Anda di halaman 1dari 8

Vol: I No: I (September 2023)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Rendahnya Motivasi


Mengaji Anak-anak RW.02 Desa Gempol Kabupaten
Subang

Fifan Arifah1, Ismuaji Nur Huda2, Silvia Azzahra 3.


1
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. e-mail: vanhafira197@gmail.com
2
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. e-mail: hudaismuaji@gmail.com
3
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. e-mail: silviaazzahra839@gmail.com

Abstrak
Pendidikan membantu peserta didik mencapai potensinya secara maksimal
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan di atas tidaklah mudah, banyak
sekali kendala yang dihadapi peserta didik yang mengakibatkan rendahnya
motivasi belajar. Faktor tersebut bukan hanya dari siswa itu sendiri namun
faktor lingkungan mempengaruhi juga Tujuan penulisan ini menjelaskan
faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya motivasi mengaji pada
anak-anak. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu
menjabarkan berupa kata-kata tertulis dari hasil observasi penulis dari
anak-anak desa Gempol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya
motivasi mengaji anak-anak desa Gempol RW.2 disebabkan karena faktor
lingkungan. Anak-anak mudah terpengaruh oleh anak-anak lain. Ketika
temannya mengajak ngaji maka anak-anak yang lain akan ikut mengaji, tapi
ketika temannya mengajak jajan dan bermain maka yang lain pun akan ikut.
Dan keharmonisan juga mempengaruhi karena ada masalah diantara
mereka yang menyebabkan tidak mengaji.
Kata Kunci: motivasi, pendidikan agama Islam.

Abstract
Education helps students achieve their maximum potential as human
beings who are faithful and devout, have noble character, are
knowledgeable, capable, creative, independent, and become democratic
and responsible citizens. Achieving the above goals is not easy, there are
many obstacles faced by students which result in low learning motivation.
These factors are not only the students themselves, but environmental
factors also influence them. The aim of this paper is to explain what factors
influence children's low motivation to recite the Koran. This research uses
descriptive qualitative, namely describing in written words the results of the
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 2 dari 8

author's observations of the children of Gempol village. The results of the


research show that the low motivation to recite the Koran among children in
Gempol RW.2 village is caused by environmental factors. Children are
easily influenced by other children. When their friends invite them to recite
the Koran, the other children will join in, but when their friends invite them to
snack and play, the others will join in too. And harmony also affects
because there are problems between them which cause them not to recite
the Koran.
Keywords: motivation, education.

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini, teknologi semakin mengalami kemajuan. Majunya teknologi tentu


membawa dampak bagi kehidupan termasuk juga bagi dunia pendidikan. Sama
halnya seperti yang lain, perkembangan teknologi juga memberikan dampak yang
positif dan dampak yang negatif. Bagi dunia pendidikan, teknologi tentu amat sangat
bisa memberi dampak yang positif. Dengan adanya teknologi yang berkembang,
setiap orang dapat mencari informasi apapun, kapanpun, dan dimanapun. Semakin
maju teknologi, semakin banyak aplikasi pendukung pendidikan seperti ruang-ruang
belajar online, perpustakaan digital, media komunikasi, dan lainnya. Aplikasi-aplikasi
tersebutlah yang turut memudahkan kita dalam menambah wawasan secara aktif
dan mandiri. Namun di sisi lain, kemajuan ini juga bisa justru membuat kemunduran
bagi dunia pendidikan. Kemunduran bisa terjadi ketika anak-anak lebih memilih
melihat hiburan-hiburan yang kurang bermanfaat, ketika mereka tidak bisa memilah
konten yang mereka lihat, ketika tidak ada kontrol terhadap apa yang mereka cari,
tidak ada kontrol waktu untuk hiburan, dan kurangnya pengawasan orang dewasa.
Teknologi bagi anak justru seringkali membuatnya jadi lalai dan lupa waktu, bahkan
bisa turut menurunkan motivasi belajar anak dan inilah mengapa kualitas pendidikan
di Indonesia masih terbilang rendah.

Pendidikan merupakan hal yang amat penting bagi keberlangsungan hidup


manusia. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan manusia tidak akan berkembang,
tidak akan mengalami perubahan dan tidak akan mengalami kemajuan. Seperti yang
dikatakan Desi Pristiwanti, dkk. dalam jurnalnya yang berjudul “Pengertian
Pendidikan” bahwasannya dalam pandangan psikologis, pendidikan adalah cara
perkembangan diri setiap individu. Dari individu-individu yang berkembang inilah
akhirnya peradaban manusia dapat berkembang dan mengalami kemajuan.
Kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, hadirnya ilmu dan teori-teori baru serta
perubahan lainnya dalam kehidupan ini merupakan buah dari hasil pendidikan.

Pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya dalam humanisme pendidikan yang


bertujuan menyokong manusia untuk meningkatkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Itulah penyebab mengapa manusia tidak dapat lepas dari
komunitasnya dan berkaitan erat dengan lingkungannya. Pengertian pendidikan
terbagi menjadi 2, yaitu pengertian pendidikan secara luas dan secara sempit.
Secara luas, pendidikan ialah hidup. Karena pendidikan akan terjadi dan dilakukan
sepanjang hayat, seluruh pengetahuan belajar akan didapatkan dari pendidikan.

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 3 dari 8

Secara sempit pendidikan diartikan sekolah (Desi Pristiwanti, Bai Badariah, Sholeh
Hidayat, Ratna Sari Dewi 2022).

Sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk mendapat pengajaran dan


pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang dapat dimaknai
sebagai proses perubahan tingkah laku (Hanafy 2014). Seseorang dikatakan belajar
ketika ia mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dapat terjadi
karena adanya proses berfikir, dari hasil fikir itulah akan memunculkan suatu
keputusan yang kemudian akan diwujudkan dalam sebuah tingkah laku. Proses
pembelajaran dapat dikatakan berhasil ketika perubahan yang dialami merupakan
perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya tujuan pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 adalah membantu peserta didik mencapai potensinya secara
maksimal sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Intinya tujuan pendidikan tentunya
merupakan tujuan yang baik, sehingga keberhasilan belajar bisa dilihat dari
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pencapaian tujuan tersebut
tentunya tidaklah lepas dari yang namanya motivasi belajar.

Selfia S, dkk (2018) menjelaskan pengertian motivasi menurut beberapa ahli,


diantaranya:

1. Motivasi menurut B.Uno (2011:9) adalah suatu dorongan yang timbul oleh
adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga
seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau
aktivitas tertentu yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Menurut Sardiman (2012:75) motivasi adalah serangkaian usaha untuk


menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasannya seseorang yang


memiliki motivasi yang tinggi akan mampu menghilangkan ketidaksukaannya
terhadap sesuatu demi tercapainya perubahan ke arah yang lebih baik. Motivasi
secara singkat dapat diartikan sebagai dorongan. Siswa yang memiliki dorongan dan
keinginan yang kuat untuk belajar tentu akan lebih maksimal dalam proses
pembelajarannya sehingga hasil yang didapat pun akan lebih maksimal. Maka dari
itu penting bagi kita untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi motivasi
belajar siswa agar kita dapat menjaga semangat belajar siswa dan meningkatkannya
demi mencapai tujuan pembelajaran.

B. METODE PENGABDIAN

Penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan


kualitatif melalui observasi dan kajian Pustaka. Menurut Suharsimi Rikunto (2013)
bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian kualitatif seringkali dilakukan dengan
cara observasi, begitupun penelitian yang kita lakukan.

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 4 dari 8

Observasi bisa digunakan untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif,


tentunya observasi yang dilakukan akan berbeda sesuai pendekatan yang
digunakan. Observasi kualitatif yaitu observasi yang tidak terbatas oleh kategori-
kategori, dilakukan secara natural tanpa perkiraan terlebih dahulu (Hasanah 2016).
Sedangkan kajian pustaka ialah rangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang
dipergunakan demi mengamati suatu peristiwa.

Adapun rangkaian metode pengabdian yang dilakukan oleh tim peneliti selama
KKN ialah:

1. Refleksi sosial.

2. Penentuan program kerja

3. Pelaksanaan program kerja

4. Evaluasi program kerja.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2023 – 14 Agustus 2023. Kegiatan


mengaji mulanya dilaksanakan di Masjid Al-barokah Desa Gempol Kabupaten
Subang, namun kemudian pindah ke halaman posko KKN 414 Desa Gempol.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Motivasi belajar anak-anak desa gempol khususnya kawasan RW.02


bisa dibilang sangat kurang. Dari 30 anak-anak disana yang rutin mengaji
ba’da Maghrib hanya 4 orang, artinya hanya sekitar 13% anak yang
memiliki kesadaran akan kebutuhan mengaji.

Gambar 1

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 5 dari 8

Gambar 1 menunjukkan kondisi mengaji di masjid. Rata-rata anak yang


hadir terhitung antara 4-10 orang.

Gambar 2

Gambar 2 menunjukkan kondisi mengaji di posko. Rata-rata yang hadir


terhitung antara 10-20 orang.

Berdasarkan kedua gambar di atas dapat disimpulkan bahwasannya


motivasi mengaji anak-anak bertambah ketika tempat mengaji di pindahkan
ke posko KKN 414. Pemindahan tempat ngaji ini terjadi karena pernah
suatu waktu tim pengajar ngaji KKN 414 ke masjid namun tidak ada anak-
anak di sana, ternyata anak-anak datang ke posko, sehingga akhirnya
diputuskanlah untuk mengaji di posko, dan semenjak itu anak-anak semakin
sering dan semakin banyak yang datang mengaji.

Berdasarkan hasil wawancara kepada anak-anak tersebut didapatlah


alasan-alasan jarangnya mereka mengaji ke masjid. Kami menyimpulkan
bahwa anak-anak lebih memilih jajan dan menghabiskan uang jajan yang di
dapatkan, karena mereka hanya diberi waktu oleh orang tuanya sampai
waktu isya. Setelah isya mereka diharuskan pulang ke rumah, sehingga
waktu yang mereka punya untuk jajan hanyalah ba’da maghrib. Jajanan
yang mereka beli bukanlah jajanan yang bisa dibawa ke masjid, terkadang
mereka membeli makanan yang memang di makan di tempat, seperti pecel,
seblak, dan lainnya. Hal tersebut mereka lakukan karena selain ingin jajan,
juga karena mereka lebih memilih nongkrong dan mengobrol daripada
mengaji. Sedangkan ketika di posko, mereka bisa bertemu dengan tim KKN
414 yang lain dan bisa bermain di posko sambil menunggu azan Isya.

2. Pembahasan

Motivasi belajar tentunya tidak akan muncul begitu saja, seseorang


dapat termotivasi atau bahkan hilang motivasi dalam dirinya karena

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 6 dari 8

beberapa hal. Seperti hal lainnya, faktor yang memengaruhi motivasi belajar
pun secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal ialah faktor yang muncul dari dalam dirinya, sedangkan
factor eksternal ialah faktor yang muncul dari luar dirinya.

Faktor internal yang memengaruhi motivasi belajar berdasarkan hasil


analisis Djaila (2022) ada 2, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis ialah faktor diri secara fisik, seperti kesehatan fisik, fungsi
indra, ketahanan daya tahan tubuh, ataupun ketidak sempurnaan bentuk
fisik. Kadangkala bentuk fisik yang tidak sempurna bisa membuat anak
malu sehingga hilanglah motivasi dari dalam dirinya. Tidak sedikit pula anak
yang sebenarnya sangat bersemangat akan suatu hal, namun karena daya
tahan tubuhnya yang lemah, mudah sakit, sehingga hilanglah semangatnya
karena merasa pesimis bisa meraih atau mengikuti keinginannya jika
melihat kondisi kesehatannya. Namun, banyak pula orang-orang yang
memiliki keterbatasan tubuh, keterbatasan indra, fisik yang lemah, dan
mereka tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi, itulah kekuatan
psikologis. Mereka ialah orang-orang yang secara psikologisnya kuat.

(Wiwik Andeka, Yulia Darniyanti, Agus Saputra n.d.) juga menegaskan


bahwasannya nutrisi, kesehatan, dan fungsi fisik merupakan faktor internal
secara fisik, dan tingkat kecerdasan serta gangguan emosional merupakan
faktor psikologis. Pada akhirnya psikologis anaklah yang akan menentukan
tingkat motivasi belajar sang anak, dan kondisi psikologis anak itu sendiri di
pengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal yang secara tidak
langsung akan memengaruhi tingkat motivasi belajar anak diantaranya ialah
lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dan masyarakat.

(Djaila 2022) menyimpulkan berdasarkan pertanyaan yang diajukan


kepada siswa SD bahwasannya faktor eksternal yang membuat siswa
kekurangan motivasi belajar dari lingkungan keluarga ialah kurangnya
dorongan belajar dari orang tua. Faktor dari lingkungan sekolah ialah
keadaan guru yang kurang baik dan metode belajar yang kurang menarik.
Sedangkan dari lingkungan masyarakat ialah aktifitas yang dilakukan
Bersama masyarakat, penggunaan alat elektronik, dan keharmonisan antar
siswa di masyarakat.

Lebih spesifik lagi faktor eksternal yang memengaruhi motivasi belajar


siswa di klasifikasikan menjadi faktor sosial, nonsosial, dan pendekatan
belajar. Faktor sosial ialah faktor dari lingkungan manusia, seperti kondisi
keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Faktor nonsosial ialah faktor
eksternal yang tidak melibatkan manusia, seperti kondisi alam, waktu
belajar, serta sarana dan prasarana. Sedangkan faktor pendekatan belajar
diantaranya yaitu srategi, model, dan metode pembelajaran (Wiwik
Andeka, Yulia Darniyanti, Agus Saputra n.d.).

Faktor fisiologis tidak begitu berpengaruh pada anak-anak di sini, karena


secara fisik mereka tidak ada yang kekurangan, sehingga tidak ada yang
tidak percaya diri atau terganggu oleh fisik. Dari segi psikologis memang
ada anak yang daya hafalnya kurang, namun hal ini tidak memengaruhi
sang anak dalam belajar. Selain dari itu tidak ada faktor psikologis yang

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 7 dari 8

terlihat, secara mental semua anak memiliki mental yang normal, tidak ada
yang memiliki gangguan khusus.

Anak-anak di sini lebih terpengaruh oleh lingkungan, Ketika temannya


mengajak ngaji maka anak-anak yang lain akan ikut mengaji, tapi Ketika
temannya mengajak jajan dan bermain maka yang lain pun akan ikut. Jadi,
mayoritas anak-anak di sini masih belum sadar sendiri akan pentingnya
mengaji, mereka masih mudah terbawa ajakan orang lain. Selain itu
keharmonisan diantara mereka juga memengaruhi, karena faktanya ketika
diantara mereka sedang ada masalah, tidak jarang orang yang bermasalah
cenderung memilih tidak akan mengaji.

Walaupun secara mayoritas anak-anak di sini kurang motivasi untuk


mengaji, namun adapula segelintir anak yang memiliki motivasi yang tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara kepada anak yang rajin mengaji ternyata
mereka mengaji karena memang ayahnya selalu mengajarkan mengaji.
Walaupun ibunya menjadi TKW, ayahnya juga sibuk bekerja, namun sering
menyempatkan untuk mengajarkan anak-anaknya mengaji.

E. PENUTUP

Motivasi belajar merupakan hal penting yang sangat memengaruhi proses


pembelajaran yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar anak. Hasil belajar
bukan hanya secara teori, tapi juga dari perilaku yang dihasilkan. Ketika anak-anak
berhasil mengartikan dan benar-benar memahami apa yang dipelajari tentu akan
membuahkan perilaku yang baik. Tapi Ketika mereka hanya mengetahui dan hafal
secara teori tanpa memahami dan memprosesnya secara benar, maka tidak akan
membuahkan perubahan perilaku yang baik.

Motivasi mengaji anak-anak di sini masih sangat kurang, Ketika sudah di beri
sarana prasarana, sudah di fasilitasi oleh kita sekalipun mereka tetap jarang hadir.
Hal yang paling memengaruhinya ialah teman dan kesenangan. Ketika mengaji di
masjid, mereka tidak mendapat kesenangan apapun karena di masjid tidak ada
mainan sama sekali. Ketika dipindah lokasikan ke posko yang notabene nya ramai
oleh mahasiswa KKN dan terdapat beberapa permainan serta lokasi yang lebih
fleksibel, tidak kaku seperti di masjid ternyata anak-anak lebih sering dan lebih ramai
datang, walaupun datangnya mereka bukan fokus untuk mengaji, namun faktor-
faktor itu setidaknya meningkatkan keinginan mereka untuk datang mengaji.

Jadi, faktor yang sangat memengaruhi bagi anak-anak di sini ialah faktor
eksternal utamanya lingkungan masyarakat dan lingkungan belajar. Ketika
lingkungan teman-temannya melakukan kegiatan A maka mayoritas akan
melakukan hal tersebut. Ketika lingkungan belajarnya mendukung kesenangan
mereka, maka mereka akan terdorong untuk hadir.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arianti. "Peranan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa." Didaktika:


Jurnal Kependidikan 12, no. 2 (2018): 117-134.

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol: I No: I (Oktober 2021) 8 dari 8

Desi Pristiwanti, Bai Badariah, Sholeh Hidayat, Ratna Sari Dewi. "Pengertian
Pendidikan." Jurnal Pendidikan dan Konseling 4, no. 6 (2022): 7911-7915.
Djaila, Saleh La. "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RENDAHNYA MOTIVASIBELAJAR SISWASEKOLAH DASAR." Taksonomi
Jurnal Pendidikan Dasar 2, no. 2 (2022): 129-135.
Hanafy, Muh. Sain. "Konsep Belajar dan pembelajaran." Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 17, no. 1 (2014): 66-79.
Hasanah, Hasyim. "Teknik-teknik Observasi." Jurnal At-taqaddum 8, no. 1 (2016):
21-46.
Selfia S. Rumbewas, Beatus M. Laka, Naftali Meokbun. "Peran Orang Tua Dalam
MiningkatkanMotivasi Belajar Peserta Didikdi Sd Negeri Saribi." Jurnal
eduMatSains 2, no. 2 (2018): 201-212.
Wiwik Andeka, Yulia Darniyanti, Agus Saputra. "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA SDN 04 SITIUNG."
CONSILIUM Journal: Journal Education and Counseling, n.d.: 193-205.

https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/Proceedings

Anda mungkin juga menyukai