Anda di halaman 1dari 8

Judul Jurnal : Kualitas komunikasi keluarga dan tingkat keakraban pada anak

Nama Penulis : Sumartono, Jemmy Muhammad Rizaldi


Terbitan Jurnal : Jurnal komunikasi volume 14, 2 sept 2017, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa
Unggul.

A. PENGANTAR

Sebagai salah satu tugas dalam mengikuti perkuliahan Metode penelitian komunikasi kuantitatif dari
Dosen Dr. Novianty Elizabeth Ayuna, M.Pd Adalah membuat telaah dari jurnal komunikasi. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, berikut disajikan telaah terhadap sebuah tulian yang diterbitkan dalam
jurnal komunikasi mengenai Kualitas komunikasi keluarga dan tingkat keakraban pada anak.
Pembahasan diakhiri dengan mengajukan kesimpulan dan saran-saran.

B. RANGKUMAN JURNAL

Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara kualitas komunikasi dalam keluarga dan tingkat
keakraban pada anak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian terhadap masalah anak-anak yang
mengalami kesulitan akibat kurangnya komunikasi dan keakraban dengan orangtua mereka, yang
sebagian besar disebabkan oleh kesibukan orangtua dalam bekerja. Menggarisbawahi pentingnya
komunikasi dalam kehidupan keluarga sebagai dasar dari semua interaksi manusia.

Komunikasi keluarga berpengaruh pada interaksi sosial di lingkungan sekitarnya. Komunikasi yang
berkualitas antara orangtua dan anak memiliki dampak besar pada perkembangan dan pembentukan
moral anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk saling menghormati, memperhatikan,
menyayangi, dan membuka jalur komunikasi dengan anak-anak mereka. Dampak negatif dari
kurangnya komunikasi dan keakraban dalam keluarga, seperti anak mencari kesenangan di luar, salah
bergaul, dan bahkan terlibat dalam perilaku kenakalan. Hal ini sering terjadi karena kurangnya
perhatian dan arahan dari orangtua yang sibuk atau membiarkan anak-anak terlalu banyak waktu di
depan gadget.

1. Landasan Teory dan Rangkuman Penelitian Lain yang Relevan

Jurnal ini menjelaskan konsep komunikasi interpersonal dalam konteks keluarga sebagai komunikasi
antar individu yang dilakukan secara tatap muka dan dua arah. Komunikasi interpersonal ini memiliki
dampak besar dalam mempengaruhi individu, terutama dalam keluarga. Ini adalah topik yang penting
dalam pemahaman dinamika keluarga dan perkembangan anak.

Komunikasi dalam sebuah keluarga merupakan hal yang sangat penting. Tanpa komunikasi, sepilah
kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya
kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. (Djamalah, 2004:38).

Menurut Gunarsa (2004) bahwa Intensitas komunikasi keluarga dapat diukur dari apa – apa dan siapa
yang saling dibicarakan, pikiran, perasaan, objek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri.
Ditambahkannya lagi, bahwa komunikasi yang mendalam ditandai oleh kejujuran, keterbukaan, dan
saling percaya, sehingga menimbulkan respon dalam bentuk perilaku atau tindakan. Keakraban
menurut Smith Dkk (2000), didefinisikan sebagai ikatan emosional positif dimana didalamnya
termasuk saling pengertian dan dukungan.

Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (2001 : 205) memaparkan, komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal,
serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di
dalam kelompok kecil. (dalam Suranto, 2011 : 4). Jadi, komunikasi interpersonal berbentuk tatap
muka dengan komunikasi dua arah baik verbal dan non verbal antara dua pihak.

Menurut Suranto (2011 : 71), Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mempunyai efek
besar dalam hal mempengaruhi orang lain terutama perindividu. Hal ini disebabkan, biasanya pihak -
pihak yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam
penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator dengan
komunikan (face to face).

Menurut Rakhmat (2002 : 129) tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering seseorang
melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka makin baik hubungan mereka.
Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu
dilakukan. Menurut Suranto (2011 : 35 – 36 ), Beberapa kriteria untuk menilai kadar hubungan
interpersonal adalah : mengenali profil diri, memperoleh informasi tentang orang lain (bahkan yang
bersifat negatif), aturan – aturan dalam hubungan interpersonal lebih banyak dikembangkan oleh
kedua pihak, mengutamakan kepentingan bersama, keakraban, kebersamaan, salingbergantungan,
mendatangkan kebahagiaan, kuantitas dan kualitas.
Menurut DeVito (2011 : 285) karakteristik efektivitas ini dilihat dari tiga sudut pandang yaitu sudut
pandang humanistis, sudut pandang pragmatis, dan sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan.
Pendekatan – pendekatan ini tidaklah sama sekali terpisah, melainkan saling melengkapi. Masing –
masing pendekatan membantu dalam memahami efektivitas komunikasi antar pribadi. Pendekatan
humanistis yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan kualitas – kualitas
yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan (Bochner & Kelly, 1974). Dalam
pendekatan humanistik ini (adakalanya dinamai “pendekatan lunak”), menurut DeVito ( 2011 : 285 –
291), Ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung,
sikap positif, kesetaraan.

Keakraban Keakraban menurut Smith Dkk (2000), didefinisikan sebagai ikatan emosional positif
dimana didalamnya termasuk saling pengertian dan dukungan. Keakraban tumbuh secara perlahan
sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh interaksi, dukungan dan validasi atau pembenaran atau
penerimaan.

Rasa hangat, keterhubungan, dan pengertian sangat penting bagi orang – orang sehingga keakraban
psikologi adalah “hadiah” paling utama dalam hubungan akrab (Scharf dan Mayseless, 2001).

Keakraban adalah sebuah hubungan yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain untuk
mendapatkan sebuah kedekatan yang bermanfaat untuk mereka. Keakraban adalah hubungan yang
berkembang antar individu sebagai hasil interaksi mereka melalui komunikasi (Smith Dkk, 2000).

Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramahtaman dan kasih sayang,
kepercayaan, pengungkapan diri, dan tanggung jawab, dirumuskan melalui lambang – lambang dan
ritual. Prisbell & Anderson, 1980 dalam Budyatna & Ganiem (2011 : 156)

Hubungan yang dapat dikatakan dekat (akrab), menurut Brehm & Kassin (dalam Rahman, 2013)
terdapat indikator seperti berikut ini: a. Terdapat kelekatan emosional Kedua orangtua pasti memiliki
kelekatan emosional untuk anak – anaknya seperti ketika anaknya sakit, sedih, senang maka orangtua
ikut merasakan apa yang anaknya rasakan. b. Saling memenuhi Dalam hal ini saling memenuhi yaitu
orangtua mampu memberikan dukungan kepada anak – anaknya, sehingga mereka merasakan jika
dukungan akan membuat hubungan yang terbentuk akan semakin akrab. Contohnya: orangtua
memberikan motivasi dalam belajar maupun keseharian adalah hal yang dibutuhkan agar anak
mengenali yang baik dan yang buruk. c. Ketergantungan Ketergantungan adalah saling menganggap
penting kehadiran satu sama lainnya. Misalnya orangtua akan sepi tanpa kehadiran anak – anaknya
dirumah begitupun sebaliknya.

Kartadinata (1998) dalam Siahaan mengartikan bahwa hubungan keakraban orangtua dalam keluarga
adalah sebagai suasana psikologis yang dirasakan dan berpengaruh terhadap pola perilaku individu
(anggota keluarga).

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas komunikasi dalam keluarga
dengan tingkat keakraban anak. Adanya masalah pada anak-anak, yang disebabkan oleh kurangnya
komunikasi dan tingkat keakraban yang rendah antara anak dan orang tua. Hal ini bisa terjadi karena
orang tua sibuk bekerja dan kurangnya waktu untuk berkomunikasi secara kualitatif dengan anak.
Akibat dari kurangnya komunikasi yang berkualitas dan kurangnya tingkat keakraban, anak-anak
mencari kesenangan di luar rumah, yang mungkin menyebabkan perilaku yang tidak semestinya
dalam pergaulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas komunikasi dalam
keluarga dan tingkat keakraban anak.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan
melibatkan 99 anak dalam keluarga yang tinggal di Kelurahan Kutabaru sebagai sampel. Data
dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner tertutup. Penekanan pada metode deskriptif adalah
untuk memaparkan situasi atau peristiwa yang diteliti. Pengumpulan data dalam penelitian survey ini
dilakukan dengan memberikan kuesioner langsung kepada responden. Penulis juga menyebutkan
bahwa pengarahan diberikan kepada responden saat penyebaran kuesioner untuk memastikan
tingkat ketepatan informasi yang tinggi.

4. Hasil Studi

Tulisan ini mencoba untuk menjelaskan hasil penelitian yang melibatkan koefisien korelasi Spearman
Rho antara variabel kualitas komunikasi dan tingkat keakraban.

1. Koefisien Korelasi: Tulisan menyajikan koefisien korelasi Spearman Rho sebesar 0,425, yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara variabel kualitas komunikasi dan tingkat
keakraban.
2. Hasil Signifikasi: Hasil signifikansi penelitian menunjukkan bahwa nilai P (probabilitas) adalah 0,000,
yang lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol (H0) di tolak, dan dengan demikian, ada
hubungan yang signifikan antara kualitas komunikasi dan tingkat keakraban. Penulis menjelaskan
bahwa tingkat keakraban pada anak meningkat seiring dengan peningkatan kualitas komunikasi
dalam keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kualitas
komunikasi dalam keluarga dan tingkat keakraban pada anak, dengan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,458 dan nilai probabilitas (P) kurang dari 0,1. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
kualitas komunikasi dalam keluarga, semakin tinggi tingkat keakraban anak dalam keluarga.

5. Diskusi

Tingkat keakraban dalam keluarga dapat diukur dengan faktor-faktor seperti saling menyatakan
kesukaan, sering menghabiskan waktu bersama, saling percaya satu sama lain, ketergantungan, dan
saling menjaga tanggung jawab. Penulis juga menjelaskan variabel bebas (kualitas komunikasi dalam
keluarga) dan variabel terikat (tingkat keakraban) yang digunakan dalam penelitian ini.

Populasi responden dalam penelitian ini berjumlah 9.068 kepala keluarga (KK), dan penulis
menggunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel sebesar 99 responden. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yang berusia antara 14 hingga 21 tahun dan
memiliki tingkat pendidikan setidaknya SMP. Sebagian besar responden adalah perempuan (51%) dari
total jumlah sampel.

Penjelasan yang jelas dan sistematis mengenai metode penelitian yang digunakan, penggunaan
kuesioner sebagai alat pengumpul data, dan karakteristik responden. Namun belum dipaparkan
mengapa penulis memakai remaja usia 14-21 tahun. Jadi seharusnya dapat memperkaya tulisan
dengan memberikan sedikit konteks lebih lanjut tentang mengapa usia 14-21 tahun dan tingkat
pendidikan SMP ke atas dipilih sebagai kriteria untuk responden, serta bagaimana pengambilan
sampel secara lebih rinci.

C. TELAAH
Belum dipaparkan mengapa penulis memakai remaja usia 14-21 tahun. Jadi seharusnya dapat
memperkaya tulisan dengan memberikan sedikit konteks lebih lanjut tentang mengapa usia 14-21
tahun dan tingkat pendidikan SMP ke atas dipilih sebagai kriteria untuk responden, serta bagaimana
pengambilan sampel secara lebih rinci. Perlu lebih jelas memaparkan lebih rinci mengenai metodologi
penelitian yang digunakan, karakteristik sampel responden, dan analisis data yang lebih mendalam,
misal uji hipotesis, uji validitas dan reliabilitas. Selain itu, menggali lebih dalam tentang pengaruh
budaya timur dalam keluarga juga bisa menjadi kontribusi yang berharga.

Kelebihan jurnal, topik komunikasi dlaam keluarga adalah sangat penting dalam mempengaruhi
keseharian dan perkembangan keluarga itu sendiri. Ini adalah topik yang penting dalam pemahaman
dinamika keluarga dan perkembangan anak.

D. PENUTUP

Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kualitas komunikasi
dalam keluarga dengan tingkat keakraban pada anak. Penulis juga memberikan saran untuk
mengembangkan kualitas komunikasi dalam keluarga dengan mengikuti beberapa langkah tertentu,
seperti mengembangkan aturan bersama, dan mengutamakan kepentingan bersama.

Rekomendasi

Dapat memperkaya tulisan dengan memberikan sedikit konteks lebih lanjut tentang mengapa usia
14-21 tahun dan tingkat pendidikan SMP ke atas dipilih sebagai kriteria untuk responden, serta
bagaimana pengambilan sampel secara lebih rinci. Perlu lebih jelas memaparkan lebih rinci mengenai
metodologi penelitian yang digunakan, karakteristik sampel responden, dan analisis data yang lebih
mendalam, missal uji hipotesis, uji validitas dan reliabilitas. Selain itu, menggali lebih dalam tentang
pengaruh budaya timur dalam keluarga juga bisa menjadi kontribusi yang berharga.

Pengaruh Budaya: Penulis juga mengeksplorasi pengaruh budaya timur dalam keluarga terhadap hasil
penelitian ini. Mereka mengungkapkan bahwa dalam budaya timur, anak-anak mungkin enggan
menyalahkan orangtua atau mengkritik mereka karena mereka menganggap orangtua sebagai
pahlawan. Meskipun ini adalah poin menarik, penulis dapat memberikan lebih banyak konteks atau
penjelasan tentang bagaimana budaya timur mempengaruhi hasil penelitian ini secara lebih
mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Agus., (2013) Psikologi Sosial.Raja Grafindo. Jakarta.

Ardianto, Elvinaro., (2010), Metodologi Penelitian Public Relations. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.

Arikunto, Suharsimi., (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arni, Muhammad., (2005), Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Aw, Suranto., (2011) Komunikasi Interpersonal. PT. Graha Ilmu.Yogyakarta.


Bajari, Atwar., (2015) Metode Penelitian Komunikasi. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2015.

Budyatna, Muhammad & Ganiem, (2011), Leila Mona.Teori Komunikasi Antar Pribadi. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta. 2011.

DeVito, Joseph. A., (2011), Komunikasi Antar manusia edisi kelima (terjemahan). KARISMA Publishing
Group. Pamulang.

Djamarah, Bahri., (2004), Syaiful. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.PT. Reneka Cipta.
Jakarta.

Gunarsa, S.D., (2004) Bunga rampai psikologi perkembangan dari anak sampai usia lanjut. BPK. Jakarta.

Kriyantono, Rachmat., (2010), Teknik praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public
relation, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Kencana. Jakarta.

Martono, Nanang., (2010) Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raya Grafindo Persada. Jakarta. Mayseless,
Ofra & Scharf, Miri., (2001), The capacity for romantic intimacy: exploring the contribution of best friend
and marital and parental relationships. Journal of Adolescence vol. 24, hal 379–399.

Nasehudin, dan Gozali., (2012), Metode Penelitian Kuantitatif. CV Pustaka Setia. Bandung. 2012

Rakhmat, Jalaludin., (2002), Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. 2006.

Smith, Eliot R dan Diane M. Mackie.Social Psychology 2nd Edition.Psychology Press.Philadelpia. 2000.

Sugiyono.Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung. 2009.
Sukandar, rumidi.Metodologi Penelitian. Pers UGM. Yogyakarta. 2006

Anda mungkin juga menyukai