Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu proses bekerja dengan dan melalui orang lain untk
mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Arah yang harus dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi
kegiatan mencapai tujuan oranisasi melalui perencanaan, pengoganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber sumber daya manusia, fisik, dan tehnologi.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur dan mengarahkan karyawan dalam memberikan pelayanan
keperawatan denga baik pada pasien diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik
sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut, melihat hal tersebut maka
perawat yang terlibat dalam tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerja.
Sistem kesehatan pada masa lalu, fokus pelayanan kesehatan masih bersifat kuratif
dimana masih berdasarkan perkembangan ekonomi dan upaya kompetitif sedangkan sistem
focus kesehatan pada masa kini dan mendatang adalah berupa sistem pelayanan kesehatan
yang multi dimensional dimana sistem tersebut berorientasi pada masyarakat melalui
pengguna tehnologi tinggi.
Melihat perkembangan pelayanan kesehatan yang berubah itulah, maka dalam
manajemen keperawatan masa kini dan mendatang telah terjadi ekspansi peran dan fungsi
keperawatan yang semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab
yang lebih memfokuskan pada kegiatan koordinasi, integrasi, dan penunjang.
B. Pengertian Manajemen Keperawatan
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis mnagement, yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006) manajemen didefinisikan sebagai
proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
suatu lingkungan yang berubah (Arwani, 2006).
Manajemen merupakan suatau pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (
Planning, Organizing, Actuating, Controlling ) terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan. (Depkes RI, 2001).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2005 dikutip dari Kholid
Rosyid, 2013).
Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya
keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.
C. Fungsi Manajemen Keperawatan
Ditjen Bina Upaya Kesehatan (2011) menyebutkan fungsi manajemen dalam pelayanan
dan asuhan keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa manajemen terlaksana
dengan baik adalah kualitas pelayanan meningkat, adanya pengembangan staf dan riset
terapan untuk menghasilkan tehnologi keperawatan.
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi manajemen
yang memegang peranan penting dalam menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan.
Dalam penyusunan rencana yang baik, butuh dana dan informasi yang akurat dari
penelitian dan pembuktian lapangan.
Proses perencanaan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a. Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Setelah ciri-ciri itu
diketahui lalu diusahakan agar rencana yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus
dijawab dengan memuaskan.
c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan
dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.
Perencanaan pelayanan keperawatan adalah fungsi dasar dari manajemen yang
merupakan tugas utama dari semua manajer keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis berdasarkan teori teori manajemen.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian yaitu menggerakkan sumber daya manusia dan suber daya yang
dimiliki institusi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan proses
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi sumber daya-
sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar manjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang
harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana
keputusan harus diambil.
Pengorganisasian manajemen keperawatan adalah pengelompokan/pengaturan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi supervisi,
koordinasi dengan unit kerja lain baik secara vertikal maupun horizontal. (Depkes RI,
2001).
3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat pada
bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganuya secara efektif serta
efesian dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini
bersifat sangat komplek karena di samping menyangkut manusia juga menyangkut
berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri.
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui apakah
pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam artian
pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan koreksi
atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana yang telah disusun.
Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara berkesinambungan. (Depkes
RI,2001).
D. Prinsip Prinsip Manajemen
Prinsip prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah: (a) Division of
work/pembagian pekerjaan, (b) Authority and responsibility/kewenangan dan tanggung
jawab, (c) Dicipline/disiplin, (d) Unity of command/kesatuan komando, (e) Unity of
direction/kesatuan arah, (f) Sub ordination of individual to generate interest/kepentingan
individu tunduk pada kepentingan umum, (g) Renumeration of personal/penghasilan
pegawai, (h) Centralization/sentralisasi, (i) Scalar of hierarchy/jenjang hirarki, (j)
Order/ketertiban, (k) Stability of tenure of personal/stabilitas jabatan pegawai, (l)
Equity/keadilan, (m) Inisiative/prakarsa, (n) Esprit de Corps/kesetiakawanan korps.
E. Proses Manajemen Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
- masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses,
output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. (Nursalam, 2007).
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survei
kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
F. Prinsip-prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,
pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang
efektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan
kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalah pahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan
menetapkan prinsip prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan
dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip- prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama-sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi - fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
G. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat di
dalamnya (Nursalam, 2015).
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan.
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa.
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan.
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor faktor tersebut adalah:
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
H. Model Asuhan Keperawatan
a. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
1) Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur,proses,
dan nilai nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut Sitorus
(2006)
2) Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatn Profesional (MAKP)
Marquis & Huston (2009) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
b. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
1). Pengertian
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) adalah suatu sistem (struktur,
proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007)
2). MPKP Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam beberapa jenis sesuai dengan
kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang
dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan
hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan
Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.
3). Jenis-Jenis MPKP
Menurut Nursalam (2007), jenis-jenis MPKP adalah :
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan SPK,
namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3 keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a. MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan, tetapi kepala
ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
b. MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas
Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja
di area keperawatan jiwa.
4). Bagan Struktural MPKP

5). Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP


1. Peran Kepala Ruangan (Karu) :
a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde
keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien
dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infus, tetesan infus dan bila ada
obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan
motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat.
b. Memimpin sharing pagi.
c. Memimpin operan pagi.
d.Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Ka.Tim dalam
pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.
e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian
Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll.
f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung
jawabnya.
h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer
2. Ketua Tim (KATIM) :
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim
keperawatan dibawah koordinasinya.
a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang dikoordinirnya pada
saat Pre Confrence.
b. Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap
pasiennya.
c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah
dibuat PP.
d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya
pada saat Post Confrence.
3. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) :
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari
libur.
a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
c. Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat
PP.
d. Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
e. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
4. Penanggung Jawab Shift ( PJ Shift ) :
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore / malam dan hari
libur.
a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya.
c. Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat
PP.
d. Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
e. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
5. Perawat Pelaksana ( PP ) & Perawat Asosiet ( PA ) :
Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow
up) perkembangan pasien.
a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA.
b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

C. Model Modular
1). Pengertian Model Modular
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan.
Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini
sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer
(Arwani, 2006).
Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu variasi
dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan antara metode
tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim karena baik
perawat profesional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan
asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Di
samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer
karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil
pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan
follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki
tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu
saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup
memadai.
Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab
yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga
memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-profesional. Apabila
perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak
masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional
lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang diarahkan
dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan untuk
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.
Keuntungan dan Kelebihan Model Modular
2). Keuntungan Model Modular :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan
pertanggung jawaban yang jelas.
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara
ini efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
g. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan.
h. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
i. Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
j. Lebih mencerminkan otonomi.
k. Menurunkan dana perawat.
3). Kekurangan Model Modular :
a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
b. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab pasien bertugas.
c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran.
e. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
f. Masalah komunikasi.
D. Model Perawatan Primer (Primary Nursing)
1. Pengertian Model Primer
Model primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan dilakukan oleh
perawat primer yang bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap
beberapa pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika perawat
primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan sesuai rencana (Gilies,
2009).
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Primer
Kelebihan model ini adalah menjamin asuhan berkualitas dan holistik, kinerja
fungsi, kepuasan klien dan keluarga tinggi, pelayanan bersifat holistik, konsisten
dan kontinyu serta akuntabilitas perawat primer tinggi.
3. Keuntungan :
a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan .
4. Kerugian :
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
E. Metode Perawatan TIM
1. Pengertian
Adalah suatu bentuk sistem / metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam
beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional /
berpengalaman. Metoda ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai
latar belakang pendidikan dan kemampuannya. (Arwani, 2006)
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan
metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang
berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana
keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab
melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok,
maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya
(konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam
pemberian asuhan keperawatan
1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tim
Kelebihan :
a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kekurangan :
a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
F. Model Perawatan Fungsional
1. Pengertian
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dimana fungsi keperawatan
tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat
ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk
mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini di distribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat pelaksana.
Oleh karena itu Kepala Ruang terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat
kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan
pada seorang pasien (Arwani, 2006).
2. Kelebihan dan kekurangan Model Fungsional
Kelebihan :
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan / kurang tenaga
keperawatan professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
2. Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
G. SWOT
Analisis SWOT ( singkatan bahasa Inggris dari kekuatan / strengths, kelemahan /
weaknesses, kesempatan / opportunities, dan ancaman / threats ) adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data
dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka
perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan
pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan
mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian
keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan
ataukah merupakan ancaman bagi oraganisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani. (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ayuningtyas, Dumilah. (2005). Manajemen Strategis Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI.

Cecep Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta


: Trans Info Media.

Depkes. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id. diakses tanggal


07-10-2015 Pukul 10.00 Wita.

Dwidiyanti, M. (1998). Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Semarang: Akper


Pemprov.

Gillies, DA. (2005). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua.
Terjemahan Illios W.B Sounders Company.

Gillies, DA. (2009), Manajemen Keperawatan, suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders
Company, Philadephia.

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit.

Kholid Rosyidi. (2013). Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta : Trans


Info Media.

Kozier B et al. (2004). Foundamental Of Nusing Concept & Procedures. California :


Addison Wesley. Pudl. Comp.

Marquis, L Bessie and Carol J. Huston. (2009). Leadership Roles and Management
Fungtions in Nursing, Theory and Application. Lippincott: Philadelphia.

Marteau, J. (2003). Standards and Competencies Series An Implementation Model for the
ICN Framework of Competencies for the Generalist Nurse. Switzerland.

Nursalam.(2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Potter, AA., & Perry, AG. 2005. Buku Ajar Foundamental Keperawatan, Proses &
Praktis (Rencana Komalasari, et al, penerjemah ed. Ke 4). Jakarta : EGC.

Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan : Manajemen


Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : CV Sagung Seto

Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit:Penataan Struktur dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. Panduan Implementasi. Jakarta: EGC.

Swansburg, RC. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Kerawatan. Jakarta :


EGC.

Diposkan oleh Baihaqi Abie Naufal di 11:36


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai