Abstract: An artwork does not only show its beauty, but there is meaning behind the
work. An artwork has intrinsic value that can be perceived by human and extrinsic value
in the form of idea, thought or concept. To get the meaning must understand the artwork.
In the painting of Subandi Giyanto entitled Kumbakarna Mangsah Yuda artists not only
display the beauty alone, but there is an idea or meaning that is delivered. To obtain the
meaning of a painting should be a study, one of them by using art criticism. In this journal
art criticism study was used as a method to reveal intrinsic and estrinsic value in
Kumbakarna Mangsah Yuda painting. The intrinsic value of Kumbakarna Mangsah Yuda
painting in the form of wayang purwa (Kumbakarna) becomes a more modern wayang
without leaving the grip by the artist. While extrinsic value of the value of education that
is the nationalist character and love the motherland.
Abstrak: Sebuah karya seni sebenarnya tidak hanya menunjukkan keindahannya saja,
namun ada makna di balik karya tersebut. Suatu karya seni terdapat nilai intrinsik yang
dapat diindera manusia dan nilai ekstrinsik berupa ide, gagasan, pemikiran atau konsep
karya. Untuk mendapatkan makna tersebut harus memahami suatu karya seni secara
mendalam. Pada lukisan Subandi Giyanto yang berjudul Kumbakarna Mangsah Yuda
seniman tidak hanya menampilkan keindahan semata, namun terdapat gagasan atau
makna yang disampaikan. Untuk memperoleh makna tersebut suatu lukisan harus
dilakukan kajian, salah satunya dengan menggunakan kritik seni. Pada jurnal ini kajian
kritik seni digunakan sebagai metode untuk mengungkap nilai intrinsik dan nilai estetik
pada lukisan Kumbakarna Mangsah Yuda. Nilai intrinsik pada lukisan Kumbakarna
Mangsah Yuda berupa olahan wayang purwa (Kumbakarna) menjadi wayang yang lebih
modern tanpa meninggalkan pakem oleh seniman. Sedangkan nilai ektrinsik berupa nilai
pendidikan yaitu watak nasionalis dan cinta tanah air.
Kata kunci: Lukisan, Subandi Giyanto, Kumbakarna Mangsah Yuda, kritik seni, nilai
pendidikan
mengetahui apa yang melatarbelakangi sebuah karya seni yaitu deskripsi, analisis
suatu karya seni dihasilkan, serta formal, interpretasi, dan evaluasi.
memahami apa yang ingin disampaikan Deskripsi merupakan proses
oleh pembuatnya, sehingga hasil kritik seni pengumpulan data yang tersaji secara
benar-benar maksimal, dan secara nyata langsung kepada pengamat. Deskripsi
dapat menyatakan baik dan buruknya mencakup pembuatan sekumpulan nama
sebuah karya. Dengan kritik seni orang benda serta analisis uraian mengenai proses
yang melihat karya seni memperoleh pembuatan sebuah karya seni. Data
informasi dan pemahaman yang berkaitan deskriptif diperoleh melaui fakt-fakta yang
dengan mutu suatu karya seni, dan dapat diamati, selanjunya menguraikan
menumbuhkan apresiasi serta tanggapan bagaimana proses pembuatan karya seni.
terhadap karya seni. (Bahari, 2014: 3). Proses pembuatan ini misalnya penerapan
Untuk melakukan kritik seni diperlukan cat,transparan, atau alla prima. (Bangun,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk 2000: 14).
mengritik. Menurut Feldman tahap kegiatan Analisis formal merupakan tahapan
mengkritik yakni deskripsi, analisis formal, menguraikan mutu garis, bentuk, warna,
interpretasi, dan evaluasi. pencahayaan dan pengamatan figur-figur,
Pada tulisan ini, akan dikritik suatu daerah warna, lokasi, serta ruang dalam
karya seni lukis dengan tema wayang. objek pengamatan. Pada tahap alisis
Lukisan yang dimaksud adalah lukisan dilakukan pengkajian terhadap kualitas
Subandi Giyanto yang berjudul unsur pendukung subject matter yang telah
Kumbakarna Mangsah Yuda. Menurut dihimpun dalam data deskripsi (Bangun,
penulis karya ingin memiliki sesuatu yang 2000: 15). Komposisi karya seni secara
baru karena Subandi Giyanto mampu keseluruhan seperti keseimbangan, irama,
menggabungkan antara wayang tradisional pusat perhatian, unsur kontras, dan kesatuan
dengan objek-objek realis.Ia juga mengolah juga dijelaskan pada tahap analisis.
wayang-wayang purwa gaya Yogyakarta Bagaimana tata cara proses perwujudan
yang serat akan pakem-pakem tradisi karya merupakan bagian dari analisis.
menjadi wayang dengan ciri khasnya Interpretasi dimaksudkan untuk
sendiri, kesukaannya sendiri. Dengan mengemukakan arti suatu karya setelah
begitu Subandi bebas menggerakkan melakukan penyelidikan yang cermat. Pada
wayangnya kesana kemari sesuai cerita tahap interpretasi, kritikus tidak berada
yang ia inginkan ditambah dengan dalam posisi menilai, tetapi memutuskan
penggunaan objek-objek lain yang apa makna seni, tema karya, dan masalah
mendukung wayang-wayangnya untuk artistic serta intelektual karya tersebut, dan
mengungkapkan isi hatinya. Secara visual akhirnya memperhitungkan objek seni
ada suatu keunikan tersendiri dari lukisan- secara keseluruhan. Interpretasi dilakukan
lukisan bertema wayang karya Subandi dengan mengamati objek seni dengan
Giyanto. Keunikan ini yang menjadi modal seksama, sehingga ditemukan ide yang
awal untuk mengkritisi lebih dalam lagi sangat signifikan. Fungsi seorang kritikus
pada karya-karyanya. Oleh karena itu, pada tahap interpretasi adalah sebagai
untuk mengupas karya ini lebih dalam perlu penemu gagasan dari apa yang terdapat
adanya kritik terhadap karya ini dengan pada sebuah karya seni dan selanjutnya
metode kritik seni. mengungkapkan apa maknanya. Kebenaran
dari penyataan yang diberikan harus dapat
KAJIAN TEORI diamati secara visual pada karya seni yang
Adapun kajian teori yang digunakan penulis sedang dikritik.
untuk membedah karya Subandi Giyanto Evaluasi dapat juga dikatakan sebagai
yang berjudul Kumbakarna Mangsah tahap penilaian karya seni. Menurut Bahari
Yudha yaitu: (2014) tahap evaluasi dapat dilakukan
1. Kritik seni dengan dua cara, yaitu general dan non-
Menurut Feldman dalam Bangun general. Secara general, menilai sebuah
(2001: 14) ada 4 tahapan dalam mengkritik karya seni rupa harus didasarkan pada
3
berupa garis semu. (Sanyoto, 2010: 87) diraba. Yang digunakan pada lukisan ini
Pada lukisan khususnya pada masing- adalah tekstur semu. Tekstur ini sangat
masing objek banyak menggunakan garis terlihat pada bagian bawah lukisan,
nyata. Garis ini diciptakan dengan membuat tepatnya di sekitar kaki Kumbakarna.
kontur berwarna hitam menggunakan tinta. Tekstur diciptakan dari efek pewarnaan cat
Garis digunakan untuk membuat bidang- akrilik. Pewarnaan menggunakan teknik
bidang sehingga membentuk suatu objek. transparan dan tidak digoreskan secara
Garis juga banyak digunakan untuk merata, akibatnya warna yang tercipta
menciptakan detail-detail pada lukisan. menjadi tidak merata. Dari penggunaan
Garis semu digunakan pada lelehan warna tekstur ini tercipta kesan tanah pada karya
merah yang berada di atas bagian kanvas. lukisan.
Warna diciptakan dengan Pada penciptaan karya ini, Subandi
menggunakan cat akrilik. Cat akrilik Giyanto juga memperhatikan prinsip
merupakan cat yang berbasis air. Warna- penyusunan atau komposisi pada
warna pada lukisan menunjukkan warna lukisannya. Prinsip penyusunan ini
panas, ini ditandai dengan banyaknya berfungsi untuk menyusun segala unsur
penggunaan warna merah yang dominan seni rupa yang digunakan sehingga menjadi
pada karya. Warna panas berupa warna sebuah satu kesatuan yang indah.
merah, jingga, dan kuning. Warna ini Penyusunan ini sangat mempengaruhi nilai
memberikan kesan semangat, kuat, dan estetika pada lukisan yang dihasilkan.
aktif. Jika penggunaan warna merah ini Untuk memperoleh komposisi yang indah,
berlebihan akan memberikan kesan seorang seniman harus mempunyai
merangsang dan menjerit. (Sanyoto, 2010: pengalaman artistik.
32) Selain itu terdapat sedikit warna lain Prinsip penyusunan atau komposisi
yang digunakan seperti warna hijau dan yang terdapat pada lukisan Kekerasan
biru yang banyak erdapat pada aksesoris Harus Dihentikan yaitu irama,kesatuan,
yang dikenakan Kumbakarna. Kombinasi penekanan, keseimbangan, dan proporsi.
warna hijau tua pada senjata. Warna hitam Prinsip penyusunan irama terdapat pada
pada sepatu boot. background lukisan yaitu pada objek-objek
Figur-figur dan objek-objek lain wayang yang menjadi background
dalam lukisan dibentuk dengan bangunan-bangunan terbakar, pohon-pohon
menggunakan bidang-bidang. Bidang- tumbang, kepala-kepala, dan bagian-bagian
bidang sangat jelas terlihat karena efek tubuh yang berserakan. Irama atau ritme
penggunaan teknik blok pada yaitu gerak pengulangan atau gerak
pewarnaannya. Selain itu, kontur garis yang mengalir yang ajeg, teratur, dan terus
terdapat pada objek semakin menegaskan menerus. (Sanyoto, 2010: 157) Irama juga
adanya bidang. Tiap bidang terdapat satu terdapat pada lelehan warna merah di
blok warna sehingga pada lukisan tidak bagian atas kanvas yang menggambarkan
menampilkan volume atau kesan tiga darah yang mengalir, serta api pada bagian
dimensi. Kesan tiga dimensi diciptakan bawah kanvas. Irama yang ditampilkan
dengan perbedaan value warna. berfungsi supaya pandangan dari penikmat
Tekstur merupakan nilai raba pada karya mengalir ke semua objek-objek yang
lukisan. Tekstur juga dapat diartikan ada pada lukisan dan membentuk suatu
sebagai nilai atau ciri khas suatu permkaan kesatuan.
atau raut. Tekstur dapat berupa kasar, halus, Kesatuan sangat jelas ditunjukkan
polos, bermotif atau bercorak, mengkilat, dengan penggunaan warna yang dominan
buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya. pada seluruh bagian kanvas yaitu
(Sanyoto, 2010: 120) Tekstur memiliki dua menggunakan warna merah. Warna merah
jenis yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. ini berada baik pada background maupun
Tekstur nyata adalah tekstur yang dapat pada objek utama yaitu Kumbakarna.
dirasakan oleh indra peraba, sedangkan Dengan penggunaan warna yang dominan
tekstur semu hanya dapat dirasakan oleh pada hampir seluruh bagian kanvas maka
indra penglihat saja dan akan halus jika
6
Dasamuka dan kakak dari Sarpakenaka dan tersebut berada di kaki kanan Kumbakarna,
Gunawan Wibisana. Meski terlahir dalam ini menandakan Togog dan Bilung
bentuk raksasa, namun Kumbakarna merupakan pengikut setia Kumbakarna.
memiliki watak satria. Kumbakarna Togog yang mempunyai nama lain Teja
menjadi salah satu tokoh penting Alengka. Mantri, Hyang Tejamaya, dan Sang Hyang
Saat itu pasukan kera Ramawijaya sedang Antaga. Togog merupakan anak dari Sang
menyerang Alengka dan Kumbakarna Hyang Tunggal dan Dewi Rekathawati.
sedang tertidur pulas. Tidak ada satupun Togog merupakan salah satu punakawan
orang dan cara dapat membangunkannya. sabrang. Sifat yang dimiliki Togog yaitu
Baru setelah bulu matanya dicabut, tekatnya labil, setia hanya pada tuan yang
Kumbakarna bangun. Utusan mampu memberi uang dan keberuntungan.
menyampaikan informasi kepada Seperti Semar yang diutus untuk memberi
Ramawijaya dan tentara keranya menyerbu nasihat, Togog juga diutus sebagai pamong
Alengka, Kumbakarna diutus untuk maju untuk para satria dengan watak buruk atau
berperang, dan sudah banyak korban yang di pihak raksasa (Kurawa). Togog sebagai
gugur. Kumbakarna hanya menyuruh pelopor petunuk jalan pada saat raksasa
Rahwana untuk mengembalikan Shinta yang diikutinya berjalan menuju negeri
pada Rama, tetapi Rahwana tidak mau dan lain. Togog mempunyai pengetahuan
marah. Sampai akhirnya Rahwana menjelajah banyak negara, kemampuan ini
membujuk Kumbakarna dengan alasan ia miliki dari menghambakan dirinya pada
negara Alengka akan jatuh di tangan majikan yang berbeda-beda. Karena itulah
musuh. Dengan alasan tersebut barulah Togog dikatakan seorang yang tidak setia
Kumbakarna bersedia untuk maju pada pekerjaannya dan sering berganti
berperang. Sesampainya di medan majikan. Pasangan tokoh wayang ini adalah
pertempuran, Sugriwa lah yang pertama Bilung.
melawan Kumbakarna. Karena badannya Bilung atau nama lainnya Sarawita
yang sangat besar, Sugriwa pun kuwalahan atau Bambang Sarawita adalah seorang
menghadapinya. Ketika mendapat raksasa kecil dan merupakan sahabat
kesempatan, Sugriwa melepaskan diri dari Togog, sifat yang dimiliknya sombong, sok
tangkapan Kumbakarna lalu menggigit jagoan tetapi cengeng. Dalam pewayangan,
hidung Kumbakarna. Kumbakarna mandi Bilung digambarkan sebagai tokoh wayang
darah dan akhirnya meminta adiknya berasal dari negeri seberang yaitu Melayu.
Gunawan Wibisana supaya Rama segera Oleh karena itu, Bilung sering memakai
menghabisi nyawanya. Kumbakarna mati dialog campuran bahasa Jawa dan Melayu.
dengan panah angin milik Ramawijaya. Pada karya ini, Togog dan Bilung lah yang
membangunkan Kumbakarna yang sedang
tertidur pulas.
Penanda pada tanda yang ketiga maju berperang setelah dibangunkan oleh
yaitu background yang berupa gambaran Togog dan Bilung. Kumbakarna mulai
suatu kondisi peperangan bergaya wayang berperang saat kondisi Alengka sudah porak
beber yang suasananya mencekam. Ini poranda dan dalam keadaan mencekam.
menandakan betapa besarnya peperangan Tahu kondisi negaranya akan jatuh dan
yang terjadi. Kondisi ini dipertegas dengan diinjak-injak musuh, Kumbakarna maju
banyak bangunan yang terbakar, pohon- berperang untuk membela negaranya.
pohon yang tumbang, dan banyaknya Kumbakarna wafat sebagai pahlawan
bagian-bagian tubuh para raksasa seperti Alengka sebelum Kumbakarna
kepala dan tangan yang semuanya saling memenangkan peperangan. Konsep ini
terpisah dan berserakan. Bangunan yang diambil dari cerita Ramayana.
terbakar, pohon-pohon yang tumbang, dan
bagian-bagian tubuh raksasa ini EVALUASI
digambarkan pada seluruh bagian Tahapan terakhir yang dilakukan
background lukisan dengan menggunakan dalam kritik seni adalah evaluasi. Evaluasi
warna putih pada objek dan ditimpa oleh ini dapat dikatakan sebagai penilaian
warna merah yang transparan. Warna yang terhadap karya seni. Pada tahap ini seorang
kemerah-merahan ini serta ditambah kritikus secara sadar dan penuh
dengan lunturan warna merah dari bagian pertimbangan berusaha memformulasian
atas kanvas menambah suasana dramatis suatu penjelasan spesifik dari data
bahwa suasana yang terjadi berupa suasana deskripsi, analisis formal, dan interpretasi.
yang mencekam. Warna merah yang luntur (Bangun, 2000: 22)
menggambarkan darah para korban Tema yang diangkat pada lukisan
peperangan yang mengalir. Warna merah Subandi Giyanto berjudul Kumbakarna
yang digunakan pada background Mangsah Yuda adalah tentang watak satria
mengasosiakan pada darah, api, dan panas. atau sikap kepahlawanan. Sikap ini
Darah merupakan labang perang, digambarkan melalui kisah Kumbakarna
kekejaman, dan kesadisan. (Sanyoto, 2010: dalam cerita Ramayana. Tema divisualkan
47) dalam bentuk wayang klasik gaya
yogyakarta yang sudah diinovasi oleh
Subandi Giyanto. Untuk memvisualkan
temanya itu, Subandi menggunakan figur
Kumbakarna itu sendiri sebagai objek
utama di dalam lukisan. Kumbakarna
digambarkan pada posisi siap perang
Gambar 5. Detail api
Sumber: Doc. penulis melawan Ramawijaya beserta tentara
keranya.
Kobaran api yang berada pada Teknik yang digunakan untuk
bagian bawah kanvas semakin menegaskan mewujudkan lukisan menggunakan teknik
tentang peperangan yang begitu dahsyat, yang sama dengan membuat wayang yaitu
seperti api yang sedang berkobar dan dengan teknik tatah sungging. Cat akrilik
melahap semua yang ada di dekatnya tidak digunakan untuk memberikan warna,
peduli baik atau buruk. Objek api ini sedangkan untuk membuat detail digunakan
semakin menegaskan pertempuran yang media tinta. Prinsip penyusunan atau
begitu dahsyat. Warna kuning yang komposisi yang digunakan adalah ritme,
digunakan semakin memperkuat warna kesatuan, penekanan, keseimbangan, dan
panas yang digunakan sehingga menambah proporsi. Dengan berbagai prinsip
suasana panasnya suasana. penyususnan yang dipakai berarti lukisan
Interpretasi yang diperoleh dari berjudul Kumbakarna Mangsah Yuda sudah
lukisan berjudul Kumbakarna Mangsah memenuhi syarat estetik. Sehingga karya
Yuda yaitu menggambarkan Kumbakarna ini dapat dikatakan indah secara visual.
yang sedang maju berperang. Kumbakarna Konsep karya berjudul
Kumbakarna Mangsah Yuda yaitu
9