TUNA GRAHITA
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat menganggap anak berkelainan adalah insan yang tidak mampu
apa-apa dan tidak berguna sehingga keberadaan mereka tidak menguntungkan,
bahkan kalau perlu dihilangkan dengan berbagai cara hingga sampai dibunuh.
Tetapi kemudian pandangan masyarakat berubah mereka mengnggap anak
berkelainan perlu dilindungi dan dikasihani, mereka mempunyai hak untuk hidup
dan memperoleh pelayanan pendidikan sebagaimana anggota masyarakat lainnya.
Tidak hanya anak normal yang membutuhkan pendidikan, akan tetapi anak
berkelainan atau anak luar biasa juga perlu memperoleh pelayanan pendidikan
yang disesuaikan. Anak luar biasa merupakan anak yang tingkat
perkembangannya menyimpang dari tingkat perkembangan anak sebayanya dalam
aspek fisik, mental, sosial dan emosional. Anak tunagrahita termasuk pada jenis
anak luar biasa. Anak-anak dengan hambatan kecerdasan seperti tunagrahita
mempunyai masalah perilaku yang berhubungan dengan hambatan proses sensori
(penginderaan).
Masalah ketidak mampuan memusatkan perhatian adalah akibat lain dari proses
sensori motor yang berlebihan.
B. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Adaptif Olahraga pada program
Ilmu Olahraga Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan
kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya
sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga untuk
mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran
dengan program khusus. Individu yang terbelakang mental (ringan, sedang,
berat) secara perlahan-lahan diganti dengan istilah hambatan perkembangan
yang kemudian dideskripsikan sebagai keterbatasan yang substansial pada
fungsi-fungsi yang dicirikan dengan fungsi intelektual yang berada di bawah
rata-rata, keterbatasan pada dua atau lebih kemampuan penggunaan perilaku
adaptif dalam berkomunikasi, merawat diri, bermasyarakat, pengendalian
diri, dan sebagainya.
Definisi lain yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama
ialah definisi yang dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi
digunakan AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu
ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara
nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan
kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini
berlangsung pada masa perkembangan.
(2) mengalami hambatan dalam daptasi tingkah laku sesuai tuntutan budaya
dimana ia tiinggal, dan
1. Kelas Transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan
khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada
disekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi
dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi
sesuai kebutuhan anak.
3. Pendidikan terpadu
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah
reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di
kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran
tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat
bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB
terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang
belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan,
yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai
kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut
dengan lamban belajar (Slow Learner).
4. Program sekolah di rumah
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu
mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya,
misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara
mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
5. Pendidikan inklusif
Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model
Pendidikan Inklusif. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh,
menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip Education for All.
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan
guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2
(dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru
khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak
tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan
dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan
pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan
a. Pengenalan diri
1. Bab IV (pasal 5 ayat 1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu baik yang memiliki
kelainan fisik,emosionl,mental,intelektual atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.
A. PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Tunas Kasih
Jenjang : 1. SD Luar Biasa
2. SMP Luar Biasa
3. SMA Luar Biasa
Alamat : Jl. Menganti Jeruk Gg. IV No. 12-A
Surabaya
Fasilitas Sekolah
Status Gedung dan Tanah : Milik Sendiri (Yayasan)
Jumlah Ruang Belajar : 13
Luas Ruang Belajar : 9 x 10 M
Jumlah Ruang Kantor : 1
Jumlah Ruang Guru : 1
Waktu Belajar : Pagi
B. OBSERVER
C. WAKTU OBSERVASI
1. Hari : Jumat
2. Tanggal : 18 & 25 November 2016
D. HASIL OBSERVASI
Pada saat observer berkunjung ke SLB Tunas Kasih pada hari Jumat,
kegiatan pembelajaran yang berlangsung pembelajaran kesenian dan
Olahraga. Secara umum semua anak tunagrahita mampu mengikuti kegiatan
latihan kesenian dan olahraga.
Catatan hasil wawancara dengan Guru SLB Tunas Kasih 1
6. Anak ABK cenderung tidak mau libur karena lebih nyaman dengan
lingkungan sekolah.
8. Dua orang anak tunagrahita sudah di kelas 3 SMA dan hanya satu tahun
sekali ditengok oleh orang tuanya karena dianggap hal yang memalukan
keluarga.
9. Dalam kekurangan yang dimiliki anak cenderung sudah mandiri dan sopan
terhadap setiap yang datang berkunjung ke SLB.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat dari anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan
keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh
keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial sehingga
untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan
secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.
Ada berbagai macam layanan yang dapat diberikan bagi anak tunagrahita,
diantaranya yaitu:
1. Kelas Transisi
3. Pendidikan Terpadu
5. Pendidikan Inklusif