Anda di halaman 1dari 36

Nama : Lukmanul Hakim

NIM : 1130017156

Kelas : 7D

RESUME PRAKTIKUM PEMASANGAN NGT DAN KUMBAH LAMBUNG

PEMASANGAN NGT

Pemasangan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT) adalah memasukkan selang atau pipa
makanan ke dalam lambung melalui hidung. Ukuran NGT 2-4 Fr pada bayi, 6-10 Fr pada anak-
anak, dan 14-18 Fr pada orang dewasa.

Tujuannya untuk mengosongkan isi lambung dari zat-zat yang berbaya, seperti keracunan dan
lain-lain.

1. Indikasi

- Keracunan zat

- Yang mengalami cidera kepala

- Pasien tidak sadar atau koma

- Pasien memiliki trauma abdomen

2. Persiapan alat

- Bak instrumen berisi sarung tangan steril, spuit 10/20/50cc, kasa

- NGT sesuai ukuran kemasan

- Gel

- Stetoskop

- Tissue

- Plester

- Sarung tangan bersih

- Senter
- Gunting plester

- Kom berisi air

- Bengkok

- Benang wol

3. Persiapan lingkungan dan pasien

- Informed consent

- Menjaga privasi pasien

- Atur posisi pasien

2. KUMBAH LAMBUNG

Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan air/cairan tertentu
ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang lambung (NGT).

cairan yang digunakan pada anak-anak 10cc/Kg memakai air hangat tidak disarankan
menggunakan air biasa karena akan merangsang muntah. Sedangkan pada dewasa 100-300 cc
air biasa, air hangat atau cairan isotis seperti NaCl dalam sekali memasukkan ke lambung.

Tujuannya untuk membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran
pencernaan Dan Kumbah lambung dapat dihentikan jika cairan yang dikeluarkan bewarna
bening.

Indikasi

- Keracunan obat

- Keracunan zat kimia

- Keracunan makanan

- Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopoik

2. Persiapan Alat

- Air matang atau air bersih dalam baskom dengan jumlah sesuai kebutuhan

- Glass spuit/spuit 50 cc/100cc


- Klem

- Sarung tangan

- Perlak atau alas

- Handuk

- Apron

- Ember penampung

- Bengkok (nierbekken)

3. Prosedur pelaksanaan

- Cuci tangan

- Pakai abron dan sarung tangan

- Pasang perlak atau alas diatas dada

- Letakkan bengkok disamping pasien

- Letakkan ember di bawah teempat tidur

- Sonde lambung diklem

- Isi gelas spuit dengan air matang/air bersih (±500cc), lalu masukkan ke dalam sonde lambung
secara perlahan.

- Keluarkan cairan dari lambung dengan cara mengalirkan pada ember penampung, bila sulit,
aspirasi

- Masukkan dan keluarkan cairan beberapa kali sampai relatif bersih

- Pastikan cairan yang keluar sesuai dengan jumlah cairan yang masuk

- Lepas apron

- Bereskan alat-alat dan rapikan pasien.

- Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

4. Evaluasi
- Karakteristik cairan atau isi lambung

- Respon pasien

5. Dokumentasi

- Catat waktu saat pelaksanaan tindakan gastric cooling

- Catat karakteristik cairan atau isi lambung

Resume Terapi Cairan

Rehidrasi adalah memasukkan cairan ke pasien. Tiga hal yang paling penting harus dilakukan
pemberian cairan harus terukur,bertahap, termonitor.

1. Terapi cairan dibagi menjadi :

- Untuk Dehidrasi

- Untuk perdarahan

- Untuk luka bakar

2. Pilihan Cairan :
Darah

- Idealnya jika perdarahan maka diberikan darah

- Tapi perlu kita perhatikan kesamaan golongan darah

- Masih mencari dulu id PMI, maka waktu tersebut harus kita perhatikan

Koloid

- Contoh Ringer Laktat

- Normal Salin/ Nacl

Kristaloid

1. Keuntungan

- Lebih murah
- Efek samping minimal

- Waktu penuh pendek

- Komposisi elektrolit seimbang

- Tidak ada resiko alergi

2. Kerugian

- Membutuhkan 3-4x jumlah perdarahan

- Bisa mengakibatkan edema

- Hipotermia

3. Prosedur Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah memasukkan cairan ke dalam tubuh pasien memalui cateter dan cairan
tersebut berupa elektrolit, obat maupun intake kalori.

1. Alat- alat Untuk Pemsangan Infus

- Infuse set

- IV catheter

- Tourniquet

- Cairan infus

- Alkohol swab untuk membersihkan area penusukan atau disinfektan

- Plaster untuk memfiksasi area penusukan

- Handscoon steril

- Gunting

- Perlak

- Kasa
- Nierbeken untuk meletakkan sampah setelah pemasangan infus

2. Prosedur pemasangan Infus

- Cuci tangan

- Persiapkan tiang infus: (posisinya 90 cm dari pasien)

- Siapkan cairan infus dan buka segelnya

- Hubungkan IV cath dengan botol

- Isi tabungnya setengah bagian

- Alirkan sampai udara di selang hilang, sampai tidak ada udara

- Kemudian gantungkan di standar infus

- Tentukan area penusukan pada vena

- Pasang handscoon steril

- Lakukan pemasangan infus, posisi jarum yang terbuka mengarah ke atas

- Stelah masuk hubungankan dengan infus

- Buka tourniquet

- Alirkan cairan infus

- Lakukan fiksasi dengan plester dengan bentuk simpul kupu-kupu

- Cantumkan tanggal pemasangan infus

- Observasi respon pasien

- Buka handscoon

- Dokumentasikan kegiatan pemasangan infus

RESUME PENGUKURAN CVP DAN PEMASANGAN CVP


1. Pengukuran CVP

Mengukur CVP adalah sebuah tindakan keperawatan untuk mengetahui tekanan cairan pada
vena central

A. Persiapan alat :

- CVC dengan double lumen atau triple lumen

- Medifix line

- Medifix Scale

- Waterpas

- Buku dan alat tulis

B. Prosedur tindakan :

- Mengucapkan salam dan perkenalkan diri

- Jelaskan prosedur dan tujuan

- Menjaga privasi pasien

- Persetujuan tindakan

- Posisikan pasien

- Isikan cairan

- Tentukan point sejajar pada pasien

- Buka yang menuju ke pasien dan tutup dari cairan infus

- Tunggu sampai hasil yang sesuai dengan kondisi pasien

- Titik terendah maka itulah hasil atau nilai CVP yang di ukur

- Dokumentasi
- Nilai normal CVP adalah rentang 10 - 14 CmH2O

- Rapikan pasien dan alat alat

- Cuci tangan

2. Pemasangan CVP

Tindakan penanganan CVP adalah memasukkan kateter CVP, melalui pembuluh darah tepi
sehingga ujungnya berada di muara atrium kanan (vena cava superior dan inferior)

A. Tujuan pemasangan CVP :

- Mengetahui tekanan vena sentralis

- Memberikan nutrisi makanan secara intravena

- Mengambil darah vena

- Memberikan obat secara intra vena

- Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat

- Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan perawatan yang cukup lama

B. Indikasi

- Dehidrasi berat (diare berat, luka bakar grade II ke atas dengan luka bakar 50 %)

- Hypovolemic shock

- Hypervolemic

C. Persiapan untuk pemasangan

- Persiapan pasien

- Memberikan penjelasan pd pasien tentang :

• Tujuan pemasangan,
• Tempat pemasangan

• Prosedur yang akan dikerjakan

D. Persiapan alat

- Kateter CVP

- Set CVP

- Spuit 2,5 cc

- Antiseptik

- Obat anaestesi lokal

- Sarung tangan steril

- Bengkok

- Cairan NaCl 0,9% (25 ml)

- Plester

RESUME AGD/BGA

1. Pengertian AGD/BGA

Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji
gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, HCO3 dan BE (base
excesses/kelebihan basa).

A. Tujuan pengambilan Gas darah arteri :

- Diagnostik

- Mengetahui kadar Oksigen (o2) dan Karbondioksida (Co2)


- Mengetahui status keseimbangan asam basa tubuh pasien (Asidosis atau

Alkalosis)

B. Indikasi

- Mengukur tekanan Oksigen dan karbondioksida

- Identifikasi kegagalan pernafasan

- Petunjuk intervensi gangguan pernafasan

- Monitor status asam basa

C. Kontraindikasi

- Abnormal test allen’s

- Penyakit pembuluh darah perifer

- Luka bakar atau infeksi

- Pasien yang sedang menjalani terapi anti koagulan

- Riwayat gangguan pembekuan darah

D. Komplikasi

- Perdarahan atau hematoma

- Perlukaan/cidera jaringan

- Infeksi

- Nyeri

- Syndrome kompartemen

E. Persiapan Alat
- Spuit 3cc

- Heparin injeksi 5000 Unit

- Needle 24G

- Gabus/Karet sebagai penutup jarum

- Kasa steril

- Bengkok, plester, gunting

- Obat lokal anasteshi bila perlu

- Kapas alkohol

- Perlak

- Bak instrumen

- Sarung tangan

- Label spuit

F. Petunjuk Pengambilan

- Arteri Radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

Test Allen’s : Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan
pada arteri radialis dan ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan
tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif.
Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain

- Arteri Brachialis
- Arteri Inguinalis

- Arteri Dorsalis Pedis

G. Tekhnik Pengambilan

- Bentangkan pengalas

- Letakkan botol infus

- Tangan pasien diletakkan diatas botol infus

- Raba Nadi

- Pastikan tempat dari nadi yang diraba

- Desinfeksi daerah tersebut

- Desinfeksi kedua jari

- Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi

- Tusukan jarum

- Biarkan Darah sendiri mengalir ke dalam jarum

- Cabut jarum dan tusuk kan pada karet penutup

- Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5 menit

- Bawa ke laboraotirum

2. Yang utama diperhatikan adalah :

- Ph Darah : 7,35 – 7,45

- PCo2 : 35 – 45

- BE : -2 – +2
- Hco3 : 21 – 25

3. Evaluasi dan Dokumentasi

RESUME TRAKEOSTOMI

A. Pengertian Trakeostomi

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas. Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer &
Bare, 2002)

Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi
yang mengubah ventilasi.

Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas :

Timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau bawah
rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular.
Pasien tampak pucat atau sianotik
Disfagia
Pada anak-anak akan tampak gelisah Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah
udara residu anatomis paru hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya
memerlukan sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi
alveolar. Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.
Indikasi lain yaitu :

Cedera parah pada wajah dan leher


Setelah pembedahan wajah dan leher
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi
Jenis Tindakan Trakeostomi :
Surgical trakeostomy Tipe ini dapat sementara/elective dan permanen dan dilakukan di
dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5
cm.
Percutaneous Tracheostomy Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit
gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau
dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan
lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh
lebih kecil.
Mini tracheostomy Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
B. Persiapan Alat

1. Kateter penghisap
2. Sarung tangan steril
3. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi
4. Tali/pita pengikat
5. Kassa steril
6. Alkohol Swab
7. Hidrogen Peroksida
8. Normal salin
9. Anak kanul
10. Sikat
11. Mangkuk Steril
12. Mantel pelindung
13. Pelindung mata
14. Gunting
15. Perlak steril
C. Prosedur pelaksanaan
1. Kaji pernapasan pasien, termasuk kebutuhan pasien akan pengisapan dan pembersihan
trakeostomi
2. Cuci tangan
3. Letakkan alat-alat di atas meja
4. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk bekerja
5. Bantu pasien untuk mengambil posisi semi fowler atau terlentang Jika diperlukan,
hubungkan selang pengisap ke aparatus penghisap. Letakkan ujung selang di tempat
yang mudah di jangkau dan hidupkan penghisap
6. Letakkan perlak steril melintang di dada pasien
7. Buka set atau peralatan penghisap. Buka juga bungkus alat-alat yang diperlukan untuk
pembersihan trakheostomi
8. Lakukan prosedur pengisapan, Pastikan bahwa anda telah menggunakan mantel
pelindung dan sarung tangan steril
9. Lakukan suction
10. Mangganti kanul dalam sekali pakai (dispossible inner-canula)
11. Membersihkan kanul dalam non disposable
12. Gunakan kasa dan swab berujung kapas yang dibasahi dengan naormal saline untuk
membersihkan permukaan luar dari kanul luar/faceplate canul dan area kulit sekitarnya
13. Ganti tali pengikat trakheostomi
14. Letakkan bib trakheostomi atau balutan bersih mengelilingi kanul luar di bawah tali
pengikat faceplate
15. Hubungkan kembali pasien dengan sumber oksigen
16. Cuci tangan
17. Evaluasi respon pasien setelah dilakukan tindakan
18. Dokumentasi
PRAKTIKUM EKG

1. Pengertian EKG
Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram) merupakan proses pemeriksaan pada jantung dengan
menggunakan alat yang bernama Elektrokardiograf yang bertujuan untuk memperoleh hasil
rekaman yang berupa grafik dimana grafik tersebut menggambarkan aktivitas kelistrikan
jantung dalam waktu tertentu.

a. Indikasi

1. mendeteksi adanya cedera otot jantung , dan infark miokard


2. pada pasien palpitasi, sinkop, monitoring obat anti aritmia
3. deteksi aritmia pada pasien dengan risiko irama jantung yang abnormal
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan :

1. Voltage harus benar ( 1 mV ). Kalibrasi dapat dilakukan ½ mV bila gambar terlalu besar,
atau 2 mV bila gambar terlalu kecil dengan ditambah keterangan voltage yang
digunakan pada kertas hasil EKG
2. Kertas EKG dilipat / digulung sesuai dengan modelnya
3. Elektroda dibersihkan setelah tindakan
2. Persiapan alat

1. Mesin EKG
2. Set kabel (kabel power, ground, kabel pasien)
3. Elektrode ekstremitas dan manset (plat anti karat)
4. Elektrode prekardial dg balon penghisap
5. Kertas EKG
6. Jelly elektroda
7. Kassa lembab
8. Tissue
3. Prosedur pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Siapkan mesin pencatat EKG dengan meletakkannya disisi tempat tidur, kemudian mesin
di hubungkan dengan sumber listrik, ground dan power di ON kan
3. Bagian elektroda ekstremitas yang akan dipasang diberi jelly/ kassa lembab antara
elektroda dan kulit pasien, kemudian dihubungkan sadapan ekstremitas pada lempeng
elektroda yang sesuai pada setiap kabel dengan memperhatikan tanda dan warna kabel
(merah=tangan kanan, kuning= tangan kiri, hitam= kaki kanan, hiijau = kaki kiri)
4. Bagian dada yang akan dipasang elektroda diberi jelly elektroda dan menentukan lokasi
pemasangan, kemudian hubungkan sadapan pada bagian dada yang lokasinya telah
ditentukan, pasang kabel sesuai tanda atau warnanya V1-V6 (dengan cara menekan
bagian balon dan tempelkan pada kulit klien)
5. Mulai pelaksanaan perekaman (mulai Lead I, II, III, aVL, aVR, aVF, V1 – V6) Setelah
selesai perekaman semua kabel dilepas
6. Bersihkan jelly pada kulit pasien dengan menggunakan tissue
7. Bersihkan elektroda dari jelly yang masih menempel
8. Cuci tangan
3. Evaluasi dan Dokumentasi

- (Normal Sinus Rhytm)

1. Sumber pacemaker ---SA node Setiap 1 gelombang P diikuti komplek QRS


2. Morfologi gelombang P & komplek QRS harus sama
3. PP interval & RR interval yang sama
4. Frekuensi Jantung 60-100x/menit
5. Gelombang P selalu (+) di lead II, dan (-) di aVR
- Normal aksis jantung

RESUME POST TURP


A. Pengertian TURP

Turp adalah suatu tindakan pengambilan atau pembuangan jaringan prostat secara endoskopi
dengan menggunakan alat pemotong (Cutting loop)

B. Tujuan TURP

1. Untuk membilas darah yang tersisa setelah tindakan


2. Mempertahankan kepatenan kateter dan memasukkan obat ke dalam kandung kemih
C. Persiapan Alat

1. Cairan irigasi
2. Saluran irigasi
3. 3 way foley kateter
4. Klem
5. Urine bag
6. Handscoond
7. Perlak
8. Bengkok
D. Prosedur Perlaksanaan

1. Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama dengan anda.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai.
3. Berikan privasi klien.
4. Gunakan sarung tangan bersih.
5. Kosongkan, ukur dan catat jumlah serta tampilan urine yang ada di dalam kantong
urine. Buang urine dan sarung tangan. Pengosongan kantong drainase memungkinkan
pengukuran haluaran urine yang lebih akurat setelah irigasi dilakukan atau selesai.
Pengkajian karakter urine memberikan data dasar untuk perbandingan selanjutnya.
6. Hubungkan slang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas slang dengan larutan, jaga
agar ujungnya tetap steril.
7. Membilas slang akan mengeluarkan udara sehingga mencegah udara masuk kedalam
kandung kemih.
8. Pasang sarung tangan bersih dan bersihkan port irigasi dengan kapas antiseptik.
9. Hubungkan slang irigasi ke port cairan pada kateter tiga cabang
10. Lakukan irigasi kandung kemih.
11. Kaji klien
E. Evaluasi dan Dokumentasi
Hal yang perlu diperhatikan : catat setiap kandungan drainase yang tidak normal, seperti
bekuan darah, nanah atau cabikan mukosa.

RESUME EKG 2

A. Proses Kerja Jantung

Darah dari ventrikel kanan dipompakan keluar jantung menuju ke paru-paru, untuk pertukaran
karbon dioksida dengan oksigen. Darah yang sudah dipenuhi oksigen lalu dipompakan masuk ke
atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri, yang selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta

B. Kelistrikan Pada Siklus Jantung

1. Gelombang P muncul awal dsri depolarisasi atrium


2. Kemudian segmen P-Q atau P-R sebagai penghantar melalui nodus AV dan berkas AV
3. Atrium berkontraksi pada gelombang PQRS kemudian ventrikel berkontraksi pada
gelombang S-T
4. Kemudian Gelombang T berepolarisasi pada ventrikel Maka terjadilah gelombang
PQRST
C. Spesifikasi dan Kalibrasi
Kertas grafik garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm
Garis lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm
Garis horizontal menggambarkan waktu
- 1 mm = 0,04 detik
- 5 mm = 0,20 detik
Garis vertikal menggambarkan voltase
- 1 mm = 0,1 milivolt
- 10 mm = 1 milivolt
D. Hasil EKG
1. Pada kotak kecil-kecil jarak 1 mm sama dengan ekiuvalen 0,04 detik
2. Pada kotak besar jarak 5 mm sama dengan ekiuvalen 0,20 detik
E. Rytme
1. Regular Rhytm Adanya gelombang P, Dilanjutkan atau diikuti oleh gelombang QRST
Dan jarak PR diketahui normal
2. Ireguler Rhytm Atrial Fibrilasi dengan laju ventrikel yang bersifat ireguler dan tidak
terdapat gelombang P yang jelas (disebut pula irregularly irregular)
F. Rumus
Normal Regular Rhytm
- 300 : jarak kotak besar P-P atau R-R
- 1500 : jarak kotak kecil P-P atau R-R
Abnormal Ireguler Rhytm (Aritmia)
- Jumlah R dalam 30 kotak besar x 10 = heart rate
Resume Perawatan WSD
A. PENGERTIAN

Perawatan Water Seal Drainage (WSD) adalah suatu upaya perawatan yang meliputi perawatan
luka WSD dan perawatan WSD. WSD merupakan suatu tindakn drainase intrapleural yang
digunakan setelah prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga
pleura dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke system dranase (suction).

B. TUJUAN PEMASANGAN WSD

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorax
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

3. Mengembangkan Kembali paru yang kolaps

4. Mencegah udara masuk Kembali ke rongga pleura yang menyebabkan pneumothorax

5. Mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negative rongga tersebut

C. INDIKASI
1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
2. Pneumotoraks

3. Hemotoraks

4. Thorakotomi

5. Efusi pleura

6. Empiema

D. KONTRAINDIKASI

1. Infeksi pada tempat pemasangan


2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

3. Giant bullae (menempelnya paru-paru pada dinding dada)

E. JENIS WSD

1. Sistem 1 botol : Botol berfungsi sebagai water seal, pipa dalam botol terendam 2 cm
dibawah permukaan air
2. Sistem 2 botol tanpa suction control Botol 1 sebagai penampungan cairan drain, botol 2
sebagai water seal dengan pipa terendam 2 cm dibawah permukaan air

3. Sistem 2 botol dengan suction control Botol 1 berfungsi sebagai water seal, botol 2
sebagai suction control, pipia udara terendam sedalam 10-20 cm air

4. Sistem 3 botol Botol 1 sebagai penampung, botol 2 sebagai water seal, dan botol 3
dihubungkan dengan suction control. Ukuran air dalam botol sama dengan diatas.
Disposible Water Seal System sama dengan sistem 3 botol
F. ALAT

1. Handscon bersih dan steril


2. Bengkok

3. Kantong balutan kotor

4. Klem 2 buah

5. Botol WSD

6. Kasa

7. Plester

8. Gunting

G. TINDAKAN

1. Cek catatan perawat sebelumnya atau anjuran dokter, indektifikasi pasien, jelaskan
tindakan yang akan dilakukan, tujuan tindakan, dan harapan setelah dilakukan tindakan
2. Cek ttv pasien
3. Dekatkan alat pada pasien , jaga privasi pasien
4. Gunakan handscoon
5. Klem selang WSD dengan ukuran 4-6 cm dari lubang WSD Pasang klem kedua 2,5cm
dari klem yang pertama
6. Ganti botol yang lama dengan botol baru, dengan mencabut botol yang lama dan ganti
dengan yang baru
7. Lepas klem dari selang
8. Amati fluktuasi berulang ketinggian pada bagian ujung distal selang air Lekatkan selang
drainase pada pakaian pasien secara lembut, longgar Berikan posisi nyaman pada pasien
Bereskan alat, buka handscoon, dan cuci tangan
9. Lakukan dokumentasi dan pemantauan pada pasien
WSD dinyatakan berhasil, bila:
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD bullow drainage
c. Tidak ada pus dari selang WSD
Pada pemeriksaan penunjang:
Foto thoraks (pengembang paru-paru)
Laboratorium (darah lengkap dan astrup), yang perlu diperhatikan indikasi dilakukan pencabutan
: Secret serus, tidak hemorrahagis (dewasa produksi < 100 cc/24 jam, anak produksi < 24-50
cc/24 jam dan paru mengembang (klinis suara paru kanan sama dngan paru kiri, evaluasi foto
thoraks)

RESUME PRAKTIKUM FISIOTERAPI DADA

A. Definisi Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada adalah sejumlah terapi yang digunakan dalam kombinasi untuk mobilisasi
sekresi pulmonaria.

B. Tujuan Fisioterapi Dada

1. Untuk membantu pernapasan


2. Untuk mengembangkan atau meningkatkan ekspansi dada
3. Unutk merangsang batuk
4. Untuk mengatasi adanya sumbatan atau obstruksi dalam saluran pernapasan
C. Indikasi Untuk Postural Drainase

1. Pasien yang memakai ventilasi Pasien yang melakukan tirah baring yang lama Pasien
yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
2. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
3. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
4. Pasien dengan abses paru
5. Pasien dengan pneumonia
6. Pasien pre dan post operatif
7. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
D. Kontra Indikasi Untuk Postural Drainase

1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akut infark
dan aritmia
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
E. Persiapan alat:

1. Bantal
2. Bengkok
3. Tissue
4. Sarung tangan
5. Stetoskop
6. Kain penutup
7. Gelas berisi air minum
F. Prosedur pelaksanaan

1. Cuci tangan 6 langkah


2. Kenakan handscoon bersih karena prinsip tindakan ini termasuk tindakan yang bersifat
bersih
3. Lalukan pemeriksaan respirasi dengan menghitung frekuensi pernapasan pasien berapa
x/menit
4. Kemudian lakukan auskultasi untuk mendengar suara napas pasien, lakukan pada 10 titik
bagian tubuh pasien bagian depan dan juga lakukan 10 titik juga pada bagaian belakang
daerah punggung pasien
5. Dekatkan bengkok di samping apsien dan minta pasien untuk batuk Jika dahak pasien
sulit keluar, lakukan auskultasi lagi. Auskultasi bisa dilakukan pasien dalam keadaan
duduk atau berbaring
6. Kemudian lakukan tindakan Postural Drainase dengan posisi pasien
7. Evaluasi pasien setelah dilakukan fisioterapi dada
8. Dokumentasi
RESUME VENTILATOR 1

A. MEMPERSIAPKAN BREATHING CIRCUIT


1. Hubungkan breathing circuit pada ventilator ke alur inspirasi dan alur eksperasi Pasang
flow sensor. Selang warna biru dihubungkan ke pot warna biru dan selang warna putih di
hubungkan ke pot warna putih
2. Pasang kne, elbow, bag slang
3. Hubungan ventilator ke sumber oksigen, tekanan udara, dan sumber listrik. Tekan tombol
on sampai mesin menyala
4. Lakukan kalibrasi

B. MEMPERSIAPKAN KALIBRASI
1. Ketika melakukan kalibrasi thicknes langsung menempelkan flow sensor ,agar jika terjadi
kebocoran kita dapat mengetahuinya.
2. Lakukan kalibrasi thicknes untuk menilai apakah ada kebocoran yang terdapat di cuping
sehingga bisa dideteksi oleh alat.
3. Test kalibrasi thicknes, tekan bagian ujung dengan telapak tangan setelah dilepaskan
terdapat centang hijau yang berarti tidak ada kebocoran
4. Kalibrasi flow sensor,flow sensor disiapkan dengan keadaan kebalik, jika ada perintah di
alat disuruh dibalik, maka baru akan kita balik. Di tunggu sampai alat menunjukkan
100% dan 3 poin di alat bewarna hijau, jika sudah berarti tidak ada kebocoran pada
kalibrasi thicknes dan ventilator bisa di sambungkan ke masker.
5. Kalibrasi oksigen

C. MEMPERSIAPKAN VENTILASI MEKANIK


1. Atur tinggi badan pasien
2. Pemilihan pasien : dewasa, neonates, pedriatric, laki-laki, perempuan
Pemilihan mode :
1. PCV
2. CMV
3. Bantuan penuh diberikan saat pasien tidak memiliki napas dan bantuan sebagian
diberikan kepada pasien yang masih bisa bernapas namun tidak efektif

D. PEMASANGAN MASKER NIV


1. Pasien menggunakan bantuan ventilator mekanik mode NIV Sesuaikan dengan
ukuran pasien: masker disesuaikan untuk menghindari kebocoran serta pengikat
masker
2. Pasang bagian atas masker disesuaikan dengan posisi pengikat masker Jika pengikat
dan masker sudah terpasang.
3. Pasang kepada pasien melalui atas kepala lalu kencangkan pengikat masker dan
pastikan tidak ada kebocoran
4. Pasang masker dengan selang ventilasi
RESUME GAGAL NAFAS DAN RESPIRATORI

A. Pengertian

Definisi gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan memasukkan oksigen dan
mengeluarkan CO2 secara mendadak baik pada paru sehat sebelumnya maupun paru yang
sebelumnya memang sudah ada kelainan menahun.

- Klasifikasi gagal nafas, yaitu :

Type I (Hypoxemic Resp. F.)


Type II ( Hypercapnic R.F. )
Type Kombinasi
Penyebab dari gagal nafas, antara lain:
Parenchym jaringan paru
Pump failure
Obstruksi airway, over dosisi obat, palisis otot nafas dan lain-lain
- Tanda-tanda dari gawat nafas, yaitu :

Keluhan sesak / sukar bernafas


Nafas cepat dan dangkal

RR > dari 35 x / menit

Nafas cuping hidung (flare)

Ada cekungan sela iga

Cyanosis

- Tanda sekunder : takhikardi, aritmia, tensi tinggi, keringat ditangan dan dahi.

- Klasifikasi gagal nafas ada 2, yaitu:

Akut:
Berkembang beberapa menit hingga berjam-jam
Penurunan cepat : pH < 7.2
Kronis:
Berkembang selama beberapa hari
Polycythemia
Corpulmonale
B. Patofisiologi gagal nafas

Shunting ( Perfusi tanpa Ventilasi )


Dead space ventilasi
( Ventilasi tanpa Perfusi )
Difussi abnormalitas
Hypoventilasi alviolar
- Peran Ventilator, yaitu:

Memberi nafas buatan untuk mencukupi kebutuhan supply O2 & membuang CO2
Mengurangi work of breathing.
Untuk membantu kompensasi respiratorik atas penyimpangan metabolik tanpa tanpa
tambahan beban bagi pasien.
Untuk tujuan lain : hiperventilasi sampai mencapai CO2 tertentu.
- Klasifikasi dari Ventilator ada 2, yaitu:
Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator Tekanan Positif
C.Patofisiologi Covid-19

Coronavirus menginfasi sel saluran napas dengan protein S pada permukaan virus dan berikatan
dgn resptor ACE-2 pada mukosa nospharing-paru kemudian replikasi dan transkripsi akan
menyebar keseluruh saluran nafas bagian bawah.

Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi, dikeluarkan sitokin Ditemukan sitokin dalam
jumlah tinggi: IL1B, IFNγ, dan MCP1 serta mengaktifkan T-helper-1 (Th1), Selain itu,
meningkatkan T-helper-2 (Th2) cytokines (eg, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi
berbeda dari SARS-CoV. Pada pasien 2019-nCoV di ICU à ditemukan GCSF, IP10, MCP1,
MIP1A, dan TNFα konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang tidak membutuhkan ICU à
cytokine storm Cytokine storm à berkaitan dengan derajat keparahan.

D. Klasifikasi Covid-19

1. Tanpa Gejala : Kondisi teringan dan tidak ditemukan gejala


2. Ringan : Infeksi saluran nafas tidak berkomplikasi
3. Sedang : Pneumonia tetapi tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
4. Berat : Pneumonia disertai RR >30 x/m, distress napas berat, SpO2 <93% / PaO2/FiO2
<300
5. Kritis : Gagal Napas, (ARDS), syok sepsis dan atau multiple organ failure.
- Indikasi Ventilasi Mekanik:

1. Potensi OBST. AIRWAY-Airway Compromise


-Gagal nafas, ada 2 tipe :

1. Gagal nafas Hipoksemia / Hypoxemic Respiratory Bila PaO2 < 60 mmHg / SpO2 <
90% tanpa oksigen suplemen / Pasien tampak pucat s/d sianosis
2. Gagal nafas Hiperkapnea /Hypercapnic Resp. Bila PaCO2 > 50 mmHg / pernafasan tdk
memadai
- Manajemen Oksigenasi :
1. Pemberian Posisi Prone
2. High Flow Nasal Oksigen (HFNO)
3. High Flow Nasal Canulla (HFNC)
4. Ventilasi Mekanik ( CPAP - NIV )
- Tujuan dari Posisi Prone:

1. Meningkatkan Oksigenasi
2. Memobilisa zona udara
3. Memperbaiki mekanisme paru
4. Memperbaiki pertukaran gas
5. Posisi Prone 6 jam dan 6 Posisi Supine
- Tujuan dari High Flow Nasal Canulla (HFNC) :

1. HNFC memberikan oksigen dengan PEEP yang telah dilembabkan dan dihangatkan
sebelum melalui nasofaring sehingga dapat menurunkan kerja metabolisme.
2. HFNC dapat menurunkan kebutuhan intubasi dan memperbaiki kondisi klinis pada
pasien gagal napas akut.
3. HNFC juga lebih mudah digunakan, dampak kecemasan lebih rendah dan menurunkan
risiko transmisi melalui udara karena pembentukan aerosol minimal.
- Peranan Ners pada Klien Dengan Ventilasi Mekanik, antara lain:

1. Menyiapkan breathing circuit


2. Melakukan test fungsi ventilasi mekanik
3. Basic mode respirator
4. Setting awal respirator
5. Monitoring VM
6. Monitoring perubahan klinis
7. Monitoring respirasi, haemodinamik
8. Pengambilan & interprestasi BGA
Penggunaan PEEP pada pasien Covid-19, Keadaan dimana ada tekanan positif pada akhir
ekspirasi. Tujuannya adalah Mencegah kolaps paru, Mengembangkan paru yang atelektasis,
Mendorong cairan dialveoli / jaringan interstesiil kembali masuk ke kapiler edema paru,
Memperbaiki pertukaran gasMemperbaiki Oksigenasi

RESUME BREATHING CIRKUIT VENILATOR

A. Definisi Ventilator

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi sebagai upaya mempertahankan oksigenasi. Ventilator adalah mesin yang berfungsi
untuk menunjang atau membantu pernapasan. Ventilator sering kali dibutuhkan oleh pasien yang
tidak dapat bernapas sendiri baik karena suatu penyakit atau karena cedera yang parah.

B. Tujuan Pemasanagn Ventilator

1. Agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup.


2. Mengurangi beratnya kerja pernapasan pasien dengan membongkar otot pernapasan
secara sinkron
3. Membantu memberikan bantuan napas pada pasien dengan menyediakan ventilasi yang
adekuat dan oksigenasi dengan penggunaan volume dan tekanan positif.
C. Indikasi

1. Henti jantung (cardiac arrest)


2. Henti nafas (respiratory arrest)
3. Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen non-invasif dapat menjadi
indikasi pemberian bantuan ventilator mekanik.
D. Manfaat dari ventilator untuk pasien, yaitu:

1. Membantu agar tubuh pasien tidak perlu bekerja keras untuk bernapas
2. Memberikan waktu bagi pasien untuk pulih dari operasi dan mampu kembali bernapas
dengan baik
3. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida
4. Menjaga fungsi saluran napas tetap stabil dan mencegah cedera yang tidak diinginkan
selama bernapas
E. Mode Ventilator
1. Mempersiapkan ventilasi mekanik saat ada pasien baru yang membutuhkan ventilator,
sebelumnya sudah di setting breathing cirkuit dan sudah melakukan kalibrasi untuk
kerapatan pada cuping agar tidak terjadi kebocoran, kalibrasi pressure cycle dan kalibrasi
tentang oksigen.
2. Mensetting tinggi badan pasien di alat ventilator Pemilihan pasien (laki atau perempuan)
dan (pasien muda, dewasa atau lansia) Lalu kita milih mode pada alat ventilator Beberapa
mode, mode bantuan pernapasan sepenuhnya (PCV), bantuan penuh dengan
menggunakan volume (SIMV).
3. Bantuan napas sebagian (CMV), kita pilih jika pada pasien terdapat napas namun tidak
adekuat.
F. Breathing Cirkuit

Setting breathing cirkuit memegang peranan penting untuk mencapai fungsi maksimal dari
ventilator. Merakit breathing cirkuit pada ventilator, yaitu:

G. Persiapan Alat

Tubing breathing cirkuit pada dewasa terdapat macam-macam jenis sesuai pasien yang akan kita
lakukan tindakan

1. HME
2. Tesla
3. Elbo
4. Test lung
5. Flow sensor
6. Handscoon
7. Anti septic
H. Penatalaksanaan pemasangan breathing circuit ventilator adalah:

1. Hubungkan breathing cirkuit pada ventilator, dihubungkan ke alur inspirasi lalu


kemudian yang satunya alur ekspirasi.
2. Setelah itu pasang flow sensor dimana untuk flow sensor terdapat selang berwarna biru
dan putih, untuk selang berwarna biru dihubungkan pot warna biru, dan selang berwarna
putih dihubungkan ke pot berwarna putih.
3. Kemudian di pasang HME dan pasang erblow dan tesla.
4. Selanjutnya mesin ventilator di hubungkan ke sumber oksigen dan sumber tekanan udara
lalu ada sumber listrik dan terdapat tombol off on di belakang mesin ventilator.
5. Kemudian di tekan tombol on nya setelah benar- benar hidup di tunggu sampai mesin
ventilator siap dilakukan kalibrasi.
6. Selanjutnya, adapun breathing cirkuit yang kita pasang pada pasien dewasa, lalu kita atur
berat badan pasien yang akan kita pasang lalu di pilih jenis kelamin pasien pada mesin
ventilator.
7. Selanjutnya sebelum digunakan kepada pasien, lakukan tes kalibrasi pada mesin
ventilator, pertama kita tekan sistemnya, lalu tekan tes dan kalibrasi, terdapat kalibrasi
flow sensor, pregnant tes kalibrasi dan oksigen kalibrasi.
8. Langkah pertama kalibrasi flow sensor, putar flow sensor lalu kita tunggu sampai ada
perintah selanjutnya dari mesin ventilator, lalu puter flow sensor lagi dan tunggu perintah
dari mesin. Jika kalibrasi berhasil maka di mesin ventilator terdapat tanda “√” warna
hijau.
9. Kemudian lalukan tes kebocoran cuping, lihat petunjuk di suruh tutup, jika tidak terjadi
kebocoran pada breathing cirkuit nya akan ada “√” warna hijau.
10. Selanjutnya oksigen jika sudah di kalibrasi muncul “√” warna hijau. Dengan menekan
kalibrasi oksigen di mesin ventilator sesuai petunjuk.
11. Setelah itu melakukan tes kalibrasi, kita pilih mode ventilator pada mesin ventilator yang
akan kita gunakan pada pasien.
12. Atur pilihan jenis pasien yang akan kita pasang, apakah pasien neonatus, dewasa,
pediatrik. Dan jenis kelamin laki- laki atau perempuan.
13. Lalu siap di gunakan pada pasien sesuai kebutuhan.
I. Pemasangan Masker NIV

Pemasangan masker NIV, dilakukan pada pasien dengan bantuan ventilasi tanpa
alat bantuan nafas yang invasif. Pemasangan masker NIV dilakukan pada pasien dengan
bantuan ventilasi mekanik pada mode NIV.
Tindakan:
1. Masker sesuai ukuran di wajah pasien, ada ukuran S atau M sesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
2. Mengikat pada pasien disesuaikan, pemasangan pengikat tidak boleh longgar pada wajah
pasien, dikarenakan jika longgar akan terjadi kebocoran. Agar tidak terjadi kebocoran
pada cuping ventilasi benar- benar ketat pada saat pemasangan masker NIV untuk
bantuan ventilasi mekanik pada pasien.
RESUME PENGKAJIAN KRITIS 2

A. Penanganan Repiratory Failure


1. Air Way bebaskan
2. Fisioterapi nafas
3. Hidrasi cukup
4. Pemberian humidifikasi
5. Nebulizer
6. Terapi oksigen
7. Monitoring TTV
8. Nutrisi cukup
9. Nafas buatan manual
bag dipompa saat inspirasi
TV > dari tidal volume pasien
10. Intubasi Endotracheal
syarat pemasangan respirator, cegah
hipoxia & cardiak arest
11. Bila terpasang VM – fisioterapi
nafas tiap tiga jam sekali
12. Terapi penyebab dan
komplikasi
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan

- Biodata

1. Riwayat penyakit/ keterawatan


2. Keluarga
3. Tim medis lain
4. Rekam medis
5. Penyebab/ pencetus gagal napas
6. Keluhan
7. Sesak napas/ napas terasa berat
8. Kelelahan
9. Ketidaknyamanan
10. Pernapasan
- Mode ventilator

1. CR / CMV : Controled respiration/ controled Mandatory ventilation


2. SIMV: Synchronized intermiten mandatory ventilation
3. ASB / PS : Assisted spontaneus breathing/ pressure support
4. CPAP : Continuous positive air pressure
5. FiO2 : Prosentase O2 yang diberikan
6. PEEP : Positive end expiratory pressure
- Gerakan napas

1. Expansi dada kanan dan kiri


2. Suara napas: Ronchi, wheezing, penurunan suara napas
3. Gerakan cuping hidung dan otot
4. Sekret : jumlah, konsistensi, warna
5. Humidifier : kehangatan
6. Analisis gas darah terakhir
7. Foto thorax terakhir
8. Kardiovaskuler
- Tekanan darah

1. Nadi
2. Irama jantung
3. Perfusi
- Sianosis

1. Banyak mengeluarkan keringat


- Sistem neurologi

1. Tingkat kesadaran
2. Nyeri dada
3. Rasa ngantuk
4. Gelisahn dan kekacawan mental
- Sistem urogenital

1. Penurunan produksi urine Gangguan perfusi ginjal


- Status cairan dan nutrisi

1. Cairan yang berlebihan dan albumin rendah


- Status psikososial

1. Kebingungan, kecemasan, gangguan orientasi


- Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas meningkat ( L. 01001 )


2. Managemen jalan nafas
- Latihan pernafasan

1. Fisiotherpi dada ( clapping - suction )


2. Penyapihan ventilasi mekanik
- Gangguan pertukaran gas

1. Monitor bunyi nafas


2. Monitoring aliran oksigen
3. Monitoring integritas mukosa
4. Bersihan secret
5. Gunakan perangkat oksigen yg sesuai
6. Kolaborasi mode & setting ventilato
- Perfusi ferifer meningkat ( L. 02011 )

1. Denyut Nadi ferifer meningkat


2. Warna kulit merah / tidak pucat
3. Pengisian kapiller membiak
4. Akral membaik
- Intervensi Keperawatan

- Pengkajian pernafasan:

1. Auskultasi suara nafas


2. Pre oksigenasi
3. Clupping
4. Vibrating
5. Postural drenage
6. Suctioning
7. Oksigenasi
8. Monitoring TTV
- Evaluasi

1. Klien mengalami perbaikan ventilasi dan oksigenasi


2. Klien mendapat perfusi yang adekuat
3. Klien mengalami perbaikan pola napas
4. Kenyamanan fisiologis dan psikologis meningkat

Anda mungkin juga menyukai