Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANGGOTA KELUARGA


TN.A YANG MENGALAMI CEPHALGIA DI WILAYAH
UJUNGPANGKAH
GRESIK

OLEH :

Zahrotul Jannah (1120020031)

FASILITATOR :
Riska Rohmawati,S.Kep.Ns., M.Tr.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan keluarga dengan


masalah utama gangguan interaksi sosial pada anggota keluarga Tn.A
yang mengalami cephalgia di Wilayah Ujungpangkah Gresik, ini dibuat
dan disusun sebagai bukti bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti
mata kuliah state keluarga untuk memperoleh gelar Profesi Ners :
Nama Mahasiswa : Zahrotul Jannah
NIM : 1120020031
Kompetensi : Keperawatan Keluarga
Waktu Pelaksanaan : 09/11/2020
Tempat : Wilayah Ujungpangkah Gresik
Ruang :-
Gresik, 09 November 2020

Zahrotul Jannah
NIM 1120020031

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

NPP.

Riska Rohmawati,S.Kep.Ns., M.Tr.Kep.


BAB 1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1.1 Evidence Based in Nursing


Judul penelitian pertama :

STRATEGIC FAMILY THERAPY UNTUK


MENGUBAH POLA KOMUNIKASI PADA
KELUARGA
Mentari Marwa

Institut Agama Islam Tribakti Kediri


mentari.marwa@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pola komunikasi dalam
keluarga dan unttuk mengubah pola komunikasi dalam keluarga di desa
Bulusan Kediri. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif eksperimen dengan
mengunakan desain pre eksperimental desain. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 1 keluarga di Desa Bulusan Kediri, teknik pengambilan sample
menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan skala
pola komunikasi yang telah dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan masalah
yang muncul dalam keluarga yang terdiri dari 10 item pernyataan. Analisis data
yang digunakan paried Sampel t-test (Uji-t). Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada perbedaan tingkat permasalahan yang di sebabkan oleh pola
komunakasi yang maladaptif yaitu 2.69 sebelum (pre tes) dan sesudah
perlakuan (pos tes) sebesar 2.38. Hal ini menunjukkan adanya penurunan
tingkat permasalahan dalam keluarga, sehingga intervensi memberikan
perubahan dalam komunikasi antar anggota keluarga.

Kata Kunci: Pola Komunikasi, strategic family therapy

Latar Belakang

Komunikasi dapat berlangsung setiap saat, kapan saja, oleh siapa saja dan
dengan siapa saja. Kelompok pertama yang dialami oleh seorang individu yang
baru lahir adalah keluarga. Hubungan yang dilakukan oleh individu adalah
dengan ibunya, bapaknya dan anggota keluarga lainnya. Karena tanggung
jawab orang tua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang berlangsung
dalam keluarga bernilai pendidikan. Dalam komunikasi, ada sejumlah norma
yang ingin diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dengan pengandalan
pendidikan. Norma-norma tersebut mencakup norma agama, akhlak, sosial,
etika-etika dan moral.

Komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orangtua adalah


untuk memberikan informasi, nasihat, mendidik dan menyenangkan anak-anak.
Anak berkomunikasi dengan orangtua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat,
masukan dalam memberikan respon dari pertanyaan orangtua. Komunikasi antar
anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga
pengalaman antar satu dengan yang lain. Dan dari setiap komunikasi yang
dilakukan dalam keluarga dapat membuat perubahan perilaku anggota keluarga
juga, bearti sebagai keterbukaan dari setiap anggota keluarga apabila dari salah
satu anggota keluarga mengalami masalah yang menyenangkan atau yang tidak
menyenangkan, dengan adanya sebuah komunikasi permasalahan yang sedang
terjadi di dalam sebuah keluarga itu dapat dibicarakan secara baik-baik untuk
mendapatkan solusi yang baik juga(Goldenberg, 2008).

Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah


keluarga (Framo dalam Kendall, 1982). Fungsi keluarga adalah sebagai tempat
saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional setiap individu. Sistem keluarga mempunyai aturan dan prinsip-
prinsip tertentu untuk melakukan tugas sehari-hari. Keluarga sehat memiliki
aturan yang konsisten, jelas dan dapat dijalankan dari waktu ke waktu dan dapat
disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga (Devi, 2016).
Pertama kali yang memperkenalkan anak pada hukum dan sistem sosial adalah
orangtua, maka orangtua merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan pemahaman moral anak melalui interaksi dalam keluarga
(Mounts & Steinberg, dalam Papalia, 2001).

Di dalam interaksi tidak terlepas dari melakukan komunikasi,


komunikasi dengan baik akan menghasilkan umpan balik yang baik pula.
Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia,
sebab dengan melakukan komunikasi interpersonal dengan baik akan
memberikan pengaruh langsung pada struktur seseorang dalam kehidupannya
(Cangara dalam Utami, 2017). Komunikasi dalam keluarga menjadi penting
karena dengan adanya komunikasi interpersonal antar sesama anggota keluarga
maka akan tercipta hubungan yang harmonis dan dapat diketahui apa yang
diinginkan dan yang tidak diinginkan oleh salah satu anggota keluarga.

Masalah keluarga merupakan gejala interpersonal, kondisi emosi salah


satu anggota keluarga berpengaruh pada setiap anggota lain. Bila satu anggota
keluarga merasa tidak enak, maka hal ini akan mempengaruhi anggota lainnya.
Kondisi keluarga dapat dianalogikan dengan keadaan homeostasis. Dalam
keadaan terapi, keadan homeostasis struktur keluarga, anak-anak merupakan
emotional product dari orangtua (Hasnida, 2002). Menurut Goldenberg (2008)
terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang
mempunyai masalah. Dengan segera, terapis akan berusaha untuk
mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk
mendorong semua anggota keluarga mengintropeksi diri menyangkut masalah
yang muncul.

Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan


seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya.
Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak
memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat
menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda
(Almasitoh, 2012). Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu
anggota keluarga yang mempunyai masalah. Sebagai contoh, subjek yang
diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau
gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegera mungkin, terapis akan
berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga
yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri
menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah
meningkatkan komunikasi karena keluarga yang bermasalah seringkali percaya
pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Goldenberg, 2008).

Salah satu upaya mengatasi persoalan antar anggota keluarga adalah


dengan menggunakan strategic family therapy. Intervensi ini langsung
menangani masalah-masalah yang ada di dalam keluarga, yaitu fokus pada pola
komunikasi keluarga yang digunakan saat ini dan treatment goals berasal dari
masalah atau gejala yang ditampakkan (Winek, 2012). Tujuan dari strategic
family therapy adalah meningkatkan dan menciptakan pola komunikasi yang
baik dalam keluarga sehingga keluarga dapat bekerja sama mendorong untuk
menciptakan keluarga agar berfungsi lebih baik (Santisteban, et.al., 2003).

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti memberikan perlakuan


berupa Strategic Family theraphy untuk mengubah pola komunikasi pada
keluarga dengan dua kepala keluarga.

Kajian Teori
Pola Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari
kesalahpamahan. Sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan
dengan anak-anak, apabila anak-anak sudah dapat berpikir secara baik, maka
anak dapat mempertimbangkan mengenai hal-hal yang dihadapinya secara baik
pula. Dengan demikian, akan menimbulkan saling pengertian di antara seluruh
anggota keluarga, dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Dalam
komunikasi, kemampuan mendengar merupakan suatu hal yang cukup penting.
Mendengarkan dengan penduh simpati ditandai dengan: (a) Peka akan perasaan
yang menyertai pesan yang disampaikan; (b) Mendengarkan dengan penuh
perhatian; (c) Tidak menyela pembicaraan atau memberikan komentar ditengah-
tengah; (d) Menaruh perhatian pada ‘dunia‛ pembicara; (e) Sendiri tidak
penting, yang penting adalah pembicara (Riyanto, 2002).
Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia, baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak,
komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup
dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, senantiasa terlibat
dalam komunikasi. Bahkan sejak dilahirkan, manusia sudah berkomunikasi
dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan
adalah suatu

tanda komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi


hubungan sosial (social relation), (Widjaja, 1997). Menurut Aristotle’s (dalam
Croft, 2004) mengatakan bahwa terdapat 3 element di dalam komunikasi
diantaranya yaitu: pembicara (speaker), pesan (messager) dan pendengar
(listener). Komunikasi dalam keluarga yaitu hubungan timbal balik antara
anggota keluarga untuk berbagai hal dan makna dalam keluarga. Tujuan dari
komunikasi dalam keluarga yaitu untuk mengetahui dunia luar, untuk
mengubah sikap dan perilaku. Oleh karena itu dengan melakukan komunikasi
interpersonal yang baik diharapkan perkembangan pemahaman moral akan
berjalan baik pada seorang remaja. (Widjaya, 2000).

Komunikasi keluarga dari sisi sosiologis dianggap sebagai suatu


kelompok sosial yang terkecil di dimana antar individu di dalam keluarga saling
berinteraksi, dan dalam interkasi inilah maka kegiatan komunikasi secara
otomatis terjadi baik secara verbal (kata- kata atau ucapan) maupun non verbal
(dengan isyarat). Keluarga juga digolongkan pada kelompok primer dengan
ciri-ciri: interaksi sosial yang lebih intensif, erat hubungan sesama anggota
kelompok, saling mengenal dari dekat sesama anggota, dan komunikasi bersifat
face to face (secara langsung, dan secara tatap muka). Tren penelitian dalam
psikologi humanistik dan eksistensialisme terinspirasi ide bahwa hubungan
dapat ditingkatkan melalui komunikasi yang efektif (Heath & Bryant, 2000).
Strategic Family Therapy
Strategic family therapy berdasarkan konsep Cybernatics yaitu studi
ynag mempelari bagaimana sistem pemrosesan informasi dikarenakan ada
umpan balik (feedback). Studi ini berasumsi bahwa jika terjadi perilaku psikotik
pada salah satu anggota keluarga disebabkan ketika keluarga memiliki
komunikasi yang patologis pula. Menurut Haley & Madanes, keluarga
bermasalah akibat dinamika dan struktur keluarga yang disfungsional, perilaku
yang bermasalah merupakan usaha individu untuk mencapai kekuasaaan dan
rasa aman (Olson, 2007).

Prosedur Strategic family therapy ada beberapa tahap. Pertama Social


stage yaitu menghadirkan seluruh anggota keluarga dimana setiap keluarga
diminta untuk memberikan pendapat yang dihadapi. Terapis menciptakan
suasana yang nyaman dimana tidak ada aksi balas dendam dan mengintimidasi.
Kedua, the problem stage yaitu menjelasakan kepada keluarga alasan kenapa
mereka harus hadir, memberikan kesempatan kepada masing-masing keluarga
untuk berbicara dimulai pada anggota keluarga yang netral yaitu suami. Ketiga,
the interaction stage yaitu meminta komentar dari setiap anggota keluarga yang
hadir kemudian meminta keluarga untuk membicarakan masalah bersama-sama.
Keempat, defining desired changes yaitu terapis menyampaikan
permasalahannya apa, setelah semua anggota keluarga mengetahui
permasalahan yang terjadi. Kemudian terapis menanyakan perubahan seperti
apa yang diharapkan. Kelima, ending the interview yaitu pengambilan langkah
setelah dicapai kesepakatan bersama mengenai definisi masalah kemudian
melanjutkan pada sesi selanjutnya peemberian tugas. Keenam, directive yaitu
menciptakan perilaku berbeda yang selama ini tidak pernah dilakukan sehingga
memperoleh pengalaman subjektif yang berbeda, dilanjutkan reframing yaitu
bahwa apa yang dilakukan anggota keluarga dengan interpretasi negatif dan di
reform dengan interpretasi positif (Devi, 2016).
Pola komunikasi dan Strategic Family Therapy
Szapocznik & Kurtines (1989) menjelaskan bahwa SFT terbagi dalam
tiga konstruk:
(1) Sistem. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi dan terdiri dari
bagian-bagian yang saling bergantung atau saling terkait. Keluarga adalah
sebuah sistem yang terdiri dari individu-individu yang selalu memengaruhi
perilaku anggota keluarga lainnya. Di samping itu, anggota keluarga akan
menjadi terbiasa dengan perilaku anggota keluarga yang lain karena perilaku
mereka terjadi berkali-kali sepanjang hidup. Perilaku ini secara sinergis
mengatur sistem keluarga, (2) Struktur atau Pola Interaksi. Pola berulang dalam
interaksi keluarga disebut sebagai struktur keluarga. Struktur keluarga yang
maladaptif dikarakteristikkan sebagai interaksi keluarga yang berulang namun
memperlihatkan tanggapan atau respon yang tidak memuaskan dari anggota
keluarga lainnya.

Struktur keluarga yang maladaptif dipandang sebagai kontributor penting


sehingga memunculkan dan menguatkan permasalahan perilaku. Beberapa
penelitian mengemukakan bahwa remaja dengan penyalahgunaan obat atau
permasalahan perilaku dapat berubah sebagai hasil perubahan hubungan
keluarga (Liddle & Dakof, 1995; Santisteban, Szapocznik, Perez-Vidal,
Kurtines, Coatsworth, & LaPerriere, 2003), (3) Strategi. Strategi adalah
intervensi yang praktis, fokus kepada masalah dan disengaja. Intervensi yang
praktis dipilih sesuai dengan kebutuhan keluarga untuk membawa keluarga
pada perubahan yang diinginkan. Salah satu aspek penting dari intervensi yang
praktis ini adalah penekanan aspek dari realitas keluarga. Strategic family
therapy memberikan keluarga dengan cara mengurangi faktor risiko individu
dan keluarga melalui intervensi terfokus yang meningkatkan hubungan keluarga
bermasalah dan strategi keterampilan untuk membangun dan memperkuat
hubungan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramastri &
Martiningtyas (2015), menunjukkan bahwa BSFT dilakukan selama dua bulan
dan mampu mengubah pola komunikasi dalam keluarga sehingga permasalahan
perilaku anak menurun. Follow up setelah delapan bulan terapi menunjukkan
adanya penurunan frekuensi pertengkaran dan peningkatan frekuensi
komunikasi orangtua–anak.
Salah satu target intervensi adalah hubungan keluarga yang bermasalah.
Terapis akan berperan aktif dalam merencanakan strategi dan mengarahkan
jalannya terapi, terlibat langsung dalam mencapai tujuannya untuk mengurangi
dan menghilangkan permasalahan- permasalahan yang ada dalam keluarga atau
perilaku yang nampak (Goldenberg, 2008).

Metode Penelitian Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Desain
dalam penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun
sedemikian rupa yang bertujuan untuk memperoleh jawaban-jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger, 2003). Definisi lain, desain
penelitian diartikan sebagi rencana atau strategi yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian (Seniati, 2005).

Desain penelitian eksperimen ini mengunakan pre eksperimental desain


yaitu peneliti mengamati satu kelompok utama dan melakukan intervensi di
dalamnya sepanjang penelitian

, dalam rancangan ini tidak ada kelompok kontrol untuk diperbandingkan


dengan kelompok eksperiment (Creswell, 2010).

Subjek Penelitian

Untuk memenuhi ketentuan penelitian eksperimen, maka subjek


penelitian berjumlah 1 keluarga di Desa Bulusan kediri. Berdasarkan
desain penelitian, subjek dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu dengan pertimbangan profesional yang dimiliki peneliti
dalam usaha memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan peneliti
(Darmadi, 2013). Subjek yang terlibat dalam penelitian yaitu

1. Memiliki 2 kepala keluarga dalam 1 rumah ( keluarga Ayah dan keluarga


Anak)
2. Keluarga ayah memiliki 2 anak
3. Keluarga anak memiliki satu anak
4. Serta nilai rendah dalam skala pola komunikasi.
A. Prosedur Intervensi
Rancangan dan prosedur eksperimen antara lain:
1. Tahapan Persiapan: Membuat instrumen penelitian
2. Pelaksanaan Intervensi
Intervensi dirancangkan sebanyak Tiga sesi dan masing-masing sesi dilakukan
selama 60-90 menit. Selama Sembilan sesi dilakukan secara bertahap:
Sesi satu (‘’1 sd 2 hari), Terapis membangun raport pada anggota
keluarga agar merasa nyaman mengikuti terapi dilanjutkan sesi social stage,
terapis memperkenalkan diri dan perannya sebagai seorang terapis. Setelah
dilakukan asesmen terpisah masing-masing subjek, terapis mengumpulkan
semua angota keluarga untuk hadir.
Sesi dua (‘’1 sd 2 hari) problem stage, terapis menjelasakan tujuan dari
terapi keluarga yang akan dilaksanakan bersama, selanjutnya terapis meminta
dari masing-masing subjek untuk menyampaikan pendapat mengenai
permasalahan yang dihadapi.
Sesi tiga (‘’1 sd 2 hari), terdiri dari interaction stage, terapis
memberikan kesempatan pada anggota keluarga untuk membicarakan
permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan defining
desired changes, terapis menjelasakan kepada masing-masing subjek mengenai
permasalahan dan perilaku yang menyebabkan masalah dalam keluarga. Pada
sesi defining desired changes terapis meminta masing-masing subjek untuk
membuat tabel perubahan perilaku yang diharapkan.

Sesi Empat (‘’1 sd 2 hari), Ending interview, perubahan perilaku yang


diharapkan itu menjadi tugas masing-masing subjek untuk mencapai
perubahan dalam keluarga tersebut. Setelah sepakat mengenai perubahan
perilaku, terapis meminta masing-masing subjek selama tujuh hari
menerapkan tabel perubahan yang sudah di sepakati dan melaporkan
dengan menggunakan self report. Dilanjutkan dengan reframing yaitu
memberikan alasan positif dibalik perilaku yang dianggap bermasalah atau
kurang tepat
Sesi lima terdiri dari tahap Tahap evaluasi. Melakukan evaluasi dari self
report yang diberikan kepada masing-masing subjek mengenai perubahan
perilaku yang telah disepakati.
Sesi enam, Terminasi dan Sesi tujuh Fallow Up

Instrumen dan Pengumpulan Data


Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan skala pola komunikasi
yang telah dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan masalah yang muncul dalam
keluarga yang terdiri dari 10 item pernyataan.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti, mencakup: (a) Pengamatan


(observasi),
(b) Wawancara, (c) Dokumentasi, (d) angket, (d) skala pengukuran. Dokumen
merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau
aktifitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip
database surat-surat rekaman gambar yang berkaitan dengan peristiwa (Tobroni
& Suprayogo,2001). Dalam penelitian dokumen yang dikumpulkan berupa
catatan-catatan atau file yang memiliki keterkaitan dengan fokus penelitian ini.

Analisis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data interval.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji beda atau Uji-t
dan teknik yang digunakan adalah paried Sampel t-test (Uji-t dengan sampel
berpasangan). teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua
buah mean yang berasal dari dua buah distribusi (Winarsunu, 2002).

Intervensi dan Hasil Intervensi


Intervensi dirancangkan sebanyak Tujuh sesi dan masing-masing sesi
dilakukan selama 60-90 menit. Selama lima Tujuh dilakukan secara bertahap,
dimana sesi satu terdiri Terapis membangun raport pada anggota keluarga,
anggota keluarga menyambut dengan hangat kedatangan terapis, dan bersedia
dalam mengikuti intervensi, namun salah satu dari anggota keluarga
menunjukkan perilaku penolakan dengan menghindar dari sesi pertama,
Namun, subjek bersedia mengikuti sesi intervensi setelah diberikan saran oleh
anggota keluaga. Setelah itu dilanjutkan dengan social stage, Setelah dilakukan
asesmen terpisah masing-masing subjek, terapis mengumpulkan semua angota
keluarga untuk hadir. terapis memperkenalkan diri dan perannya sebagai
seorang terapis.

Sesi dua problem stage, masing-masing subjek menyampaikan pendapat


mengenai permasalahan yang dihadapi. Masing-masing anggota keluarga
merasakan adanya perubahan anggota keluarga Pada sesi ini, beberapa anggota
keluarga menolak pendapat dari anggota lain, setalah terapis mengingatkan
kembali peraturan dari sesi intervensi, subjek mulai tenang dan sesi 2 berjalan
dengan lancar. Ibu dan ayah mengungkapkan bahwa permasalahan yang sering
muncul terjadi semenjak kehadiran menantu laki-laki, hal tersebut di benarkan
oleh istrinya.
Sesi tiga terdiri dari interaction stage, terapis memberikan kesempatan
pada anggota keluarga untuk membicarakan permasalahan yang terjadi dalam
keluarga. Saat diskusi berlangsung ayah lebih dominna dalam mengungkapkan
pendapat, ibu menantu dan anak cenderung diam, ayah meminta kepada
menantu untuk mengungkapkan alasan dari perilaku kasar yang sering
ditunjukkan pada saat datang berkunjung di rumah ayah. Menantu, mengatakan
tidak suka dengan sikap ayah yang sering membicarakan menantu di oranglain.
Menantu mengatakan sikap menantu yang kasar disebabkan oleh menantu
tersinggung dengan sikap ayah yang sering mengatakan kepada tetangga, bahwa
ayah tidak suka dan tidak merestui hubungi menantu dengan anak. Pada sesi ini
ayah dengan menantu saling mengungkapkan apa yang dirasakan selama ini,
anak mulai memahami permasalahan yang muncul disebabkan oleh komunikasi
yang belum tuntas dari ayah, menantu maupun cucu dan anak mencoba
memberikan pemahaman kepada ayah dan menantu sebaiknya saling menerima
dan memahami anggota satu dengan yang lainnya. Menantu mengatakan
bahwa cucu tidak suka di rumah ayah karena bujukan dari menantu, memantu
memberikan pengaruh negatif tentang ayah sehingga cucu tidak mau dengan
ayah maupun ibu. Hal tersebut menyebabkan cucu jarang bersedia untuk diajak
bermalam di rumah ayah, cucu sering menangis ketika berada di rumah ayah
dan tidak mau di gendong oleh ayah maupun oleh ibu.
Kemudian dilanjutkan dengan defining desired changes, terapis
menjelasakan kepada masing-masing subjek mengenai permasalahan dan
perilaku yang menyebabkan masalah dalam keluarga. Ayah belum bisa
menerina menantu sebagai anggota keluarganya, sehingga ayah sering
menghina menantu secara langsung maupun tidak langsung, menantu bersikap
kasar dan dingin disebabkan oleh sikap penolakan terhadap menantu yang
seringditunjukkan sehingga membuat menantu benci dan melibatkan cucu
dalam permasalahan ini,dampaknya adalah cucu tidak dekat dengan ayah
maupun ibu.

Perubahan perilaku yang diharapkan oleh masing-anggota keluarga


(a) Harapan (ibu) terhadap ayah, agar bisa menerima dengan tulus
menantu sebagai anggota keluarga agar keadaan rumah bisa nyaman dan
berharap cucu bisa berfikir positif terhadap ayah dan ibu. b) Harapan ibu kepada
menantu, supaya bisa sabar dalam menghadapi orangtua dan mau memaafkan
serta menerima perilaku ayah yang menyakiti hati menantu. c) Harapan ibu
pada anak, supaya anak bisa bersikap bijaksana kerana posisinya sebagai anak
dan juga sebagai istri maupun sebagai ibu. d) Harapan menantu ke ayah,
menantu berharap agar ayah bisa menerima kelebihan dan kekurang menantu,
ayah bisa menjadi teladan yang baik untuk keluarga, salah satuya dengan
menjaga nama baik masing- masing anggota keluarga, menantu juga meninta
agar ayah tidak lagi mengatakan sendiran- sindiran negatif kepada menantu. e)
Harapa ayah kepada menantu agar tidak lagi bersikap kasar dan tidak lagi
membatasi kedekatan antara ayah ibu dan cucu, serta ayah berharap agar
menantu tidak lagi mengatakan hal buruk ke cucu yang membuat cucu berfikir
negatif tentang ayah dan ibu.
Ending interview, perubahan perilaku yang diharapkan itu menjadi tugas
masing- masing subjek untuk mencapai perubahan dalam keluarga tersebut.
Setelah sepakat mengenai perubahan perilaku, terapis meminta masing-masing
subjek selama empat hari dan menggunakan dan melaporkan dengan
menggunakan self report. Dilanjutkan dengan reframing yaitu bahwa apa yang
dilakukan menantu dan ayah tidak ada maksud negatif, hanya saja cara
mengungkapkan yang kurang tepat. Sesi tigselanjutnya terdiri dari tahap
evaluasi. Terapis meminta masing-masing subjek untuk mengumpulkan self
report yang telah diberikan pada sesi sebelumnya dan melakukan evaluasi
terhadap tugas rumah yang telah disepakati. Berdasarkan self report dan
wawancara dilakukan dapat disimpulkan bahwa ayah dan menantu masih
bersikap kaku, memilih diam tidak mau memulai komunikasi terhadap, namun
pada saat menantu memulai untuk menyapa, ayah bersedia untuk membalas
menyapa. Menantu juga mengajak cucu untuk bermalam selama 3 hari di rumah
ayah, dan biasa menenagkan cucu pada saat cucu minta pulang dengan cara
memberikan gambaran positif tentang ayah dan ibu, sehingga cucu mau untuk
bermalam di rumah ibu dan ayah, namun cucu belum bisa untuk di ajak
komunikasi terutama oleh ayah
Hasil

Grafik hasil penilaian selama intervensi sebagai berikut :

Permasalahan dalam Keluarga

Grafik tersebut menunjukkan ada perbedaan tingkat permasalahan yang


di sebabkan oleh pola komunakasi yang maladaptif yaitu 2.69 sebelum (pre tes)
dan sesudah perlakuan

(pos tes). Tingkat permasalahan yang didapat setelah intervensi sebesar 2.38.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat permasalahan dalam keluarga,
sehingga intervensi memberikan perubahan dalam komunikasi antar anggota
keluarga.

Pemberian terapi yang dilakukan kepada subjek telah mencapai tujuan


yang direncanakan. Sesi terapi dirancang menjadi 7 sesi dan dibagi dalam 3
tahap yang terdiri dari problem stage, interaction stage, defining desired
changes di lanjutkan evaluasi dan follow up dari sesi intervensi yang telah
dilakukan. Setelah semua tahapan dilakukan maka dapat dilihat perubahan
subjek melalui wawasan (insight) bagaimana subjek mampu untuk menyikapi
kondisi masingmasing dari anggota keluarga sehingga tidak terjadi permasalah
pada ibu, ayah, anak, cucu maupun menantu. Pada awalnya ayah maupun
menantu menyikapi dengan negative kehadiran mereka, namun setelah
pemberian intervensi tingkat penolakan subjek menurun dan cucu berangsur
menerima kehadiran ayah dan ibu.
Pembahasan

Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa strategic famly therapy memberikan


perubahan permasalahan dalam keluarga, subjek dalam penelitian ini bisa
komunikasi secara tepat dengan antar anggota, hasil ini bearti bahwa strategic
famly therapy efektif dalam merubah pola komunikasi dalam keluarga Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2018), hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategic famly therapy efektif dalam merubah
pola komunikasi yang kurang tepat dalam keluarga,

Strategic family therapy yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki


komunikasi antar anggota keluarga sehingga keluhan dan harapan dapat
terpenuhi tanpa mengorbankan harapan-harapan anggota keluarga yang lain.
Strategic family therapy dilakukan dengan strategi yang sudah dirancang dan
dilaksanakan sesuai prosedur. Selain itu pendekatan terapi keluarga secara
langsung menangani masalah-masalah yang ada dikeluarga yaitu fokus pada
komunikasi keluarga yang digunakan saat ini dan treatment goals berasal dari
permasalahan atau gejala yang ditampakkan (Winek, 2012).

Hasil intervensi diketahui bahwa masing-masing anggota keluarga


melaksanakan tugas yang diberikan oleh terapis, namun di hari hari pertama dan
kedua ayah tidak melaksakan tugas dengan alasan sibuk. begitu juga dengan
manantu di hari pertama dan kedua tidak melaksanakan tugas yang telah di buat
dan sepakati. Namun di hari berikutnya, masing-masing anggota keluarga
melaksakan yang telah di buat sehingga terjadi pola komunikasi yang baik antar
anggota keluarga.

Strategic family therapy yang diberikan kepada subjek dibuat bersama-


sama oleh anggota keluarga. Tujuan Strategic family therapy ini berfokus pada
konsep behavior, artinya tujuan keluarga tersebut merupakan perilaku yang
nampak atau dapat di observasi. Selain itu, perilaku yang diinginkan juga harus
mengikuti konsep behavioral dalam arti perilaku ang diinginkan pada akhir
proses terapi, merupakan perilaku yang dapat berubah dalam konteks yang
masuk akal atau perilaku yang masih dapat diperhitungkan. Tugas yang
dirancang untuk anggota keluarga menggunakan teknik directive oleh Haley
berupa daetar checklist yang bertujuan untuk membuat anggota keluarga
melakukan sesuatu yang berbeda dan merasakan pengalaman yang berbeda,
melibatkan terapis dengan proses treatment “meningkatkan hubungan dengan
terapis”, mengumpulkan beberapa informasi mengenai bagaimana respon setiap
anggota keluarga pada tugas yang diberikan dan anggota keluarga dapat
diarahkan pada suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya (Kerr &
Cristine, 2008).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa permasalahan yang muncul


karena masing- masing anggota memilih untuk saling membalas dengan
perilaku negatif daripada mendiskusikan masalah yang ada, sehingga
komunikasi antar anggota keluarga tidak terjalin dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U.H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra No. 80 th. XXIV
Juni 2012 ISSN 0215-9511.
Astutik, S, & Somaryati. (2013). Family therapy dalam menangani pola asuh
orangtua yang salah pada anak slow learner. Journal bimbingan dan
konseling islam. 3 (1): 17-35

Chabel, Daniel, G., & Jackson, S. (2013). Engagement: A Critical Aspect of


Family Therapy Practice, 6(2): 65-70.

Croft, R., S. (2004). Communication Theory.

Creswell, J. W. (2010). Research desaign pendekatan kualitatif kuantitatif dan


mied. Edisi ketiga yogyakarta. Pustaka pelajar.

Devi., D., F,. (2016). Mengatasi masalah komunikasi dalam keluarga melalui
strategic family therapy. Jurnal Intervensi Psikologi. 8 (2) : 1

Goldenberg, I. (2008). Family therapy (an overview, seventh edition). USA:


Thomson Brooks/Cole.

Heath, R.L., & Bryant, J. (2000). Human communication theory and research.
Hillsdale, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates.

HambaliI, M. (2016). Perspektif “family system intervency” untuk proteksi


karakter kebijakan siswa. Journal kajian bimbingan dan konseling, 1
(1): 12-18.
Hasnida. (2002). Family Counseling. Program Studi Psikologi. Tesis. USU
digital library. Kendall, Philip C, & Norton-Ford, Julian. (1982). Professional
Dimension Scientific and
Professional Dimension. USA, John Willey and Sons, Inc.

Liddle, H.A, & Dakof, G. A. (1995). Efficacy of family therapy for drug abuse:
promising but not definitive. Journal of Marital and Family Therapy,
21,511-544.

Olson, R.B. (2007). Stratgic Family Therapy for Dysfunctional Parent.


Academic Forum.
Paramastri, I. & Martiningtyas, M A. D. (2015). Penerapan brief strategic
family therapy (bsft) untuk meningkatkan komunikasi orang tua-anak.
Gadjah mada journal of professional psychology, 1 (1) : 64 – 75

Riyanto, T (2002). Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta:


Grasindo : 23

Santisteban, D. A., Coatsworth, J. D., PerezVidal, A., Kurtines, W. M.,


Schwartz, S. J., LaPerriere, A., & Szapocznik, J. (2003). The efficacy of
brief strategic/ structural family therapy in modifying behavior problems
and an exploration of the mediating role that family functioning plays in
behavior change. Journal of Family Psychology, 17(1), 121- 133.

Szapocznik, J., Hervis, O. E., & Scwartz, S. (2003). Brief strategic family
therapy for adolescent drug abuse. NIDA Therapy Manuals for Drug
Addiction. Rockville: National Institute on Drug Abuse
.
Szapocznik, J., & Kurtines, W. (1989). Breakthrough in Family Therapy with
Drug Abusing and Problem Youth. New York: Springer.

Utami, W, (2017). Strategic family therapy untuk memperbaiki komunikasi


dalam keluarga di nganjuk. Journal An-Nafs, 2 (2) : 1

Widjaja, W., A. (1997). Komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta: Bumi


Aksara).
Santisteban, D. A., Muir, J. A., Mena, M. P., Mitrani, V. B. (2003).
Integrated Borderline Adolescent Family Therapy: Meeting the
Challenges of Treating Borderline Adolescents. Psychotherapy: Theory
Research Practice Training, 40(4), 251-264.

Winek, L. (2012). Systemic family therapy from theory to practice. SAGE


Publication, Inc.
Student and instructor site. http//:www.mftlicenes.com/pdf/sg-chpt4.pdf.
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
KELUARGA PADA TN.A

1.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 9 November 2020
a. Identitas Kepala Keluarga
1) Identitas kepala keluarga
a) Nama kepala keluarga (KK) : Tn.A
b) Alamat dan no tlp : Jl. Pendidikan rt/rw11/03
/0817xxxxxxx
2) Komposisi anggota keluarga
N Nam L/ Umu Hubunga Pendidika Pekerjaan Status
o a P r n dengan n kesehata
KK n
1 Tn.A L 42 Kepala S3 Wiraswas Sehat
Th keluarga ta
2 Ny.S P 42 Istri SMA Ibu rumah Sehat
Th tangga
3 An.Z P 22 Anak Mahasis Pelajar Sehat
Th wa
4 An.L L 20 Anak Mahasis Pelajar Sakitr
Th wa

3) Genogram
Keterangan :
1.
2. : Pria

3. : Wanita

: Pasien yang teridentifikasi

4. : : Meninggal
5.

: Menikah

: Berpisah

: Cerai

: Tidak menikah

: Anak adopsi atau asuh

: Aborsi atau keguguran


: Kembar

: Anggota yang tinggal serumah

4) Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah nuclear family, dimana ayah, ibu dan anak-
anaknya tinggal bersama dan terpisah dari sanak keluarga lainnya.
5) Latar belakang kebudayaan (Etnik)
Keluarga Tn.A berasal dari suku jawa dan lingkungan sekitarnya juga
kebanyakan dari suku jawa. Di dalam rumah maupun diluar rumah,
keluarga Tn.A berkomunikasi menggunakan Bahasa jawa. Dalam hal
berpakaian maupun makan tidak dipengaruhi oleh suku asal, hanya saja
kebiasaan hidup yang digunakan berdasarkan kebiasaan hidup sehari-hari.
6) Agama
Keluarga Tn.A beragama islam. Keluarga Tn.A selalu melaksanakan
sholat lima waktu di rumah. Ny.S juga selalu mengikuti kegiatan
pengajian di lingkungan masyarakat yang diadakan satu bulan sekali dan
Ny.S selalu mengikuti arisan 2 mgg sekali yang diadakan rt rw setempat.
7) Status sosial ekonomi keluarga
Tn.A bekerja menjadi pengasuh pondok pesantren roudlotul hikmah
ujungpangkah gresik, Tn.A sebagai tokoh agama dimasyarakat, dari segi
ekonomi menurut Ny.S penghasilan yang diberikan oleh Tn.A sudah
cukup lebih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
8) Mobilitas kelas sosial
Tn.A bekerja dirumah sedangkan Ny.S Kegiatannya adalah mengajar di
TPQ Ketika sore hari dan Ketika pagi hari berjualan di Kantin sekolah.
Anak Tn.A yang kedua beserkolah dekat rumah dan anak pertamanya
An.Z kuliah di Surabaya.
b. Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga
1. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga Tn.A dan Ny.S saat ini adalah tahap
keluarga dengan anak remaja.
Tugas perkembangan keluarga Tn.A dan Ny.S terhadap An.L saat ini
adalah :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang
2. Memelihara komunikasi terbuka (Tugas Nomer 2 belum bisa terlaksana
dengan baik)
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan
tahap perkembangan saat ini
Ny.S megatakan bahwa anak yang kedua dalam hal komunikasi kurang
terbuka, pendiam, dan Ketika ada permasalahan selalu dipendam sendiri
tidak mau menceritakaknya kepada orang tua. Setelah diklarifikasi An.L
mengatakan bahwa kurang nyaman jika bercerita kepada orangtua karena
menurut An.L jika bercerita ke orang tua tidak menyelesaikan masalah
namun semakin menjadi beban dan bertambahnya masalah sehingga An.L
memilih terbuka dengan dekatnya. Ny.S berusaha untuk mengetahui
penyebabnya melalui teman dari anaknya serta mencegah permasalahan
dengan cara dimusyawarahkan. Meskipun Tn.A dirumah Tn.A kurang
memperhatikan pergaulan dari kedua anaknya.
3. Riwayat keluarga inti
Tn.A mempunyai penyakit diabetes mellitus tipe 2
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua dari Tn.A sendiri tidak diketahui apakah mempunyai riwayat
penyakit diabetes, sedangkan orang tua dari Ny.S memiliki riwayat
hepatitis B
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn.A adalah rumah yang dibangun dari hasil kerja keras
Tn.A sendiri ukuran rumah 12x20 m dimana terdapat 3 kamar untuk anak
dan orangtua, terdapat dapur dan juga kamar mandi. Kondisi rumah cukup
rapi, banyak pepohonan, ventilasi cukup, Sumber air yang digunakan
adalah sumur, dimana air tersebut digunakan untuk memasak, mandi dll.
Sedangkan untuk minum menggunakan air mineral yang beli di toko
sebelah. Keluarga Tn.A memiliki tempat pembuangan sampah yang
berada samping rumah dan setiap 1 minggu sekali di lakukan pembakaran
sampah sendiri.

Denah rumah :

12 m

Kamar T
mandi

Dapur U S

Kamar
orangtua B

Kamar anak 20 m

Ruang tamu
Pintu

Pagar

Jalan raya

Keterangan ukuran :
a. Ukuran kamar mandi : 2x4 m
b. Ukuran dapur : 3x5 m
c. Ukuran kamar orang tua : 4x4 m
d. Ukuran kamar anak : 3x4 m

2) Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar


Keluarga Tn.A jarang berkomunikasi dengan anaknya, berbicara juga
hanya seperlunya saja. Tn.A sering berkumpul dengan tetangga pada saat
ada pengajian dan acara tertentu. Pelayanan kesehatan yang digunakan
adalah Puskesmas terdekat dengan menggunakan fasilitas BPJS.
3) Mobilitas geografis keluarga
Tn.A warga asli Gresik dan Ny.S adalah warga asli Blitar. Sejak menikah
Tn.A tinggal di Gresik Bersama dengan anak dan istrinya.
4) Asosiasi transaksi keluarga dengan masyarakat
Dirumah Ny.S tinggal bersama kedua anaknya dan suaminya.
5) System pendukung keluarga
Dalam menghadapi masalah kesehatan keluarga menggunakan layanan
kesehatan yang ada yaitu puskesmas.
Namun Tn.A tidak menggunakan fasilitas pelayanan Kesehatan Ketika
sakit dan tidak mau berobat karena takut.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Komunikasi antar-keluarga Tn.A kurang baik. Antara orang tua dan anak
nomer 2.
2) Struktur kekuasaan
Dalam pengambilan keputusan Tn.A bersikap otoriter segala keputusan
yang ada terkait pemasalahan dan pembahasan apapun semua keputusan
berada di Tn.A tanpa meminta saran atau pendapat dari anak dan istrinya,
semua harus patuh akan keputusan yang Tn.A ambil.
3) Struktur peran
a) Struktur peran formal
Menurut Ny.S beliau sudah cukup mampu menjalankan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga yang baik dan menjadi istri yang baik untuk
suami dan anak-anaknya. hal ini dapat dilihat pada saat Tn.A yang
selalu memberikan uang kepada Ny.S
Menurut Tn.A ia sudah menjalankan tugas keluarga dengan baik,
namun saat pandemik Covid 19 ini Tn.A kadang terlambat
memberikan uang .
Kedua anaknya sudah menjalankan tugasnya untuk mencari ilmu dan
berbakti kepada orangtua.
b) Struktur peran informal
Ny.S merasa belum bisa menjadi orang tua atau sahabat untuk tempat
curhat bagi kedua anaknya khususnya anak keduanya sehingga
anaknya menjadikan teman dekat sebagai tempat curhat Ketika ada
permasalahan
c) Analisis model peran
Tn.A mengatakan yang menjadi role model adalah orangtua dari Tn.A,
dan Ny.S mengatakan yang menjadi role model adalah orangtua dari
Ny.S. Tn.A dan Ny.S menjadi role model bagi kedua anaknya menurut
Ny.S Tn.A belum bisa menjadi role model yang baik bagi anak-
anaknya karena sikapnya yang keras dan arogan. Menurut Ny.S Model
peran Tn.A negative terhadap keluarganya karena sifatnya yang egois
dan tidak mau mendapat masukan apapun dari angota keluarganya.
d) Variabel yang mempengaruhi struktur peran
Tn.A sangat bertanggung jawab di keluarganya Ny.S selalu
mendukung keputusan yang dibuat oleh Tn.A selama keputusan itu
dirasa baik bagi keluarganya.
Tn.A mengatakan didalam keluarganya struktur peran tidak
terpengaruh oleh etnik atau adat istiadat.
Tn.A mengatakan saat menikah bisa menerima peran-peran baru dan
bisa menyesuaikan diri. Namun, Ny.S merasa stress akibat komunikasi
yang kurang efektif dan kurang terbuka anak-anaknya terhadap
keluarga. Anggota keluarga semuanya terbuka dalam berkomunikasi
kecuali anak yang kedua.
4) Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.A memiliki nilai dan norma dalam membina keluarga, seperti
norma yang berlaku di masyarakat. Tn.A mengatur rumah tangganya
dengan baik. Peraturan yang di buat Tn.A adalah anak-anaknya harus
lulus sarjana semuanya.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
a. Saling asuh, keakraban, dan identifikasi
Ny.S mengatakan bahwa kedua anaknya mendapat kasih sayang yang
cukup dan antar anggota keluarga saling menyayangi.
Namun sikap Tn.A salah dalam mengungkapkan kasih sayangnya,
Ketika anaknya salah bukan menasihati dengan baik namun memukul
dan memarahi kedua anaknya.
b. Keterpisahan dan keterkaitan
Tn.A mengatakan bahwa dirinya dan Ny.S selalu percaya satu sama
lain. Tn.A mengatakan jarang berkomunikasi dengan anak yang nomer
2 karena sifatmya yang pendiam.
c. Pola kebutuhan respon keluarga
Ny.S mengatakan bahwa komunikasi yang ada dalam keluarganya
kurang baik, Ny.S berusaha untuk dekat dengan anak-anaknya ketika
Ny.S merasa anaknya ada masalah Ny.S berusaha untuk melakukan
musyawarah bersama agar tidak terjadi kesalahan komunikasi antar
keluarga.
2) Fungsi ekonomi
Pendapatan yang diperoleh dari kerja keras Tn.A sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan baik pokok, primer, dan sekunder. Sebagian hasil
pendapatan juga masih dapat disimpan untuk ditabung terutama untuk
pembangun pondok pesantren. Saat pandemic ini Tn.A berusaha mencari
penghasilan lainya yaitu menajdi makelar.
3) Fungsi reproduksi
Ny.S sudah tidak ingin memiliki anak lagi. Namun Tn..A menginginkan
anak. Ny.S tidak mengunakan jenis kontrasepsi apapun. Tn.A mempunyai
keinginan untuk menambah anggota baru namun terkendala dengan alat
reproduksi Tn.A mengalami penurunan fungsi reproduksi tidak bisa ereksi
akibat penyakit diabetes mellitus yang dideritanya..
4) Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga dengan lingkungan sekitar baik dengan tetangga.
Setiap kelahiran anak-anaknya Ny.S selalu berbagi makanan seperti bubur
yang diberikan ke tetangga dekatnya.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Ny.S kurang mengetahui tentang masalah kesehatan pada An.L sehingga
ketika An.L kambuh sakitnya, Ny.S langsung membelikan obat-obatan di
apotik yang terjual bebas dan apabila tidak ada perubahan Ny.S langsung
membawanya ke Puskesmas terdekat. Ny.S menganggap bahwa penyakit
An.L itu serius.
f. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
a. Stressor jangka pendek
Menurut Keluarga Tn.A mengatakan tidak ada pemikiran yang mengganggu
selama 6 bulan terakhir.
b. Stressor jangka Panjang
Ny.S mengatakan khawatir jika komunikasi kepada antar anggota
keluarganya terhambat tidak bisa efektif, Ny.S khawatir dalam jangka
panjangnya menjadikan anak-anak terbentuk kepribadian yang seperti ayah
nya yaitu keras dan suka berkata kasar.

c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor


Ny.S berusaha untuk mengurangi stress dengan cara rekreasi yaitu
berjualan tiap pagi di kantin sekolah untuk menghilangkan penat, Ny.S
juga berusaha melakukan musyawarah dengan anak-anaknya dengan
menasihati dari hati ke hati, dan dengan nada yang lemah lembut.
d. Strategi Koping Yang Digunakan

Ny.S hanya bisa berdoa dan berusaha untuk menghadapi permasalahan


yang sedang Ny.S alami.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional
Ny.S berharap agar masalah bisa di atasi dengan secepat mungkin
agar komunikasi antar anggota kelompok lebbih terbuka satu sama lain, dan
lebih efektif
f. Harapan keluarga
Keluarga berharap masalah ini dapat segera teratasi agar bisa
terbentuk keluarga yang baik dan sejahtera
2. Tabel imunisasi

N Na L/ Hub. U Pen Status Imunisasi


o ma P Kelu mu didi
BCG Polio DPT Hepatitis Campak Ket
arga r kan
0-3 1-4 2-4 2-6 bulan 9 bulan
KK
bulan bulan bulan
1 Tn. L Kepa 42 SM √ lupa lupa lupa lupa Tidak lengkap
A la Th A
kelua
rga
2 Ny. P Ibu 42 SM √ lupa lupa lupa lupa Tidak lengkap
S Rum Th A
ah
Tang
ga
3 An. P Anak 22 Mhs √ √ √ √ √ Lengkap
Z Th
4 An. L Anak 20 SM √ √ √ √ √ Lengkap
L Th K
3. PEMERIKSAAN FISIK

No Sistem Tn.A Ny.S An.Z An.L


1 TTV TD : 120/70 TD : 110/70 TD : 120/80 mmhg TD : 130/90 mmhg
mmhg mmhg Nadi : 96x/ menit Nadi : 100x/ menit
Nadi : 85x/ menit Nadi : 90x/ menit RR : 18x/menit RR : 19x/menit
RR : 20x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36,3oC Suhu : 37oC
Suhu : 36oC Suhu : 36oC
2 Kepala I : lurus, pendek, I : lurus, panjang, I : lurus, panjang, hitam, I : lurus, pendek,
/ hitam dan bersih. hitam dan bersih dan bersih hitam dan bersih
rambut P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada benjolan, P : tidak ada
benjolan benjolan P:- benjolan
P:- P:- A:- nyeri disebabkan
A:- A:- karena stress. Nyeri
terasa seperti
tertimpa benda berat,
nyeri di bagian
kepala sebelah
kanan dengan skala
nyeri 4 sedang, nyeri
saat berdiri.
P:-
A:-
3 Mata I : kedua mata I : kedua mata I : kedua mata simetris, I : kedua mata
simetris, simetris, konjungtiva anemis, simetris, konjungtiva
konjungtiva konjungtiva sklera ikterik, penglihatan anemis, sklera
anemis, sklera anemis, sklera baik, tidak menggunakan ikterik, penglihatan
ikterik, ikterik, kaca mata. baik
penglihatan baik penglihatan baik P : tidak ada tumor P : tidak ada tumor
P : tidak ada P : tidak ada P:- P:-
tumor tumor A:- A:-
P:- P:-
A:- A:-
4 Teling I : simetris, I : simetris, I : simetris, bersih, tidak I : simetris, bersih,
a bersih, tidak ada bersih, tidak ada ada lesi tidak ada lesi
lesi lesi P : tidak ada tumor atau P : tidak ada tumor
P : tidak ada P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri atau benjolan, tidak
tumor/benjolan, tumor atau tekan ada nyeri tekan
tidak ada nyeri benjolan, tidak P:- P:-
tekan ada nyeri tekan A:- A:-
P:- P:-
A:- A:-
5 Hidun I : hidung I : hidung I : hidung simetris. I : hidung simetris.
g simetris. simetris. P : tidak ada polip, tidak P : tidak ada polip,
P : tidak ada P : tidak ada
polip, tidak ada polip, tidak ada ada sinusitis tidak ada sinusitis
sinusitis sinusitis P:- P:-
P:- P:- A:- A:-
A:- A:-
6 Mulut I : simetris, bibir I : simetris, bibir I : mulut berwarna hitam, I : simetris, bibir
tidak kering, tidak kering, simetris, bibir kering, tidak kering, warna
warna bibir warna bibir merah warna bibir pink, tidak bibir pink, tidak ada
hitam, tidak ada gelap, tidak ada ada lesi, gigi lengkap, lesi, gigi lengkap,
lesi, gigi lengkap, lesi, gigi lengkap, gigi, gigi putih. gigi, gigi putih.
gigi, gigi kuning. gigi, gigi putih. P:- P:-
P:- P:- P:- P:-
P:- P:- A:- A:-
A:- A:-
7 Leher I : bentuk I : bentuk I : bentuk simetris, tidak I : bentuk simetris,
simetris, tidak ada simetris, tidak ada ada pembengkakan tidak ada
pembengkakan pembengkakan kelenjar tiroid pembengkakan
kelenjar tiroid kelenjar tiroid P : tidak ada kelenjar tiroid
P : tidak ada P : tidak ada pembengkakan kelenjar P : tidak ada
pembengkakan pembengkakan tiroid, tidak ada nyeri pembengkakan
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, tekan, arteri karotis kelenjar tiroid, tidak
tidak ada nyeri tidak ada nyeri terdengar, tidak ada ada nyeri tekan,
tekan, arteri tekan, arteri pembengkakan JVP arteri karotis
karotis terdengar, karotis terdengar, P:- terdengar, tidak ada
tidak ada tidak ada A:- pembengkakan JVP
pembengkakan pembengkakan P:-
JVP JVP A:-
P:- P:-
A:- A:-
8 Dada/t I : simetris, tidak I : simetris, tidak I : simetris, tidak ada I : simetris, tidak ada
horax ada kelainan, ada kelainan, kelainan, tidak ada lesi kelainan, tidak ada
tidak ada lesi tidak ada lesi P : tidak ada nyeri tekan, lesi
P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri tidak ada benjolan, P : tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tekan, tidak ada fremitus traktil. tekan, tidak ada
benjolan, fremitus benjolan, fremitus P : paru sonor, benjolan, fremitus
traktil. traktil. A :s1-s2 tunggal tanpa traktil.
P : paru sonor, P : paru sonor, bunyi nafas tambahan P : paru sonor,
A :s1-s2 tunggal A :s1-s2 tunggal A :s1-s2 tunggal
tanpa bunyi nafas tanpa bunyi nafas tanpa bunyi nafas
tambahan tambahan tambahan
9 Abdo I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
men P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri tekan P : tidak ada nyeri
tekan tekan P : timpani tekan
P : timpani P : timpani A: P : timpani
A: A: peristaltik usus normal A:
peristaltik usus peristaltik usus peristaltik usus
normal normal normal
10 Ekstre I : Terdapat bekas I : tangan kanan I : tangan kanan kiri I : tangan kanan kiri
mitas luka kaki sebelah kiri simetris, tidak simetris, tidak ada lesi. simetris, tidak ada
atas kanan bekas luka ada lesi. P :turgor kulit baik, tidak lesi.
dan gangren tangan P :turgor kulit P :turgor kulit baik,
bawah kanan kiri baik, tidak ada ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
simetris, tidak ada nyeri tekan P:- P:-
lesi. P:- A :- A :-
P :turgor kulit A :-
baik, tidak ada
nyeri tekan
P:-
A :-
11. Kulit I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi, tidak I : tidak ada lesi,
tidak ada luka, tidak ada luka, ada luka, kulit lembab, tidak ada luka, kulit
kulit lembab, kulit lembab, tidak ada bekas jahitan, lembab, tidak ada
tidak ada bekas tidak ada bekas kulit berwarna sawo bekas jahitan, kulit
jahitan, kulit jahitan, kulit matang berwarna sawo
berwarna sawo berwarna sawo P : tidak ada benjolan, matang
matang matang tidak ada nyeri tekan P : tidak ada
P : tidak ada P : tidak ada P:- benjolan, tidak ada
benjolan, tidak benjolan, tidak A: - nyeri tekan
ada nyeri tekan ada nyeri tekan P:-
P:- P:- A: -
A: - A: -
12. Riway Tidak ada Tidak ada Tidak ada Riwayat alergi Tidak ada Riwayat
at Riwayat alergi Riwayat alergi makanan atau minuman alergi makanan atau
Alergi makanan atau makanan atau minuman
minuman minuman
13. Riway Masih Tidak ada Tidak ada Riwayat Saat ini
at mengkonsumsi Riwayat menggunakan obat-obatan mengkonsumsi obat
Pengg obat Glimipiride menggunakan asam mefenamat
unaan obat-obatan yang diberikan Ny.S
obat
14 Kesim
pulan

4. TABEL TINGKAT KEMANDIRIAN

Tingkat Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri


kemandiri a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7
an
Tingkat I √ √
Tingkat II √ √ √ √ √
Tingkat III
Tingkat IV
Keterangan masuk dalam tingkat kemandirian 2
5. TABEL TAHAP KELUARGA SEJAHTERA
No Indikator Mampu Tidak
mampu
1. Anggota keluarga mudah melaksanakan ibadah √
menurut agamanya
2. Seluruh anggota keluarga dapat makan √
minimal 2 kali sehari
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian √
berbeda untuk di rumah,bekerja,sekolah, dan
bepergian
4. Bagian terluas dari lantai rumah adalah bukan √
tanah.
5. Bila anak sakit, dibawa ke sarana kesehatan √
6. Anggota keluarga melaksabakan ibadah √
agamanya, secara teratur
7. Keluarga makan daging/ikan/telur minimal 1 √
kali seminggu
8. Setiap anggota keluarga memperoleh satu stel √
pakaian baru dalam setahun
9. Terpenuhinya luas lantai rumah minimal 8 √
meter persegi per penghuni
10. Tidak ada anggota keluarga yang sakit dalam 3 √
bulan terakhir
11. Ada anggota keluarga berumur 15 tahun ke √
atas yang berpenghasilan tetap
12. Tidak ada anggota keluarga berumur 10-60 √
tahun yang tidak bisa baca-tulis
13. Tidak ada anak berumur 5-15 tahun yang tidak √
bersekolah
14. Jika keluargas telah memiliki 2 anak atau √
lebih, memakai kontrasepsi
15. Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan √
agamanya
16. Sebagian penghasilan keluarga di tabung √
17. Keluarga minimal dapat makan bersama sekali √
dalam sehari dan saling berkomunikasi
18. Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan √
masyarakat
19. Keluarga melakukan rekreasi di luar rumah √
minimal 1 bulan
20. Keluarga dapat mengakses berita dari surat √
kabar,raduo,televisi ataupun majalah
21. Anggota keluarga dapat menggunakan fasilitas √
transportasi lokal
22. Keluarga berkontrisibusi secara teratur dalam √
aktivitas aisial dan
23. Minimal satu anggota keluarga aktif dalam √
pengelolahan lembaga lokal.
Keterangan termasuk keluarga sejahtera tingkat 3 plus
2.2 Diagnosa

2.2.1 Analisa Data


No Data Problem
1. Ds : Nyeri Akut
1. Keluarga mengatakan anak L mengalami sakit kepala 5 hari ini1 Kode D.0077
2. Keluarga mengatakan saat anak L sakit diberikan obat asam mefenamat untuk Kategori ; Psikologis
mengurangi nyeri. 1 Sub kategori ; Nyeri dan kenyamanan
3. Anak L mengatakan pusing setelah mengkonsumsi rokok dalam jumlah tidak Definisi ; pengalaman sesnsorik atau
seperti biasanya yaitu menghabiskan 1 bungkus rokok dalam satu hari, bisanya emosional yang berkaitan dengan
anak L dalam sehari hanya 3 batang rokok saja. 1 kerusakan jaringan actual atau fungsional
4. An.L mengatakan dengan onset mendadak atau lambat dan
P ; nyeri akibat stress berintensitas ringan hingga berat yang
Q; nyeri seperti tertimpa benda berat berlangsung kurang dari 3 bulan.
R; nyeri sebelah kanan Nyeri akut pada keluarga Tn. A khususnya
S; skala nyeri 5 sedang An. L
T ; nyeri timbul saat anak L berdiri1
Do :
TTV
TD : 130/90 mmhg
Nadi : 100x/ menit
RR : 19 x/menit
Suhu : 37oC
An.L terlihat memegangi kepala sebelah kanan,
An.L terlihat gelisah

78
2. Ds : Gangguan Interaksi social
1. Ny.S mengatakan bahwa An.L karakter nya pendiam, kurang terbuka kepada Kode : D.0118
orang tuanya.terkait masalah pribadi dan masalah yang lain-nya.2 Kategori : Relasional
2. An.L mengatakan kurang nyaman jika bercerita kepada orangtua, lebih baik Subkategori ; Interaksi sosial
bercerita kepada teman dekatnya.2 Definisi ;
3. Ny.S mengatakan bahwa Tn.A jika melakukan musyawarah keluarga segala Kuantitas dan atau kualitas social yang
keputusan berada di bawah naungan Tn.A, Tn.A bersifat otoriter dalam kurang atau berlebih
mengambil keputusan
Gangguan Interaksi sosial pada Keluarga
Do : An.L tampak diam ketika ditanya mengenai bagaimana komunikasi dengan Tn.A khususnya An.L
keluarganya,
Kepala tampak menunduk kebawah.

3. Ds : Disfungsi Seksual
1. Ny.S mengatakan bahwa Tn.A menginginkan mempunyai anak.3 Kode ; D.00069
2. Ny.S tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun3 Kategori : Fisiologis
3. Ny.S mengatakan bahwa Tn.A tidak bisa ereksi karena efek dari penyakit Subkategori : Reproduksi dan seksualitas
diabetes mellitus yang di deritanya.3 Definisi ; perubahan fungsi seksual selama
fase respon seksual berupa hansrat
Do :Ny.S tampak bingung saat ditanya mengenai masalah seksualitas terangsang, orgasme, dan atau relaksasi
N.S tampak menggaruk-garuk kepala yang dirasa tidak memuaskan tidak
bermakna atau tidak adekuat

Disfungsi seksual Pada Keluarga Tn.A


khususnya Tn.A dan Ny.S

79
2.2.2 Skoring dan prioritas masalah
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri akut pada Keluarga Tn.G khususnya An.V
No Kriteria Skor Bobot Nilai Rasional
1. Sifat masalah : 2 1 2/3x1 = 2/3 An.L mengetahui masalah kesehatanya bahwasanya jika
potensial terlalu banyak merokok mengakibatkan masalah pada
Kesehatan dalam jangka panjangnya.
2. Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 An.L mengerti masalah penyakitnya, Ny.S memberikan
masalah dapat obat Pereda nyeri asam mefenamat sebagai upaya
dirubah : sebagian pengobatan awal
3. Potensi masalah 2 1 2/3x1 =2/3 An.L mengatakan ketika kepalanya terasa sakit maka
dapat dicegah : minum obat yang diberikan Ny.S
cukup
4. Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 An.L menganggap sakit kepala adalah masalah yang
masalah : segera serius. Ny.S langsung membawanya ke Puskesmas
terdekat.
Total 2 4/3

80
2. Gangguan Interaksi sosial pada Keluarga Tn.A khususnya An.L

No Kriteria Skor Bobot Nilai Rasional


1. Sifat masalah : 2 1 2/3x1= 2/3 An.L kurang terbuka dan pendiam, tidak mau bercerita
risiko kepada orang tuanya terkait masalah apapun. An.L lebih
terbuka kepada teman-temannya.
2. Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1 Ny.S bingung dengan sikap anaknya karena selalu
masalah dapat dipendam dan tidak mau bercerita
dirubah : sebagian
3. Potensi masalah 2 1 2/3x1 = 2/3 Ny.S berusaha untuk mencegah permasalahan agar tidak
dapat dicegah : berkelanjutan dengan cara melakukan musyawarah
cukup kepada An.L terkait interaksi antara keluarga yang
terhambat.
4. Menonjolnya 2 1 2/2x1= 1 Keluarga mengetahui bahwa interaksi antar keluarga
masalah : Segera sangat penting sehingga keluarga berusaha untuk segera
mengatasi masalah dengan mencari informasi kepada
teman dekat An.L serta dimusyawarahkan.
Total 2 4/3

81
3. Disfungsi seksual Pada Keluarga Tn.A khususnya Tn.A dan Ny.S

No Kriteria Skor Bobot Nilai Rasional


1. Sifat masalah : rendah 1 1 1/3x1 = 1/3 Ny.S mengetahui bahwa Tn.A menginginkan anak
2. Kemungkinan masalah 0 2 0/2x2 = 0 Tn.A sangat menginginkan memiliki anak namun
dapat dirubah : tidak terkendala dengan masalah Kesehatan reproduksi nya
dapat
3. Potensi masalah dapat 1 1 1/3x1 = 1/3 Tn.A tidak melakukan Tindakan apapun saat
dicegah : rendah mengalami masalah reproduksi, Tn.A hanya teratur
minum obat diabetes agar tidak kambuh kembali
4. Menonjolnya masalah : 1 1 1/2x1= 1/2 Ny.S merasa bahwa bingung harus melakukan apa,
segera namun Tn.A menganggap itu suatu masalah yang
segera di atasi
Total 7/6

Prioritas Diagnosis Keperawatan


No. Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1. Gangguan Interaksi sosial pada Keluarga Tn.A khususnya An.L 2 4/3

2.Nyeri akut pada Keluarga Tn.G khususnya An.V 2 4/3


3.Disfungsi seksual Pada Keluarga Tn.A khususnya Tn.A dan Ny.S 7/6

82
2.3 Intervensi

SLKI SIKI
Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan
Gangguan Interaksi social Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial
Kode : D.0118 Kode : I.13484
Kategori : Relasional Intervensi :
Subkategori ; Interaksi sosial a. Libatkan keluarga selama Latihan keterampilan social
b. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan social
Hasil : Promosi Sosialisasi
(L.13115) Interaksi Sosial Kode ; I.13498
Indikator : a. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang
a. Perasaan mudah Menerima atau mengkomunikan lain
perasaan dari cukup memurun 2 menjadi cukup b. Idenfikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
meningkat 4
(L.13115) Keterlibatan sosial Manajemen stress
Indikator : Kode : I.09293
a. Minat interaksi dari cukup menurun 2 menjadi cukup a. Identifikasi stressor
meningkat 4 b. Identifikasi tingkat stress
Terapi Keluarga
Kode ; I.09322
a. Identifikasi pola komunikasi keluarga
b. Identifikasi penengah dalam keluarga
c. Identifikasi ketidakpuasan atau konflik yang terjadi

83
d. Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga

Keluarga mampu mengambil keputusan Kesehatan Keluarga mampu mengambil keputusan Kesehatan
Gangguan Interaksi social Promosi Sosialisasi
Kode : D.0118 Kode ; I.13498
Kategori : Relasional e. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi
Subkategori ; Interaksi sosial dengan orang lain
f. Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
Hasil : g. Anjurkan meningkatkan diri dan menghormati orang lain
(L.09074) Ketahan keluarga
Indikator : Terapi Keluarga
c. Menggunakan strategi koping yang efektif dari cukup Kode ; I.09322
menurun 2 menjadi sedang 3 a. Identifikasi cara keluarga memecahkan masalah
d. Mencari dukungan emosional dari anggota keluarga b. Identifikasi pembuatan keputusan dalam kelaurga
lqin dari cukup menurun 2 menjadi sedang 3 c. Diskusikan strategi penyelesaian masalah yang kontruktif
Manajemen Pendalian Marah
Kode I.09290
Intervensi
d. Dukung menerapkan startegi pengendalian marah dan
ekspresi marah adaptif
e. Gunakan pendekan yang tenang dan meyakinkan
Promosi Keutuhan Keluarga
Kode ; I.13490
Intervensi
a. Fasilitasi keluarga melakukan pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah

84
b. Fasilitasi komunikasi terbuka antar setiap anggota keluarga
:
Promosi Komunikasi Efektif
Kode I.13491
Intervensi
a. Dukung pasien dan keluarga menggunakan komunikasi efektif
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga mampu merawat
Gangguan Interaksi social Terapi Keluarga
Kode : D.0118 Kode ; I.09322
Kategori : Relasional Intervensi :
Subkategori ; Interaksi sosial a. Diskusikan cara terbaik menangani disfungsi perilaku dalam
Hasil : keluarga
(L.13115) Interaksi sosial b. Diskusikan rencana terapi keluarga
Indikator : c. Anjurkan berkomunikasi lebih efektif
a. Perasaan nyaman dengan situasi social dari cukup Promosi Keutuhan Kleuarga
menurun 2 menjadi 3 sedang Kode ; I.13490
a. Anjurkan angota keluarga mempertahankan keharmonisan
(L.13113) Dukungan Sosial keluarga
a. Kmampuan meminta bantuan keorang lain dari cukup
menurun 2 menjadi sedang 3 Manajemen Pengendalian Marah
Kode ; I.09290
a. Ajarkan strategi untuk mencegah ekspresi marah maladdaptif

Keluarga mampu mengkondisikan lingkungan Keluarga mampu mengkondisikan lingkungan


Gangguan Interaksi social Level I Domain 5
Kode : D.0118 Perawatan yang mendukung keluarga
Kategori : Relasional Kelas Z : Perawatan membesarkan anak.
Subkategori ; Interaksi sosial (8340) Peningkatan ketahanan

85
Hasil : a. Bantu anak usia remaja melihat keluarga sebagai sumber
(L.13115) Keterlibatan sosial untuk (mendapatkan) nasehat dan dukungan.
Indikator : b. Hubungkan anak yang berusia remaja pada orang dewasa yang
a. Verbalisasi ketidakamanan di tempat umum dari ada dikomunitas.
cukup menurun 2 menjadi sedang 3 c. Bantu anak remaja untuk mengembangkan kesadaran sosial
dan global.
(L.13113) Dukungan Sosial d. Informasikan dan libatkan komunitas dalam program anak
h. Jaringan social yang membantu dari cukup menurun remaja.
2 menjadi sedang 3 e. Fasilitas pengembangan dan penggunaan sumber-sumber
dilingkungan.

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
Gangguan Interaksi social Manajemen Pengendalian arah
Kode : D.0118 Kode ; I.09290
Kategori : Relasional Intervensi
Subkategori ; Interaksi social a. Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga selama
ketegangan meningkat
(L.09074) Ketahanan Keluarga
Indikator Promosi Keutuhan Keluarga
c. Memanfaatkan tenaga Kesehatan untuk mendapat Kode ; I.13490
bantuan dari cukup menurun 2 menjadi sedang 3 a. Rujuk untuk terapi keluarga
d. Memanfaatkan tenaga Kesehatan untuk mendapatkan
informasi dari cukup menurun 2 menjadi sedang 3

86
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.Jakarta: EGC.

Efendi, Ferry dan Makhfudli.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik Keperawatan.Jakarta :Salemba Medika.

Friedman, M. Marilyn , Bowden, R. Vicky., Jones G. Elaine. (2010).Buku Ajar


keperawatan keluarga: riset, teori, & praktik. Edisi 5. Jakarta :EGC.

Herdman,T.Heather., Kamitsuru, shigemi. (2018). NANDA-I Diagnosis


Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2022. Edisi 11. Jakarta:EGC.

Hernilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulsel: Pustaka


As Salam.

Maulana, Heri.D.J. (2009).Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nies, A. Mary., Mcewen, Melanie. (2019) .Keperawatan Kesehatan Komunitas


dan Keluarga. Edisi Indonesia Pertama. Singapura: Elsevier.

Padila. (2012). Buku ajar: Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Riasmini, Ni Made. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok dan Komunitasdengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan
NIC di puskemas dan masyarakat.Jakarta : UI-Press.

Setiawati, S., dan Agus,Citra Dermawan.2008.Penuntun Praktik Asuhan


Keperawatan Keluarga.Jakarta: Tran Info Media.

Suprajitno. (2004).Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam


Praktik.Jakarta: EGC.

Utami, Wahyu. (2017). Strategi Family Therapy Untuk Memperbaiki Komunikasi


Dalam Keluarga. Journal An: nafs: Vol.2 No.2.

89
Yigbalom, Leisy. (2013). Peranan Interaksi Anggota Keluarga Dalam Upaya
Mempertahankan Harmonisasi Kehidupan Keluarga. Journal Volume II.
No.4.

90
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Pokok Bahasan : Bahaya Merokok
B. Sub pokok bahasan :
i. Definisi Merokok
ii. Bahaya merokok
iii. . Komponen rokok
iv. Penyakit yang timbul akibat rokok
v. Cara menunda rokok, mengurangi dan menghentikan rokok
C. Waktu : Rabu 11 Nov 2020 Pukul 08.00 s.d selesai
D. Tempat : Di rumah Tn.A
E. Sasaran : Tn.A dan anggota keluarganya
F. Penyuluh : Mahasiswa UNUSA
G. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit.
Tn.A beserta anggota keluarganya khususnya An.L dapat menambah
pengetahuan tentang penatalaksanaan yang tepat bahaya merokok
H. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan, keluarga Tn.P dan anggota keluarganya dapat :
1. Mengetahui definisi merokok
2. Mengetahui bahaya merokok
3. Mengetahui komponen yang ada pada rokok
4. Mengetahui penyakit yang timbul akibat rokok
5. Mengetahui menunda, mengurangi dan berhenti merokok
I. Metode : Ceramah
J. Media : Leflet dan Vidio, laptop
K. Pengorganisasian

Pembimbing Akademik ; Riska Rohmawati,S.Kep.Ns., M.Tr.Kep


Penyaji ; Zahrotul Jannah

91
L. Susunan Acara Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 10 Salam Mendengarkan dan
menit 1. Memperkenalkan diri ikut
2. Membacakan tata mendemonstrasikan
tertib
3. Mendemonstrasikan
prosedur cuci tangan
4. Menyebutkan tujuan
penyuluhan
2. Inti 15 Pelaksanaan: Mendengarkan dan
menit 1. Mengkaji ikut
pengetahuan peserta mendemonstrasikan
tentang bahaya
merokok
2. Menjelaskan materi
tentang:
a. Definisi merokok
b. Bahaya rokok
bagi kesehatan
c. Komponen rokok
d. Penyakit yang
timbul akibat
rokok
e. Cara menunda,
mengurangi dan
berhenti
3. Penutup 5 1. Tanya Jawab Mendengarkan dan
menit 2. Mengevaluasi menjawab
3. Menarik kesimpulan pertanyaan
4. Salam penutup

92
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KIAT
BERHENTI MEROKOK
a. Pengertian
Cara-cara yang bisa dilakukan oleh seorang perokok untuk menghentikan
ketergantungan/ketagihan terhadap rokok baik secara bertahap maupun
secara spontan.
b.   Bahaya Rokok Bagi Kesehatan
Nikotin dalam asap rokok yang masuk ke dalam tubuh akan mempercepat
detak jantung, meningkatkan tekanan darah, mengganggu aliran darah juga
udara di dalam paru-paru, dan melumpuhkan bulu-bulu halus dalam aliran
paru-paru yang seharusnya menyekat kotoran dan kuman. Karbon
monoksida dalam asap rokok akan mengurangi jumlah oksigen yang
dibawa dalam darah ke jaringan lain termasuk jantung dan otak. Di
samping itu Tar dan bahan-bahan yang menyebabkan kanker akan
ditinggalkan dalam aliran udara dan paru-paru.
c. Komponen Rokok Yang Berbahaya Bagi Kesehatan
Dalam setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia,
400 diantaranya beracun dan 40 bagian bisa menyebabkan kanker.
a)    Nikotin
Bahan kimia ini menyebabkan ketagihan dan toleransi (memerlukan
jumlah yang semakin bertambah). Ia melemahkan kecerdasan otak.
b)    Karbon Monoksida
Mengakibatkan sesak nafas dan berkurang daya stamina.
c)    Tar
Digunakan untuk mengaspal jalan raya. Bahan ini menyebabkan penyakit
kanker.
d)    Aseton
Peluntur cat.
e)    DDT
Racun serangga untuk membunuh nyamuk dan semut
f)    Arsenik

93
Racun kutu dan racun yang digunakan untuk pembunuh-pembunuh
terkenal.
g)    Kadmium
Bahan kimia yang terdapat dalam Accu.
h)    Formaldehid
Digunakan untuk mengawetkan mayat
i)    Ammonia
Bahan aktif dalam pembersih lantai
j)    Hidrogen Sianida
Racun yang digunakan untuk gas
k)    Naftalena
Bahan beracun yang terdapat dalam obat serangga
l)    Polonium- 210
Merupakan bahan radioaktif
m)    Vinil klorida
Bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik
4.    Penyakit Akibat Rokok
a.    Kanker paru-paru
b.    Penyakit jantung
c.    Emfisema dan bronkhitis yang kronis
d.    Kanker mulut, tekak, kerongkongan, esofagus perut, pankreas, ginjal,
saluran kencing dan pangkal rahim.
e.    Masuk angin, tekanan darah tinggi, serta penyakit
pembuluh darah.
5.    Sasaran Yang Terkena Dampak Asap Rokok
a.    Perokok aktif
b.    Perokok pasif
Asap yang disedot oleh perokok pasif mungkin mengandung :
a.   3 kali lebih banyak tar
b.    3 kali lebih banyak nikotin
c. 5 kali lebih banyak karbon monooksida
d. 50 kali lebih banyak bahan-bahan kimia

94
Yang termasuk perokok pasif, diantaranya :
a.    Anak-anak
b.    Wanita hamil
6.    Kiat Untuk Berhenti Merokok
a.    Berhenti secara mendadak
d. Cara menunda secara perlahan
Cara ini mengajarkan perokok untuk bertahan satu hari tanpa rokok.
Atau perokok bisa menunda menyalakan batang rokok beberapa menit.
e.   Cara mengurangi
Cara ini adalah dengan mengurangi bilangan rokok yang dihisap
setiap hari sehingga tidak merokok sama sekali
f. Cara mengatasi keinginan merokok
a. Minta dukungan anggota keluarga dan rekan-rekan
b. Jauhi orang-orang, tempat dan keadaan yang membuat tertarik untuk
merokok
c. Hindari keinginan untuk merokok
d. Ubah rutinitas
e.  Lakukan sesuatu yang memerlukan tangan
f.  Cari kesibukan/hobi baru.
g.  Kunyah makanan kecil/makanan ringan
h.  Sering olah raga
i. Gunakan uang yang biasa dipakai untuk membeli rokok untuk
membeli sesuatu yang lebih bermanfaat.

DOKUMENTASI

95
a. Pengkajian Online dengan Menggunakan Google Form

96
P
rosedur Strategic Family Therapy
T
eknik Strategi family therapy
TERAPI a. Social stage (Menghadirkan anggota
KELUARGA keluarga) setiap anggota keluarga
A. Orang tua
1. Jika anak tampak murung dan
mengungkapkan pendapat.

T erapi keluarga adalah cara baru untuk b. The problem stage (Memberikan
kesempatan keluarga untuk
diam, sebaiknya orangtua
lebih mendekatkan diri, dan
mengetahui permasalahan seseorang,
memahami perilaku, perkembangan simtom berbicara) menanyakan apakah ada
dan cara pemecahannya. Terapi keluarga masalah dan memintanya
c. The interaction stage (meminta
dapat dilakukan sesama anggota keluarga
dan tidak memerlukan orang lain, terapis komentar dari setiap anggota bercerita
keluarga mengusahakan supaya keadaan keluarga yang hadir kemudian B. Anak
dapat menyesuaikan, terutama pada saat
meminta keluarga untuk 1. Usahakan anak bercerita
antara yang satu dengan yang lain berbeda
(Almasitoh, 2012). membicarakan masalah bersama- kepada orangtua disetiap
sama)
Terapi Keluarga yang digunakan adalah masalahnya, meskipun
d. Defining desired changes (terapis
‘’Strategic Family Therapy’’ Berfokus sedikit.
pada pola komunikasi keluarga. menyampaikan permasalahan dari
keluarga)

T ujuan dari strategic family therapy e. Ending the interview


kesepakatan bersama
(mencapai
mengenai
1. Meningkatkan dan menciptakan pola
komunikasi yang baik dalam keluarga masalah)
sehingga keluarga dapat bekerja f. Directive (menciptakan perilaku
sama. berbeda yang selama ini tidak
2. Menciptakan keluarga agar berfungsi
pernah dilakukan sehingga
lebih baik
(Santisteban, et.al., 2003). memperoleh pengalaman subjektif )
g. reframing yaitu bahwa apa yang
dilakukan anggota keluarga dengan 89
interpretasi negatif dan di reform
BAHAYA MEROKOK

OLEH
ZAHROTUL JANNAH

UNIVERSITAS NAHDLATULULAMA SURABAYA


2020

90

Anda mungkin juga menyukai