NIM : 1130017156
Kelas : 7D
PEMASANGAN NGT
Pemasangan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT) adalah memasukkan selang atau pipa
makanan ke dalam lambung melalui hidung. Ukuran NGT 2-4 Fr pada bayi, 6-10 Fr pada anak-
anak, dan 14-18 Fr pada orang dewasa.
Tujuannya untuk mengosongkan isi lambung dari zat-zat yang berbaya, seperti keracunan dan
lain-lain.
1. Indikasi
- Keracunan zat
2. Persiapan alat
- Gel
- Stetoskop
- Tissue
- Plester
- Senter
- Gunting plester
- Bengkok
- Benang wol
- Informed consent
2. KUMBAH LAMBUNG
Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan air/cairan tertentu
ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang lambung (NGT).
cairan yang digunakan pada anak-anak 10cc/Kg memakai air hangat tidak disarankan
menggunakan air biasa karena akan merangsang muntah. Sedangkan pada dewasa 100-300 cc
air biasa, air hangat atau cairan isotis seperti NaCl dalam sekali memasukkan ke lambung.
Tujuannya untuk membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran
pencernaan Dan Kumbah lambung dapat dihentikan jika cairan yang dikeluarkan bewarna
bening.
Indikasi
- Keracunan obat
- Keracunan makanan
2. Persiapan Alat
- Air matang atau air bersih dalam baskom dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Sarung tangan
- Handuk
- Apron
- Ember penampung
- Bengkok (nierbekken)
3. Prosedur pelaksanaan
- Cuci tangan
- Isi gelas spuit dengan air matang/air bersih (±500cc), lalu masukkan ke dalam sonde lambung
secara perlahan.
- Keluarkan cairan dari lambung dengan cara mengalirkan pada ember penampung, bila sulit,
aspirasi
- Pastikan cairan yang keluar sesuai dengan jumlah cairan yang masuk
- Lepas apron
4. Evaluasi
- Karakteristik cairan atau isi lambung
- Respon pasien
5. Dokumentasi
Rehidrasi adalah memasukkan cairan ke pasien. Tiga hal yang paling penting harus dilakukan
pemberian cairan harus terukur,bertahap, termonitor.
- Untuk Dehidrasi
- Untuk perdarahan
2. Pilihan Cairan :
Darah
- Masih mencari dulu id PMI, maka waktu tersebut harus kita perhatikan
Koloid
Kristaloid
1. Keuntungan
- Lebih murah
- Efek samping minimal
2. Kerugian
- Hipotermia
Pemasangan infus adalah memasukkan cairan ke dalam tubuh pasien memalui cateter dan cairan
tersebut berupa elektrolit, obat maupun intake kalori.
- Infuse set
- IV catheter
- Tourniquet
- Cairan infus
- Handscoon steril
- Gunting
- Perlak
- Kasa
- Nierbeken untuk meletakkan sampah setelah pemasangan infus
- Cuci tangan
- Buka tourniquet
- Buka handscoon
Mengukur CVP adalah sebuah tindakan keperawatan untuk mengetahui tekanan cairan pada
vena central
A. Persiapan alat :
- Medifix line
- Medifix Scale
- Waterpas
B. Prosedur tindakan :
- Persetujuan tindakan
- Posisikan pasien
- Isikan cairan
- Titik terendah maka itulah hasil atau nilai CVP yang di ukur
- Dokumentasi
- Nilai normal CVP adalah rentang 10 - 14 CmH2O
- Cuci tangan
2. Pemasangan CVP
Tindakan penanganan CVP adalah memasukkan kateter CVP, melalui pembuluh darah tepi
sehingga ujungnya berada di muara atrium kanan (vena cava superior dan inferior)
- Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan perawatan yang cukup lama
B. Indikasi
- Dehidrasi berat (diare berat, luka bakar grade II ke atas dengan luka bakar 50 %)
- Hypovolemic shock
- Hypervolemic
- Persiapan pasien
• Tujuan pemasangan,
• Tempat pemasangan
D. Persiapan alat
- Kateter CVP
- Set CVP
- Spuit 2,5 cc
- Antiseptik
- Bengkok
- Plester
RESUME AGD/BGA
1. Pengertian AGD/BGA
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji
gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, HCO3 dan BE (base
excesses/kelebihan basa).
- Diagnostik
Alkalosis)
B. Indikasi
C. Kontraindikasi
D. Komplikasi
- Perlukaan/cidera jaringan
- Infeksi
- Nyeri
- Syndrome kompartemen
E. Persiapan Alat
- Spuit 3cc
- Needle 24G
- Kasa steril
- Kapas alkohol
- Perlak
- Bak instrumen
- Sarung tangan
- Label spuit
F. Petunjuk Pengambilan
Test Allen’s : Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan
pada arteri radialis dan ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan
tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif.
Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain
- Arteri Brachialis
- Arteri Inguinalis
G. Tekhnik Pengambilan
- Bentangkan pengalas
- Raba Nadi
- Tusukan jarum
- Bawa ke laboraotirum
- PCo2 : 35 – 45
- BE : -2 – +2
- Hco3 : 21 – 25
RESUME TRAKEOSTOMI
A. Pengertian Trakeostomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas
bagian atas. Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer &
Bare, 2002)
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi
yang mengubah ventilasi.
Timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau bawah
rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular.
Pasien tampak pucat atau sianotik
Disfagia
Pada anak-anak akan tampak gelisah Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah
udara residu anatomis paru hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya
memerlukan sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi
alveolar. Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.
Indikasi lain yaitu :
1. Kateter penghisap
2. Sarung tangan steril
3. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi
4. Tali/pita pengikat
5. Kassa steril
6. Alkohol Swab
7. Hidrogen Peroksida
8. Normal salin
9. Anak kanul
10. Sikat
11. Mangkuk Steril
12. Mantel pelindung
13. Pelindung mata
14. Gunting
15. Perlak steril
C. Prosedur pelaksanaan
1. Kaji pernapasan pasien, termasuk kebutuhan pasien akan pengisapan dan pembersihan
trakeostomi
2. Cuci tangan
3. Letakkan alat-alat di atas meja
4. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk bekerja
5. Bantu pasien untuk mengambil posisi semi fowler atau terlentang Jika diperlukan,
hubungkan selang pengisap ke aparatus penghisap. Letakkan ujung selang di tempat
yang mudah di jangkau dan hidupkan penghisap
6. Letakkan perlak steril melintang di dada pasien
7. Buka set atau peralatan penghisap. Buka juga bungkus alat-alat yang diperlukan untuk
pembersihan trakheostomi
8. Lakukan prosedur pengisapan, Pastikan bahwa anda telah menggunakan mantel
pelindung dan sarung tangan steril
9. Lakukan suction
10. Mangganti kanul dalam sekali pakai (dispossible inner-canula)
11. Membersihkan kanul dalam non disposable
12. Gunakan kasa dan swab berujung kapas yang dibasahi dengan naormal saline untuk
membersihkan permukaan luar dari kanul luar/faceplate canul dan area kulit sekitarnya
13. Ganti tali pengikat trakheostomi
14. Letakkan bib trakheostomi atau balutan bersih mengelilingi kanul luar di bawah tali
pengikat faceplate
15. Hubungkan kembali pasien dengan sumber oksigen
16. Cuci tangan
17. Evaluasi respon pasien setelah dilakukan tindakan
18. Dokumentasi
PRAKTIKUM EKG
1. Pengertian EKG
Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram) merupakan proses pemeriksaan pada jantung dengan
menggunakan alat yang bernama Elektrokardiograf yang bertujuan untuk memperoleh hasil
rekaman yang berupa grafik dimana grafik tersebut menggambarkan aktivitas kelistrikan
jantung dalam waktu tertentu.
a. Indikasi
1. Voltage harus benar ( 1 mV ). Kalibrasi dapat dilakukan ½ mV bila gambar terlalu besar,
atau 2 mV bila gambar terlalu kecil dengan ditambah keterangan voltage yang
digunakan pada kertas hasil EKG
2. Kertas EKG dilipat / digulung sesuai dengan modelnya
3. Elektroda dibersihkan setelah tindakan
2. Persiapan alat
1. Mesin EKG
2. Set kabel (kabel power, ground, kabel pasien)
3. Elektrode ekstremitas dan manset (plat anti karat)
4. Elektrode prekardial dg balon penghisap
5. Kertas EKG
6. Jelly elektroda
7. Kassa lembab
8. Tissue
3. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Siapkan mesin pencatat EKG dengan meletakkannya disisi tempat tidur, kemudian mesin
di hubungkan dengan sumber listrik, ground dan power di ON kan
3. Bagian elektroda ekstremitas yang akan dipasang diberi jelly/ kassa lembab antara
elektroda dan kulit pasien, kemudian dihubungkan sadapan ekstremitas pada lempeng
elektroda yang sesuai pada setiap kabel dengan memperhatikan tanda dan warna kabel
(merah=tangan kanan, kuning= tangan kiri, hitam= kaki kanan, hiijau = kaki kiri)
4. Bagian dada yang akan dipasang elektroda diberi jelly elektroda dan menentukan lokasi
pemasangan, kemudian hubungkan sadapan pada bagian dada yang lokasinya telah
ditentukan, pasang kabel sesuai tanda atau warnanya V1-V6 (dengan cara menekan
bagian balon dan tempelkan pada kulit klien)
5. Mulai pelaksanaan perekaman (mulai Lead I, II, III, aVL, aVR, aVF, V1 – V6) Setelah
selesai perekaman semua kabel dilepas
6. Bersihkan jelly pada kulit pasien dengan menggunakan tissue
7. Bersihkan elektroda dari jelly yang masih menempel
8. Cuci tangan
3. Evaluasi dan Dokumentasi
Turp adalah suatu tindakan pengambilan atau pembuangan jaringan prostat secara endoskopi
dengan menggunakan alat pemotong (Cutting loop)
B. Tujuan TURP
1. Cairan irigasi
2. Saluran irigasi
3. 3 way foley kateter
4. Klem
5. Urine bag
6. Handscoond
7. Perlak
8. Bengkok
D. Prosedur Perlaksanaan
1. Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama dengan anda.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai.
3. Berikan privasi klien.
4. Gunakan sarung tangan bersih.
5. Kosongkan, ukur dan catat jumlah serta tampilan urine yang ada di dalam kantong
urine. Buang urine dan sarung tangan. Pengosongan kantong drainase memungkinkan
pengukuran haluaran urine yang lebih akurat setelah irigasi dilakukan atau selesai.
Pengkajian karakter urine memberikan data dasar untuk perbandingan selanjutnya.
6. Hubungkan slang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas slang dengan larutan, jaga
agar ujungnya tetap steril.
7. Membilas slang akan mengeluarkan udara sehingga mencegah udara masuk kedalam
kandung kemih.
8. Pasang sarung tangan bersih dan bersihkan port irigasi dengan kapas antiseptik.
9. Hubungkan slang irigasi ke port cairan pada kateter tiga cabang
10. Lakukan irigasi kandung kemih.
11. Kaji klien
E. Evaluasi dan Dokumentasi
Hal yang perlu diperhatikan : catat setiap kandungan drainase yang tidak normal, seperti
bekuan darah, nanah atau cabikan mukosa.
RESUME EKG 2
Darah dari ventrikel kanan dipompakan keluar jantung menuju ke paru-paru, untuk pertukaran
karbon dioksida dengan oksigen. Darah yang sudah dipenuhi oksigen lalu dipompakan masuk ke
atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri, yang selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta
Perawatan Water Seal Drainage (WSD) adalah suatu upaya perawatan yang meliputi perawatan
luka WSD dan perawatan WSD. WSD merupakan suatu tindakn drainase intrapleural yang
digunakan setelah prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga
pleura dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke system dranase (suction).
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorax
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
5. Mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negative rongga tersebut
C. INDIKASI
1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
2. Pneumotoraks
3. Hemotoraks
4. Thorakotomi
5. Efusi pleura
6. Empiema
D. KONTRAINDIKASI
E. JENIS WSD
1. Sistem 1 botol : Botol berfungsi sebagai water seal, pipa dalam botol terendam 2 cm
dibawah permukaan air
2. Sistem 2 botol tanpa suction control Botol 1 sebagai penampungan cairan drain, botol 2
sebagai water seal dengan pipa terendam 2 cm dibawah permukaan air
3. Sistem 2 botol dengan suction control Botol 1 berfungsi sebagai water seal, botol 2
sebagai suction control, pipia udara terendam sedalam 10-20 cm air
4. Sistem 3 botol Botol 1 sebagai penampung, botol 2 sebagai water seal, dan botol 3
dihubungkan dengan suction control. Ukuran air dalam botol sama dengan diatas.
Disposible Water Seal System sama dengan sistem 3 botol
F. ALAT
4. Klem 2 buah
5. Botol WSD
6. Kasa
7. Plester
8. Gunting
G. TINDAKAN
1. Cek catatan perawat sebelumnya atau anjuran dokter, indektifikasi pasien, jelaskan
tindakan yang akan dilakukan, tujuan tindakan, dan harapan setelah dilakukan tindakan
2. Cek ttv pasien
3. Dekatkan alat pada pasien , jaga privasi pasien
4. Gunakan handscoon
5. Klem selang WSD dengan ukuran 4-6 cm dari lubang WSD Pasang klem kedua 2,5cm
dari klem yang pertama
6. Ganti botol yang lama dengan botol baru, dengan mencabut botol yang lama dan ganti
dengan yang baru
7. Lepas klem dari selang
8. Amati fluktuasi berulang ketinggian pada bagian ujung distal selang air Lekatkan selang
drainase pada pakaian pasien secara lembut, longgar Berikan posisi nyaman pada pasien
Bereskan alat, buka handscoon, dan cuci tangan
9. Lakukan dokumentasi dan pemantauan pada pasien
WSD dinyatakan berhasil, bila:
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD bullow drainage
c. Tidak ada pus dari selang WSD
Pada pemeriksaan penunjang:
Foto thoraks (pengembang paru-paru)
Laboratorium (darah lengkap dan astrup), yang perlu diperhatikan indikasi dilakukan pencabutan
: Secret serus, tidak hemorrahagis (dewasa produksi < 100 cc/24 jam, anak produksi < 24-50
cc/24 jam dan paru mengembang (klinis suara paru kanan sama dngan paru kiri, evaluasi foto
thoraks)
Fisioterapi dada adalah sejumlah terapi yang digunakan dalam kombinasi untuk mobilisasi
sekresi pulmonaria.
1. Pasien yang memakai ventilasi Pasien yang melakukan tirah baring yang lama Pasien
yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
2. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
3. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
4. Pasien dengan abses paru
5. Pasien dengan pneumonia
6. Pasien pre dan post operatif
7. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
D. Kontra Indikasi Untuk Postural Drainase
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akut infark
dan aritmia
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
E. Persiapan alat:
1. Bantal
2. Bengkok
3. Tissue
4. Sarung tangan
5. Stetoskop
6. Kain penutup
7. Gelas berisi air minum
F. Prosedur pelaksanaan
B. MEMPERSIAPKAN KALIBRASI
1. Ketika melakukan kalibrasi thicknes langsung menempelkan flow sensor ,agar jika terjadi
kebocoran kita dapat mengetahuinya.
2. Lakukan kalibrasi thicknes untuk menilai apakah ada kebocoran yang terdapat di cuping
sehingga bisa dideteksi oleh alat.
3. Test kalibrasi thicknes, tekan bagian ujung dengan telapak tangan setelah dilepaskan
terdapat centang hijau yang berarti tidak ada kebocoran
4. Kalibrasi flow sensor,flow sensor disiapkan dengan keadaan kebalik, jika ada perintah di
alat disuruh dibalik, maka baru akan kita balik. Di tunggu sampai alat menunjukkan
100% dan 3 poin di alat bewarna hijau, jika sudah berarti tidak ada kebocoran pada
kalibrasi thicknes dan ventilator bisa di sambungkan ke masker.
5. Kalibrasi oksigen
A. Pengertian
Definisi gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan memasukkan oksigen dan
mengeluarkan CO2 secara mendadak baik pada paru sehat sebelumnya maupun paru yang
sebelumnya memang sudah ada kelainan menahun.
Cyanosis
- Tanda sekunder : takhikardi, aritmia, tensi tinggi, keringat ditangan dan dahi.
Akut:
Berkembang beberapa menit hingga berjam-jam
Penurunan cepat : pH < 7.2
Kronis:
Berkembang selama beberapa hari
Polycythemia
Corpulmonale
B. Patofisiologi gagal nafas
Memberi nafas buatan untuk mencukupi kebutuhan supply O2 & membuang CO2
Mengurangi work of breathing.
Untuk membantu kompensasi respiratorik atas penyimpangan metabolik tanpa tanpa
tambahan beban bagi pasien.
Untuk tujuan lain : hiperventilasi sampai mencapai CO2 tertentu.
- Klasifikasi dari Ventilator ada 2, yaitu:
Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator Tekanan Positif
C.Patofisiologi Covid-19
Coronavirus menginfasi sel saluran napas dengan protein S pada permukaan virus dan berikatan
dgn resptor ACE-2 pada mukosa nospharing-paru kemudian replikasi dan transkripsi akan
menyebar keseluruh saluran nafas bagian bawah.
Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi, dikeluarkan sitokin Ditemukan sitokin dalam
jumlah tinggi: IL1B, IFNγ, dan MCP1 serta mengaktifkan T-helper-1 (Th1), Selain itu,
meningkatkan T-helper-2 (Th2) cytokines (eg, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi
berbeda dari SARS-CoV. Pada pasien 2019-nCoV di ICU à ditemukan GCSF, IP10, MCP1,
MIP1A, dan TNFα konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang tidak membutuhkan ICU à
cytokine storm Cytokine storm à berkaitan dengan derajat keparahan.
D. Klasifikasi Covid-19
1. Gagal nafas Hipoksemia / Hypoxemic Respiratory Bila PaO2 < 60 mmHg / SpO2 <
90% tanpa oksigen suplemen / Pasien tampak pucat s/d sianosis
2. Gagal nafas Hiperkapnea /Hypercapnic Resp. Bila PaCO2 > 50 mmHg / pernafasan tdk
memadai
- Manajemen Oksigenasi :
1. Pemberian Posisi Prone
2. High Flow Nasal Oksigen (HFNO)
3. High Flow Nasal Canulla (HFNC)
4. Ventilasi Mekanik ( CPAP - NIV )
- Tujuan dari Posisi Prone:
1. Meningkatkan Oksigenasi
2. Memobilisa zona udara
3. Memperbaiki mekanisme paru
4. Memperbaiki pertukaran gas
5. Posisi Prone 6 jam dan 6 Posisi Supine
- Tujuan dari High Flow Nasal Canulla (HFNC) :
1. HNFC memberikan oksigen dengan PEEP yang telah dilembabkan dan dihangatkan
sebelum melalui nasofaring sehingga dapat menurunkan kerja metabolisme.
2. HFNC dapat menurunkan kebutuhan intubasi dan memperbaiki kondisi klinis pada
pasien gagal napas akut.
3. HNFC juga lebih mudah digunakan, dampak kecemasan lebih rendah dan menurunkan
risiko transmisi melalui udara karena pembentukan aerosol minimal.
- Peranan Ners pada Klien Dengan Ventilasi Mekanik, antara lain:
A. Definisi Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi sebagai upaya mempertahankan oksigenasi. Ventilator adalah mesin yang berfungsi
untuk menunjang atau membantu pernapasan. Ventilator sering kali dibutuhkan oleh pasien yang
tidak dapat bernapas sendiri baik karena suatu penyakit atau karena cedera yang parah.
1. Membantu agar tubuh pasien tidak perlu bekerja keras untuk bernapas
2. Memberikan waktu bagi pasien untuk pulih dari operasi dan mampu kembali bernapas
dengan baik
3. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida
4. Menjaga fungsi saluran napas tetap stabil dan mencegah cedera yang tidak diinginkan
selama bernapas
E. Mode Ventilator
1. Mempersiapkan ventilasi mekanik saat ada pasien baru yang membutuhkan ventilator,
sebelumnya sudah di setting breathing cirkuit dan sudah melakukan kalibrasi untuk
kerapatan pada cuping agar tidak terjadi kebocoran, kalibrasi pressure cycle dan kalibrasi
tentang oksigen.
2. Mensetting tinggi badan pasien di alat ventilator Pemilihan pasien (laki atau perempuan)
dan (pasien muda, dewasa atau lansia) Lalu kita milih mode pada alat ventilator Beberapa
mode, mode bantuan pernapasan sepenuhnya (PCV), bantuan penuh dengan
menggunakan volume (SIMV).
3. Bantuan napas sebagian (CMV), kita pilih jika pada pasien terdapat napas namun tidak
adekuat.
F. Breathing Cirkuit
Setting breathing cirkuit memegang peranan penting untuk mencapai fungsi maksimal dari
ventilator. Merakit breathing cirkuit pada ventilator, yaitu:
G. Persiapan Alat
Tubing breathing cirkuit pada dewasa terdapat macam-macam jenis sesuai pasien yang akan kita
lakukan tindakan
1. HME
2. Tesla
3. Elbo
4. Test lung
5. Flow sensor
6. Handscoon
7. Anti septic
H. Penatalaksanaan pemasangan breathing circuit ventilator adalah:
Pemasangan masker NIV, dilakukan pada pasien dengan bantuan ventilasi tanpa
alat bantuan nafas yang invasif. Pemasangan masker NIV dilakukan pada pasien dengan
bantuan ventilasi mekanik pada mode NIV.
Tindakan:
1. Masker sesuai ukuran di wajah pasien, ada ukuran S atau M sesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
2. Mengikat pada pasien disesuaikan, pemasangan pengikat tidak boleh longgar pada wajah
pasien, dikarenakan jika longgar akan terjadi kebocoran. Agar tidak terjadi kebocoran
pada cuping ventilasi benar- benar ketat pada saat pemasangan masker NIV untuk
bantuan ventilasi mekanik pada pasien.
RESUME PENGKAJIAN KRITIS 2
- Biodata
1. Nadi
2. Irama jantung
3. Perfusi
- Sianosis
1. Tingkat kesadaran
2. Nyeri dada
3. Rasa ngantuk
4. Gelisahn dan kekacawan mental
- Sistem urogenital
- Pengkajian pernafasan: