PENDAHULUAN
hilang. Padahal siswa sebagai generasi muda akan meneruskan perjuangan para
pahlawan kelak.
Menurut artikel yang ditulis oleh Muhtadi (2012) bahwa data Komnas
Perlindungan Anak menyatakan jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339
kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran
antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga September 2012 terjadi 86 kali tawuran
antarpelajar dengan 26 korban meninggal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
banyaknya pelajar yang belum bisa mengatur emosi dan perasaannya dengan baik.
Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilakukan di SMA 3 Bandung,
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan terkesan sulit karena memiliki
banyaknya teori yang harus difahami setiap siswa. Hal tersebut menyebabkan
masih adanya anggapan bahwa mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran yang
membosankan dan jarang sekali siswa yang menjadikannya sebagai mata
pelajaran favorit di sekolah. Padahal isi dari materi pendidikan kewarganegaraan
ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan negara. Hal tersebut
menunjukkan kurangnya motivasi siswa yang berakibat kurang terasahnya
kecerdasan emosional siswa. Oleh karena itu, guru PKn yang bersangkutan
mencoba menghilangkan anggapan tersebut dengan menggunakan berbagai
macam media yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Mulai dari media cetak
sampai media elektronik, serta media yang berbentuk audio, visual maupun audio
visual beliau gunakan. Bahkan keluarga dan sekolah pun dapat dijadikan media
sebagai laboratorium PKn. Selain itu pun, tokoh masyarakat pernah didatangkan
untuk mempermudah pemahaman siswa dalam mempelajari suatu materi. Namun
menurutnya, sumber media pokok dalam proses pembelajaran adalah guru sendiri,
sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif menciptakan proses pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan.
Anggapan di atas tak lepas dari peran para guru di sekolah sebagai pendidik
dan pembimbing. Guru yang profesional tidak hanya mampu menyampaikan
materi sesuai kurikulum namun juga mampu menjadikan siswa yang berkarakter,
sehingga dalam proses pembelajaran, guru yang baik dapat memahami keadaan
siswa yang berpengaruh pula bagi metode pembelajaran yang digunakan. Namun
tak sedikit guru yang kurang mampu memahami keadaan siswa dan hanya
menggunakan metode konvensional dalam setiap proses pembelajaran tanpa
menggunakan media maupun variasi lainnya. Hal penting lain yang perlu
diperhatikan adalah gaya belajar siswa.
Secara umum gaya belajar siswa terbagi menjadi 3, yaitu visual, auditorial,
dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual biasanya mudah untuk
menerima informasi atau pelajaran dengan visualisasi dalam bentuk gambar,
table, diagram, grafik, peta pikiran, goresan atau simbol-simbol. Untuk siswa
yang memiliki gaya belajar auditorial senang sekali jika pembelajaran
dilakukan dalam bentuk cerita, lagu, syair atau senandung. Sedangkan siswa
dengan gaya belajar kinestetik akan mudah untuk menerima pelajaran yang
diiringi dengan aktivitas motorik seperti dalam konsep penerapan/percobaan,
drama, dan gerak (Gora dan Sumarto, 2010: 93).
yang diajarkan dan hasil belajar pun akan memuaskan. Sehingga tidak hanya
Intelligence Quotient (IQ) saja yang dapat ditingkatkan melainkan juga EQ yang
sangat berpengaruh bagi kehidupan siswa.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan ahli-ahli psikologi, IQ dapat
digunakan untuk memperkirakan sekitar 1-20% (rata-ratanya 6%) keberhasilan
dalam pekerjaan tertentu. Di sisi lain, ternyata EQ 27-45% berperan langsung
dalam keberhasilan pekerjaan (Book dan Stein, 2002: 34). Oleh karena itu,
seseorang yang memiliki IQ tinggi belum tentu mendapatkan keberhasilan yang
maksimal jika tidak diimbangi dengan EQ yang baik pula. Begitu pun di sekolah,
ada kalanya siswa yang mempunyai intelegensi tinggi namun mendapatkan hasil
belajar rendah dan sebaliknya. Sehingga EQ pun perlu diperhatikan.
Adapun siswa yang memiliki IQ tinggi namun kurang bisa bersosialisasi
dengan orang lain. Hal tersebut menunjukkan pentingnya mengasah kecerdasan
EQ untuk menghindari permasalahan yang tidak diharapkan. Dalam kecerdasan
emosional, siswa mampu mengenali dan menghargai dirinya sendiri dan orang
lain, juga menerapkan disiplin, jujur, dan sebagainya. Dengan kata lain,
kecerdasan emosional ini penting untuk dikembangkan oleh setap siswa untuk
menghadapi segala yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa
penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan motivasi dan dalam
penggunaan media, perlu diperhatikan karakteristik materi yang akan diajarkan
karena tidak semua materi dapat diajarkan melalui media pembelajaran seperti
multimedia interaktif. Selain itu juga siswa setuju bahwa kegiatan pembelajaran
menggunakan multimedia interaktif menyenangkan dan dapat menarik perhatian
siswa (Sihole, 2013: 91). Dengan demikian, diperlukan media yang relevan dalam
proses pembelajaran agar siswa dapat berpartisipasi aktif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini berusaha
menggambarkan sejauhmana hubungan penggunaan multimedia dengan
kecerdasan emosional siswa, sehingga untuk mengetahui jawabannya peneliti
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh penggunaan multimedia
terhadap peningkatan kecerdasan emosional siswa dalam proses pembelajaran
PKn.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis, kebijakan, praktis
maupun isu yang diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa
konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya pembelajaran PKn
dan solusi yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa dalam
menunjang proses pembelajaran PKn agar tujuan pembelajaran dapat tercapai,
terutama dalam nilai dan moral.
2. Manfaat Kebijakan
Membantu mensosialisasikan pentingnya menumbuhkan dan meningkatkan
kecerdasan emosional yang sering dilupakan dan kurang diperhatikan. Selain itu
pun diharapkan dapat memberikan pencerahan bahwa media yang digunakan
dalam proses pembelajaran tidak harus mahal, melainkan dapat menggunakan
apapun yang ada di sekitar selama masih berkaitan dengan materi yang diajarkan.
3. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
diantaranya kepada:
a. Guru