Anda di halaman 1dari 26

Nama : Amelia Nisa Pratiwi

NIM : 1401417058
Rombel :F
Mata Kuliah : Seni Rupa
Tugas : UTS (Review Jurnal)
Dosen : Moh. Fathurrahman, M.Sn.

JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI


PERCA BATIK SEBAGAI UNSUR ESTETIS DALAM PENCIPTAAN
KARYA LUKIS KONTEMPORER

Paulus Sunarno
Guru Program Studi DKV SMK
Email: paulus_sunarno@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses berkarya rupa dengan media perca
batik sebagai unsur estetis dalam penciptaan karya lukis kontemporer, (2) mengetahui hasil
karya seni lukis dengan media perca batik sebagai unsur estetis dalam penciptaan karya
lukis kontemporer. Hasil angket reponden terhadap karya lukis kontemporer dengan kain
perca batik diperoleh rata-rata skor sebesar 53,21. Sedangkan hasil responden Guru
program studi DKV diperoleh rata-rata skor sebesar 53,5. Hasil akhir dengan rentang nilai
yang diperoleh responden dan siswa menunjukkan rentang nilai antara nilai 51 s.d 60 dan
termasuk katagori sangat senang.
Kata kunci: Perca, Estetis, Kontemporer

Abstract
The study aims to (1) describe the process of working with the media in such a patchwork
batik as an aesthetic element in the creation of contemporary paintings, (2) to work with the
media painting patchwork batik as an aesthetic element in the creation of contemporary
painting. The results of the questionnaire respondents in paintings contemporary with
patchwork batik gained an average score of 53.21. While the results of the study program
Master DKV respondents obtained an average score of 53.5. The result with the range of
values obtained by the respondents and students show a range of values between the values
of 51 to 60 and included the category of very happy.
Keywords: Perca, Estetis, Kontemporer

Pendahuluan
Penciptaan karya seni dengan berbagai teknik dan media sudah berkembang dengan
pesat. Inovasi baru dalam penciptaan karya seni terus diasah demi memunculkan karya yang
orisinil, berkarakter dan ekspresif. Karya seni tersebut dari aliran realis hingga expresionis
sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Apresiasi dari masyarakat penikmat seni sangat positif
sehingga mereka berupaya untuk menjadi kolektor demi kepuasan rasa estetis. Kepekaan rasa
estetik tidak dapat dimiliki secara serta merta. S. Sudjojono (2000: 92), menyatakan bahwa
kesenian adalah jiwa ketok, kesenian adalah jiwa”. Demikian juga dalam berkarya rupa,
pengasahan kepekaan mutlak diperlukan dan tentu saja memerlukan waktu cukup panjang.
Selain dilakukan dengan praktek langsung, pengasahan juga dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap unsur-unsur yang mengandung nilai keindahan, baik dalam karya manusia
maupun yang ada di alam. Tugas-tugas latihan dapat berupa responsi verbal maupun visual.
Responsi verbal adalah kegiatan mendeskripsikan apa yang diamati, dialami secara
visual, sedang responsi visual mencatat secara visual melalui kegiatan sketsa,
mengungkapkan dengan detail apa yang dilihat dan diamati.Penciptaan karya seni di Sekolah
Menengah Kejuruan dilaksanakan pada siswa kelas XII semua program studi yang
merupakan tugas akhir sebagai syarat kelulusan. Demikian halnya pada program studi Desain
Komunikasi Visual maka para siswa diwajibkan untuk membuat tugas akhir yang dapat
dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa. Tugas akhir DKV yang
dapat dipilih oleh siswa meliputi Fotografi, Baleho, Seni Lukis, Videografi, Illustrasi dan
pembuatan karya seni aplikatif lainnya. Dalam pembuatan tugas akhir tersebut maka siswa
kelas XII harus mampu berpikir kreatif dan inovatif agar karya yang diciptakan memiliki
unsur estetis yang tinggi dan bahkan dapat terpilih menjadi karya terbaik.
Bila proses pengasahan estetik sudah dilalui maka penciptaan karya rupa atau salah
satunya seni lukis dapat mulai diekspresikan ke dalam berbagai media yang ada, namun tentu
saja tahap-tahapan dalam berkarya rupa juga harus direferensikan sesuai dengan
kaidahkaidah yang sistematis, teratur dan berkesinambungan agar proses penciptaan tidak
berhenti ditengah jalan.Salah satu karya seni lukis inovatif yang merupakan pengembangan
dari aliran kontemporer sebagai alternatif pembuatan tugas akhir siswa program studi DKV
adalah mengimplementasikan kain perca batik sebagai unsur salah satu unsur estetis dalam
mencipta karya tersebut. Kain perca yang dimaksud adalah berupa potongan dari berbagai
motif batik yang sangat beragam dikolaborasikan dengan lukisan abstrak namun tidak
meninggalkan unsur desain karya rupa sehingga secara keseluruhan dapat dinikmati secara
utuh oleh para penikmat seni. Penciptaan karya seni inovatif dengan implementasi kain perca
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di sekolah. Peserta didik dapat dilatih untuk
meningkatkaan kepekaan estetik dan mengasah kemampuan dalam mencipta karya rupa serta
dapat dijadikan sebagai bekal berkarya seni bagi masa depan. Bahan dan alat yang digunakan
dalam penciptaan karya seni inovatif ini dapat dijangkau oleh peserta didik. Kain perca yang
digunakan sebagai unsur estetis dapat diperoleh secara cuma-cuma dari tukang jahit. Koleksi
kain perca batik yang sudah terkumpul kemudian dipilih motif-motif yang dianggap bagus
dan estetik baik dari segi warna, bentuk maupun tekstur kain.Bahan kain perca batik juga
seyogyanya dari bahan terpilih yang memiliki tekstur halus agar karya lukis kontemporer
dapat menampilkan karakter lukisan yang estetis dan kharismatis. Dengan demikian
diharapkan melalui pembelajaran penciptaan karya seni lukis kontemporer yang
dikombinasikan dengan kain perca dan teknik lukis yang baik peserta didik akan semakin
terasah dan terampil dalam mengembangkan ideide dan konsep penciptaan karya seni
inovatif yang lebih berkarakter dan kharismatik serta memiliki nilai finansial yang tinggi.
Kain perca adalah potongan-potongan kecil dari kain yang digunakan sebagai bahan
baju, celana, jas atau produk jadi yang lain. Bagi para penjahit kain perca hanya merupakan
sisa kain yang dibuang di tempat sampah. Kain perca ini banyak memiliki motif-motif yang
menarik. Diantaranya adalah sisa dari bahan kain batik. Motif-motif tersebut ternyata dapat
dimanfaatkan sebagai unsur penunjang nilai estetis bagi suatu karya seni sesuai dengan ide
kreatif seseorang. Disamping itu kain perca juga dapat didaur ulang menjadi karya baru yang
memiliki nilai finansial cukup tinggi. Sehingga memunculkan bisnis baru produk karya dari
bahan perca. Bisnis produk dari kain perca bisa dijalankan dengan modal yang sangat minim
bahkan tanpa modal sekalipun. Kita bisa memanfaatkan bahan-bahan yang sudah kita anggap
sebagai sampah, namun bisa kita jadikan sebagai mata pencaharian yang cukup
menguntungkan.
Bagi sebagian orang kain perca dianggap sebagai sampah yang harus dimusnahkan,
tetapi bagi sebagian masyarakat yang mempunyai kreativitas yang tinggi kain perca bisa
disulap menjadi produk siap pakai yang bagus dan bernilai jual tinggi. Contoh produk yang
terbuat dari kain perca misalnya bed cover, bros , tas, baju, boneka, taplak meja, dan lain
sebagainya. Dari bahan baku yang sangat mudah kita dapatkan, bisnis produk kain perca bisa
mendatangan omset yang sangat besar. Kita bisa mengambil contoh misalnya bed cover,
sekarang ini harga dari produk tersebut sangat mahal apalagi jika motif dan bahannya bagus.
Dibarengi dengan meledaknya permintaan dari konsumen maka harga dari bed cover produk
kain perca bisa melambung. Disisi lain ternyata kain perca dengan motif batik dapat dibuat
menjadi suatu karya seni lukis, yaitu dengan memadukan kain perca batik dengan motif yang
menarik kemudian ditempel pada bidang kanvas lukis dan untuk selanjutnya pada bidang
kanvas tersebut dilukis dengan tekstur garis atau blok warna sehingga menampilkan suatu
karya seni lukis kontemporer yang memiliki nilai estetis tinggi. Hal inilah yang kemudian
memunculkan inspirasi dan gagasan inovatif bagi penulis untuk bereksperimen mencipatakan
karya seni lukis kontemporer dengan media kanvas, cat acrilyc dan pastel.
Dari hasil eksperiment menciptakan karya lukis kontemporer dengan kain perca
ternyata banyak mendapat respon positif dari masyarakat sekolah sehingga pada akhirnya
penulis mengenalkan karya seni lukis tersebut kepada para siswa program studi Desain
Komunikasi Visual Seni Rupa untuk dapat dijadikan alternatif bagi pembuatan TA atau tugas
akhir yang harus dilaksanakan oleh siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Pacitan.
Secara umum pengertian unsur estetis meliputi dua pokok bahasan utama, yaitu segala
persoalan yang berkaitan dengan keindahan (estetis) dan persoalan yang berkaitan dengan
seni. Unsur estetis atau estetika adalah salah satu bidang pengetahuan yang dipandang
penting untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia
seni, baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Manfaat yang dapat
diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:
1. Memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada
khususnya.
2. Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur objektif
yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif yang
berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
3. Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subjektif
yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
4. Memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta
mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan kebudayaan
bangsa.
5. Memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
6. Memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan,
kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
7. Memantapkan kemampuan menilai karya seni yang secara tidak langsung
mengembangkan apresiasi seni di dalam masyarakat pada umumnya.
8. Memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak mutu
kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai tertentu dari
kebudayaan kita.
Seni adalah cipta karya yang diekspresikan melalui gambar oleh para pencipta seninya,
seni lukis sudah dimulai dari beberapa abad yang lalu, dimana terdapat beberapa cabang seni
lukis (art lukisan). Nilai suatu seni art lukisan dapat dinilai dari beberapa aspek yang terdapat
dari lukisan tersebut.Sedangkan Seni Lukis Kontemporer berartiSeni Lukis sekarang atau
masa kini. Asmudjo J. Irianto (1995) menyatakan, bahwa gejala seni rupa kontemporer
Indonesia pada dasarnya merujuk pada satu praktek dan perkembangan seni rupa.Seni rupa
kontemporer merupakan kesatuan plural yang memiliki hubungan denganpraktek seni rupa
modern yang berkembang hingga saat ini.Seni Lukis kontemporer memiliki masa popularitas
tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni Lukis ini dapat dinikmati
pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya.
Karya-karya Seni Lukis kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti
lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni
kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti
berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan
sebagainya.
Seni Lukis Kontemporer juga sering di kaitkan dengan tekhnik Abstraksi. Tekhnik
Abstraksi dalam Seni Lukis Kontemporer ini adalah usaha untuk mengesampingkan unsur
bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya Seni Lukis
Kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang
dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur
bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut juga sebagai salah satu aliran yang
terdapat di dalam seni lukis.Seni Lukis Kontemporer merupakan Suatu pelepasan dari Seni
Lukis itu sendiri.
Kemunculan seni lukis kontemporer ditandai dengan tidak ada lagi aturan atau kategori
yang dipakai untuk menghakimi sebuah karya yang tidak lazim. Aturan-aturan atau kategori-
kategori adalah apa yang dicari oleh karya seni itu sendiri. Seniman berkarya tanpa aturan
untuk menemukan aturan dari apa yang telah dilakukannya.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengambil setting di lembaga pendidikan SMK pada Pogram Studi
Desain Komunikasi Visual (DKV). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
dengan bulan Mei 2014 pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan proses
pembelajaran yang merupakan bagian dari penelitian eksperimen ini dilaksanakan di kelas
dan bengkel DKV serta disesuaikan dengan jadwal KBM produktif DKV. Subyek penelitian
adalah siswa kelas XII Program Studi Desain Komunikasi Visual yang berjumlah 32 siswa
terdiri dari putra 23 orang dan putri 9 orang. Dari 32 siswa tersebut 6 diantaranya membuat
tugas akhir dengan tema Lukis Kontemporer yang dikolaborasikan dengan kain perca
sebagai unsur estetis. Media yang digunakan adalah kanvas, cat acrilyc, pastel dan bahan
penunjang lain yang mendukung pembuatan karya tersebut.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus Kelas XII DKV
Yaitu pedoman pembelajaran Kelas XII DKV semester 6 yang mencakup Kompetensi
Dasar, Indikator, Nilai Karakter, Materi Pokok Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Penilaian, Alokasi, Waktu dan Sumber Belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
5. Angket Siswa
Prosedur penelitian ini menggunakan Penelitian R & D Arikunto, 2002) atau
research and Development dalam bidang pembelajaran seni. Hasil dari penelitian R & D ini
adalah produk karya seni lukis kontemporer yang merupakan pengembangan dari karya lukis
yang sudah ada namun di lingkungan SMK belum pernah direalisasikan oleh para siswa,
rekan guru dan seniman. Peneliti sebelumnya telah menciptakan karya lukis kontemporer
untuk kemudian disosialisasikan kepada para siswa. Diharapkan melalui karya lukis
kontemporer ini akan dapat memotivasi dan memberi inspirasi mengenai ide kreatif dan
inovatif dalam berkarya rupa khususnya bagi siswa kelas XII program studi DKV yang akan
membuat tugas akhir.
Validasi karya lukis kontemporer dilakukan dalam forum diskusidengan rekan guru
program studi DKV dan diikutsertakan dalam gebyar pameran tugas akhir sekolah yang
dilaksanakan setiap tahun.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan penelitian karya lukis kontemporer yang sudah dilaksanakan dan
diimplementasikan dalam pembelajaran pembuatan tugas akhir bagi siswa kelas XII program
studi DKV merupakan penelitian pengembangan karya lukis yang sudah ada sebelumnya.
Karya lukis kontemporer yang dibuat oleh peneliti kemudian disosialisasikan kepada siswa
sebagai alternatif pilihan membuat tugas akhir pada program studi desain komunikasi visual.
Namun sebelum membuat karya lukis kontemporer dengan kolaborasi kain batik perca
maka perlu ada pemahaman mengenai unsur-unsur seni yang akan sangat berpengaruh
terhadap hasil cipta karya seni kontemporer tersebut. Setelah memahami unsur-unsur seni
sebagai acuan dalam penciptaan karya lukis kontemporer perca batik maka selanjutnya
adalah melaksanakan proses pembuatan karya lukis. Adapun langkah-langkah dalam
penciptaan karya lukis kontemporer dengan menggunakan media kain perca batik sebagai
unsur estetis dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Merencanakan penciptaan karya.
Yaitu mencari ide baru sebagai acuan dalam membuat karya lukis kontemporer. Bentuk
karya lukis apakah merupakan ekspresi spontanitas, simetris ataukah berupa bidang
geometris dan organis. Tema karya lukis dalam hal ini bermotif abstrak dengan
menampilkan komposisi warna yang dipadukan dengan bahan kain perca batik.
2. Menentukan bahan dan alat
Yaitu memilih bahan dan peralatan yang akan digunakan sebelum membuat karya lukis
kontemporer. Dalam hal ini alat dan bahan terdiri dari bidang kanvas yang sudah
dispanram dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m. Cat Acrilyc, Pastel, kuas, palet, lem fox, kain
perca batik, air dan tempatnya. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan terdiri dari gunting
kain, pisau palet, scrap.
3. Membuat sketsa pada bidang kanvas
Yaitu bereksplorasi dengan membuat sketsa sebanyakbanyaknya di atas kertas HVS
kemudian memilih sketsa terbaik untuk dituangkan pada bidang kanvas yang sudah
disiapkan. Menggambar sketsa di atas kanvas menggunakan pinsil jenis Hard agar ujung
pensil tidak cepat habis pada saat digunakan untuk menggambar.
4. Menggunting Kain Perca Batik
Yaitu memilih motif kain perca batik yang dianggap menarik baik dari bentuk maupun
warna serta jenis kainnya. Pengguntingan kain perca batik dapat mengikuti jenis motif
yang ada atau digunting secara simetris dan organis sesuai dengan ide kreatif yang
nantinya akan ditempel pada bidang kanvas dengan menggunakan lem kayu.
5. Menempel Kain Perca
Yaitu menempelkan guntinganguntingan kain perca di atas bidang kanvas dengan
menggunakan lem kayu. Pastikan bahwa kain perca sudah menempel erat pada semua
bidang permukaannya. Penempelan kain perca disesuaikan dengan sketsa yang sudah
dibuat sebelumnya dengan memperhatikan unsur komposisi, harmoni, warna dan balance.
6. Pewarnaan
Setelah semua kain perca yang dibutuhkan ditempel maka langkah selanjutnya adalah
memberi blok warna pada permukaan bidang kanvas yang masih kosong dengan
menggunakan cat acrilyc yang dikuaskan dan dipadukan dengan duselan pastel oil.
Pewarnaan juga harus memperhatikan unsur-unsur desain agar karya yang dihasilkan akan
memberi kesan menarik, indah, enak dipandang dan memotivasi bagi para penikmat seni
untuk memiliki karya lukis tersebut.
Karya lukis kontemporer dengan kain perca yang sudah dibuat kemudian diikutsertkan
dalam gebyar pameran SMK Negeri 1 Pacitan untuk mendapat respon dari para penikmat
seni.Disamping itu hasil cipta karya lukis kontemporer dengan kolaborasi kain perca batik
sebagai salah satu unsur estetis disosialisasikan untuk mendapat validasi dan respon kepada
masyarakat sekolah melalui angket responden, wawancara, pameran dan implementasi tugas
akhir siswa kelas XII. Pada pengisian angket kepada para responden diberikan sejumlah
pernyataan tertulis dengan 15 butir pernyataan dan diisi sesuai dengan kejujuran. Adapun
rentang nilai adalah 1 sampai dengan 4. Bila responden sangat senangsekali atau
tertarik maka nilai yang dicentang dianalisis untuk memperoleh hasil adalah 4, senang nilai
3, kurang yang valid dengan menggunakan senang nilai 3 dan bila tidak senang program
microsoft excel 2013.
nilai 1. Hasil angket kemudian

Tabel 1 Skor angket Responden Siswa Prodi DKV


Total nilai Rata-rata skor Kriteri
Total responden responden responden a
Sangat
32 1703 53,2
Senang

Tabel 2 Skor angket Responden Guru DKV Seni Rupa


Total nilai Rata-rata skor
Total responden Kriteria
responden responden
Sangat
6 321 53,5
Senang

Dari data tabel angket reponden terhadap karya lukis kontemporer dengan kain perca
batik menunjukkan bahwa respon siswa dan Guru terhadap karya lukis kontemporer dengan
kain perca batiktermasuk dalam kriteria sangat senang. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa Karya lukis kontemporer dengan kain perca batik sebagai unsur estetis sangat diminati
oleh para penikmat seni sekaligus menjawab rumusan masalah bahwa ternyata kain perca
batik sangat mendukung sebagai unsur estetis dalam pembuatan karya lukis kontemporer.

Kesimpulan
Penciptaan sebuah karya seni harus didahului dengan pemahaman mengenai azas dan
unsur seni yang akan sangat berpengaruh secara keseluruhan terhadap nilai estetis dari karya
seni. Sebuah karya inovatif hakekatnya memilik proses panjang sehingga dapat
memunculkan karya yang berbeda, berkarakter dan layak untuk mendapat apresiasi yang
positif. Unsur estetis suatu karya seni dapat diperoleh dari beragam mix media yang dianggap
mampu untuk memberi kesan visual yang betulbetul art. Kain perca batik adalah salah satu
temuan unsur estetis yang ternyata sangat mendukung keindahan terhadap karya lukis
kontemporer.
Dari pembahasan mengenai karya inovatif seni lukis kontemporer dengan kain perca batik
sebagai unsur estetis maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Hasil validasi karya menunjukkan nilai yang diperoleh responden dan siswa antara 51 s.d
60 dan termasuk katagori sangat senang. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa dan
Guru terhadap karya lukis kontemporer dengan kain perca batik termasuk dalam kriteria
sangat senang.
2. Dengan demikian rumusan masalah yang menyatakan bahwa kain perca dapat dijadikan
sebagai unsur estetis dalam penciptaan karya lukis kontemporer menunjukkan nilai yang
sangat signifikan.
Kemampuan dan mengembangkan penciptaan karya seni inovatif memerlukan referensi
yang beragam oleh karenanya siswa Program studi Desain Komunikasi Visual diharapkan
mencari lebih banyak referensi dari berbagai sumber, kepustakaan, pameran dan
berpartisipasi dalam kegiatankegiatan seni. Sekolah sebagai pihak penentu kebijakan
diharapkan lebih peduli terhadap pembelajaran seni dengan memfasilitasi sarana prasarana
yang dibutuhkan bagi pengembangan pembelajaran seni. Peran dan dukungan tenaga
pendidik terhadap keberhasilan pembelajaran seni sangat diperlukan dengan lebih giat
memotivasi, membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Oleh
karena itu perlu diupayakan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan latihan yang
berbasis seni inovatif.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengembangkan seni
inovatif, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan kreatif, walau
dalam taraf inovatif yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa Universitas Kanjuruhan Malang
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Irianto, A. J. 1995. “Pameran Seni Rupa Kontemporer NegaraNegara Non Blok;Mencari
Perspektif Selatan”, Jurnal Seni Rupa ITB, Vol-2., 25-30.
Sudjojono, S. 2000. Seni Lukis, Kesenian dan Seniman.Yogyakarta:Yayasan
Aksara Indonesia
REVIEW
A. ISI JURNAL
Seiring berjalannya waktu dengan kehidupan modern yang diiringi juga dengan
perkembangan teknologi yang makin pesat. Begitupun terjadi dalam penciptaan karya
seni yang terus diasah untuk memunculkan atau menciptakan karya yang ekspresif.
Penciptaan karya seni harus didahului dengan pemahaman azas dan unsur seni yang
akan berpengaruh terhadap nilai estetis dari suatu karya. Unsur estetis suatu karya seni
dapat diperoleh dari berbagai gabungan media yang dianggap mampu untuk memberi
kesan visual yang tampak seperti sebuah seni.
Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan media kain perca batik sebagai unsur
estetis dalam penciptaan karya lukis kontemporer. Seni Lukis Kontemporer berarti seni
lukis sekarang atau masa kini. Asmudjo J.Irianto (1995) menyatakan bahwa gejala seni
rupa kontemporer Indonesia pada dasarnya merujuk pada satu praktek dan
perkembangan seni rupa. Seni lukis kontemporer memiliki masa popularitas tertentu
sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Pada masanya batik menjadi
booming, dan pemakaian batik lebih fleksibel digunakan oleh siapa saja dan kapan saja.
Sudah tidak ada lagi rasa malu untuk memakai batik di zaman sekarang. Maka dari itu
peneliti ingin menggunakan batik ini sebagai media dalam dalam penelitian. Terlebih
dipadukan dengan seni lukis canvas yang banyak digemari juga oleh para remaja.
Pelaksanaan penelitian karya lukis kontemporer ini dilaksanakan dalam
pembelajaran pembuatan tugas akhir siswa kelas XII program studi DKV (desain
komunikasi visual). Siswa harus memahami unsur-unsur seni yang digunakan sebagai
acuan dalam pembuatan karya lukis kontemporer tersebut. Sebelum terjun dalam
pembuatan, adapun langkah-langkah dalam penciptaan karya lukis kontemporer dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Merencanakan penciptaan karya
2. Menentukan bahan dan alat
3. Membuat sketsa pada kanvas
4. Menggunting kain perca batik
5. Pewarnaan
B. KELEBIHAN
1. Ide penelitian bagus, dengan memanfaatkan kain perca sebagai bahan yang tidak
terpakai dan batik sebagai bentuk kearifan lokal untuk dituangkan dalam pembuatan
seni lukis kontemporer.
2. Jurnal singkat dan padat.
3. Kata yang digunakan bersifat baku sesuai EYD.
4. Menyertakan daftar rujukan.
C. KEKURANGAN
1. Isi jurnal kurang lengkap, belum mengupas tuntas materi.
2. Tidak memberikan gambar pelengkap pada deskripsi langkah-langkah penciptaan.
D. IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Inspirasi Pendidikan
Judul Jurnal : Perca Batik sebagai Unsur Estetis dalam Penciptaan Karya Lukis
Kontemporer
Nama Penulis : Paulus Sunarno
Terindex di- : GARUDA, SINTA
Volume : Vol 4 No 2
Halaman : 495 - 503
Tahun Terbit : Agustus 2014
JURNAL INTERNASIONAL

J. Vis. Art & Des., Vol. 11, No. 1, 2019, 59-70 59

Combining Korean Traditional Patterns and Batik


Cirebon Banji Pattern in Daily Hanbok
Myung-Gong Park, Hafiz Aziz Ahmad & Kahfiati Kahdar
Faculty of Visual Art and Design, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
E-mail: pmygong@gmail.com

Abstract. The interest towards Korean culture has risen through the popularity of K-wave
and thus artefacts related to Korea are gaining more interest as well. Hanbok, the Korean
traditional costume is also increasingly popular, with people renting and wearing hanbok
while visiting Korean traditional places. The popularity of hanbok led to the creation of daily
hanbok, a modern interpretation of the traditional hanbok, which is easier and more
comfortable to wear for the young generation while still retaining the beauty of the original
costume. Cirebon, a coastal region in Indonesia, has a rich local cultural tradition influenced
by Chinese culture. One of these influences can be observed in Cirebon’s batik, which uses
Chinese influenced motifs, such as Cirebon’s banji pattern. Because there are similarities
between Chinese and Korean culture, several Korean motifs are also found in banji patterns,
such as the swastika, known as wan in China and man in Korea. This study tried to combine
the traditional patterns from Korea and Cirebon’s banji pattern and implemented the result in
a daily hanbok that can be worn by young people from Indonesia and Korea as a symbol of
the close and harmonious relations between Indonesia and Korea.
Keywords: banji pattern; batik; daily/living hanbok; Korean traditional pattern; traditional
hanbok.
1. Introduction
The interdependence between two countries increases as exchanges in the fields of
politics, economy, the environment and culture between those countries increase, as can be
seen in the case of Korea and Indonesia. South Korean Kpop and K-drama gained popularity,
generating the K-wave (hallyu), where many non-Koreans are increasingly interested in
Korean fashion and style, such as clothes, accessories, and cosmetics worn by Korean
entertainers. Thus, the culture and values of South Korea are gradually becoming more
widely known around the world.
One of the countries that are now interested in Korean culture is Indonesia. Many
Indonesians listen to K-pop and watch K-drama, and try to follow the fashion of the
entertainers on the screen. Hanbok is a Korean traditional costume, however it is not as
popular as other cultural expressions. This is because hanbok is seen as unsuitable for
everyday wear in modern society or to wear at important events or weddings, unlike the way
Indonesians use batik. This led to the creation of daily hanbok, a dress style inspired by the
traditional hanbok that can be worn in everyday life, which incorporates various designs from
all over the world.
Cirebon is an Indonesian city located in Java’s northern coastal region whose local
culture is characterized by a unique mix of different cultures. The culture of Cirebon is
strongly influenced by Chinese culture. Chinese culture itself is very similar to Korean
culture. Among the batik Cirebon patterns, there is one called banji. The banji pattern came
to Indonesia under the influence of Chinese culture and developed into geometric patterns
used in architecture as well as in batik. The similarities in motifs and patterns along with the
increasing interest in Korean culture provide an opportunity to create new designs that
combine Korean and Cirebonese banji patterns, which can be applied in daily hanbok. These
new designs can help to increase the popularity of Indonesian and Korean culture and display
the friendship between Korea and Indonesia.
2. Literature Review
In their study on traditional Korean fashion, Bae and Hyun [1] found that 59% of
traditional designs applied in Korean fashion featured embroidery and hand painting using a
single pattern; 24% featured a compound pattern with 2~5 patterns that were developed
together (complex); and 17% featured repeated patterns based on one pattern. Embroidery is
the most commonly used technique (58%), followed by weaving (20%), printing (17%),
compound technique (embroidery on woven fabric), hand painting and gold foil application.
Meanwhile, Ratuannisa [2] found that the banji pattern is a cultural symbol of which
the geometric shapes are precisely ordered and Banji ornamentation on Cirebon batik bears a
strong influence of Chinese culture. According to Lee [3], the attractiveness and composition
of hanbok depend on the body shape of the wearer and the way it is worn. The shapeliness of
the hanbok changes accordingly and the flow of the natural lines that emerge will appear
beautifully. The hanbok has kept the same position in the life of the Korean people for 5,000
years, while its shape and composition have changed in various ways depending on local
culture, age and the aesthetic sense of the time.
3. Korean and Cirebonese Pattern and the Korean Hanbok
3.1 Banji Pattern of Batik Cirebon
Among the four batik centers of West Java (Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya and
Garut), Cirebon is the oldest one. It had a major influence on the development of other batik
regions in West Java [4]. The influence of Chinese culture on the batik decoration of Cirebon
is shown by the application of various banji ornaments. The banji motif in Cirebon batik is
documented in literature sources (Table 1). It has been applied in the various applications of
batik such as long cloth (kain panjang), sarong (sarung), pants, talam and others [2].
Table 1 Banji patterns of Batik Cirebon.
Function and
No Batik Cirebon Banji Pattern Zoom
Repeated Pattern

Function: main decorational


1 ornament. Repetition:
Celana pangsi 90degree rotation
[5]
Function: Main decorational
2
ornament. Repetition:
90degree rotation
Kain panjang [2]
Function: Main decorational
ornament. Repetition:
3
90degree rotation
Batik Cirebon
Function: Secondary
decorational ornament.
4 Repetition: 1 lined-up pattern
Sarung anak
lelaki [2]

Function: Main decorational


5
ornament. Repetition:
90degree rotation
Kain panjang [2]
3.2 Korean Traditional Patterns
Korean traditional patterns are used on ceramics, rice cakes, cloths, wards, ornaments,
courts, embroidery, lucky omens, wallpaper, lighting, architecture, etc. (Table 2). The
patterns can be divided according to their shapes and features, consisting of human, animal,
plant, artifact, nature, letter, geometric, and compound patterns.
Table 2 Types and kinds of Korean Traditional patterns [6].
Pattern by shape Include/contain
Human Patterns Ghost, boy, Buddha and Bodhisattva, virtuous man, human, face,
etc. (2 more).
Animal Patterns Frog, dog, turtle, peacock, wild goose, giraffe, Crow, butterfly, and
chicken, etc. (30 more).
Plant Patterns Pussy willow, bracken, chrysanthemum vine, chrysanthemum,
flowers, etc. (26 more).
Artifact Patterns Beads, frame door, teeth of a comb, flame, chain, reed mat,
ruyi head, lotus bud, and Seven Treasures.
Nature Patterns Stone, cloud, moon, constellation, raindrop, landscape,
mountains and sun.
Letter Patterns 康寧, 多男多子, 祿, 萬壽無疆, 卍, 梵, 福, 壽福康寧, 壽福多男子,
壽福, 壽, 亞, 喜, and 囍.
Geometric Fine line, horizontal line, turtle back, ghost eye, net, circle, etc. (13
Patterns more).
Compound Pussy willow and water bird, cloud and phoenix, cloud and
Patterns dragon, and cloud and crane, etc. (10 more).
3.2.1 Colors of Korea
In Korea, five main colors and additional colors that complement the five main colors
are used. The five main colors are black, white, red, blue, and yellow. Blue refers to the East,
represented by a blue dragon, and to the tree ( 木 ), symbolizing spring. Red refers to the
South, represented by vermilion bird, and to fire ( 火), symbolizing summer. White refers to
the West, represented by a white tiger, and to metal (金), symbolizing autumn. Black refers to
the North, represented by a black turtle, and to water (水), symbolizing winter. Yellow is the
central of the five colors and symbolizes power and authority and is considered the noblest
color. There are also five colors that are between the five main colors: green, sapphire, light
red, violet and sulfur yellow [7].
3.3 Hanbok
3.3.1 The Traditional Hanbok
According to Lee [3], the hanbok that Koreans wear today is derived from the form of
the middle and late Joseon Dynasty (1392-1910). Hanbok consists of two parts, based on the
upper and lower body respectively. The jeogori is the top of the costume and has an opening
at the front that is layered from the left side over the right side. There is a long band on the
left and right front of the jeogori, which closes at the front (sometimes a button is used,
depending on the design) (Figure 1). The female hanbok consists of a jeogori and a skirt. The
male hanbok consists of a jeogori, pants, vest, magoja and durumagi.

(a) (b)

(c) (d)
Figure 1 (a) Male jeogori front, (b) male pants, (c) female jeogori, and (d) female skirt [3].
The skirt has the shape of an ‘A’. The entire circumference of the waist is wrinkled.
The direction of the skirt wrinkle should be from right to left when worn (from left to right
when the outer side is spread out). The skirt is a rectangular fabric with long bands attached
to both ends of the waist and is wrapped around the waist using long bands. Because of this,
the skirt of the hanbok is closed sideways. Another form of the skirt is a type of dress with
shoulder bands. The pants are wide, which is comfortable when sitting on the floor as is
customary in Korea. The small sapok comes on the left side and holds the waist margin from
the right side to the left side. The waist is fixed by fastening the waistband, while the ankle
part is tied with a band called daenim, so that the pants do not flutter [8].
3.3.2 Daily Hanbok
Daily hanbok is designed to conserve the beauty of the traditional hanbok while
adding practicality to it [8]. It can be defined as a hanbok that is designed to match a modern
sense of style and is easy to wear in everyday life. As can be seen from Figure 2, the daily
hanbok can be used by wearing a jeogori, skirt or trousers and is well suited for mixing with
other clothes according to modern trends.

Figure 2 Daily hanbok [9].


3.4 The Fabric of Batik and Hanbok
According to Istari [10], batik is usually made of cotton or silk fabric. Cotton is
chosen as the basic material because it is able to absorb moisture and has good heat
resistance. In addition, it has stable elasticity. Silk fabric is made from protein fibers obtained
from silk worms. For traditional hanbok, the fabric utilized depends on the season: linen and
hemp for summer, thin and light silk for spring and autumn [11]. For daily hanbok, cotton
and linen are used or synthetic fiber rather than silk, generally polyester Jeans or lace fabric
are also often used. Unlike the traditional hanbok, specific daily hanbok are used depending
on the season, design, theme and so on, without much relation to the fabric type.

4. Design Methods
Batik fabric designs were made using the banji pattern from batik Cirebon as
discussed in Section 3. To select 2 designs, a survey was conducted among Indonesians and
Koreans who live in Indonesia. There are many different traditional Korean patterns so
another survey was conducted for selecting the patterns to be embroidered as a single
repeated pattern or to be printed as complex repeated patterns. The two batik fabric designs
were used with the 6 selected Korean traditional patterns for making the top and the bottom
of a new daily hanbok design. The first batik fabric was combined with 1 embroidered patch
with a single Korean pattern and the second batik fabric was combined with five complex
repeating Korean printed patterns. The hanbok design followed the pattern of a basic daily
hanbok. The first batik fabric was used for the jeogori and the second batik fabric was used
for the skirt and pants.
4.1 Batik Cirebon Banji Pattern and Survey and Korean Traditional Pattern and Survey
4.1.1 Batik Cirebon Banji Pattern
According to a previous study on batik Cirebon [12], the batik fabric size of kain
panjang is 250~270 cm width and 103~110 cm height. The new design of batik Cirebon banji
is based on traditional batik Cirebon (see Chapter 3.1). The empty (white) part is intended for
applying a traditional Korean pattern. Table 3 shows the design of the banji pattern based on
batik Cirebon.
Table 3 Designed banji Pattern based on Batik Cirebon.
New Design Batik Cirebon Banji
No. Batik Cirebon Banji Pattern
Pattern

Kain panjang [2]

2
Sarung Anak Lelaki
[2]

CelanaPangsi [5]

Kain panjang [2]


4.1.2 Korean Traditional Pattern and Survey
To narrow down the patterns to be utilized, a second-phase survey was then
conducted, resulting in the selection of 16 Korean traditional patterns. The selected 16
patterns were colored using the colors of Korea and a final survey was conducted to select
more specific patterns to be combined with batik the Cirebon banji pattern. A final survey
was conducted among 50 Indonesians and 52 Koreans who live in Indonesia to find their
opinion on the Korean patterns. The result was 6 (six) Korean patterns that were finally
selected (Figure 3). The Cloud and Crane pattern (12.7%) scored the highest, followed by
Cloud (11.8%), Face 1 (9.8%), Tiger (9.8%), Turtle Back (9.8%) and Pine Tree (8.8%),
respectively.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)


Figure 3 Korean patterns of (a) Cloud and Crane, (b) Cloud, (c) Face 1, (d) Tiger, (e)
Turtle Back, and (f) Pine Tree [6].
4.2 Combining Korean Traditional Patterns and Batik Cirebon Banji Patterns
Compound patterns were used as embroidery. For single repeated patterns,
embroidery is usually used as technique. Figure 4 shows Design No. 1 combines the original
batik Cirebon fabric (No.1 in Table 3) with the pattern drawn on it with a compound
embroidery patch or embroidery of the Cloud and Crane. Figure 5 shows Design No. 2
combines the original batik Cirebon fabric (No. 3 in Table 3), which has many repeated
patterns.
Before
Batik Cirebon banji Korean
traditional
pattern fabric pattern

After

Design No. 1
Figure 4 New design No. 1 by combining Korean Traditional pattern and Batik Cirebon
Banji pattern.
Before

Batik Cirebon banji


pattern fabric

Korean traditional
patterns

After

Design No. 2

Figure 5 New design No. 2 by combining Korean Traditional pattern and Batik Cirebon banji
pattern.

5. Result and Discussion


5.1 Design for Daily Hanbok
The male and female jeogori were designed to have slim sleeves and the baerae part
without curves. The goreum is thinner and shorter than in traditional hanbok; the body
garment is fitted to the body and there is an embroidery patch on the back.

Figure 6 Daily Hanbok by combining Korean traditional patterns and batik Cirebon banji
pattern.
As for the pants design, the legs are still a bit wide as in traditional pants, but the
waistband and waist are joined together with daenim on the ankle part. The skirt is similar to
a traditional skirt, but the length is shorter, reaching just below the knees (Figure 6).
5.2 The Combined Patterns of Daily Hanbok
Embroidery or gold foil is usually used in the decoration of the hanbok jeogori. In the
new daily hanbok jeogori design, the embroidery patch of the compound pattern was put on
the back, inspired by the dangeui jeogori. Usually, the embroidery of the dangeui jeogori is
in the form of a circle on the chest, back, or shoulders, but dangeui jeogori and basic jeogori
have different structure patterns and use a single repeated pattern (Figure 7).

(a) (b) (c) (d)


Figure 7 (a) Traditional dangeui hanbok embroidery on shoulders, front chest and back[13],
(b) Daily Hanbok collection – embroidery on the back [9], (c) traditional hanbok now –
embroidery only on shoulder and back [14], and (d) traditional hanbok now – left front chest
and side [15,16].
Therefore, one single compound pattern embroidery patch was put on the back of the
jeogori design in this study. When comparing the traditional hanbok and the modern daily
hanbok, the embroidery pattern is generally not controlled in the latter.
5.3 Design Evaluation
Consumer acceptance of the final design was measured by conducting a survey
among 45 Indonesians and 44 Koreans living in Indonesia. They received a questionnaire on
the design of the daily hanbok with the combination of banji pattern from batik Cirebon with
a traditional Korean pattern (Figure 8). The participants were 76.4% female and 23.6% male.
All of them knew about traditional hanbok but 25.3% had never heard about or seen daily
hanbok. However, when asked about daily hanbok, 85.4% were interested. The majority of
participants liked the two new fabric designs, with 76.4% willing to wear the designed daily
hanbok.
Female Front Female Front Male and Female Back

Figure 8 The final male and female designs.


6. Conclusion
This study showed the process of designing fabrics that combine traditional patterns
from Korea and Indonesia in a harmonious way, which were then utilized in a modern
hanbok design, called ‘The Face of Korea’. From this study, it can be concluded that it is
possible to develop modernized products and designs (in this case fashion design) by utilizing
the beauty of traditional culture through a systematic study and design research. Moreover,
the resulting fashion products showed a fellow feeling between the traditional culture of
Korea and Indonesia, which can be worn by both people. The result also provides a good
example of a joint effort to promote the beauty of Korean and Indonesian culture as an
expression of the friendship between both countries.

References
[1] Hyun, S.H. & Bae, S.J., A Study On the Utilization of Korea Traditional Patterns for
Fashion Culture Products, Chonnam National University, Korea, 2007.
[2] Ratuannisa, T., Kajian Estetik Ragam Hias Banji Pada Batik Pesisiran, Master Thesis,
Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2011. (Text in Indonesian)
[3] Lee, Y.Y., The Story of Hanbok, Hanbok Advancement Center, 2015.
[4] Tambrin, I., Tinjauan Ornament Batik Trusmi Cirebon, Wacana Seni Rupa Jurnal Seni
Rupa dan Desain, 2(4), pp. 1-13, 2002. (Text in Indonesian)
[5] Ishwara, H., Yahya, L.R.S. & Moeis, X., Batik Pesisir Pusaka Indonesia, Kepustakaan
Populer Gramedia, 2011. ISBN: 139789799103383. (Text in Indonesian)
[6] Korea Culture Information Service Agency, Korean Traditional Pattern Design
(Pattern by Pattern), https://www.culture.go.kr/tradition/ shapeList.do, (10 March
2018). (Text in Korean)
[7] Indearchitec, Korean Traditional Color Standard Table (Interior Application), Interior
Design Blog, https://m.blog.naver.com/PostView. nhn?
blogId=indearchitec&logNo=220540760030, (Text in Korean), (20 March 2018). (Text
in Korean)
[8] Park, H.N., Reading Korean Culture, Park I-jeong Publisher, 2009.
[9] Leesle Online Store, https://leesle.kr/, (12 June 2018). (Text in Korean)
[10] Istari, T.M.R., Ragam Hias Non-Cerita Pada Relief Candi untuk Perkembangan Motif
Batik Kontemporer, Balai Arkeologi Banjarmasin, 2012. (Text in Indonesian)
[11] Hwang, E.S., Yun, Y.N., Jo, S.H. & Ju-Lee, M., Composition of Beautiful Hanbok,
Soohaksa, 2012.
[12] Kudiya, K., Recitalization of Old Batik in Cirebon Palaces Through Various
Decorative Telaga Teratai Park as Reflection of Cultural Integration, Doctoral
Dissertation, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2016. (Text in
Indonesian)
[13] National Palace Museum of Korea, Special Exhibition of "Returned Deok-Hye-Ongju",
https://www.gogung.go.kr/specialView.do?cultureSeq=00017031KF, (17 August
2018). (Text in Korean)
[14] Suwon Hanbok, Yeongtong Jaju Goreum Hanbok, https://blog.naver
.com/ds2hel/80057029549, (2 August 2018). (Text in Korean)
[15] Bettl Corp., Handbok Rental-Design Code: R229627, Bettl Hanbok,
https://www.bettl.co.kr/bettl/han_detail.php?gtype=R2&idx=1672&page=1, (7 August
2018). (Text in Korean)
[16] Bettl Corp., Handbok Rental-Design Code: R227012, Bettl Hanbok,
https://www.bettl.co.kr/bettl/han_detail.php?gtype=R2&idx=1918&page=3, (7 August
2018). (Text in Korean)
REVIEW
A. ISI JURNAL
Budaya dan nilai-nilai Korea Selatan bertahap menjadi lebih dikenal di seluruh
dunia dikarenakan banyak orang non Korea yang tertarik dengan fashion dan gaya
Korea, tidak dipungkiri juga banyak sekali orang non Korea yang mengidolakan artis
Korea. Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat tertarik pada budaya Korea.
Banyak orang Indonesia mendengarkan K-Pop dan menonton drama Korea, dan
banyak yang tertarik untuk mencoba mengikuti gaya para artis Korea.
Hanbok merupakan pakaian tradisional Korea, namun penggunaan hanbok
tidak luwes atau dipandang tidak cocok jika digunakan sebagai pakaian sehari-hari
karena hanya untuk beberapa acara saja. Berbeda dengan penggunaan batik di
Indonesia, yang saat ini sudah menjadi trend fashion dengan berbagai macam kreasi
motif dan desainnya.
Penelitian ini merujuk pada penciptaan hanbok yang dimodifikasi dari
berbagai desain dunia dan dapat digunakan sebagai pakaian harian. Cirebon
merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki budaya yang sangat
dipengaruhi oleh budaya Cina. Dimana budaya Cina sangat mirip dengan budaya
Korea. Dengan mengambil batik sebagai bahan penelitian, maka diantara banyaknya
motif batik Cirebon, ada satu motif yang berasal dari Cina kemudian berkembang di
Cirebon yaitu motif banji. Dengan menggabungkan motif banji dengan gaya fashion
modern saat ini dapat menjadi suatu desain baru yang menarik. Kolaborasi antara
Korea dan Indonesia dengan menggabungkan 2 budaya menjadi suatu hal yang sangat
positif bagi warga Korea dan juga Indonesia.
B. KELEBIHAN
1. Ide jurnal sangat bagus, dengan memadukan 2 budaya dari 2 negara.
2. Isi jurnal sudah menjabarkan keterkaitan materi dengan sangat lengkap.
3. Penjabaran jurnal mudah dipahami.
4. Jurnal sangat jelas dengan dilengkapi gambar setiap motifnya, rancangan desain
sampai gambar produknya aslinya.
C. KEKURANGAN
1. Desain hanbok harian yang dibuat hanya 1 macam.
D. IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Journal of Visual Art and Design
Judul Jurnal : Combining Korean Traditional Patterns and Batik Cirebon Banji
Pattern in Daily Hanbok
Nama Penulis : Myung-Gong Park, Hafiz Aziz Ahmad & Kahfiati Kahdar
Terindex di- : SCOPUS
Volume : Vol 11 No.1
Halaman : 59 - 70
Tahun Terbit : 2019

Anda mungkin juga menyukai