SURABAYA
OLEH
ZAHROTUL JANNAH
DOSEN PEMBIMBING
A. PENGERTIAN
WSD merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah
prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga pleura
dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke sistem drainase
(suction). Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan asing yang
yang bersifat solid dari rongga dada pleura atau rongga thoraks dan ruang
mediastinum.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika
banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan. Suction harus berjalan efektif :
Pemasangan EKG
A. PENGERTIAN
-Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus
sinoatrial, yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi)
dalam jantung yang menyebabkan jantung berkontraksi, yang dapat direkam
melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.
C. INDIKASI PEMASANGAN
4. Gangguan Elektrolit
5. Adanya Perikarditis
6. Pembesaran Jantung
8. Sesak Nafas
E. PERSIAPAN ALAT
b. Mesin EKG beserta electrode dan kabel listrik (power) dan kabel untuk
ground
f. Kertas tissue
F. PERSIAPAN PASIEN
G. PROSEDUR
4. Membuka dan melonggarkan pakaian bagian atas pasien serta melepas jam
tangan, gelang dan logam lain.
6. Mengoleskan Jelly EKG pada permukaan electrode. Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah
10. Membuat rekaman EKG secara berurutan sesuai dengan pilihan Lead yang
terdapat pada mesin EKG
12. Memberi identitas pasien hasil rekaman : nama, umur, tanggal dan jam
rekaman serta nomor Lead dan nama pembuat rekaman EKG
H. SIKAP
I. TERMINASI
Gelombang P
Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan
bagian mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST
menandakan iskemia.
Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia.
Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin
suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan
hiperkalemia.
Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan
hipokalemi Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia
miokard yang berat.
KESIMPULAN
Pemeriksaan EKG memegang peranan yang sangat penting
dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG
disamping mampu mendeteksi kelainan jantung secara pasti, juga
keadaan (kelainan) diluar jantung, mis. Adanya gangguan elektrolit
terutama kalium dan kalsium.
Disamping kemampuannyadalam mendeteksi secara pasti dari
kelainan jantung tetapi EKG harus diakui mempunyai banyak
kelemahan juga. EKG tidak dapat mendeteksi keparahan dari
penyakit jantung secara menyeluruh, misalnya tingkat kerusakan otot
jantung dari serangan IMA. EKG juga tidak dapat mendeteksi
gangguan hemodinamik akibat suatu penyakit jantung.
Dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung kita tidak dapat
hanya menggantungkan pemeriksaan EKG saja
RESUME MATERI 3
Pengertian
Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat
dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
Manfaat
Indikasi
Kontra Indikasi
Periapan Pasien
Persiapan Alat
Persiapan Perawat
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan bersih jika perlu
Prosedur Pelaksanaan
2) Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien
4. Jaga privasi klien
3) Tahap Kerja
1. Mambaca tasmiyah
2. Mangatur posisi pasien
3. Melatih sendi secara bergantian
a. KGerakan Penjelasan Rentang
e
pFleksi Menggerakan dagu menempel rentang
a ke dada 45°
l
aEkstensi Mengembalikan kepala ke rentang
, posisi tegak 45°
l
eHiperektensi Menekuk kepala ke belakang rentang
h sejauh mungkin 40-45°
e
r
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang
lateral mungkin sejauh mungkin 40-45°
b. B
a kearah setiap bahu
h
Rotasi Memutar kepala sejauh rentang
u
mungkin dalam gerakan 180°
sirkuler
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 1800
posisi di atas kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke rentang
posisi di samping tubuh 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang
tubuh, siku tetap lurus 45-60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi rentang
samping di atas kepala dengan 180°
telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke rentang
samping dan menyilang tubuh 320°
sejauh mungkin
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar rentang
dalam bahu dengan menggerakan 90°
lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke
belakang
Rotasi luar Dengan siku fleksi, rentang
menggerakan lengan sampai 90°
ibu jari ke atas dan samping
kepala
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh 360°
c. Siku
d. Lengan Bawah
e. Pergelangan Tangan
f. Jari-Jari Tangan
g. Ibu Jari
f. Panggul
h. Lutut
j. Jari-Jari Kaki
4) Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi Tindakan
2. Keluhan Pasien/Respon pasien
3. Berpamitan dengan pasien
5. Mencuci tangan
2. Tongkat
3. Walker Kruk
4. Kursi roda
1. Kruk
Indikasi :
Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah. Pasien dengan
kelemahan kaki / post stroke.
Cara menggunakan :
CARA NAIK
CARA BANGUN
Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
Cuci tangan
Gambar. Kruk
2. Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari kayu atau logam (Barbara et.a1, 2009).
Tipe Tongkat:
Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai panjang 91
Gambar. Tongkat
3. Walker Kruk
Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat badan
dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
a) Paraplegia
b) Tidak dapat berjalan atau tirah baring
c) Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto rontgen
Pasca amputasi kedua kaki.
PERAWATAN COLOSTOMY
A. Pengertian
buatan.
2. Air hangat
6. Vaselin / jelly
9. Double tip
perawatan kolostomi
3. Buka kantong plastik dan kasa pelindung lubang buatan yang sudah
5. Bersihkan lubang buatan dengan kapas yang dibasahi oleh air hangat.
6. Bersihkan lubang buatan mulai dari kulit bagian luar di sekitar lubang
buatan
11. Tempatkan kantong plastik bening pada lubang, tekan dengan lembut
12. Tutup ujung kantong lubang buatan dengan gelang karet supaya tidak
bocor
buatan
SOP Perawatan Kolostomi
kebutuhan.
2. Kapas
3. Kasa steril
4. Larutan NaCl
6. Plester
8. Betadine
9. Bengkok
perawatan kolostomi
Implementasi bertanya
pada orangtua
3. Menjaga privacy
tubuh pasien
bau, dll)
kantong kolostomi
18. Lalu membuka sisa perekat dan hindari adanya udara yang
4. Mencuci tangan
Dokumentasi 1. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
2. Triceps :
- Lengan diletakkan diatas badan dan fleksi pada sendi siku
- Tendo triceps (diatas olecranon) diketok gerakan
ekstensi pada siku
3. Radius :
- Lengan bawah sedikit fleksi pada sendi siku antara pronasi
dan supinasi
- Diketok pada proc. Styloideus radii
- Refleks (+) sedikit ekstensi tangan dan pronasitangan
4. Ulna :
- Posisi seperti radius yang diketok proc. Styoideus ulna
- Refleks (+) sedikit ekstensi tangan dan pronasi
tangan
5. Reflek Abdominal
Menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilicus, hasil
negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif
bila terdapat reaksi otot.
6. Reflek Kremaster
Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum
sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
7. Reflek Anal
Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani (S 3-
5)
8. Reflek Bulbo Cavernosus
Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam
anus, positif bila terdapat kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf
spinal )
9. Patella :
- Penderita duduk, tungkai bawahnya bebas. Ketuk tendo
sedikit di bawah patella (Lig. Patella) akanada gerakan
menendang
- Penderita tidur terlentang, lutut sedikit diangkat
pemeriksa, ketok tendo m. quadriceps di bawah
lutut ada gerakan ekstensi
10. Achilles :
a. Babinski :
- Telapak kaki digores dari tumit melalui bagian lateral
sampai di basis ibu jari
- Refleks (+) dorsofleksi ibu jari dan abduksi jari-
jari lainnya
b. Chaddock :
- Penggoresan pada malleolus lateralis, dari bagian belakang
atas ke bawah
- Refleks (+) seperti babinski
c. Oppenheim :
- Penggoresan dengan tekanan sepanjang tibia dari atas ke
bawah
- Refleks (+) seperti babinski
d. Gordon :
- Pijat betis secara mendadak
- Refleks (+) seperti babinski
e. Schaeffer :
- Pijat tendo Achilles secara keras
- Refleks (+) seperti babinski
f. Mendel Bechterew :
- Dorsum pedis diketok di atas metatarsal 1 dan 5
- Refleks (+) seperti plantar fleksi jari-jari kaki
g. Rossolimo :
- Tapak kaki diketok pada tulang metatarsal
- Refleks (+) seperti mendel bechterew
h. Gonda :
- Memencet (menekan) satu jari kaki dan melepaskannya
sekonyong-konyong
i. Klonus
a) Klonus patella : dibangkitkan dengan jalan meregangkan
otot quadriceps femoris. Kita pegang patella penderita,
kemudian didorong dengan kejutan (dengan cepat) kea rah
distal sambil diberikan tahanan ringan. Bila terdapat klonus,
akan terlihat kontraksi ritmik otot quadriceps yang
mengakibatkan gerakan bolak-balik dari patella. Pada
pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikan dan
dilemaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Skenario :
Seorang laki-laki, 58 tahun, masuk RS dengan keluhan utama
kelemahan anggota gerak kiri dan bicara pelo. Riwayatnya 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, pagi saat bangun tidur mendadak
tubuh bagian kiri penderita kesemutan, lemah dan sulit digerakkan.
Selama sakit penderita tidak pernah merasakan sakit kepala,
kesadaran baik. Sebelum serangan penderita tidak panas, tidak ada
riwayat benturan kepala, tidak kejang, serta tidak ada gangguan
BAB dan BAK. Penderita adalah penderita hipertensi sejak usia 30
tahun dan merokok sejak usia muda. Setelah ditunggu tidak ada
perbaikan tanpa pengobatan, akhirnya penderita datang ke UGD
dan didiagnosis stroke iskemik.
Tugas :
Lakukan pemeriksaan reflex Lakukan
pemeriksaan nervi cranialis
Intepretasikan hasilnya
Check List Pemeriksaan Nervi Cranialis
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan ≤ 50% benar
2 = Dilakukan > 50% benar
3 =Dilakukan dengan sempurna
JUDUL SOP :
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
STIKES ICME
JUDUL SOP :
7. CARA BEKERJA :
1. Jelaskan pada klien bahwa tindakan akan segera dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin (posisi duduk atau semi fowler)
3. Periksa alat dan bahan yang akan digunakan
4. Dekatkan alat dan bahan ke sisi tempat tidur klien
5. Pastikan prosedur APD (alat pelindung diri) sudah dilaksanakan oleh perawat jika
diperlukan
6. Cuci tangan
7. Pakai sarung tangan
8. Pukul garbu tala di belakang telinga pasien di udara
9. Lalu tanyakan apakh psien mendengarkan.
10. Pukullah grbutl di teling psien menempel pda telinganya.
11. Lalu tnyakan pkh psien mendengarknnya.
12. Tanyakan lebih nyaman dan jelas yang pemeriksaan 1 apakah 2.
13. Ulangi langkah 8-12 pada telinga satunya.
14. Setelah selesaikan sampaikan kepada klien bahwa tindakan sudah selesai
15. Rapikan klien
16. Lepas sarung tangan (jika perawat memakai sarung tangan)
17. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela.
18. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
19. Berikan reinforcement positif pada klien
20. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
21. Akhiri kegiatan dengan baik
22. Cuci tangan
8. HASIl :
Positif : bila masih terdengar
Negatif : bila tidak terdengar
Hasil Gangguan
Positif (udara>telinga) Normal
Positif (udara=telinga) Tuli sensorineural
Negatif (udara<telinga) Tuli konduktif
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Kebersihan telinga pasien karena dapat mengaburkan penilian.
JUDUL SOP :
7. CARA BEKERJA :
1. Jelaskan pada klien bahwa tindakan akan segera dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin (posisi duduk atau semi fowler)
3. Periksa alat dan bahan yang akan digunakan
4. Dekatkan alat dan bahan ke sisi tempat tidur klien
5. Pastikan prosedur APD (alat pelindung diri) sudah dilaksanakan oleh perawat jika
diperlukan
6. Cuci tangan
7. Pakai sarung tangan
8. Pukul garbu tala dan letkkan dikepala psien.
9. Lalu tangkai garbu tala letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
10. Lalu tanyakan lebih terdengar man telinga kanan atau kiri atau seimbang.
11. Setelah selesaikan sampaikan kepada klien bahwa tindakan sudah selesai
12. Rapikan klien
13. Lepas sarung tangan (jika perawat memakai sarung tangan)
14. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela.
15. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
16. Berikan reinforcement positif pada klien
17. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
18. Akhiri kegiatan dengan baik
19. Cuci tangan
8. HASIl :
1. Bila terdengar lebih keras ke salah satu telinga : lateralisasi ke telinga tersebut
2. Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana yang lebih keras : tidak ada lateralisasi
3. Normal : tidak ada lateralisasi
4. Tuli konduktif : lateralisasi ke telinga yang sakit
5. Tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Posisi horizontal garbutala dikepal psien.
SOP PEMERIKSAAN FISIK PENGECAP
JUDUL SOP :
JUDUL SOP :
JUDUL SOP :
2. Bahan :
a. Kapas alcohol
b. Handscoen
B. Langkah-langkah
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Tanyakan kesiapan pasien
6. Lakukan cuci tangan
7. Identifikasi pasien dengan benar
8. Dekatkan alat kedekat pasien
Prosedur 9. Baca basmalah
10. Atur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat dengan jelas
11. Pasang perlak dan pengalas
12. Buka ganti balut set
13. Pakai handscoon
14. Basahi plester dengan alkohol, kemudian buka plester
15. Buka balutan lapisan terluar
16. Bersihkan sekitar luka dan bekas plester dengan alkohol
17. Buka balutan lapis dalam
18. Tekan kedua tepi luka dengan kasa penekan (sepanjang luka)
untuk mengeluarkan pus
19. Lakukan debridement
20. Bersihkan luka dengan cairan NaCl dengan memperhatikan
prinsip steril
21. Keringkan luka dengan kassa steril
22. Berikan desinfektan atau oles topikal terapi yang sesuai
23. Tutup luka dengan kasa steril
24. Lepas sarung tangan
25. Lakukan evaluasi tindakan/respon pasien
26. Baca hamdalah
27. Bereskan alat-alat
28. Lakukan cuci tangan
29. Catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Unit terkait Unit Rawat Inap, Unit Rawat Jalan, IGD, ICU, kamar bayi, kamar
bersalin, Kamar Bedah
MATERI 10
A. Torniquet test
Pengertian Tes ini juga dikenal sebagai tourniquet test, adalah evaluasi
nonspesifik untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan
kekurangan jumlah platelet dan fungsinya.
- manometer dan
- pengukur waktu
2. Persiapan klien:
- Ucapkan salam.
3. Persiapan Lingkungan:
Evaluasi :
+1 = 1-10 petechia
+2 = 11 – 20 petechia
+3 = 21 – 50 petechia
+4 = >50 petechia
Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui
ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotic
NO PROSEDUR
A. Orientasi
1 Salam, Perkenalan
2 Validasi
B Kerja
1 Persiapan alat
e. Bak instrumen
f. Bengkok
g. Sarung tangan
i. Baki
2 Cuci tangan
4 Pakai sarung tangan, pilih tempat penusukan dan Pasang pengalas / perlak
5 Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan
dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc
*Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+)
bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter
minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas.
C Terminasi
3 Salam penutup, buka sampiran, letakan alat pada tempatnya dan cuci tangan
MATERI 11
A. KASUS
Ketika pasien akut yang saluran pencernaan tidak mampu menyerap nutrisi maka
tim pengobatan dapat memutuskan untuk memberikan nutrisi pasien. Hal ini
disebut TPN dan TPN dapat diberikan secara aman hanya melalui jalur CVP atau
garis sentral perifer dimasukkan (PICC). Umumnya TPN diberikan melalui
kateter intravena pusat yang dimasukkan dalam vena subklavia atau
jugularis. Pada bayi vena umbilical digunakan paling sering. Dasar pemikiran
untuk menggunakan vena dalam yang besar adalah kenyataan bahwa TPN
menyebabkan flebitis pada vena perifer karena mengandung komponen kaustik
banyak. Contohnya termasuk Klorida Kalsium dan Potassium Klorida
3. Obat
Obat-obat tertentu dapat diberikan secara aman hanya melalui saluran pusat. Oleh
karena itu CVP mungkin dimasukkan untuk tujuan ini. Obat yang kemungkinan
akan menyebabkan flebitis mencakup Agen kemoterapi digunakan dalam
pengobatan dan pengelolaan kondisi ganas.
Pada beberapa pasien akut, ketika tidak ada akses vena perifer, kemudian garis
CVP dapat dimasukkan. Hal ini biasanya dilakukan untuk tujuan re-hidrasi,
administrasi administrasi pengobatan, produk darah dan darah.
b. Persiapan alat
– Kateter CVP
– Set CVP
– Spuit 2,5 cc
– Antiseptik
– Obat anaestesi local
– Sarung tangan steril
– Bengkok
– Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
– Plester
c. Persiapan Alat Ukur
– Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
– Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
– Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
– Mengeluarkan udara dari manometer line
– Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
– Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
d. Cara Merangkai
– Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
– Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
– Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
– Mengeluarkan udara dari manometer line
– Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
e. Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
Langkah Pemasangan :
– Siapkan alat
– Lakukan cuci tangan steril
– Gunakan sarung tangan steril
– Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan sebagai
tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.
– Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis interna
maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah pemasangan.
– Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic
– Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.
– Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli udara,
anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.
– Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap berada
pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung. Teknik pemasangan yang
sering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya adalah dengan menggunakan
mandarin yang dimasukkan melalui jarum, jarum kemudian dilepaskan, dan
kateter CVP dimasukkan melalui mandarin tersebut.. Jika kateter sudah mencapai
atrium kanan, mandarin ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set
yang telah disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi
– Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang menghubungkan
dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.
– Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisi kateter terjaga
dengan baik.
– Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali
– Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien ( tanda-tanda vital,
kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil
pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.
– Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk memastikan
posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan tidak adanya hemothorax
atau pneumothorax sebagai akibat dari pemasangan.
– Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP adalah vena
femoralis dan vena fossa antecubiti.
f. Cara Pengukuran
– Mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur
– Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis pertemuan antara
sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan axilla
– Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan
nilai dibaca pada akhir ekspirasi
E. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN CVP
· Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
· Bekuan darah karena tertekuknya kateter
· Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas
· Tromboplebitis
· Microshock
· Disritmia jantung
· Pembedahan leher
· Insersi kawat pacemaker
F. KOMPLIKASI
Pemasangan CVP dapat mengakibatkan timbulnya beberapa hal antara lain :
1. Perdarahan
5. Overload cairan.
6. Pneumothoraks
1. Pengertian
Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas
level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin
dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena
jugularis di atas sudut manubriosternal. Tinggi sudut manubriosternal di atas mid-
right atrium selalu konstan, walaupun pasien dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri. JVP yang normal adalah kurang dari 4 cm di atas sudut
manubriosternal.
A. Indikasi
1. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting
diketahui.
2. Pasien dengan distensi unilateral
3. Pasien dengan trauma mayor
4. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium
5. Pasien yang diberi cairan IV sangat cepat;
6. Gagal jantung kanan
7. Cor plumonal
8. Efusi perikardial atau tamponade
9. Obstruksi vena kava superior
10. Peningkatan pembuluh darah
B. Kontraindikasi
1. SVC sindrom
2. Infeksi pada area inseri
3. Koagulopati
4. Insersi kawat pacemaker
5. Disfungsi kontralateral diafragma
6. Pembedahan leher
C. Komplikasi yang mungkin terjadi
1. Hematoma local
2. Sepsis
3. Disritmia
4. Tamponade perikard
5. Bakteriemia
6. Emboli Udara
7. Pneumotoraks
- Senter
6. Anatomi daerah
Vena Jugularis Interna karena terhubung langsung dengan vena cava superior dan
atrium kanan.
8. Prosedur
2) Privacy klien
2) Pernapasan klien
3) Suhu klien
edema.
BILANG LAMBUNG
S: 37oC SPO2
: 95%
Ds : pasien Intolerans i Kelemah an
mengatakan semua kebetuhan aktifitas fisik
ADL di bantu perawat
dan keluarga
Do: ADL di bantu perawat
dan keluarga
- Kekuatan otot 4-
Pasien lemas
Tidak
Ds: - infeksi adekuat
DO : terdapat luka post op pertahan an
hari 1.luka bersih, kering, primer dan
tidak ada pengeluaran cairan sekunder
maupun pus, luka di tutup
dengan kassa steril,tidak
ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada kemerahan,
bengkak, panas,
maupun fungsiolesa
- Leukosit : 12,4ribu/u
l
- Hemoglobi n 10.2
g/dl
Dari analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
Kontraindikasi :
1. Keracunan oral lebih dari 1-4 jam
Bilas lambung tidak dilakukan secara rutin dalam
penatalaksanaan pasien
dengan keracunan. Bilas lambung dilakukan ketika pasien
menelan substansi toksik yang dapat mengancam nyawa,
dan prosedur dilakukan sebelum 4 jam
pengosongan lambung
2. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko
perforasi esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon,
pestisida, hidrokarbon aromatic, halogen);
3. Pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. Pasien tanpa gangguan refleks atau pasien dengan pingsan (tidak sadar)
membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.
5. Pasien kejang
6. Tumor paru-paru
7. Menelan alkali kuat
4 Definisi Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukan dan mengeluarkan air/cairan tertentu ke dalam lambung dan
mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang lambung (NGT). Menurut
Smelltzer dan Bare, Bilas lambung (gastric lavage) adalah aspirasi isi lambung
dan pencucian lambung dengan menggunakan selang lambung
5 Prosedur KOMPONEN Ya Tdk
Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/ validasi kondisi pasien
c. Kontrak : topik, waktu, tempat
Fase kerja
Persiapan Alat
1. Selang NGT sesuai ukuran yang diperlukan (Set NGT)
Ukuran NGT :
a. no. 14-28 untuk ukuran dewasa
b. no. 8-16 untuk anak-anak
c. no.5-7 untuk bayi
2. Bengkok besar
3. Spuit NGT 50 cc
4. Perlak dan alasnya
5. Kom besar
6. Air hangat-dingin 1-2 liter/NaCl 0,9 % sesuai kebutuhan
7. Gelas ukur
8. Skort/celemek
9. Gelas berisi air matang
10. Pelicin/jelly
11. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai
12. Pinset anatomi
13. Obat-obatan (sulfat atropine, norit/susu yang diperlukan
dalam tempatnya)
Persiapan Pasien
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, mengadakan
pendekatan kepada anak atau keluarga dengan memberikan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berkomunikasi.
2. Pasien di puasakan sampai dengan selesai tindakan (puasa
minum), makan terakhir 4 jam sebelum tindakan.
3. Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang
keracunan, tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh
perawat dalam melaksanakan Bilas lambung (gastric
lavage), akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk
mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi,
biasanya dokter akan menyarankan akan pasien puasa
terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat
sementara
4. Pasien harus duduk senyaman mungkin di tempat tidur.
Tanyakan pasien apakah lubang hidungnya hidungnya
tersumbat atau bila ada kesulitan bernapas melalui hidung.
5. Pasien berbaring pada sisi kiri atau kanan dengan kepala
dimiringkan ke bawah 20̊, walaupun saat lavase lambung
dilakukan sebelum operasi pasien dapat didudukkan dengan
kemiringan 45̊. Pasien dan staf harus memakai jubah yang
tidak tembus air.
Cara Kerja
❖ Prosedur bilas lambung pada kasus keracunan
1. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
2. Identifikasi pasien
3. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
4. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler) saat
pemasangan NGT dan miring kiri serta kepala rendah
saat bilas lambung tanpa bantal
5. Perawat memasang skort
6. Memasang perlak dibawah kepala dan alas di dada pasien
7. Meletakkan bengkok dibawah dagu pasien
8. Menentukan panjang selang NGT yang masuk ke dalam
lambung
9. Memberi jelly pada ujung selang NGT
10. Menutup pangkal selang NGT dengan cara menekuk /
diklem
11. Memasukkan selang NGT pelan-pelan ke dalam lambung
melalui hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan menelan
selang perlahan-lahan sambil menarik nafas dalam
12. Setelah yakin selang NGT ke lambung pasien, atur posisi
pasien miring tanpa batal dan letak kepala lebih rendah
13. Meyakinkan selang NGT masuk ke dalam lambung
dengan cara : memasukkan ujung selang NGT sampai
terendam dalam kom berisi air dan tidak tampak
gelembung udara dan air
14. Bila dilakukan pada klien yang tidak sadar / stupor atau
jika induksi muntah dengan sirup pekak tidak berhasil.
15. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah,
maka posisikan klien miring pada satu sisi untuk
memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.
16. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada, maka
klien harus dilakukan intubasi trachea sebelum dilakukan
bilas lambung.
17. Gunakan pipa nasogastrik berdiameter besar (>28Fr)
untuk memudahkan aliran irigasi cairan.
18. Sambungkan ujung NGT dengan Spuit 50 cc atau corong.
Lakukan irigasi/bilas lambung dengan menggunakan
NaCl. Cairan irigasi/bilas lambung yang digunakan bisa
berjumlah ± 200-500 cc pada dewasa dengan posisi lebih
tinggi dari kepala, pada anak-anak ± 50-100 cc. Pada
anak-anak lebih baik air hangat dengan cara memasukkan
sejumlah cairan secara bertahap dan kemudian
mengeluarkannya dengan cara mengalirkan atau
diaspirasi menggunakan tekanan rendah.
19. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai
air/cairan yang keluar dari lambung berwarna jernih/tidak
berbau racun. Memberikan antidot (sesuai advice dokter)
bila perlu. Lalu, selang NGT dicabut secara pelan-pelan
dan diletakan dalam bengkok.
20. Setelah selesai pasien dirapikan,mulut dan sekitarnya
dibersihkan dengan kassa/tissue jelaskan pada pasien
bahwa prosedur yang dilakukan telah selesai.
21. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
respons pasien
22. Mencuci tangan
23. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan. Lakukan
pencatatan setelah tindakan yang meliputi jumlah,
karakteristik, Bau cairan yang dilakukan irigasi serta
reaksi klien.
Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien :
a. Evaluasi subjektif
b. Evaluai objektif
2. Tindak lanjut klien
3. Kontrak : topik/ waktu/ tempat
Sikap :
1. Bekerja dengan hati-hati saat memasukkan selang NGT
2. Peka terhadap reaksi pasien
3. Jumlah cairan yang masuk dan keluar
4. Sabar dan tidak tergesa-gesa
5. Bersikap sopan dan ramah
STANDAR PROSEDURE PELAKSAAN OKSIGENASI
4. Indikasi
Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo
(2012), indikasi terapi oksigen adalah :
a. Pasien hipoksia.
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal.
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal.
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi utama terapi oksigen dengan nasal kanul adalah jalan
napas yang tersumbat, baik akibat trauma hidung, penggunaan tampon
hidung, atau akibat infeksi/inflamasi.
6. Kriteria Evaluasi
Pemberian oksigen dengan nasal kanul dikatakan berhasil apabila klien
sudah dapat bernapas secara normal tanpa bantuan alat. Respiratory rate
dalam batas normal yaitu 16-20x/menit. Serta SaO2 95-100%
Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah pada Diabetes Mellitus
Insulin Pen (Actrapid Novolet): adalah insulin yang dikemas dalam
bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin
b. Pelaksanaan
Tahap Pra interaksi
1. Melakukan vertifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan bersih
4. Mendekatkan alat ke dekat klien
5. Mengkaji program/intruksi medik tentang rencana
pemberian terapi injeksi insulin (prinsip 6 benar : nama klien,
obat/jenis insulin dosis, waktu, cara
pemberian, dan pendokumentasian)
6. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan,
tujuan, waktu kerja, dan masa efek puncak insulin,
serta efek samping yang mungkin timbul.
7. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin
Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam dan
menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien
sebelum dilakukan tindakan
4. Memberikan kesempatan
bertanya pada klien sebelum dilakukan tindakan
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy klien
2. Mengatur posisi klien
3. Lepaskan penutup pena Jika
menggunakan intermediate-acting insulin dengan lembut putar
pena diantara telapak tangan 15 detik untuk campuran
4. Lepaskan penutup jarum
5. Pastikan pena siap
a. Putar tombol pemilih
dosis di ujung pena untuk 1 atau 2 unit (dosis
monoton perubahan tanda dengan berubahnya tombol)
b. Pegang pena dengan
jarum menunjuk ke atas. Tekan tombol dosis sampai
benar-benar sampai menetes. Ulangi jika perlu,
sampai insulin terlihat di ujung jarum. Dial akan
kembali ke nol setelah menyelesaikan langkah dasar
4. Mengatur dosis Putar dosis
tombol untuk mengatur dosis insulin (anda dapat memutar
mundur juga). Pena akan memugkinkan untuk menerima hanya
jumlah yang telah ditetapkan. Periksa jendela dosis untuk
memastikan dosis yang akan disuntikkan sudah tepat.
5. Pilih tempat injeksi Pilih
tempat injeksi. Perut adalah tempat yang disukai untuk banyak
jenis insulin-antara bagian bawah rusuk dan kemaluan baris,
menghindar sekitar 3-4 inci pusar. Bagian atas paha dan
belakang lengan atas ( jika anda pleksibel ) dapat juga
digunakan
6. Menyuntikkan insulin
a. Posisikan ibu jari di ujung atas tombol
pena dengan tenang untuk terus aman
b. Dengan lembut mencubit kulit dengan tangan bebas
c. Cepat masukkan jarum pada sudut 90
derajat. Melepaskan cubitan
d. Gunakan ibu jari untuk menekan tombol
dosis sampai berhanti ( jendela dosis akan
kembali pada nol ). Biarkan jarum di tempat
selama 5-10 detik untuk membantu mencegah
insulin dari bocor keluar dari tempat injeksi
e. Tarik jarum langsung keluar dari kulit. Kadang-
kadang akan keluar sedikit darah atau terjadi
memar adalah normal. Lap dengan tisu atau bola
kapas beralkohol, tapi jangan ditekan
7. Tutup kembali insulin pen
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
Standar Operasional Prosedur
Pemasangan EKG
A. PENGERTIAN
-Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus
sinoatrial, yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi)
dalam jantung yang menyebabkan jantung berkontraksi, yang dapat direkam
melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.
-Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial
atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung. Elektrokardiogram adalah
grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu.
C. INDIKASI PEMASANGAN
1. Adanya kelainan –kelainan irama jantung
2. Adanya kelainan-kelainan myokard seperti Infark Miokard, hypertrofi atrial
dan ventrikel
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama Digitalis
4. Gangguan Elektrolit
5. Adanya Perikarditis
6. Pembesaran Jantung
7. Mempunyai Riwayat hipertensi, asma.
8. Sesak Nafas
E. PERSIAPAN ALAT
1. Memeriksa kelengkapan alat EKG yang akan digunakan, sbb :
a. Buku panduan untuk pemeriksaan EKG
b. Mesin EKG beserta electrode dan kabel listrik (power) dan kabel untuk
ground
c. Kertas Interpretasi EKG, Pulpen, pensil
d. Silokain Jelly/ air
e. Kapas Alkohol dalam tempatnya
f. Kertas tissue
2. Memeriksa Fungsi alat sehingga siap digunakan
3. Membawa alat kedekat pasien
F. PERSIAPAN PASIEN
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga
2. Menjelaskan Tujuan tindakan kepada pasien / keluarga
3. Meminta persetujuan pasien
4. Mengatur posisi tidur terlentang pada pasien
G. PROSEDUR
1. Perawat mencuci tangan
2. Memasang Arde
3. Menghidupkan monitor EKG
4. Membuka dan melonggarkan pakaian bagian atas pasien serta melepas jam
tangan, gelang dan logam lain.
5. Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas alcohol pada daerah
dada, kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi pemasangan manset
electrode
6. Mengoleskan Jelly EKG pada permukaan electrode. Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah
7. Menyambungkan Kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai pasien, untuk merekam ekstremitas lead ( Lead I, II, III, aVR, aVF, AVL)
dengan cara sbb :
a. Warna Merah pada Tangan Kanan
b. Warna Hijau pada Kaki Kiri
c. Warna Hitam pada Kaki Kanan
d. Warna Kuning pada Tangan Kiri
8. Memasang Elektrode dada untuk rekaman Precordial Lead sbb :
V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
V3 : ditengah diantara V2 dan V4
V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiria
V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri
V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
H. SIKAP
1. Menjaga Privasi pasien
2. Memperhatikan respons pasien selama pemeriksaan
3. Memperlihatkan sikap keramah-tamahan
4. Menujunkkan sikap yang sopan
I. TERMINASI
1. Memberitahukan hasil kegiatan kepada pasien
2. Merapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
3. Mengkomunikasikan hasil ke pihak terkait/ profesi lain.
SOP PEMASANGAN INFUS
Memasang infus
1. Pengertian :
Memasang infus adalah pemasangan infus untuk memberikan cairan atau obat melalui
parenteral (intravena).
2. Tujuan :
a. Memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit pada klien yang sakit
akut.
b. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Memberikan akses intravena pada pemberian terapi intermitten atau emergensi
3. Peralataan :
a. Cairan infus sesuai program
b. Jarum / kateter intravena / abbocath (ukuran bervariasi)
c. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan tetesan 60 tetes/ml,
dewasa selang makrodrip dengan tetesan 15 tetes/ml atau 20 tetes/ml)
d. Selang ekstension
e. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks
f. Handschoon disposibel
g. Tourniquet
h. Spalk untuk tangan
i. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan
j. Plester/hipavik
k. Perlak dan pengalas
l. Bengkok
m. Tiang infus
4. Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1) Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk dan keluarnya
lengan.
2) Buka set steril dengan teknik aseptik.
3) Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
4) Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip dalam keadaan
off / terkunci.
5) Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan tusukkan set
infus ke botol / kantong cairan dengan benar.
6) Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½
penuh.
7) Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai ke
ujung jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan tutup
kembali jarum.
8) Pilih jarum intravena / abbocath.
9) Atur posisi pasien dan pilih vena.
10) Pasang perlak dan pengalas
11) Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet 10-15 cm
proksimal tempat insersi.
12) Pakai handschoon
13) Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam ke luar).
14) Pertahankan vena pada posisi stabil
15) Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk vena dengan
lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV kateter masuk intavena
dengan tanda darah masuk ke abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
16) Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan sambungkan IV
kateter dengan selang infus
17) Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
18) Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah tusukan dan
tutup dengan kasa
19) Atur tetesan sesuai program
20) Lepaskan sarung tangan
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan
Gambar. Menusukkan abbocath Gambar. Terpasang infus Gambar. Selang infus
5. Pelaporan
a. Laporan praktikum berisi tentang : pengertian, tujuan, peralatan, langkah-langkah
b. Laporan praktikum dikumpulkan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan oleh
instruktur.
Bagus! anda telah menyelesaikan kegiatan praktikum 2. Untuk mengukur tingkat
pemahaman dan ketrampilan anda, kerjakanlah latihan 2 berikut ini! Anda sebaiknya tidak
melihat penilaian ketrampilan terlebih dahulu sebelum selesai mengerjakan latihan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Craven,R.F., Hirnle,C.J., 2000., Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third
Edition., Philadelphia : JB. Lippincott Company.
Potter,P.A., Perry,A.G., 2000., Pocket Guide to Basic Skill and Procedures (3rd ed)., Toronto :
Mosby.
Potter,P.A., Perry,A.G., 2006., Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik., Edisi 4., Volume 2., Jakarta : EGC
Potter,P.A., Perry,A.G., 2010., Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan., Buku 3.,
Edisi 7., Jakarta : EGC.
Potter,P.A., Perry.A,G., 1994., Clinical Nursing Skill & Techniques., Buku 1., Third Edition.,
St.Louis, Missouri : Mosby-Year. Book Inc.
Potter,P.A., Perry.A,G., 1994., Clinical Nursing Skill & Techniques., Buku 2., Third Edition.,
St.Louis, Missouri : Mosby-Year. Book Inc.
Rahayu & Adi. 2016. Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Kemenkes : Jakarta.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Alih
Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC.
PETA KONSEP SISTEM PERSYARAFAN
MATERI
Skenario :
Seorang laki-laki, 58 tahun, masuk RS dengan keluhan utama
kelemahan anggota gerak kiri dan bicara pelo. Riwayatnya 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, pagi saat bangun tidur mendadak tubuh
bagian kiri penderita kesemutan, lemah dan sulit digerakkan. Selama
sakit penderita tidak pernah merasakan sakit kepala, kesadaran baik.
Sebelum serangan penderita tidak panas, tidak ada riwayat benturan
kepala, tidak kejang, serta tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Penderita adalah penderita hipertensi sejak usia 30 tahun dan
merokok sejak usia muda. Setelah ditunggu tidak ada perbaikan tanpa
pengobatan, akhirnya penderita datang ke UGD dan didiagnosis
stroke iskemik.
Tugas :
Lakukan pemeriksaan reflex Lakukan
pemeriksaan nervi cranialis
Intepretasikan hasilnya
Check List Pemeriksaan Nervi Cranialis
0 = Tidak Dilakukan
1 = Dilakukan ≤ 50% benar
2 = Dilakukan > 50% benar
3 =Dilakukan dengan sempurna
Pengertian Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah
seseorang.
Macam- macam pemeriksaan gula darah:
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl.
Indikasi Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya.
Petugas 1.Mahasiswa semester IV
2.Perawat
Tujuan 1. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.
2. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya.
Persiapan Alat 1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok
7. Sketsel
Persiapan Menjaga privace klien.
Lingkungan
Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Pasang sketsel.
4. Memakai handscone
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
6. Dekatkan alat di samping pasien.
7. Pastikan alat bisa digunakan.
8. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
9. Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
10. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
11. Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
12. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
13. Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
14. Membereskan dan mencici alat.
15. Mencuci tangan.
Evaluasi Sikap 1. Sabar
2. Teliti
3. Sopan-santun
SOP PERAWATAN LUKA
TUJUAN
PERALATAN
• Alat-alat steril
1. Pinset anatomis 1 buah
2. Pinset sirugis 1 buah
3. Gunting bedah/ jaringan 1 buah
4. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6. Sarung tangan (Handschoon) 1 pasang
7. Korentnag/ forcep
• Alat-alat non steril
1. Gunting verban 1 buah
2. Plester
3. Pengalas
4. Pinset anatomi 1 buah
5. Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
6. Nierbeken 2 buah
7. Kapas alkohol
8. Aceton/bensin
9. Larutan NaCl 0,9%
10. Larutan savlon
11. Larutan H2O2
12. Larutan Boor Water (BWC)
13. Bethadine
14. Sarung tangan 1 pasang
15. Masker
16. Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
PROSEDUR PELAKSANAAN
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
Tahap orientasi
1. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Menutup sampiran
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka
5. Letakkan nierbeen didekat pasien
6. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunkan pinset
anatomi, Buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika menggunakan plester lepaskan
plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik
secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. Bila masih terdapat sisa perekat
dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
7. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan
berlahan
8. Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong plastik, hindari kontaminasi
dengan permukaan luar wadah
9. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11. Membersihkan luka sesuai denganjenis lukanya apakah luka bersih atau kotor serta
sejenisnya.*
12. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
13. Plester dengan rapi
14. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
15. lepaskan masker
16. Atur dan rapikan posisi pasien
17. Buka sampiran
18. Evaluasi keadaan umum pasien
19. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
SOP PEMBERIAN NEBULIZER
A. Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator.
B. Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
3. Selaput lendir pada saluran nafas menjadi tetap lembab
4. Mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian atas
C. Indikasi
1. Asma Bronkialis
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak
D. Kontraindikasi
1. Hipertensi
2. Takikardia
3. Riwayat alergi
4. Trakeostomi
5. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
6. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi
E. Prosedur Pelaksanaan
No Langkah/Kegiatan
Medical Consent
1 Sapalah penderita atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda,
serta tanyakan keadaannya.
2 Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarganya tentang
indikasi/tujuan dan cara pemakaian alat.
Persiapan alat
3 Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan
- Aquabides
- Tissue
Main unit Nebulizer cup Air hose (selang)
DAFTAR PUSTAKA
Pelatihan Perawat ICU Tingkat Dasar, Lab Anestesiologi dan Reanimasi FK UNAIR RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Injeksi Insulin/ Insulin Pen
1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
pada Diabetes Mellitus
Insulin Pen : adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin
2 Tujuan ü Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3 Hal-hal yang1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
harus 2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan
diperhatikan warna).
3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15
menit sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu
pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.
5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium
(kadar gula darah).
6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :
1. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 – 8
°C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
2. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi
suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.
3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar
matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna
jernih lagi.
5. Kontraindikasi : Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas
terhadap human insulin.
4 Alat yang
1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
dibutuhkan2. Vial insulin.
3. Kapas + alkohol / alcohol swab.
4. Handscoen bersih.
5. Daftar / formulir obat klien.
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi
insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara
pemberian, dan pendokumentasian).
2. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan
masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
3. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
4. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human
insulin.
5. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
6. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau
penurunan jumlah jaringan.
7. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
8. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah
dimakan klien.
Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada pasien
2. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian
injeksi insulin.
3. Menutup sampiran (kalau perlu).
Tahap Interaksi
1. Mencuci tangan.
2. Memakai handscoen bersih.
3. Penyuntikan insulin
Pemakaian spuit insulin
a. Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk
klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
b. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
c. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
d. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai
dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
e. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan
kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
f. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan.
g. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
h. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum yang
sudah tertutup dengan tutupnya.
Pemakaian Insulin Pen
a. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
c. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan
indikator dosis.
d. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian
cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan
jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang
dirasakan perawat saatb memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit insulin
telah tersedia).
e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
f. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
g. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai
dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
h. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan
kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
i. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin Pen sampai tidak
terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan tinggi Insulin Pen sudah kembali seperti semula
(tanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis).
j. Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien sebelum
dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
k. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
Tahap Terminasi
4. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
5. Membereskan alat
6. Cuci tangan
Tahap Evaluasi
7. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit setelah
injeksi insulin dilakukan.
8. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
9. Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.
Tahap Dokumentasi
10. Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.
11. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.
12. 3. Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin
5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba Medika