Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK 3

MAKALAH
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Disusun oleh:

Khoirul Imam : 856937225


Susiana : 856931708
Lina Anggraini : 856931295

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) BANDAR LAMPUNG
POKJAR RUMBIA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA” .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Rumbia, 25 Oktober 2019


Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
B. TUJUAN ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3


A. DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB DAN CARA
PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN ......................................... 3
B. DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP
KEHIDUPAN SEORANG INDIVIDU .................................................................... 8
C. PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI
SEKOLAH UMUM DALAM SETING PENDIDIKAN
INKLUSIF ................................................................................................................ 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 12


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami
perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki
faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak
berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak
berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka
termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya
bila dibandingkan dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan
dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut
meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan
berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta
kreatifitasnya. Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik
berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru
dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan
kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut
meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara
besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir
pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

1
B. Tujuan
Dari latar belakang tersebut diatas maka dalam makalah ini, penyusun
memilikin tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian,klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan
terjadinya ketunanetraan.
2. Untuk mengetahui dampak ketunanetraan terhadap kehidupan seseorang
individu.
3. Untuk mengetahui layanan pendidikan bagi siswa yang tinanetra di sekolah
umum dalam setting pendidikan inklusif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1
A. DEFINISI,KLASIFIKASI, PENYEBAB SERTA CARA PENCEGAHAN
TERJADINYA KETUNANETRAAN
1. Definisi dan Klasifikasi Tunanetra
1.1 Definisi Legal
Digunakan pada profesi Medis untuk menentukan apakah seseorang
berhak memperoleh akses keuntungan tertentu seperti : asuransi tertentu,
bebas bea transportasi dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang
sesuai dengan kebutuhannya. Ada 2 aspek yang diukur : ketajaman
penglihatan (visual acuity) dan medan pandang (visual field).
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu
Snelen yg terdiri dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris
berdasarkan ukuran besarnya. Klasifikasi ketajaman penglihatan menurut
WHO:
 Mata normal : 6/6 hingga 6/18
 Mata kurang awas : <6/18 hingga >3/60
 Buta : <3/60
2.1 Definisi Edukasional/Fungsional
Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan
pembelajaran dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau
teknik tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan
penglihatan yang terbatas.
Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi kedalam
dua kelompok, yaitu buta (blind) atau tunanetra berat dan kirang awas
(low vision) atau tunanetra ringan.
Seseorang dikatakan tunanetra berat (blind) apabila dia sama sekali tidak
memiliki penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya (Baraga &

3
Erin, 1991). Sedangkan seseorang dikatakan tunanetra ringan (low vision)
apabila setelah dikoreksi penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi
fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat
bantu optik dan modifikasi lingkungan (Corn & Ryser, 1989).

B. PENYEBAB TERJADINYA TUNANETRA


Berikut ini adalah beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan
ketunanetraan yang diurut secara alfabetis.
1. Albinisme
Albinisme adalah kondisi yang herediter dimana terdapat kekurangan
pigmen pada sebagian atau seluruh tubuh.
2. Amblyopia
Istilah umum amblyopia diterapkan pada penglihatan yang buruk yang tidak
diakibatkan oleh suatu penyakit yang dapat teramati, dan yang tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata. Kondisi ini bersifat bawaan (congenital,
artinya sudah ada sejak lahir) atau berkembang kemudian.
3. Buta Warna
Kondisi ini lebih menonjol kejadiaannya pada laki-laki (sekitar 8%
dibandingkan dengan sekitar 0,5 % pada wanita), dan pada umumnya
merupakan karakteristik yang diwariskan berdasarkan garis kelamin melalui
chromosome jantan, meskipun dapat pula terjadi akibat keracunan atau
penyakit retina.
4. Cedera Dan Radiasi
Pada masa dimana penyembuhan terhadap penyakit senantiasa terus
dikembangkan, cedera tetap merupakan penyebab utama kecacatan, dan
cedera pada mata tidak terkecuali. Perlu pelindung mata yang memadai pada
saat bekerja harus selalu dipakai, seperti; tukang las, karyawan pabrik,
petugas foto sinar X pada laboratorium.

4
5. Defisiensi Vitamin A – Xerophthalmia
Defisiensi vitamin A merupakan salah satu penyebab utama ketunanetraan
pada anak-anak di Indonesia. Sebab dapat mempengaruhi fungsi organ
tubuh lain selain mata.
6. Glaukoma
Kondisi dimana cairan bening pada bagian depan mata tidak mengalir ke
luar dengan semestinya, sehingga tekanan yang berlebihan terjadi di dalam
ola mata.
7. Katarak
Katarak adalah kekeruhan atau keburaman pada lensa mata sehingga
menghambat masuknya cahaya ke dalam mata.
8. Kelainan Mata Bawaan
Yaitu kelainan mata yang berasal dari bawaan lahir. Berikut ini beberapa
contoh kondisi yang pada saat kelahiran dipandang sebagai defisiensi
perkembangan yang tidak diketahui penyebabnya :
a) Anirida : tidak ada iris
b) Microphthalmos : mata yg sangat kecil
c) Megalophthalmos : mata yg sangat besar dari lahir
d) Anophthalmos : tidak ada bola mata
e) Coloboma : retakan/celah pada iris
9. Myopia (Penglihatan Dekat)
Mata myopia adalah cacat mata yang terjadi dimana bola mata lebih panjang
daripada yang normal atau apabila terdapat perubahan didalam bola mata
sehingga mengakibatkan sinar membelok secara abnormal.
10. Nistagmus
Yaitu gerakan otot mata yang menghentak hentak tanpa disengaja (di luar
kemampuan) dan terus menerus.
11. Ophthalmia Neonatorum
Yaitu peradangan pada mata bayi yang baru lahir. Penyakit ini merupakan
penyebab umum ketunanetraan Penyakit ini bukan turunan, disebabkan
oleh bakteri dari rongga rahim ibu ke dalam mata bayi.

5
12. Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea
Kornea mata merupakan bagian mata yg terdepan berfungsi sebagai
selaput jendela dan pelindung tempat lewatnya sinar. Bila kornea mata
rusak dapat dilakukan pertolongan dengan pencakokan kornea mata
13. Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa adalah sederetan penyakit yang diwariskan secara
genetik. Salah satu ciri dari penyakit ini adalah degenerasi retina mata.
Indikasi penyakit tersebut pada awalnya adalah kesulitan melihat dengan
jelas pada kondisi pencahayaan yang kurang terang (temaram). Gejala ini
akan berlanjut dengan penyempitan jarak pandang hingga puncaknya
adalah terjadi kebutaan pada usia paruh baya.
14. Retinopati Diabetika
Retinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa
mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular
pada retina dengan gejala penurunan atau perubahan penglihatan secara
perlahan.
15. Retinopati of Prematurity (ROP)
Penderita ini terjadi akibat persalinan dengan pembedahan dari bayi yang
baru lahir terhadap terlalu banyak oxygen di dalam inkubator.
16. Sobeknya dan Lepasnya Retina
Kadang-kadang sebagai bagian dari proses penuaan, kadang-kadang
karena kecenderungan ke arah ini sudah diwarisi dari orang tuanya.
17. Strabismus
Kondisi ini sering disebut dengan mata juling, pada umumnya disebabkan
oleh ketidakseimbangan otot-otot mata.
18. Trakhoma
Trakhoma adalah penyakit menular, disebabkan oleh sejenis virus, yang
menyerang kelopak mata dan kornea.
19. Tumor
Tumor jinak yang terdapat pada mata dapat mengganggu penglihatan atau
menyebabkan rasa sakit pada mata.

6
20. Uveitis
Peradangan pada uvea, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan retina,
disebut uveitis.

C. PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN


Secara Internasional, WHO mempunyai strategi untuk menghindari kebutaan
dapat dilakukan dengan :
1. Memperkuat program kesehatan dasar mata
2. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan ntuk menangani
gangguan mata yang dapat disembuhkan
3. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan penyandang tunanetra

Strategi pencegahan terhadap ketunanetraan:


1. Pencegahan primer, yaitu pencegahan terjangkitnya penyakit
2. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan timbulnya komplikasi yg
mengancam penglihatan.
3. Pencegahan tersier, yaitu meminimalisir ketunanetraan

Sepuluh Strategi utama mencegah ketunanetraan


1. Penggunaan prosedur yang sistematis
2. Pemberian imunisasi
3. Perawatan kehamilan yg tepat
4. Perawatan bayi yg baru lahir
5. Perbaikan gizi
6. Pendidikan kpd masyarakat
7. Penyuluhan genetika
8. Perundang undangan
9. Deteksi dini
10. Meningkatkan higinis dan perawatan kesehatan

7
KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SESEORANG
INDIVIDU
A. PROSES PENGINDERAAN
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar diproses dalam
otak. Semua informasi yang akan diproses diotak melewati 3 prosesor dalam
bentuk:
a.Linguistik
b.Non linguistic
c. Afektif

B. LATIHAN KETERAMPILAN PENGINDRAAN


1. Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahap akan membantu
anda sadar dengan pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka.
Jika dilatih anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya,
seperti tetesan air, kran bocor dsb.
2. Indra Perabaan
Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal
berbagai bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga
dibantu dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput,
got, trotoar dsb.
3. Indra Penciuman
Latihlah anak untuk membedakan barang, makanan, minuman dari baunya
agar dapat diketahui barang/benda dihadapannya.
4. Sisa Indra Penglihatan

8
C. VISUALISASI, INGATAN KINESTETIK, DAN PERSEPSI OBYEK
1. Visualisasi
Cara lain bagi individu tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di
dalam lingkungannya dan membantunya bergerak secara mandiri dengan
menggunkan ingatan visual atau visualisasi.
2. Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang
dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan dan keseimbangan oleh
sistem vestibular, yang berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam.
3. Persepsi Obyek
Persepsi obyek yaitu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra
itu menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya meskipun tidak
memiliki penglihatannya.

D. BAGAIMANA MEMBANTU SEORANG TUNANETRA


1. Cara Menuntun Orang Tunanetra
a. Kontak pertama
b. Cara memegang
c. Posisi pegangan
d. Jalan sempit
e. Membuka/menutup pintu
f. Melewati tangga
g. Melangkahi lubang
h. Duduk di kursi
i. Naik ke dalam mobil
2. Cara Mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah kepada seorang tunanetra, tidak bisa
sekedar sambil mengatakan “kesana” atau “kesini” tetapi harus lebih
spesifik, misalnya 10 meter kedepan, 5 langkah kekanan dan sebagainya.

9
KEGIATAN BELAJAR 3
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM
DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF
A. KEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN SISWA TUNANETRA
Kebutuhan pendidikan khusus yang diciptakan oleh ketunanetraan itu dapat
dirangkum sebagai berikut:
a. Kehilangan penglihatan dapat mengakibatkan terlambatnya perkembangan
konsep yang apabila tidak mendapat intervensi yang efektif, berdampak
sangat buruk terhadap perkembangan sosial, emosi, akademik, dan
vokasionalnya.
b. Siswa tunanetra sering harus belajar melalui media alternative
menggunakan indra-indra lain.
c. Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran individual karena
pengajaran klasikal untuk belajar keterampilan khusus mungkin tidak akan
begitu bermakna baginya.
d. Siswa tunanetra sering membutuhkan keterampilan khusus serta buku
materi dan peralatan khusus untuk belajar melalui media alternative.
e. Siswa tunanetra terbatas dalam memperoleh informasi melalui belajar
secara insindental.

B. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN


Adapun strategi pembelajaran yang dapat digunakan antara lain sebagai
berikut:
a. Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan, bisa menggunakan strategi
pembelajaran deduktif dan induktif.
b. Berdasarkan pihak pengolah pesan bisa menggunakan strategi
pembelajaran ekpositorik dan heuristik.
c. Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru bisa mengguanakan strategi
pembelajaran seorang guru dan beregu.
d. Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa bisa memggunakan strategi
pembelajaran kelompok, kecil dan individual.

10
e. Berdasarkan interaksi guru dan siswa bisa menggunakan strategi
pembelajaran tatap muka dan memalui media.

C. EVALUASI PEMBELAJARAN
Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan melalui tes lisan, tertulis, dan perbuatan.
Dalam pelaksanaan tes lisan dan perbuatan, tidak ada masalah yang berarti,
tetapi dalam pelakasanaan tes tertulis ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Soal untuk siswa tunanetra menggunakan huruf braille, sedangkan untuk
siswa low vision menggunakan huruf biasa.
b. Guru harus bersifat objektif dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar.
c. Waktu bagi siswa tunanetra lebih lama dibandingkan untuk siswa awas.

11
BAB III
PENUTUP

Sebagai penutup dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyetir


sebuah istilah “tiada gading yang tak retak” artinya tentu masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang penyusun sajikan. Saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya sebuah hasil maksimal
agar memiliki sebuah nialai ilmu pengetahuan yang diharpkan semua pihak.

12

Anda mungkin juga menyukai