Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KOMUNIKASI

INTERPERSONAL REMAJA

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, sehingga banyak
perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Terkadang perubahan tersebut bisa menimbulkan
masalah, salah satu solusinya adalah membina komunikasi yang baik dengan remaja. Pada tahun
2005 badan kesehatan dunia (WHO) mengungkapkan bahwa seperlima dari penduduk dunia
adalah kaum remaja yang sekitar 900 jutaya berada di negara-negara berkembang. Sedangkan
berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2008 diketahui jumlah remaja di Indonesia
sebesar 62 juta jiwa atau sekitar 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Perubahan yang
terjadi dalam fase remaja mencakup fisik (produksi hormon seks dan pematangan alat seksual),
psikososial (dorongan seks dan orientasi seksual) serta kognitif dan kepribadian. Belum lagi,
emosi yang tidak stabil dan keadaan lingkungan yang heterogen, membuat sikap remaja ikut
berubah. Banyak faktor yang berperan terhadap timbulnya masalah remaja ini yaitu hubungan
atau ikatan kekeluarga yang kurang harmonis, kekurangan gizi, ketidaksiapan orangtua,
perubahan biopsikososial, industrialisasi serta kurangnya sarana bagi remaja untuk melakukan
aktivitas.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku individu. Perkembangan
emosi positif seperti kesenangan, gairah, semangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk fokus pada kegiatan pembelajaran seperti memperhatikan penjelasan guru,
mengerjakan pekerjaan rumah, dan kedisiplinan dalam belajar. Kehadiran kecerdasan emosi
merupakan kondisi yang sangat penting dan menentukan keberhasilan siswa dalam proses
komunikasi dan interaksi. Kecerdasan emosional merupakan kondisi yang harus dimiliki siswa
jika seorang siswa mengharapkan keberhasilan yang optimal. Menurut Goleman (2001:164)
kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. Oleh karena
itu dengan kecerdasan emosi yang tinggi seorang siswa dapat mengembangkan rasa tenang dan
percaya diri yang tinggi dalam berkomunikasi baik dengan teman sebaya maupun dengan guru di
sekolah. Seseorang yang bisa membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang

1
tinggi. Semakin seseorang terbuka terhadap emosinya, semakin ia mengenali dan mengakui
perasaannya sendiri, semakin ia memiliki kemampuan untuk membaca emosi orang lain.
Kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk membedakan suasana hati, temperamen,
motivasi, dan keinginan orang lain dan meresponsnya dengan tepat. Dalam komunikasi
interpersonal berlangsung komunikasi dialogis yang ditandai dengan interaksi yang intens.
Dalam komunikasi dialogis, masing-masing pihak yang terlibat menjadi pembicara dan
pendengar. Komunikasi dialogis adalah upaya pihak yang berkepentingan untuk mencapai
pemahaman bersama yang dilandasi empati. Saling menghormati dalam komunikasi dialogis
tidak didasarkan pada status sosial ekonomi, tetapi pada anggapan bahwa masing-masing adalah
orang yang berhak dan perlu. Pantas, wajar, dan dihormati sebagai manusia komunikasi adalah
nilai inti dari cara kita berinteraksi atau bersosialisasi di mana pun kita berada.
Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Komunikasi menyentuh setiap aspek kehidupan kita. 70% dari waktu bangun kita digunakan
untuk komunikasi, jelasnya, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ruben Attaymini. Salah satu
jenis komunikasi yang terjadi dengan frekuensi tinggi adalah komunikasi interpersonal. Proses
komunikasi yang terjadi di sekolah khususnya mengenai komunikasi antara guru dan siswa
merupakan faktor penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Komunikasi
yang efektif bergantung pada hubungan guru yang memuaskan yang dibangun di atas iklim dan
keyakinan atau suasana yang positif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan
keterbukaan antara siswa dan guru.
Komunikasi interpersonal merupakan salah satu keterampilan komunikasi interpersonal yang
dimiliki individu, dengan komunikasi interpersonal yang baik diharapkan individu dapat
berinteraksi dengan lingkungannya. Komunikasi interpersonal sangat penting dalam
pembelajaran. Komunikasi interpersonal antara siswa dalam pembelajaran berarti terdapat
kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru dan komunikasi antara siswa dengan orang tua.
Komunikasi interpersonal antara siswa dan guru dapat berlangsung baik di dalam maupun di luar
sekolah. Siswa dengan komunikasi interpersonal tinggi menjadi lebih aktif dalam mengajukan
pertanyaan baik kepada guru maupun teman yang lebih memahami saat mengalami kesulitan
belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi terhadap komunikasi
interpersonal pada remaja, dengan merumuskan masalah dan menjelaskan tentang bagaimana

2
hubungan emosi dengan komunikasi pada remaja di indonesia, dan bagaimana cara memperbaiki
komunikasi yang buruk di lingkungan remaja akibat emosi. Tulisan ini memberikan manfaat
bagi berbagai pihak, diantaranya : Bagi pembaca : sebagai wawasan baru dan landasan baru
untuk mempelajari serta menjadi landasan untuk penelitian berikutnya yang akan dilakukan.
Bagi remaja : Sebagai acuan untuk mengenali peran emosi dalam kegiatan komunikasinya
masing masing.
Berdasarkan hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Nurul Fitri Hidayah dan
Fitrah Amelia, Hermansah, serta dianalisis kembali oleh penulis berdasarkan teori dan hasil
penelitiannya, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional terhadap komunikasi interpersonal dalam pembelajaran matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 26 Batam dengan besar hubungannya = 0,544 yang tergolong cukup
kuat, dan terdapat kontribusi antara kecerdasan emosional terhadap komunikasi interpersonal
dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 26 Batam sebesar 29,57%.
Sedangkan sisanya sebesar 70,43% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
Namun penelitian yang dilakukan hanya mencakup 1 sekolah saja, dimana remaja lainnya di
indonesia belum digunakan sebagai bahan penelitian.
PKM secara umum bertujuan untuk meningkatkan iklim akademik yang kreatif, inovatif,
visioner, solutif dan mandiri. PKM dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai
taraf pencerahan kreativitasdan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta
keimanan yang tinggi. Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan,
wirausahawan serta berjiwa mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk
mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap, tanggungjawab, membangun kerjasama tim
maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang
ditekuni.
PKM yang dilakukan pada kali ini adalah dengan meneliti pengaruh emosi terhadap kegiatan
komunikasi remaja. Terutama remaja yang beraada di tengah tengah era revolusi 4.0 alias serba
online dan serba teknologi, tentunya memiliki banyak manfaat dan manfaat intenet menjadi
pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan remaja untuk meningkatkan pengetahuan serta
menambah wawasan remaja tentang komunikasi yang baik secara langsung dan sudah terjalin
dengan orang lain. Manfaat internet mampu memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh
setiap remaja dan dapat mempermudah komunikasi dari jarak yang sangat jauh tanpa harus

3
dengan bertatap muka secara langsung. Dengan pengaruh internet, tentunya kestabilan emosi
juga diuji dalam komunikasi sehari hari, yang menjadi alasan mengapa perlu dilakukan
penelitian ini supaya dapat menjadi acuan untuk mengendalikan komunikasi pada remaja masa
kini dan masa yang akan datang.
Dengan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana manfaat
internet sebagai media komunikasi bagi remaja. Berdasarkan persepsi inilah pada akhirnya
remaja mengambil tindakan untuk tetap menggunakan internet sebagai tempat untuk mencari
informasi dan menambah pengetahuannya. Karena itu penting untuk mengetahui bagaimana
pemahaman remaja terhadap manfaat internet tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang
biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap partisipan
menggunakan semua elemen dari proses komunikasi. Misalnya, masing-masing pihak akan
membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. Dari
bahasan tersebut, komunikasi memang sangat penting bagi aspek kehidupan manusia. Setiap hari
manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi. Menurut Devito (2002) komunikasi
interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera. Tak heran bahwa setiap usia membutuhkan komunikasi
termasuk remaja.

Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal menurut Devito (dalam Rakhmat, 1996)


mengemukakan adanya 5 aspek-aspek komunikasi interpersonal yang efektif adalah : (1)
Keterbukaan (openess) yaitu adanya kemauan untuk terbuka dengan komunikator mengenai
dirinya, (2) Empati (emphaty) artinya suatu perasaan dimana individu merasakan sama seperti
yang dirasakan individu lain. (3) Dukungan (supportness) adalah kondisi dimana diri sendiri
maupun orang lain saling memberikan umpan balik. (4) Rasa positif (positiveness) apabila
seseorang berpikir positif maka dalam berkomunikasi akan positif juga, (5) Kesamaan (equality)
kesamaan disini dimaksudkan dalam hal berbicara dan mendengar.
Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal

4
Menurut Lunandi (1994) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Citra Diri (Self Image)
Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya,
kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak
lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya.
Kadang dengan orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya
tahu-tahu jadi gugup dan bingung.
3. Lingkungan Fisik.
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada
norma sendiri yang harus ditaati
4. Lingkungan Sosial.
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan
komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap
orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada
5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang
cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil,
komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung timbal
balik.
6. Bahasa Badan
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang
diucapkan. Badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat
efektif kadang pula dapat samar.

Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman (2005) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi seseorang menyumbang
pengaruh besar terhadap komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang memiliki kemampuan
dalam mengelola emosi secara baik maka akan mampu dalam mengambil keputusan dan
5
bertindak secara positif, mampu memotivasi diri, berempati dan memiliki hubungan sosial yang
baik, dengan adanya kemampuan tersebut maka akan mampu melakukan komunikasi yang
efektif dengan orang lain. Dengan adanya kecerdasan emosioanal yang baik maka remaja akan
mampu mengendalikan emosinya dengan baik, pengendalian emosi yang baik dapat
menimbulkan hubungan emosi yang baik dengan orang lain dan pada akhirnya komunikasi
remaja dengan orang lain akan baik dan tidak menyinggung ataypun menyakiti orang lain. Hal
ini sangat penting bagi remaja karena pada saat remaja emosinya cenderung kurang stabil dan
akan memancing hubungan yang tidak baik juga dengan orang lain.
Faktor-faktor yang memperngaruhi kecerdasan emosi dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu menurut
Goleman (2009), yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga. Kehidupan keluarga
merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan
karena orang tua adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi. Kecerdasan emosi ini
dapat diajarkan pada saat anak masih bayi sedangkan non keluarga yaitu pembelajarannya
biasanya ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan
sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai
belajar mengerti keadaan orang lain.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2005) yakni terdiri dari aspek-aspek
kecerdasan emosi sebagai berikut :
1. Kesadaran diri
Mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk memandu dalam
mengambil sebuah keputusan. Adanya kemampuan sadar diri dapat berguna dalam
membantu mengelola emosi diri sendiri maupun mengetahui emosi orang lain dari
bagaimana cara orang tersebut dalam berinteraksi. Semakin tinggi kesadaran dirinya
maka akan semakin pandai menangani perilaku dalam dirinya.
2. Kontrol diri
Mampu mengelola emosi kita dan mampu menetralisir emosi sedemikian rupa
sehingga emosi tersebut menjadi energi positif dan dapat mencegah kita dalam
mengambil sebuah keputusan yang bersifat sementara atau tergesa-gesa karena hanya
untuk kesenangan sesaat.

6
3. Motivasi
Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan
akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan baik pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang
lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana remaja mampu membina hubungan
dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian remaja berkembang dilihat dari
banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
4. Empati
Yakni merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain serta mampu memahami
persepktif orang lain, menubmuhkan hubungan saling percaya dan juga mampu
melaraskan diri dan beradaptasi di lingkungan baru dengan orang – orang yang baru.
5. Keterampilan Sosial
Yakni menangani emosi dengan baik saat berhubungan dengan orang lain dan dengan
cermat membaca situasi dan jaringan social.

Komponen Dasar Kecerdasan Emosional


Menurut Reuven Bar-on (Stein & Book : 2002 : 39), komponen dasar kecerdasan emosional
terbagi menjadi lima aspek, yakni :
a. Intrapersonal ; yakni kemampuan diri untuk memahami emosi dan mengungkapkan
perasaan serta gagasan
b. Interpersonal ; kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang lain, kepedulian
terhadap orang lain serta kemampuan menjalin hubungan dari hati ke hati.
c. Adaptabilitas ; yakni suatu kemampuan untuk menguji perasaan diri, kemampuan
mengukur situasi sesaat secara teliti dan mengubah perasaan dan pikiran untuk
memecahkan suatu permasalahan.
d. Strategi Pengolahan Stress ; kemampuan mengatasi stress dan mengendalikan emosi
diri.

7
e. Memotivasi dan Suasana Hati ; kemampuan untuk bersikap percaya diri serta
menikmati waktu kebersamaan dengan orang lain dan dapat mengekpresikan
kebahagiaan.
HIPOTESA

Dari kajian diatas, hipotesa dalam penelitian ini ialah diduga terdapat pengaruh antara
kecerdasan emosional terhadap komunikasi interpersonal pada remaja.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian
analisis kuantitatif, yakni menggunakan analisis data menggunakan angka secara mednalam.
dengan model penelitian yang digunakan yakni dengan melakukan korelisasi atau hubungan
antar skala variabel yang satu dengan skala variabel yang lain.

Subjek Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan subjek penelitian berupa populasi dari para remaja di masa
revolusi 4.0 saat ini dengan rentan usia antara 16 – 21 tahun dengan jenis kelamin laki – laki dan
perempuan menggunakan teknik probabilitas sampling. Teknik probabilitas sampling
merupakan teknik yang dilakukan untuk menenutkan sampel (Sugiyono, 2001). Teknik ini
digunakan sebab akan mempermudah dalam menentukan sampel yang mudah ditemui.

VARIABEL DAN INSTRUMEN

Variabel penelitian merupakan obyek penelitian yang menjadi titik penelitian. Pada dasarnya,
variabel penelitian merupakan operasionalisasi kontrak supaya dapat diukur. Dalam penelitian
ini, variabel terikatnya yakni komunikasi interpersonal remaja, yang mana komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya
tidak diatur secara formal. Adapun variabel bebas pada penelitian ini yakni kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan memantau dan mengendalikan
perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan – perasaan itu untuk memandu
pikiran serta tindakan (Goleman, 2016).

8
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada variabel kecerdasan emosional yakni
skala psikologi yang memiliki memiliki 72 butir item yang mana 36 butir itemnya tegolong
favourable dan 36 butir item lainnya tergolong unfavourable. Adapun pernyataan item dalam
skala diklasifikasikan menjadi dua yakni favourable dan unfavourable dengan empat alternatif
jawaban. Keempat jawaban dalam pilihan favourable yakni nilai empat untuk pernyataan Sangat
Setuju (SS), nilai 3 untuk pernyataan Setuju (S), nilai 2 untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) dan
nilai 1 untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun jawaban dalam pilihan
unfavourable ialah kebalikan nilai dari pilihan favourable.

Pada variabel komunikasi interpersonal remaja, komunikasi interpersonal remaja mengacu


pada prinsip skala Likert yang merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja.
Responden akan diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban yang sudah
disediakan pada setiap pernyataan dengan memperhatikan kisi – kisi kuisioner yang ada. Adapun
instrument penelitiannya terdapat empat alternatif jawaban yakni SS (Sangat Sering), SR
(Sering), SK (Sesekali) dan TP (Tidak Pernah)

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pada tahap awal penelitian
dilakukan persiapan, seperti skala yang digunakan untuk dasar pengukuran dan lain sebagainya
yang menunjang penelitian berjalan. Pada variabel Kecerdasan Emosional digunakan skala
psikologi dan Komunikasi Internasional menggunakan skala Likert yakni skala kumulatif.

9
REFERENSI

Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

DeVito, Joseph A. 2002. Essentials of human communication : 5th edition. Pearson Education,
Inc.

Dwijayanti, Rizna. 2010. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Kepercayaan Diri Dengan
Prestasi Belajar Yang Dimodernisasi Oleh Penyesuaian Sosial. Skripsi. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Goleman, Daniel. 2001 . Kecerdasan emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi (terjemahan
oleh Widodo). Jakarta : PT. Gramedia.

Goleman, Daniel. 2016. Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional (Alih Bahasa : T.


Hermaya). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lunandi, A.G . 1994. Komunikasi Mengena : Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar


Pribadi. Yogyakarta : Kanisius.

Meyer, Henry R. 2008. Manajemen Dengan Kecerdasan Emosional. Bandung : Nuansa


Cendekia.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian. Bandung : CV. Alfa Beta.

10

Anda mungkin juga menyukai