Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Minat Belajar Siswa

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Scientific Communication


Dosen pengampu : Dr. Budi Naini Mindyarto, M. App. Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 3 :
Ade Ayu Satriani 4201419058
Rohmatul Khasanah 4201419069
Nudia Alfin Najicha 4201419081

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2021
Pendahuluan
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 3 dan pasal 4 yang mengatur tujuan dan
fungsi standar nasional pendidikan menyatakan bahwa “Standar Nasional Pendidikan berfungsi
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat”.
Selain itu, Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menerangkan bahwa: “pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi
serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam
program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global”.
Berdasarkan tujuan pendidikan di atas dapat diartikan bahwa setiap warga negara
Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kualitas iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, dan dapat bertanggung jawab kepada masyarakat. Selain itu, setiap warga
negara Indonesia juga diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas
pendidikan, dimana pendidikan mempunyai tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Peningkatan kualitas pendidikan melalui tiga ranah tersebut dimaksudkan agar masyarakat
Indonesia dapat mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berperilaku terpuji, dan kreatif.
Oleh sebab itu, setiap lini proses pendidikan yang diselenggarakan harus diarahkan secara nyata
pada pencapaian tujuan tersebut.
Pencapaian tujuan pendidikan tidak lepas dari adanya evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 1 poin 18 menyatakan
bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi
pendidikan tersebut digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena
itu, evaluasi harus dilakukan dengan baik dan bertanggung jawab sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan bahwa: “jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi sebagai sarana
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan
pendidikan informal sesungguhnya memiliki kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan
pendidikan”. Siswa mengikuti pendidikan di sekolah sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari
30%. Selebihnya 70%, siswa berada dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Apabila dilihat
dari aspek intensitas, pendidikan di sekolah berkontribusi lebih sedikit dibandingkan dengan di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pendidikan sebagai pengembang kepribadian dan kemampuan siswa, tak lepas dari proses
kegiatan belajar. Djamarah (2011: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.. Belajar dirasa mudah untuk sebagian siswa, namun bagi sebagian siswa lainnya
belajar dirasa sulit. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Slameto (2010:54) menyatakan faktor-faktor intern (dari
dalam diri) terdiri dari tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Sementara itu, faktor-faktor ekstern (dari luar diri) terdiri dari 3 faktor, yaitu : faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Oleh sebab itu, faktor-faktor tersebut tidak boleh
disepelekan oleh guru maupun orang tua sebagai pendidik di rumah.
Selain itu, bila dilihat dari aspek intensitasnya, belajar di sekolah berkontribusi lebih
sedikit dibandingkan dengan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 560) intensitas diartikan sebagai keadaan tingkatan atau ukuran
intensnya. Sehingga intensitas dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan, dalam hal ini tujuan belajar.
Proses kegiatan belajar siswa memiliki intensitas yang berbeda-beda. Belajar tidak harus
dilakukan dalam waktu yang lama, yang terpenting belajar harus dilakukan secara rutin setiap
hari, sehingga dengan rutinitas tersebut belajar menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh siswa.
Intensitas dalam belajar mempunyai beberapa indikator, antara lain : motivasi, durasi kegiatan,
frekuensi kegiatan, presentasi, arah sikap, minat, dan aktivitas.
Berdasarkan hal di atas, belajar menjadi suatu kebiasaan bila memperhatikan keteraturan
belajar, penggunaan dan pembagian waktu belajar. Sardiman (2011: 85) menyatakan bahwa
intensitas belajar siswa sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni tingkatan
hasil belajarnya. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh beberapa kemudahan dalam belajar,
seperti dapat mengatur waktu belajar, membangkitkan motivasi, dan lebih mudah mengingat
materi pembelajaran karena apabila ada beban belajar yang lebih besar ia dapat mempersiapkan
diri karena ia belajar dengan rutin. Proses belajar dilakukan untuk memberikan transfer
pengetahuan, keterampilan maupun sikap baik pada siswa.
Proses belajar yang telah dilaksanakan tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Dimyati dan Mudjiono (2013:3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Tidak hanya intensitas waktu belajar yang
penting dalam proses belajar, melainkan juga hasil belajar siswa. Menurut Anni (2012: 69) hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari siswa.
Hasil belajar yang memuaskan merupakan harapan bagi setiap orang tua. Tidak hanya orang tua,
siswa, sekolah dan pemerintah mengharapkan hal yang sama demi tercapainya tujuan belajar.
Harapan dari pihak sekolah adalah 100% siswa bisa memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan .
Adapun minat menurut Sardiman (2014: 76), minat adalah suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat
merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap suatu objek, biasanya disertai dengan
perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Menurut Bernard dalam
Sardiman (2014: 76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan,
melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Jadi, jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Oleh
karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan
ingin terus belajar.
Menurut Karwati dan Priansa, (2014: 148) menyebutkan bahwa minat (interest) secara
sederhana dapat dipahami sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
besar terhadap suatu hal. Istilah minat merupakan terminologi aspek kepribadian yang
menggambarkan adanya kemauan, dorongan (force) yang timbul dari dalam diri individu untuk
memilih objek lain yang sejenis. Objek dari minat bisa bermacam-macam, baik makhluk hidup,
aktivitas, benda mati, pekerjaan dan lain-lain.
Dari beberapa definisi minat tersebut, kiranya dapat ditegaskan disini bahwa minat
merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau
perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam
dirinya. Minat akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang. Hubungannya
dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Hal ini dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu
sendiri. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Hartono (2005) dalam Susanto (2013: 67) yang
menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta
didik. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan
minat peserta didik menyebabkan hasil belajar tidak optimal.
Secara konseptual, minat belajar dapat memegang peranan penting dalam menentukan
arah, pola dan dimensi berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya, termasuk dalam belajar.
Karwati dan Priansa, (2014: 149) menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat belajar
adalah sesuatu keinginan atas kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja
yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Tinjauan Pustaka
1. Intensitas cahaya
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1 05 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, Penerangan adalah jumlah penerangan
di suatu wilayah kerja yang diperlukan untuk melakukan kegiatan secara efektif.
Tindakan yang perlu dilakukan untuk pemenuhan persyaratan pencahayaan yang sesuai
adalah sebagai berikut :
a. Cahaya alami dan buatan diusahakan sedemikian rupa agar tidak menyilaukan dan
memiliki intensitas sesuai dengan namanya.
b. Kontras sesuai kebutuhan. Hindari terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk area kerja dengan peralatan berputar, disarankan untuk tidak menggunakan lampu
neon.
d. Penempatan bohlam memastikan pencahayaan yang optimal dan bohlam sering
dibersihkan.
e. Lampu yang tidak berfungsi sebaiknya segera diganti.

Menurut Kuswana (2014), tujuan dari pencahayaan adalah:


a. Memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan.
b. Menjadikan lingkungan kerja yang nyaman.
Intensitas pencahayaan merupakan aspek lingkungan fisik yang penting untuk
keselamatan kerja. Pencahayaan yang cukup diperlukan di tempat kerja untuk dapat melihat
dengan baik dan sepenuhnya. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh jenis dan jenis
pekerjaan dimana pekerjaan yang cermat membutuhkan intensitas penerangan yang lebih
besar (Lina et al., 2013).

2. Kelelahan mata
Menurut Suma'mur (2009), kelelahan mata terjadi sebagai ketegangan yang intens pada
fungsi mata, seperti otot akomodasi yang diamati dengan cermat atau retina karena kontras
yang tidak tepat. Ketegangan mata dapat dipengaruhi oleh jumlah pencahayaan, kualitas
pencahayaan, dan distribusi cahaya. Kualitas pencahayaan adalah tingkat pencahayaan yang
dapat mempengaruhi ketegangan mata. Penerangan yang tidak memadai menyebabkan otot
iris menyesuaikan pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang tersedia. Kualitas
pencahayaan meliputi jenis pencahayaan, jenis fluktuasi, dan warna pencahayaan yang
digunakan.
Kelelahan mata dapat menyebabkan masalah fisik seperti sakit kepala, penglihatan
ganda, silau, mata merah, radang selaput mata, penurunan ketajaman penglihatan, dan
gangguan penglihatan lainnya. Terjadinya kelelahan otot mata dan mata akibat kelelahan mata
permanen tidak menyebabkan kerusakan mata permanen, tetapi meningkatkan beban kerja,
mempercepat kelelahan, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan
kerja, penurunan kualitas produksi meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu
konsentrasi dan menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Penyebaran cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat menyebabkan kelelahan
mata. Penyebaran cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan efisiensi tajam penglihatan
dan kemampuan membedakan kontras.
Kelelahan pada mata ini ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau konjungtivitas
(konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata), penglihatan ganda, sakit kepala,
daya akomodasi dan konvergensi menurun, ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan
kecepatan persepsi. Pencahayaan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan
mata, akan tetapi pencahayaan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan. Pencahayaan
yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata.

Mekanisme kelelahan mata


Menurut Soewarno (1992), pencahayaan yang cukup dapat mencegah asthenopia
(kelelahan mata) dan meningkatkan kecepatan dan efisiensi membaca. Pencahayaan yang
tidak memadai tidak menyebabkan penyakit mata, justru menyebabkan kelelahan mata.
Kelelahan mata disebabkan oleh stres pada fungsi penglihatan. Stres pada otot-otot yang
berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi ketika seseorang mencoba untuk melihat
benda-benda kecil untuk waktu yang lama dan pada jarak yang dekat. Dalam kondisi seperti
itu, otot-otot mata bekerja terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot
pengakomodasi (korpus siliaris) meningkat, sehingga asam laktat meningkat dan akibatnya
mata menjadi lelah, dan dengan kontras yang berlebihan di bidang penglihatan dan waktu
pengamatan yang cukup lama menyebabkan terjadinya penekanan pada retina.
Faktor yang mempengaruhi kelelahan mata.
a. Usia
Menurut Guyton (1991), menyebutkan bahwa daya akomodasi mata akan menurun pada
usia 45-50 tahun.
b. Durasi pekerjaan komputer
Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia. Kondisi tersebut
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satu gangguan kesehatan yang terjadi
adalah Computer Vision Syndrome (CVS). Parwati (2004) menyatakan gejala CVS
timbul setelah 2 jam menggunakan komputer terus menerus dan penelitian Broumand et
al (2008) juga menunjukan perburukan gejala kelelahan mata pada penggunaan komputer
yang lebih dari 2 jam per hari. Berbagai gejala yang timbul pada pekerjaan komputer
yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke mata, juga
diakibatkan karena mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan
pekerja normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata menjadi kering dan terasa
panas (Wasisto, 2005). Durasi kerja bagi seseorang menentukan tingkat efisiensi dan
produktivitas kerja. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8
jam.
c. Faktor lingkungan kerja
Suma'mur (2009) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik memungkinkan
tenaga kerja melihat obyek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, pencahayaan yang buruk dapat berakibat pada
kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisien kerja. Pencahayaan tempat kerja yang
memadai baik yang alami atau buatan memegang peran yang cukup penting dalam upaya
peningkatan kesehatan, keselamatan produktivitas tenaga kerja, baik tidaknya
pencahayaan di suatu tempat kerja selain ditentukan oleh kualitas atau tingkat iluminasi
yang menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari
pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan menyebarkan atau distribusi
cahaya, tipe dan tingkat kesilauan.

3. Minat belajar siswa


Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Minat, menurut Sardiman (2014 :76), adalah suatu keadaan yang terjadi
ketika seseorang melihat ciri-ciri atau makna temporal dari suatu situasi yang berkaitan
dengan hubungannya sendiri. terhadap keinginan atau kebutuhan. Slameto (2010: 180)
mengatakan bahwa minat adalah rasa kesukaan dan rasa ketertarikan terhadap suatu hal atau
kegiatan tanpa ada yang mengatakannya. Minat muncul ketika individu tertarik pada sesuatu
karena memuaskan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang menarik minatnya
memiliki arti bagi dirinya. Adapun minat menurut Sardiman (2014: 76), minat adalah suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Menurut
Bernard dalam Sardiman (2014: 76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba
atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu
belajar atau bekerja.
Jadi, jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan.
Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu
butuh dan ingin terus belajar. Menurut Karwati dan Priansa, (2014: 148) menyebutkan bahwa
minat (interest) secara sederhana dapat dipahami sebagai kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan besar terhadap suatu hal.
Istilah minat merupakan terminologi aspek kepribadian yang menggambarkan adanya
kemauan, dorongan (force) yang timbul dari dalam diri individu untuk memilih objek lain
yang sejenis. Seseorang yang tertarik pada suatu pelajaran cenderung mempelajari pelajaran
tersebut dengan serius. Seseorang yang kurang tertarik pada suatu pelajaran akan lebih enggan
untuk mempelajari pelajaran tersebut. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Hartono (2005)
dalam Susanto (2013: 67) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar
terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan hasil belajar tidak
optimal.
Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan
perhatian lebih banyak dari pada siswa lainnya. Siswa yang memiliki perhatian terhadap
pelajaran akan berusaha konsentrasi dalam mendengarkan dan memahami materi yang
disampaikan guru dengan mencatat poin-poin penting, siswa tidak akan mudah terganggu oleh
lingkungan yang terjadi di sekitar, misalnya terdapat suara gaduh, maka siswa tetap
memperhatikan guru menjelaskan. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat lagi. Pada dasarnya
siswa yang minat belajarnya tinggi, aktif dalam menemukan pengetahuan.

Metode
Desain penelitian ini adalah Literature Review atau Tinjauan Pustaka. Literature review
atau literature review (pencarian literatur) adalah pencarian yang mengkaji atau secara kritis
mengkaji pengetahuan, ide atau hasil yang terkandung dalam badan literatur yang berorientasi
akademis dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis pada topik tertentu. Pada
penelitian ini digunakan 30 jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan
dilakukan.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu penguraian berkala terhadap data yang
telah diperoleh, kemudian diberikan penjelasan dan penjelasan agar dapat dipahami dengan
baik oleh pembaca.

Pembahasan
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori – teori sebelumnya yang menyatakan bahwa
perubahan fisiologis, suasana hati, dan kognisi dapat dipengaruhi secara tidak langsung ketika
seseorang terkena cahaya. Efek kognitif dan suasana hati terkait pencahayaan pada seseorang
memiliki implikasi penting, seperti : kinerja yang lebih baik pada tugas – tugas yang terkait
dengan kemampuan kognitif di tempat kerja atau lingkungan akademik dan peningkatan hidup
secara keseluruhan.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Minat, menurut Sardiman (2014 :76), adalah suatu keadaan yang terjadi
ketika seseorang melihat ciri-ciri atau makna temporal dari suatu situasi yang berkaitan
dengan hubungannya sendiri. terhadap keinginan atau kebutuhan. Slameto (2010: 180)
mengatakan bahwa minat adalah rasa kesukaan dan rasa ketertarikan terhadap suatu hal atau
kegiatan tanpa ada yang mengatakannya. Minat muncul ketika individu tertarik pada sesuatu
karena memuaskan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang menarik minatnya
memiliki arti bagi dirinya. Seseorang yang tertarik pada suatu pelajaran cenderung
mempelajari pelajaran tersebut dengan serius. Seseorang yang kurang tertarik pada suatu
pelajaran akan lebih enggan untuk mempelajari pelajaran tersebut.
Dalam penelitian ini, minat belajar diukur dengan menggunakan empat indikator, yaitu
minat belajar, kemauan belajar, motivasi belajar, dan pengetahuan. Hubungan antar variabel
bersifat searah yaitu semakin besar minat belajar siswa maka semakin besar pula hasil belajar
siswa, begitu pula sebaliknya. Jadi ketika minat belajar siswa sudah berkurang, begitu juga
hasil belajarnya. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan
memusatkan perhatian lebih banyak dari pada siswa lainnya. Siswa yang memiliki perhatian
terhadap pelajaran akan berusaha konsentrasi dalam mendengarkan dan memahami materi
yang disampaikan guru dengan mencatat poin-poin penting, siswa tidak akan mudah
terganggu oleh lingkungan yang terjadi di sekitar, misalnya terdapat suara gaduh, maka siswa
tetap memperhatikan guru menjelaskan. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat lagi. Pada dasarnya
siswa yang minat belajarnya tinggi, aktif dalam menemukan pengetahuan.
Fungsi sebenarnya dari cahaya bagi manusia adalah melihat. Kualitas pencahayaan
harus selalu cukup untuk memastikan kinerja visual yang memadai untuk aktivitas tertentu.
Menurut Winterbottom (2009), pencahayaan memiliki dampak besar pada penglihatan, ritme
sirkadian, suasana hati dan kognisi, efek implisit pada pembelajaran dan kinerja di kelas tidak
dapat disangkal. 5 Beberapa penelitian juga telah membahas bagaimana kualitas dan warna
pencahayaan dapat mempengaruhi atau meningkatkan penglihatan dan kinerja siswa, dan oleh
karena itu bagaimana pencahayaan dapat mempengaruhi kinerja akademik.
Penelitian Tanner menegaskan bahwa desain fisik sekolah dapat mempengaruhi kinerja
siswa. Salah satu desain yang dibahas adalah lighting pencahayaan. Studi ini menggabungkan
bukti dari penelitian lain yang menunjukkan bahwa cahaya mempengaruhi fungsi fisiologis,
kesehatan, perkembangan, dan kinerja seseorang. Pencahayaan dapat memainkan peran yang
berbeda dalam meningkatkan kinerja siswa. Kinerja siswa juga dipengaruhi oleh minat.
Ketika siswa melakukan pekerjaan didasari oleh minat yang besar maka kinerja siswa tersebut
akan tinggi pula, karena pada dasarnya seseorang yang memiliki minat pada suatu hal akan
melakukan hal tersebut dengan senang hati dan sungguh-sungguh tanpa disuruh. Ketika siswa
belajar dengan minat yang tinggi, siswa akan melakukannya atas kemauannya sendiri dan
tanpa paksaan orang lain yang artinya kinerja siswa akan meningkat pula. Minat yang tinggi
tersebut dipengaruhi oleh salah satunya yaitu pencahayaan ruangan atau intensitas cahaya.
Ketika intensitas cahaya suatu ruangan baik dan cukup tidak akan menyebabkan kelelahan
mata pada siswa sehingga meningkatkan minat belajar pada siswa.

Kesimpulan
Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa cahaya mempengaruhi fungsi fisiologis,
kesehatan, perkembangan, dan kinerja seseorang. Pencahayaan dapat memainkan peran yang
berbeda dalam meningkatkan kinerja siswa. Kinerja siswa juga dipengaruhi oleh minat.
Ketika siswa melakukan pekerjaan didasari oleh minat yang besar maka kinerja siswa tersebut
akan tinggi pula, karena pada dasarnya seseorang yang memiliki minat pada suatu hal akan
melakukan hal tersebut dengan senang hati dan sungguh-sungguh tanpa disuruh. Ketika siswa
belajar dengan minat yang tinggi, siswa akan melakukannya atas kemauannya sendiri dan
tanpa paksaan orang lain yang artinya kinerja siswa akan meningkat pula. Minat yang tinggi
tersebut dipengaruhi oleh salah satunya yaitu pencahayaan ruangan atau intensitas cahaya.
Ketika intensitas cahaya suatu ruangan baik dan cukup tidak akan menyebabkan kelelahan
mata pada siswa sehingga meningkatkan minat belajar pada siswa.
Referensi
Abdullah, S.H., Kabuhung, A., Kolongan, P., Kalawat, K., Minahasa, K., Indonesia, U.,
Kesehatan, J., Poltekkes, L. dan Manado, K., n.d. INTENSITAS PENCAHAYAAN
DAN TINGKAT KELELAHAN BELAJAR SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1
AIRMADIDI.
Anggraeni, E., 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Minat Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Seni Tari Di Sd Negeri Dukuhwaru 4 Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, hal.54.
Apriliana, S.M. dan Sukmawati, W., 2021. Efektivitas Pembelajaran Daring Pada Minat
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Di Kelas II SDN Lumpang 01. Elementary School:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD-an, 8(2), hal.329–335.
Aprimavista, T., 2020. Program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas kesehatan masyarakat
universitas sumatera utara 2020.
Belajar, R., Muhammadiyah, U., Hahury, S. dan Rifaldi, A., 2018. Metode Jurnal Teknik
Industri Vol 4 ( 2 ): 60-68 2018 Analisis Pengaruh Pencahayaan Temperatur Terhadap
Kenyamanan Metode Jurnal Teknik Industri Vol 4 ( 2 ): 60-68 2018. 4(2), hal.60–68.
Bhargah, A. dan Muliarta, M., 1970. Perbaikan Intensitas Cahaya Mempercepat Waktu Reaksi
Pada Siswa Kelas Enam Sekolah Dasar Nomor 8 Dauh Puri Denpasar. Jurnal
Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomic), 2(1).
Budiman, L. dan Indrani, H.C., 2012. Desain Pencahayaan Pada Ruang Kelas Sma Negri 9
Surabaya. Dimensi Interior, 10(1), hal.33–41.
Ditya, H., Nugroho, E.K.O., Diploma, P., Kesehatan, I. V, Kedokteran, F. dan Sebelas, U.,
2009. MATA PADA TENAGA KERJA DI LABORATORIUM.
Griadhi, I. dan Wiraanjani, B., 2019. Perbedaan konsentrasi belajar mahasiswa fakultas
kedokteran universitas udayana di ruang sgd (small group discussion) sekat dan
permanen. Medika, 8(2).
Handayani, S., Kusumawati, I. dan Rosdianto, H., 2018. Penerapan Model Learning Cycle 7E
Berbantuan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Cahaya Kelas VIII. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 3(2), hal.35.
Hapsoro, C.A. dan Susanto, H., 2011. Penerapan Pembelajaran Problem Based Instruction
Berbantuan Alat Peraga Pada Materi Cahaya Di Smp. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 7(1), hal.28–32.
Hidayani, F., Bagyono, T. dan Rahardjo, F., 2015. Hubungan intensitas cahaya dan penataan
kamar dengan tingkat konsentrasi belajar. Sanitasi, 6(4), hal.181–187.
Idrus, I., Hamzah, B. dan Mulyadi, R., 2016. Intensitas Pencahayaan Alami Ruang Kelas
sekolah Dasar Di Kota Makassar. Simposium Nasional RAPI XV, ISSN 1412-,
hal.473–479.
Indoor, C., 2006. Dengan Menggunakan. hal.1–4.
Isa, A., 2012. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1), hal.1–1.
Kedokteran, F. dan Ilmu, F., 2017. EVALUASI INTENSITAS PENCAHAYAAN (
ILLUMINATION LEVEL ) PADA PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Universitas Sriwijaya EVALUATION OF
ILLUMINATION LEVEL AT LIBRARY OF tempat kerja yang sebagian besar
kegiatan Fakultas Fakultas. 2(1).
Kelas, S., Sd, V.D.I. dan Gumiwang, N., 2019. Jurnal Educatio FKIP UNMA. 5(2), hal.68–74.
Kumorowati, B., 2017. Analisis Reduksi Intensitas Cahaya Pada Smartphones’ Screen
Protector Dan Dampaknya Pada Mata. JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 1(1),
hal.1.
Lina, A.P., Mempengaruhi, F.Y., Mata, K., Mempengaruhi, F.Y. dan Mata, K., 2013. Artikel
Penelitian: Lina, Sari, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Mata.
Novitasari, N.A., 2016. Pengaruh Intensitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di
Gugus Terampil Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Jurnal Pendidikan,
hal.1–75.
Pencahayaan, S., Dan, A., Di, B. dan Kelas, R., n.d. Sistem pencahayaan alami dan buatan di
ruang kelas sekolah dasar di kawasan perkotaan. (1), hal.87–98.
Pencahayaan, J., 2017. Kualitas penerangan yang baik sebagai penunjang proses belajar
mengajar di kelas. 13(1), hal.21–27.
Pramitasari, A., 2011. Hubungan antara persepsi terhadap motivasi belajar biologi siswa kelas
XI IPA. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 9(1), hal.92–102.
Putri, K., Djaja, S. dan Suyadi, B., 2017. The Influence of Learning Interest and Emotional
Intelligence towards Learning Achievement Grade XI Senior High School 1 Prajekan
Regency Bondowoso School Year 2016/2017. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 11(2017),
hal.67–74.
Ragil, Z. dan Sukiswo, S.E., 2011. Penerapan Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Sets
Pada Materi Cahaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), hal.69–73.
Rahmayanti, D., n.d. ANALISIS BAHAYA FISIK : HUBUNGAN TINGKAT
PENCAHAYAAN DAN KELUHAN MATA PEKERJA PADA AREA
PERKANTORAN HEALTH , SAFETY , AND ENVIRONMENTAL ( HSE ) PT .
PERTAMINA RU VI. hal.71–98.
Saleh, M.S. dan Malinta, S.S., 2020. Survei Minat Belajar Siswa Dalam Mengikuti
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smpn 30 Makassar. Kinestetik, 4(1), hal.55–62.
Sirait, E.D., 2016. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif:
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), hal.35–43.
Suriyanti, Y., 2021. Hubungan Pembelajaran Daring Terhadap Minat Belajar Siswa SMA.
Jurnal Education FKIP UNMA, 7(2), hal.477–481.
Syndrome, C.V. dan Syndrome, C.V., n.d. Hubungan Jarak Mata dan Intensitas Pencahayaan
terhadap. hal.153–162.
Wijayanti, P.I. dan Hindarto, N., 2012. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Cahaya Dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1), hal.1–1.

Link Gdoc :
https://docs.google.com/document/d/1_0olhplHklj_tCZUSJLuJxUa3qMelKZPMOdl
A7QgGrE/edit?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai