
k. Stability of tenure of personal/stabilitas jabatan pegawai,
l. Equity/keadilan,
m. Inisiative/prakarsa,
n. Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.
1.1.3 Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu
sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol
dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personal, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai
ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset (Nursalam, 2007).
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,
prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan
finansial, audit keperawatan, survei kendali mutu dan penampilan kerja
perawat.

1.1.4 Prinsip-prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan
adalah :
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di
berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan
pengorganisasian serta fungsi - fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.1.5 Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya (Nursalam, 2015).
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan.
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1 Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a. Manajemen puncak
b. Manajemen menengah
c. Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang –
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut
adalah:
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan
b. Ketrampilan kepemimpinan
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
2.2 Model Asuhan Keperawatan
2.2.1 MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
1. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem
(struktur,proses, dan nilai nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut Sitorus (2006).
2. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
Marquis & Huston (2009) mengidentifikasikan 8 model pemberian asu
han keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit
adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur
utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Kepuasan kinerja perawat.

2.2.2 MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)


1. Pengertian
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,
yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007).
2. MPKP Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam beberapa jenis
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
1.   Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di Instalasian ini semua
profesional dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan
berdasarkan evidence based. Di Instalasian tersebut juga dilakukan
penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2.   Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di Instalasian ini mempunyai
kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada
perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian
keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3.   Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut
tim primer.
4.   Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal
pengembangan yang akan menuju profesional I.

2.2.3 Jenis - Jenis MPKP


Menurut Nursalam (2007), jenis-jenis MPKP adalah :
1.  MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang
pendidikan SPK, namun kepala Instalasian dan ketua timnya dari D3
keperawatan.
2.  MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3.  MPKP Profesional

2.2.4 MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:


a.  MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan,
tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai
pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b.  MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan
mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis
Keperawatan jiwa.
c.  MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

2.2.5 Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP


1. Peran Kepala Instalasian (Karu) :
a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde
keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan
keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse,
tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera
diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan
obat.
b. Memimpin sharing pagi.
c. Memimpin operan pagi.
d.Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Ka.Tim
dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.
e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi :
pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil
Lab), dll.
f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area
tanggung jawabnya.
h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2. Ketua Tim (KATIM) :
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok
pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya pada saat Pre Confrence.
b. Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk
setiap pasiennya.
c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
rencana yang telah dibuat PP.
d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah
koordinasinya pada saat Post Confrence.
3.  Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) :
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan
hari libur.
a.  Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b.  Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
c.  Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah
dibuat PP.
d.  Mengatasi permasalahan yang terjadi diInstalasi perawatan.
e.  Membuat laporan kejadian kepada pengatur Instalasian.
4.    Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :
Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up)
perkembangan pasien.
a.  Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA.
b.  Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

2.3 Model Modular


2.3.1 Pengertian Model Modular
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan
perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan
kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan
kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan
metode perawatan primer (Arwani, 2006).
Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu
variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan
antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim
karena baik perawat profesional maupun non-profesional bekerja bersama
dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang
perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan
metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung
jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga
pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki
tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini
tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam
perawatan cukup memadai.
Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung
jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat
profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-
profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan
modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh
perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.  Peran perawat
kepala Instalasi diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan
mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai
fasilitator, pembimbing serta memotivator.

2.3.2 Keuntungan dan Kelebihan Model Modular


Keuntungan Model Modular :
a.  Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan
holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
b.  Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c.  Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
d.  Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e.  Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan efektif.
f.   Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
g.  Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau 
diterapkan.
h.  Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
i.   Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
j.   Lebih mencerminkan otonomi.
k.  Menurunkan dana perawat.                     
Kekurangan Model Modular :
a.  Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b.  Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab pasien bertugas.
c.  Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/
kedokteran.
e.  Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
2.4 Model Perawatan Primer (Primary Nursing)
2.4.1 Pengertian Model Primer
Model primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan
dilakukan oleh perawat primer yang bertanggungjawab selama 24 jam terus
menerus terhadap beberapa pasien, selama pasien dirawat dampai pasien
pulang. Ketika perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan
asuhan sesuai rencana (Gilies, 2009).
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Primer
Kelebihan model ini adalah menjamin asuhan berkualitas dan
holistik, kinerja fungsi, kepuasan klien dan keluarga tinggi, pelayanan
bersifat holistik, konsisten dan kontinyu serta akuntabilitas perawat primer
tinggi.
1.    Keuntungan :
a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan.
2. Kerugian :
a.   Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional,
b.   Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
2.5   Metode Perawatan TIM
2.5.1 Pengertian
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Instalasian membagi perawat pelaksana dalam
beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya (Arwani,
2006).
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian
dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan
bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan
pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas
kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim


1  Kelebihan :
a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem
penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan
professional.
2   Kekurangan :
a. menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi,
karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,
dibandingkan dengan anggota tim.
d.
2.6 Model Perawatan Fungsional
2.6.1 Pengertian
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya
seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat
yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda
vital, dan sebagainya. Tindakan ini di distribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu Kepala
Instalasi terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab
langsung kepada kepala Instalasian. Tidak ada perawat pelaksana yang
bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien
(Arwani, 2006).
2.6.2 Kelebihan dan kekurangan Model Fungsional
1 Kelebihan :
a.    Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b.   Tepat metoda ini bila Instalasi rawat memiliki
keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.
c.    Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan
langsung dan selalu berulang-ulang dikerjakan.
2   Kerugian :
a.   Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing
perawat.
b.   Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c.   Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d.   Pelayanan tidak professional.
e.   Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
2.7   SWOT
Analisis SWOT (singkatan bahasa inggris strengths, kelemahan/
weaknesses, kesempatan/ opportunities, dan ancaman/ threats) adalah metode
perencanan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses
ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960 an dan 1970 an menggunakan data
dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu
beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim
dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua
data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan
mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data
akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan
ataukah merupakan ancaman bagi oraganisasi. 

Anda mungkin juga menyukai