Anda di halaman 1dari 1

Modul 9

Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus di SD Biasa


Kegiatan Belajar 1

Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Wawasan tentang Pendidikan khusus yang dimiliki oleh guru di SD biasa merupakan
modal utama dalam melayani atau mendidik ABK di SD biasa. Untuk melayani atau mendidik
ABK yang ada di sekolah biasa, dua langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah
identifikasi dan asesmen. Kedua langkah ini dapat dikerjakan guru, jika wawasan pendidikan
khusus yang dimliki cukup mantap dan guru mau menerapkan pengetahuan tersebut.

A. Identifikasi ABK

Identifikasi adalah proses untuk menemukan adanya gejala kelainan pada siswa, yang berujung
pada adanya dugaan bahwa seorang anak menyandang kelainan. Identifikasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti observasi, wawancara, dan tes sederhana. Keberhasilan identifikasi
tergantung dari banyak faktor, antara lain mantapnya pengetahuan guru tentang karakteristik
perilaku ABK dari berbagai jenis, serta kepekaaan guru terhadap munculnya gejala kelainan. Jika
hasil identifikasi menunjukkan bahwa seorang anak menyandang kelainan, hasil ini harus
dilanjutkan dengan asesmen.

B. Asesmen

Asesmen adalah satu prorses sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku anak
yang berkaitan dengan pendidikan, yang hasilnya akan digunakan untuk penempatan dan
mengembangkan program pendidikan untuk anak tersebut. Asesmen biasanya bersifat sangat
formal dan ketat, melibatkan satu tim yang terdiri dari para pendidik dan para ahli dari bidang
kelainan terkait. Instrumen yang digunakan pada umumnya berupa tes, baik yang bersifat formal
maupun informal. Namun, untuk situasi Indonesia, lebih-lebih untuk asesmen ABK yang
mungkin ada di sekolah biasa, instrument yang digunakan adalah instrumen informal, yang dapat
dibuat oleh guru sendiri. Keketatan prosedur seyogianya didikuti dalam kadar tertentu.

Asesmen mempunyai 5 kode etik (tanpa kecerobahan, tanpa jalan pintas, objektif dalam memberi
skor, anggota tim tidak diwakili, dan tidak diskriminatif), yang wajib ditatati oleh para guru/para
professional yang melakukan asesmen. Kode etik ini perlu untuk menjaga kevalidan hasil
asesmen karena akan digunakan untuk penempatan dan merancang program bagi anak.

Anda mungkin juga menyukai