Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODEL-MODEL ASESSMEN PEMBELAJRAN MATEMATIKA DI SEKOLAH


DASAR

“Mendiagnosa Kesulitan Belajar Dan Kemahiran Matematika Siswa Sekolah Dasar ”

Oleh :

Kelompok 4

1. Akri Yeni Hilman (16129249)


2. Della Aprilia (16129020)
3. Excel Junivawanda (16129032)
4. Fifi Oktafia (16129038)
5. Nora Melina (16129084)
6. Wirdatul Fadhilah (16129276)

Dosen Pembimbing :
Refiona Andika Spd. M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Diagnosis Kesulitan dan
Kemahiran Belajar Matematika Siswa SD” ini. Shalawat beriringan salam kami sampaikan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada alam yang berilmu
pengetahuan seperti saat ini.

Dalam menyusun makalah ini, saya mendapatkan banyak dukungan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Refiona Andika, S.Pd, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Model-Model Asesment
Dalam Pembelajaran Matematika Di SD yang telah mengarahkan dan membimbing
penulis selama proses perkuliahan.
2. Dan juga teman-teman yang membantu kami dalam membuat makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini.

Padang, September 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Masalah............................................................................... 2

II. PEMBAHASAN
A. Diagnosis kesulitan belajar matematika siswa SD ......................... 3
1. Pengertian diagnosa kesulitan belajar matematika siswa SD... 3
2. Langkah-langkah mendiagnosa kesulitan belajar matematika siswa SD
...................................................................................................6
B. Diagnosis kemahiran belajar matematika siswa SD....................... 8
1. Pengertian diagnosa kemahiran belajar matematika siswa SD. 8
2. Langkah-langkah mendiagnosa kemahiran belajar matematika siswa SD
................................................................................................... 9
C. Hambatan belajar............................................................................ 10

III.PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14

DAFTAR RUJUKAN............................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah pelajaran yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.


Kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu menghadirkan konsep matematika
seperti menghitung, membagi, menjumlahkan, dan mengurangi. Belajar matematika
juga mampu melatih seseorang untuk berpikir logis dan teliti. Peran matematika yang
besar bagi kehidupan manusia menjadikan matematika sebagai pelajaran yang jadikan
syarat bagi kelulusan siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Matematika sudah diajarkan mulai dari pendidikan dasar atau Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan perguruan tinggi. Meskipun matematika sudah diajarkan sejak
SD, masih banyak siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi kurang menguasai
konsep matematika. Bahkan terkadang pelajaran matematika telah menjadi penyebab
kegagalan siswa untuk lulus ujian sekolah sehingga pelajaran matematika dianggap
sangat menakutkan bagi siswa. kondisi ini telah memicu banyaknya bermunculan les
privat atau bimbingan belajar matematika.
Mengingat pentingnya pelajaran matematika, kesulitan belajar matematik
tersebut harus segera diatasi supaya anak bisa menyerap informasi matematika dengan
mudah. Sayangnya, banyak guru dan orang tua yang belum mengetahui informasi
tentang kesulitan belajar siswa sehingga cap “anak bodoh” masih sering terdengar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar matematika
siswa SD. Kajian ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya
guru dan orang tua tentang kesulitan belajar matematika dan cara menanganinya.
Selain kesulitan belajar dalam matematika, anak harus memiliki kemahiran dalam hal
matematis.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
tentang kesulitan dan kemahiran matematis dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar matematika siswa SD ?
2. Apa sajakah langkah-langkah mendiagnosa kesulitan belajar matematika siswa SD
?
3. Apa pengertian dari kemahiran belajar matematika siswa SD ?
4. Apa sajakah langkah-langkah mendiagnosa kemahiran belajar matematika siswa
SD ?
5. Apa yang dimaksud dengan hambatan belajar?
6. Apa saja faktor-faktor dari hambatan belajar?

C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesulitan belajar matematika siswa SD.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah mendiagnosa kesulitan belajar matematika
siswa SD.
3. Untuk mengetahui pengertian dari kemahiran belajar matematika siswa SD.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah mendiagnosa kemahiran belajar matematika
siswa SD.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hambatan belajar.
6. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor dari hambatan belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Diagnosa Kesulitan Belajar Matematika Siswa SD


1. Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar Matematika Siswa SD
a. Pengertian Diagnosa
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa,
guru sangat dianjur untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali
gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya
kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis
yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Menurut DEPDIKNAS (2007:1) mengemukakan bahwa “diagnosa adalah
mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang ditimbulkannya. Diagnosa disini
dalam bidang pendidikan, dapat menggunakan cara diagnostik yaitu tes yang
digunakan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa sehingga digunakan sebagai
dasar untuk memberi perlakuan yang tepat dan sesuai dengan siswa”.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosa adalah upaya atau
proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang sesama mengenai gejala-gejalanya.

b. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika


Kesulitan belajar dalam mata pelajaran matematika memiliki corak dan
karakteristik tersendiri apabila dibandingkan dengan kesulitan belajar dalam mata
pelajaran yang lain.
Widdiharto (2008:8) menyatakan bahwa kesulitan belajar merupakan kurang
berhasilnya siswa dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma penyelesaian
masalah, walaupun telah berusaha mempelajarinya, dan hal ini ditambah lagi dengan
kurangnya seorang siswa dalam mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif
dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa
bahwa suatu pelajaran yang diberikan itu sulit.
Dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sering kali dijumpai
beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Aktifitas
belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Kadang-kadang dapat dengan cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan
konsentrasi. Karena setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak
didik. Keadaan dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut kesulitan belajar (Abu, 2004:77).
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah
(kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-inteligensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar
matematika. Dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar matematika itu sudah
merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran (Alisuf, 1996:88).
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kesulitan pembelajaran matematika
sebagai berikut:
1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar. Siswa belum sampai ke
proses abstraksi dan masih dalam dunia konkret. Dia belum sampai
kepemahaman yang hanya tahu contoh-contoh, tetapi tidak dapat
mendeskripsikannya.
2. Siswa tidak mengerti arti lambang-lambang. Siswa hanya menuliskan/
mengucapkan tanpa dapat menggunakannya. Akibatnya, semua kalimat
matematika menjadi tidak berarti baginya.
3. Siswa tidak dapat memahami asal-usul suatu prinsip. Siswa tahu apa rumusnya
dan menggunakannya, tetapi tidak mengetahui dimana atau dalam konteks apa
prinsip itu digunakan.
4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. Ketidaksamaan
menggunakan operasi dan prosedur terdahuluberpengaruh kepada pemahaman
prosedur lainnya.
5. Ketidaklengkapan pengetahuan. Ketidaklengkapan pengetahuan akan
menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika,
sementara itu pelajaran terus berlanjut secara berjenjang (Sholeh, 1998:39-40).

Menurut Wood (dalam wardani, 1991) bahwa :


Beberapa karakteristik kesulitan siswa dalam belajar matematika yaitu: (1)
kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang, (2) tidak
sanggup mengingat dalil-dalil matematika, (3) menulis angka tidak terbaca
atau dalam ukuran kecil, (4) tidak memahami simbol-simbol matematika, (5)
lemahnya kemampuan berpikir abstrak, (6) lemahnya kemampuan metakognisi
(lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam
memecahkan soal-soal matematika).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa kesulitan belajar
matematika adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar
matematika yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu, yang
berdampak pada hasil belajar atau kamampuan peserta didik dalam menerima
pelajaran matematika di sekolah.
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa diagnosa kesulitan belajar
matematika SD adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik
serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan berbagai data / informasi selengkap dan seobjektif mungkin
sehingga untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya dalam pembelajaran matematika SD.

2. Langkah-langkah Mendiagnosa Kesulitan Belajar Matematika Siswa SD

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas


langkah-langkah tertentu yang diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis
tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan
belajar (Muhibbin, 2008:167). Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah
kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjur untuk terlebih dahulu melakukan
identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni
jenis kesulitan belajar siswa.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain yang
cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3. Mewawancarai orang tua/ wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.

Menurut Ross dan Stanley (Dalam jurnal ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13
No 1(2013) p1-p8 Pendidikan ,Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan
pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar), mengemukakan prosedur diagnosis kesulitan
belajar yaitu:

1) How are the pupils having trouble?


Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?
2) Where are the errors located?
Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dialokasikan?
3) Why are the errors occur?
Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4) What remedies are suggested?
Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
5) How can errors be prevented?
Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

Kemudian, Dalam jurnal ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No 1(2013) p1-p8
Pendidikan ,Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas
V Sekolah Dasar), juga mengemukakan langkah-langkah diagnosis yaitu:
1) Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah
mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam kelompok yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar pada pokok bahasan pecahan.
b) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
c) Melakukan observasi pada siswa saat kegiatan proses belajar mengajar
yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas
matematika yang diberikan di dalam kelas.
d) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas dan
guru pembimbing.
2) Langkah berikutnya adalah menandai dan melokalisasi letak kesulitan belajar
siswa dalam pelajaran matematika.
3) Setelah dilokalisasi kesulitan belajar, kemudian menentukan jenis dan
karakteristik kesulitan belajar dan faktor penyebab kesulitan belajar matematika.
4) Yang terakhir adalah mencari solusi dari kesulitan belajar matematika tersebut.

B. Diagnosa Kemahiran Matematis Siswa SD


1. Pengertian Kemahiran Matematis Siswa SD
Kecakapan matematika atau kemahiran matematika adalah kemampuan,
pemahaman dan sikap yang perlu dicapai siswa dalam belajar matematika. Kecakapan
matematis siswa harus saling koheren, seperti yang dikemukakan oleh Kilpatrick,
Swafford &Findell (2001; 116) “mathematical proficiency is not a one dimensional
trait, and at cannot be achieved by focusing on just one or two of these strands”.
Pernyataan tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Herman (2011) yang
mengatakan bahwa setiap kompetensi umum matematika (kecakapan matematis)
bukan merupakan domain yang terpisah-pisah, namun merupakan jalinan interaksi
kecakapan yang saling memperkokoh bangunan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan pandangan seseorang mengenai matematik.
Pada kenyataannya, ada kecenderungan bahwa kecakapan matematis di dalam
buku teks matematika kurang memenuhi prinsip koheren. Salah satu indikasinya tidak
terdapat ruang khusus dalam buku teks dimana siswa dapat menjalankan prosedurnya
sendiri. Hal ini menyebabkan prosedur dalam matematika dianggap seperti “barang
jadi” yang siap dipakai, sehingga tugas siswa hanya perlu mengahafal.
Untuk mencapai kecakapan matematis yang koheren diperlukan lima komponen,
yaitu: pemahaman konseptual (conceptual understanding), kompetensi strategis
(strategic competence), kelancaran dalam prosedur pengerjaan (procedural fluency),
penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan disposisi yang produktif (productive
disposition) (NRC, 2002:16; Kilpatrick, Swafford, dan Findell, 2001:1).
Jadi dapat disimpulkan kemahiran matematika merupakan kemampuan dan
keterampilan yang harus dicapai siswa meliputi pemahaman konseptual, penalaran
adaptif, kompetensi strategis, disposisi yang produktif dan kelancaran dalam prosedur
pengerjaan yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.

2. Langkah-langkah Mendiagnosa Kemahiran Matematis Siswa SD


Kecakapan matematika atau kemahiran matematika sangat perlu dimiliki oleh
siswa. Berikut langkah-langkah mendiagnosa kemahiran matematis siswa dalam
belajar matematika mulai dari SD sampai SMA/MA adalah sebagaiberikut:
a. Siswa yang mahir dalam matematika, akan menunjukkan pemahaman konsep
yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma (secara hitung) secara luwes, kurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b. Siswa mahir matematika memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, grafik, atau dugaan untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
c. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau
kenyataan matematik secara mahir.
d. Mahir dalam menyusun kemampuan strategi membuat atau merumuskan,
menafsirkan dan menyelesakan model matematika dalam pemecahan masalah.
e. Mempunyai kecakapan dalam menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.

C. Hambatan Belajar

Hambatan menurut kamus besar bahasa indonesia (2005), hambat merupakan kata
dasar dari “hambatan” berarti membuat sesuatu menjadi lambat atau tidak lancar.
Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu.
Hambatan disebabakan oleh adanya penghambat. Penghambat berarti orang yang
menghambat atau alat yang digunakan untuk menghambat.
Hambatan belajar merupakan adanya masalah yang dialami siswa dikarenakan
beberapa faktor, seperti masalah belajar internal maupun masalah belajar eksternal.
Hambatan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam siwa baik kondisi jasmani
maupun rohani siswa.Adapun faktor internal dibedakan menjadi faktor fisiologis dan
faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan


jasmani seseorang. Misalnya tentang fungsi organ-organ dan susunan tubuh yang
dapat mempengaruhi semangat dan intesnsitas siswa dalam mengikuti belajar.Faktor
fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua
macam. Kedua macam pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tonus (kondisi) badan


Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan
belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila
dibandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan
balajar adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan
penting dalam belajar adalah mata dan telinga.Apabila mekanisme mata dan
telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan drai guru tidak
mungkin dapat diterima oleh anak didik. Sehingga keadaan tersebut menghambat
proses belajar mengajar sang siswa.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan


kejiwaan siswa.Faktor psikologis dapat ditinjau dari aspek bakat, minat, intelegensi,
dan motivasi.

1) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai
keberhasilan. Bakat anak akan mulai tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah
masuk Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki anak tidak sama. Bakat akan
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu.

2) Minat
Minat adalah kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk
sesuatu. Dalam hal ini, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : Minat
pembawaan. Minat ini muncul dengan keinginan sendiri, tidak dipengaruhi oleh
faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan, Dan minat yang muncul karena
adanya pengaruh dari luar. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya
pengaruh lingkungan dan kebutuhan.
3) Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau


menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat.

4) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk


berbuat sesuatu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor
eksternal terbagi dua, yaitu:

a.  Faktor sosial

1)  Lingkungan Keluarga

Dalam lingkungan keluarga ada banyak faktor yang mempengaruhi yaitu


orang tua, suasana rumah, kemampuan ekonomi keluarga, dan latar belakang
kebudayaan.

2) Lingkungan guru
Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, lingkungan guru pun menjadi sangat
mempengaruhi, seperti interaksi guru dengan murid, hubungan antar murid, dan
cara penyajian bahan pelajaran.

3) Lingkungan masyarakat

Dalam hidup kita harus bersosialisasi dengan masyarakat. Maka dari itu
lingkungan masyarakat juga mempengaruhi, misalnya teman bergaul, pola hidup
lingkungan, kegiatan dalam masyarakat, dan mass media.

b.    Faktor non-sosial

1) Sarana dan prasarana sekolah

Sarana dan prasarana sekolah merupakan komponen yang secara tidak


langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Sarana dan
prasarana yang menunjang seperti kurikulum, media pendidikan, kedaan gedung
dan sarana belajar.

2) Waktu belajar

Kadang waktu yang diberikan keada siswa tidak menyesuaikan dengan


keadaan siswa itu sendiri.Ada sebagian sekolah yang gedung sekolahnya terbatas,
sedangkan jumlah siswanya banyak, menjadikan siswa yang harus terpaksa
sekolah siang hingga sore.Padahal waktu tersebut seharusnya anak-anak
beristirahat, tetapi harus masuk sekolah.

3) Rumah

Kondisi rumah yang tidak memadai membuat anak malas belajar. Misalnya,
rumah yang sempit dan tidak memiliki sarana umum untu kegiatan anak, akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ketempat tempat yang sebenarnya tidak
pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
4)  Alam

Dapat berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk


melangsungkan proses belajar mengajar, kalaupun berlangsung, tentu kondisi
belajar siswapun akan kurang optimal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa adalah upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang sesama mengenai gejala-
gejalanya.
2. Kesulitan belajar matematika adalah suatu kondisi dalam proses belajar mengajar
matematika yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu, yang
berdampak pada hasil belajar atau kamampuan peserta didik dalam menerima
pelajaran matematika.
3. Langkah-langkah mendiagnosa kesulitan belajar matematika siswa SD antara lain :
Melakukan observasi, memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, mewawancarai
orang tua/ wali siswa, Memberikan tes diagnostik, memberikan tes kemampuan
inteligensi (IQ).
4. kemahiran matematika adalah kemampuan, pemahaman dan sikap yang perlu dicapai
siswa dalam belajar matematika.
5. Langkah mendiagnosa kemahiran matematis siswa dalam belajar matematika yaitu :
Menguji pemahaman konsep siswa, kemampuan komunikasi, penalaran, kemampuan
menafsirka dan merumuskan dan kecakapan dalam penggunaan matematika.
6. Hambatan belajar merupakan adanya masalah yang dialami siswa dikarenakan
beberapa faktor, seperti masalah belajar internal maupun masalah belajar eksternal.
7. Hambatan disebabkan oleh faktor internal (meliputi; faktor fisiologis dan psikologi)
dan faktor eksternal (meliputi; faktor social dan non social).
B. Saran
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan duru dan calon guru dapat mengetahui dan
memahami cara mendiagnosis kesulitan dan kemahiran belajar matematika. Sehingga
dapat merasakan adanya kemudahan dalam proses belajar mengajar nantinya.
DAFTAR RUJUKAN

1. Abu Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.


2. Alisuf Sabri. 1996  Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
3. Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas – Dirjen Dikdasmen.
4. Herman, Tatang. 2011. Tren Pembelajaran Matematika Pada Era Informasi Global.
(Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/196210111991011
-Tatang_Herman/Artikel/Artikel18.pdf, diakses 6 September 2019).
5. http://itamafajatulaliyah.blogspot.com/2016/12/hambatan-belajar.html diakses pada 6
September 2019.
6. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No 1(2013) p1-p8 Pendidikan ,Diagnosis
Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
7. Kilpatrick, J., Swafford. J., & Finddell, B. (2001). Adding it up. Helping children
learn mathematics. Washington, D. C. : National Academy Press.
8. Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
9. Sholeh, M. 1998. Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
10. Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan
Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: DEPENDIKNAS.
11. Wardani, dkk, 1991, Penelitian Tindakan Kelas, Indonesia: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai