Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN ANALISA SINTESA

PEMASANGAN INFUS

Disusun Oleh:
Eva Mauli

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016 - 2017
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMASANGAN INFUS

Nama Mahasiswa : Eva Mauli Tanggal : 20 Januari 2017


Nim : G3A016017 Tempat : IGD RSUD Kota Semarang

1. Identitas klien : Ny. K (63 tahun)


2. Diagnosa Keperawatan : Hiperthermia dan ikterik
3. Dasar pemikiran
Hiperthermia adalah keadaaan dimana seorang individu mengalami atau resiko
mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus diatas 37,8C per oral atau 38,8C per
rectal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor faktor eksternal dan internal. ( Blog
Asuhan keperawatan.com ). Definisi lain dari Hiperthermia adalah keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (NOC NIC, 2007). Berdasarkan hal
tersebut maka pemasangan infus perlu dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta meminimalkan resiko terjadinya resiko syok hipovolemik.

4.Analisa Sintesa

Panas

cairan dan elektrolit berlebih

Kekurangan cairan dan elektrolit

Pemasangan infus RL

5.Tindakan Keperawatan
Pemberian cairan intravena bertujuan untuk menggantikan kekurangan serta
kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam tubuh. Larutan Ringer
Laktat merupakan cairan isotonik, mempunyai osmolalitas total yang mendekati cairan
ekstraseluler. Kandungan Ringer Lactat adalah Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/L,
calsium 3 mEq/L, Cl 109 mEq/L. Lactat dimetabolisme menjadi bikarbonat 28 mEq/L.
Ringer Lactat merupakan suatu larutan isotonis yang mengandung berbagai elektrolit dalam
konsentrasi yang kurang lebih sama dengan yang terkandung dalam plasma.
Setelah dilakukan pemberian cairan intravena seharusnya kita mengetahui hasil tes
laboratorium tentang nilai status cairan dan elektolit seperti LED (osmolalitas dan
osmolaritas), BUN, kreatinin, berat jenis urin, Ht, kalium dan nilai natrium urin, akan tetapi
hal ini tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan tenaga. Pasien yang mengalami
kehilangan cairan akan mempunyai BUN yang proporsinya melebihi tingkat kreatinin
serum (>10:1). BUN dan kreatinin dapat meningkat akibat dehidrasi atau penurunan perfusi
dan fungsi ginjal. Kadar hematokrit juga lebih besar dari normal karena sel darah merah
terkumpul dalam volume plasma yang menurun. Perubahan elektrolit serum mungkin juga
timbul, kadar kalium dan natrium dapat menurun atau meningkat. Berat jenis urin untuk
mengukur kemampuan ginjal mengekskresi atau menghemat air. Kondisi yang
meningkatkan kadar hematokrit adalah dehidrasi dan polisetemia.
6. Diagnosa Keperawatan
Hiperthermia berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan elektrolit secara adekuat
7. Data Fokus
DS :Klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu badan terasa hangat dan tidak bisa menelan,
klien mengatakan badan lemas,
DO : Klien terlihat lemas, somnolen, mukosa bibir tampak pucat dan kering, seluruh tubuh
terlihat kuning, BAK klien seperti teh, turgor kulit kurang, dan terlihat kering.
- Capillary refill > 2 detik
- TTV : TD : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, Nadi : 100 x/menit, suhu : 386C,
GDS : 556 mg/dl
8.Prinsip Tindakan
- Menggunakan prinsip streril dan antiseptik
- Prinsip 6 benar dalam memberikan obat ke pasien
- Mencegah terjadinya emboli
- Menjelaskan tujuan pemberian cairan infus
- Memonitor cairan infus
Prosedur :
1) Cuci tangan dan mempersiapkan alat.
2) Buka kemasan steril dengan mengguanakan tehnik aseptik.
3) Siapkan cairan infus dan isi slng infus.
4) Pilih jarum IV yang tepat.
5) Pilih tempat distal vena yang digunakan.
6) Bila terdapat banyak rambut, guntinglah.
7) Bila mungkin, letakkan ekstrimitas pada posisi dependen.
8) Letakkan torniket 10-12 cm diatas tempat tusukan. Torniket harus menyumbat
aliran vena, bukan arteri. Periksa adanya nadi distal.
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai. Pelindung mata dan masker dapat digunakan
untuk mencegah cipratan darah pada membran mukosa perawat.
10) Letakkan ujung adapter jarum perangkat infus dekat kassa steril.
11) Pilih vena yang berdilatai baik.
12) Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkuler yang kuat mengguankan alkohol
70% selama 60 detik., hindari menyentuh tempat yang telah dibersihkan, biarkan
tempat tersebut mengering. Bila Lakukan pungsi vena. Tahan vena dengan
meletakkan ibu jari diatas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan arah
penusukan 5-7,5 cm ke arah distal tempat penusukan.. Turunkan jarum sampai
hampir menyentuh kulit. Dorong kateter ke dalam vena sampai hubungan
menempel dengan tempat pungsi vena.
13) Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket dan lepas jarum. Jangan tutup
kembali jarum. Dengan cepat hubungkan adapter jarum dari perangkat pemberian
atau selang infus. Jangan menyentuh tempat masuk adapter jarum.
14) Lepaskan klem roler untuk memulai infus pada kecepatan untuk mempertahankan
patensi aliran IV.
15) Amankan kateter IV (plester dibawah kateter, gunakan balutan kassa, oleskan salep
povidon iodin ditempat pungsi vena, plester kedua tempat menyilang hubungan
katerer dan amankan plester 2,5 cm, letakkan loop selang infus pada balutan
mengguanakan plester 2,5 cm).
16) Untuk pemberian cairan IV, atur kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat.
17) Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan aliran serta ukuran jarum balutan.
18) Lepaskan sarung tangan, singkirkan alat dan cuci tangan.
9. Tujuan Tindakan Keperawatan yang Dilakukan
Memberikan cairan Ringer Laktat intravena (infus)
10. Bahaya yang Dapat Terjadi
- Infeksi
- Emboli
- Tromboplebitis
- Overhidrasi
Pencegahan :
- Memasang infus dengan prinsip steril.
- Membuang/mengeluarkan udara dari selang infus sebelum pemasangan.
- Memonitor tetesan infus secara tepat dan memantau reaksi klien.
11.Hasil yang Didapat dan Maknanya
S : Klien mengatakan masih lemas
O : Terpasang infus pada pergelangan tangan kanan
Diberikan cairan RL looding cepat 500 cc dan maintenan RL 30 tpm
TTV
TD : 130/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Nadi : 85 x/menit
Capillary refill : > 2 detik
Suhu : 38C

Anda mungkin juga menyukai