Anda di halaman 1dari 28

RESUME KEGIATAN SKILL LAB DI KELOMPOK 2

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

SURABAYA

OLEH

ZAHROTUL JANNAH

DOSEN PEMBIMBING

Rahmadaniar Aditya Putri, S.Kep.Ns.,M.Tr.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DANKEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
RESUME MATERI 1

SOP Perawatan WSD ( Water Seal Drainage ) 

A.    PENGERTIAN

WSD merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah


prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga pleura
dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke sistem drainase
(suction). Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan asing yang
yang bersifat solid dari rongga dada pleura atau rongga thoraks dan ruang
mediastinum.

B.     TUJUAN PERAWATAN WSD :


1. Mengganti balutan dada dan selang WSD.
2. Memonitor kepatenan dan fungsi sistem WSD.
3. Mengganti botol WSD.  
4. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

C.    DALAM PERAWATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN :


1) Penetapan slang.
2) Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
3) Pergantian posisi badan.
4) Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.
5) Mendorong berkembangnya paru-paru.

a. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.


b. Latihan napas dalam.
c. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
d. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika
banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan. Suction harus berjalan efektif :

1. Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan


setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2. Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna
muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke
1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di
bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh
gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang
tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
4. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara
masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll
WSD (Water Seal Drainage)
D.    PERSIAPAN ALAT :
1.      Satu buah meja dengan satu set bedah minor
2.      Botol WSD berisi  larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9%
dan  ujung selang terendam sepanjang dua cm.
3.      Kasa steril dalam tromol
4.      Korentang
5.      Plester dan gunting
6.      Nierbekken/kantong balutan kotor
7.      Alkohol 70%
8.      Bethadin 10%
9.      Handscoon steril

E.     PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN


1. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2.  Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
3. Membebaskan pakaian pasien bagian atas
4. Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
5. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.

F.     PELAKSANAAN PERAWATAN WSD


1.      Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
2.      Membuka set bedah minor steril
3.      Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati,    balutan kotor
dimasukkan ke dalam nierbekken
4.      Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan alkohol
70%
5.      Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya   kemudian
diplester
6.      Selang WSD diklem
7.      Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
8.      Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD
dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
9.      Klem selang WSD dibuka
10.  Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk
efektif
11.  Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
12.  Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam
posisi yang paling nyaman
13.  Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi
kembali
14.  Membuka handscoon dan mencuci tangan
15.  Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
16.  Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
A. Evaluasi keadaan umum :
1.      Observasi keluhan pasien
2.      Observasi gejala sianosis
3.      Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
4.      Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
5.      Observasi tanda-tanda vital.
B. Evaluasi ekspansi paru meliputi :
1.      Melakukan anamnesa (IPPA)
2.      Melakukan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
3.      Melakukan Palpasi  paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
4.      Melakukan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
5.      Melakukan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
6.      Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan  sebelum selang
WSD di lepas.
C. Evaluasi WSD meliputi :
1.      Observasi undulasi pada selang WSD
2.      Observasi fungsi suction countinous
3.      Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
4.      Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
5. Catat warna cairan yang keluar dari botol WSD
6. Catat apakah ada tanda inflamasi dan rembesan cairan
7. Observasi adanya gelembung atau tidak dengan cara menyuruh pasien batuk
efektif
8.    Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2  cm di bawah
air
9.    Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
10.   Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh
RESUME MATERI 2

Standar Operasional Prosedur

Pemasangan EKG

A.    PENGERTIAN

-Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus
sinoatrial, yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi)
dalam jantung yang menyebabkan jantung berkontraksi, yang dapat direkam
melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.

-Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial


atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung. Elektrokardiogram adalah
grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu.

B.     TUJUAN PEMERIKSAAN EKG

1. TUJUAN UMUM : Mampu membuat rekaman Aktifitas listrik Otot jantung


secara berurutan dan benar

2.  TUJUAN KHUSUS : Dapat :

a.       Mempersiapkan alat dan pasien

b.      Memasang electrode pada tempat penekanan dengan benar

c.       Melaksanakan penyadapan aktifitas listrik jantung

d.      Membuat elektrokardiogram dan keterangannya

e.       Merawat EKG setelah pemeriksaan

C.    INDIKASI PEMASANGAN

1.      Adanya kelainan –kelainan irama jantung

2.      Adanya kelainan-kelainan myokard seperti Infark Miokard, hypertrofi atrial


dan ventrikel
3.      Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama Digitalis

4.      Gangguan Elektrolit

5.      Adanya Perikarditis

6.      Pembesaran Jantung

7. Mempunyai Riwayat hipertensi, asma.

8. Sesak Nafas

E.     PERSIAPAN ALAT

1.      Memeriksa kelengkapan alat EKG yang akan digunakan, sbb :

a.       Buku panduan  untuk pemeriksaan EKG

b.      Mesin EKG beserta electrode dan kabel listrik (power) dan kabel untuk
ground

c.       Kertas Interpretasi  EKG, Pulpen, pensil

d.      Silokain Jelly/ air

e.       Kapas Alkohol dalam tempatnya

f.       Kertas tissue

2.      Memeriksa Fungsi alat sehingga siap digunakan

3.      Membawa alat kedekat pasien

F.     PERSIAPAN PASIEN

1.      Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga

2.      Menjelaskan Tujuan tindakan kepada pasien / keluarga

3.      Meminta persetujuan pasien

4.      Mengatur posisi tidur terlentang pada pasien

G.    PROSEDUR

1.      Perawat mencuci tangan


2.      Memasang Arde

3.      Menghidupkan monitor EKG

4.      Membuka dan melonggarkan pakaian bagian atas pasien serta melepas jam
tangan, gelang dan logam lain.

5.       Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas alcohol pada daerah


dada, kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi pemasangan manset
electrode

6.      Mengoleskan Jelly EKG pada permukaan electrode. Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah

7.      Menyambungkan Kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua


tungkai pasien, untuk merekam ekstremitas lead ( Lead I, II, III, aVR, aVF, AVL)
dengan cara sbb :

a.       Warna Merah pada Tangan Kanan

b.      Warna Hijau pada Kaki Kiri

c.       Warna Hitam pada Kaki Kanan

d.      Warna Kuning pada Tangan Kiri

8.      Memasang Elektrode dada untuk rekaman Precordial Lead sbb :

V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum

V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum

V3 : ditengah diantara V2 dan V4

V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiria

V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri

V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris

V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)

V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)

V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)


9.      Melakukan Kalibrasi 10mm dengan keadaan 25 mm/volt/ detik

10.  Membuat rekaman EKG secara berurutan sesuai dengan pilihan Lead yang
terdapat pada mesin EKG

11.  Melakukan Kalibrasi kembali setelah perekaman selesai

12.  Memberi  identitas pasien  hasil rekaman  : nama, umur, tanggal dan jam


rekaman serta nomor Lead dan nama pembuat rekaman EKG

H.    SIKAP

1.      Menjaga Privasi pasien

2.      Memperhatikan respons pasien selama pemeriksaan

3.      Memperlihatkan sikap keramah-tamahan

4.      Menujunkkan sikap yang sopan

I.       TERMINASI

1.      Memberitahukan hasil kegiatan kepada pasien

2.      Merapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan

3.      Mengkomunikasikan hasil ke pihak terkait/ profesi lain.


HASIL INTEPRETASI EKG PRAKTIK SKILL LAB
INTEPRETASI EKG

Gelombang P

Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada


P- pulmonal atau P-mitral.
Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat).
Bagaimana amplitudo gelombang R dan S di sandapan
prekordial. Gelombang R yang tinggi di sandapan V1 dan V2
menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior).
Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S
yang dalam di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel
kiri.
Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus dicari apakah ada
right bundle branch block, left bundle branch block atau ekstrasistol
ventrikel.

Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan
bagian mana dari jantung yang mengalami infark). Depresi segmen ST
menandakan iskemia.
Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia.
Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin
suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan
hiperkalemia.

Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan
hipokalemi Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia
miokard yang berat.
KESIMPULAN
Pemeriksaan EKG memegang peranan yang sangat penting
dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG
disamping mampu mendeteksi kelainan jantung secara pasti, juga
keadaan (kelainan) diluar jantung, mis. Adanya gangguan elektrolit
terutama kalium dan kalsium.
Disamping kemampuannyadalam mendeteksi secara pasti dari
kelainan jantung tetapi EKG harus diakui mempunyai banyak
kelemahan juga. EKG tidak dapat mendeteksi keparahan dari
penyakit jantung secara menyeluruh, misalnya tingkat kerusakan otot
jantung dari serangan IMA. EKG juga tidak dapat mendeteksi
gangguan hemodinamik akibat suatu penyakit jantung.
Dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung kita tidak dapat
hanya menggantungkan pemeriksaan EKG saja
RESUME MATERI 3

ROM (Range of Motion)

Pengertian

Pelatihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerak sendi yang


memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif. (Potter and Perry, 2005).

Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat
dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

Manfaat

a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot


b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kontraktur, kelainan bentuk dan kekakuan pada sendi
Jenis 

a. Latihan Aktif ROM


Merupakan latihan gerak yang dilakukan dengan menggerakkan masing-masing
persendian sesuai dengan rentang gerak normal. Sendi yang digerakkan meliputi
seluruh sendi dari kepala sampai ujung kaki secara aktif.
b. Latihan Aktif Asistif
Latihan dilakukan sesuai dengan kemampuan pasien dan sisanya dibantu oleh
perawat
c. Latihan Pasif ROM
Merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian pasien sesuai dengan rentang geraknya.

Syarat - syarat melakukan latihan ROM

      Indikasi
 Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
 Kelemahan otot

 Fase rehabilitasi fisik


 Klien dengan tirah baring lama
 Penting untuk mempertahankan normal sendi dan jaringan lunak.

      Kontra Indikasi
 Klien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan
 Pembengkakan dan peradangan pada sendi
 Cedera di sekitar sendi.

Periapan Pasien

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi


pasiendengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan,memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
dan menjawabseluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi
privasi pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman

Persiapan Alat

1. Wwz dan sarungnya


2. Selimut
3. Minyak penghangat (Bila perlu)

Persiapan Perawat

1. Mencuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan bersih jika perlu

Prosedur Pelaksanaan

1) Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Cuci tangan
3. Membawa alat didekat pasien

2) Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien
4. Jaga privasi klien

3) Tahap Kerja
1. Mambaca tasmiyah
2. Mangatur posisi pasien
3. Melatih sendi secara bergantian
a. Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel rentang
ke dada 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke rentang
posisi tegak 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang rentang
sejauh mungkin 40-45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang
lateral mungkin sejauh mungkin 40-45°
kearah setiap bahu
Rotasi Memutar kepala sejauh rentang
mungkin dalam gerakan 180°
sirkuler
Kepala,leher

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 1800
posisi di atas kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke rentang
posisi di samping tubuh 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang
tubuh, siku tetap lurus 45-60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi rentang
samping di atas kepala dengan 180°
telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke rentang
samping dan menyilang tubuh 320°
sejauh mungkin
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar rentang
dalam bahu dengan menggerakan 90°
lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke
belakang
Rotasi luar Dengan siku fleksi, rentang
menggerakan lengan sampai 90°
ibu jari ke atas dan samping
kepala
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh 360°

c. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga rentang
lengan bahu bergerak ke depan 150°
sendi bahu dan tangan sejajar
bahu
Ektensi Meluruskan siku dengan rentang
menurunkan tangan 150°
d. Lengan Bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Supinasi Memutar lengan bawah dan rentang
tangan sehingga telapak 70-90°
tangan menghadap ke atas
Pronasi Memutar lengan bawah rentang
sehingga telapak tangan 70-90°
menghadap ke bawah

e. Pergelangan Tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan rentang
ke sisi bagian dalam lengan 80-90°
bawah
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang
sehingga jari-jari, tangan, 80-90°
lengan bawah berada dalam
arah yang sama
Hiper Membawa permukaan tangan rentang
ekstensi dorsal ke belakang sejauh 89-90°
mungkin
Abduks Menekuk pergelangan tangan rentang
miring ke ibu jari
i 30°
Adduks Menekuk pergelangan tangan rentang
miring ke arah lima jari
i 30-50°

f. Jari-Jari Tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman rentang
90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan rentang
90°
Hiper Menggerakan jari-jari tangan rentang
ekstensi ke belakang sejauh mungkin 30-60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan rentang
yang satu dengan yang lain 30°
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari rentang
tangan 30°

g. Ibu Jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari rentang
menyilang permukaan telapak 90°
tangan
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus rentang
menjauh dari tangan 90°
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke rentang
samping 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang
tangan 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu -
jari ke
setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama

f. Panggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan rentang
dan atas 90-120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke rentang
samping tungkai yang lain 90-120°
Hiper Mengerakan tungkai ke rentang
ekstensi belakang tubuh 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke rentang
samping menjauhi tubuh 30-50°
Adduksi tungkai kembali ke posisi rentang
media dan melebihi jika 30-50°
mungkin
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke rentang
dalam arah tungkai lain 90°
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai rentang
menjauhi tungkai lain 90°
Sirkum Menggerakan tungkai -
duksi melingkar

h. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang
belakang paha 120-130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai rentang
kelantai 120-130°
i. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki ke rentang
samping dalam 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke rentang
samping luar 10°
j. Jari-Jari Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang
bawah 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki rentang
30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki rentang
satu dengan yang lain 15°
Adduksi Merapatkan kembali bersama- rentang
sama 15°

4) Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi Tindakan
2. Keluhan Pasien/Respon pasien
3. Berpamitan dengan pasien

4. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

5. Mencuci tangan

6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

A. Pengertian Ambulasi Dini

Alat bantu jalan merupakan sebuah alat yang dipergunakan untuk


memudahkan klien dalam berjalan agar terhindar dari resiko cidera
dan juga menurunkan ketergantungan pada orang lain.
Alat bantu jalan pasien adalah alat bantu jalan yang digunakan pada
penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah
tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan.
B. Macam-macam Alat Bantu Jalan
1. Kruk Axila

2. Tongkat

3. Walker Kruk

4. Kursi roda

C. Cara Penggunaan Alat Bantu Jalan

1. Kruk

Kruk yaitu tongkat/ alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan


secara ber- pasangan yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan.
Tujuan
Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan
mobilisasi Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain Meningkatkan
rasa percaya diri klien

Indikasi :
Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
Pasien dengan postop amputasi ekstremitas bawah. Pasien dengan
kelemahan kaki / post stroke.
Cara menggunakan :
CARA NAIK

Lakukan posisi tiga titik Bebankan berat badan pada kruk


Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga Pindahkan
beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit Luruskan kedua
kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
CARA TURUN
Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat
badan pada kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan.
Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari
kursi.
CARA DUDUK
Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh kursi
Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang sakit.
Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang lebih kuat
Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahk an tubuh kekursi.

CARA BANGUN
Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.

Cuci tangan

Gambar. Kruk

2. Tongkat

Tongkat adalah alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari kayu atau logam (Barbara et.a1, 2009).

Tipe Tongkat:
Tongkat standar yang berbentuk lurus, tongkat standar mempunyai panjang 91

Tongkat kaki tiga.

Tongkat kaki empat.

Persyaratan tongkat meliputi (Suratun, 2008):


Ujung tongkat yang mengenai lantai diberi karet setebal 3,75 cm untuk memberi
stabilitas optimal pada klien.
Ukuran tongkat setinggi pangkal paha
Siku klien dapat defleksi (pembelokan) diatas tongkat
Tujuan mobilisasi :
Mempertahankan tonus otot
Meningkatkan peristaltik usus sehingga mencegah obstipasi.
Memperlancar peredaran darah.
Mempertahankan fungsi tubuh.
Mengembalikan pada aktivitas semula

Gambar. Tongkat

3. Walker Kruk

Walker ditujukan bagi klien yang membutuhkan lebih banyak bantuan


dari yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari
alumunium yang telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan
ujung dilapisi karet dan pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker
standar membutuhkan kekuatan parsial pada kedua tangan dan pergelanga
tangan; ekstensor siku yang kuat, dan depresor bahu yang kuat pula.
Selainitu klien juga harus mampu menahan setengah berat badan pada kedua
tungkai.
Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga
penyangga tangan berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak
fleksi. Walker yang terlalu rendah dapat menyebabkan klien
membungkuk, sementara yang terlalu tinggi dapat membuat klien tidak
dapat meluruskan lengannya.
Cara penggunaan walker kruk:

Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.


Gerakkan walker kedepan kira-kira 15cm sementara berat badan bertumpu
pada kedua tungkai.

Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat badan
dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.

Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara


berat badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.

Jika salah satu tungkai klien lemah.

Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara bersamaan sekitar 15 cm


(6 inchi).

sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat.

Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara


beratbadan bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan.

Gambar. Walker Kruk


4. Kursi Roda
Indikasi penggunaan kursi roda:

a) Paraplegia
b) Tidak dapat berjalan atau tirah baring
c) Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto
rontgen Pasca amputasi kedua kaki.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


a. Tentukan ukuran tubuh klien

b. Tentukan kemampuan klien intuk mengikuti perintah.


Kekuatan otot dan pergerakan sendi klien, Adanya paralisis.

Gambar. Kursi Roda


RESUME MATERI 4

PERAWATAN COLOSTOMY

Anda mungkin juga menyukai