Anda di halaman 1dari 17

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN MATEMATIKA

Kesulitan Dalam Belajar Matematika

IAIN PALOPO

Oleh :

Kelompok 1

Firman : 17 0204 0017 Devi Afrianti : 17 0204 0019

Nurul Ainun : 17 0204 0033 Wiwi Susanti : 17 0204 0008

Aulia Manda : 17 0204 0035 Vinki Hidayat : 17 0204 0023

Alwiah Nur Aulia : 17 0204 0009 Yasdi : 17 0204 0022

Ega Sriawati : 17 0204 0032 Hasriana : 17 0204 0029

Dosen : Ria Riski, M.Pd.

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehigga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat waktu. Tidak lupa kami juga men
gucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi denga
n memberi sumbangan baik meteri maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pen
galaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekur
angan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya serta dari cara penulisan
nya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik da
ri pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah pendidikan ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah pendidikan untuk masyarakan ini d
apat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palopo, 16 Mei 2019

Tim penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kesulitan belajar....................................................................

2.2 Latar belakang kesulitan belajar matematika dan karakteristinya …….

2.3 Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar mate
matika …………………………………………………………………

2.4 Faktor – faktor penyebab kesulitan belajar matematika ……………...

2.5 Upaya mengatasi anak kesulitan belajar matematika ………………..


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................

Daftar pustaka..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa di sekolah
merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan
para pendidik, terutama kesulitan belajar matematika. Karena kesulitan belajar yang
mereka alami akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri mereka sendiri,
maupun terhadap lingkungannya. Kesulitan belajar matematika banyak dialami siswa
dalam menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan soal cerita. Beberapa
penelitian mengenai masalah menyelesaikan soal cerita matematika yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2008), terungkap bahwa kesulitan yang sering dialami
siswa seperti 1) Tidak paham konsep-konsep sederhana 2) Tidak mengetahui maksud
soal, 3) Tidak bisa menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika, 4) Tidak bisa
menyelesaikan kalimat matematika, 5) Tidak cermat dalam menghitung, 6) Kesalahan
dalam menulis angka.

Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang mungkin timbul
karena kesulitan belajar dalam pendidikan matematika yang mungkin dialami oleh
para peserta didiknya. Untuk itu dalam makalah ini, kami mencoba menguraikan latar
belakang kesulitan belajar matematika dan karakteristiknya, , kekeliruan umum yang
dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika, Faktor – faktor penyebab
kesulitan belajar matematika, dan Upaya mengatasi anak kesulitan belajar
matematika.
Berlatarbelakang dengan masalah tersebut di atas, maka makalah ini kami beri judul
"Kesulitan Belajar Matematika"

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kesulitan belajar?

2. Apa saja yang melatarbelakangi kesulitan belajar matematika dan karakteristinya?

3. Apa saja kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar
matemati?

4. Apa Faktor – faktor penyebab kesulitan belajar matematika ?

5. Bagaimana Upaya mengatasi anak kesulitan belajar matematika?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini lebih kepada untuk mengetahui tentang :

a. Pengertian kesulitan belajar.


b. Latar belakang kesulitan belajar matematika dan karakteristinya.
c. Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika.
d. Faktor – faktor penyebab kesulitan belajar matematika.
e. Upaya mengatasi anak kesulitan belajar matematika.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencap
ai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun, dari kenyataa
n sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan bela
jar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umu
mnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga sis
wa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang itu terabaikan. Denga
n demikian, siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan san
gat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai deng
an kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangk
utan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif (Jamaris, 2014). Siswa dap
at dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila mereka mengalami kegagalan dalam
mencapai tingkat pengusaan materi atau tujuan pembelajaran tertentu dalam suatu wa
ktu yang telah ditetapkan.
Kesulitan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sukar, sedangkan belaja
r adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak bisa menjadi bisa. Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan b
ahwa kesulitan belajar adalah gangguan yang dialami oleh sesorang terhadap proses b
elajarnya karena beberapa faktor yang mempengaruhinya sehingga berakibat pada pre
stasi belajarnya. Kesulitan belajar dapat juga diartikan sebagai keadaan dimana seseor
ang mengalami kesukaran dalam proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menja
di tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kesulitan belajar juga bisa ditandai ketika seseor
ang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sulitnya seseorang memahami materi p
elajaran.

2.2 Kesulitan belajar matematika dan karakteristinya


Kesulitan belajar matematika disebut dengan istilah diskalkulia, sedangkan kesulitan bela
jar matematika yang berat disebut akalkulia (Mulyono,1996:224). Menurut Janet W. Lern
er (Mulyono,1996:224-226) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matemat
ika yaitu :
a. Gangguan Hubungan Keruangan
Konsep hubungan keruangan contohnya pemahaman atas- bawah, puncak- dasar,
jauh- dekat, tinggi- rendah, depan- belakang, dan awal 9 akhir pada umumnya
sudah dikuasi oleh anak sebelum masuk sekolah dasar. Gangguan memahami
hubungan keruangan disebabkan oleh kondisi intrinsik seperi disfungsi otak dan
kondisi ekstrensik seperti lingkungan sosial yang tidak menunjang
terselenggaranya komunikasi yang dapat menyebabkan anak mengalami gangguan
pemahaman konsep ini. Gangguan ini menyebabkan anak sulit memahami sistem
bilangan. Misalnya anak tidak mampu merasakan jarak antar bilangan seperti jarak
angka 2 dengan 3 lebih dekat daripada jarak angka 2 dengan 7.
b. Abnormalitas persepsi visual adalah jika seorang anak sulit atau tidak dapat melihat
berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Contohnya seorang
anak yang diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing- masing
terdiri dari tiga dan tujuh anggota, ia akan menghitung satu persatu jumlah tiap
kelompoknya sebelum menjumlahkannya.
c. Asosiasi visual-motor yaitu seserasian antara aktivitas visual dan motorik anak. Misal
seorang anak yang diminta menghitung benda sambil menyentuh benda- benda
tersebut satu persatu, ia baru menyentuh benda ketiga namum sudah berhitung sampai
empat. Kesalahan seperti ini yang nantinya mempersulit anak dalam memahami
makna bilangan- bilangan.
d. Perseverasi
Gangguan perseverasi yaitu adanya perhatian yang melekat pada suatu objek pada
jangka waktu yang relative lama. Pada awalnya anak tersebut dapat mengerjakan
soal dengan baik, tetapi lama- kelamaan perhatiannya melekat pada sutu objek.
Misal seorang anak diminta mengerjakan soal seperti di bawah ini :
5+1=6
5+2=7
5+3=8
5+4=9
4+4=9
3+4=9
Angka 9 diulang beberapa kali oleh siswa tanpa memperhatikan kaitannya dengan
konsep matematika

e. Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol


Kesulitan belajar matematika dapat disebabkan karena ketidakpahaman siswa terhadap
simbol- simbol matematika seperti +, - , =, <, dan >. Bisa disebabkan oleh gangguan
memori atau bisa juga karena gangguan persepsi visual.

f. Gangguan Penghayatan Tubuh


Anak yang diskalkulia bisanya sering memperlihatkan adanya gangguan penghayatan
tubuh (body image). Misalnya anak sulit memahami hubungan bagian- bagian tubuh
sendiri.

g. Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca


Kemampuan membaca jelas dibutuhkan dalam mengejakan soal- soal matematika,
seprti pengertian matematika yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya bahwa
matematika adalah bahasa simbol. Anak yang kesulitan dalam membaca tentunya
akan kesulitan memahami soal, terutama soal tertulis.
h. Skor Performance IQ Jauh Lebih Rendah daripada Skor Verbal IQ
Tes intelengensi memiliki dua subtes, subtes verbal dan subtes kinerja
(performance). Subtes verbal mencakup tes tentang informasi, persamaan,
aritmetika, perbendaharaan kata dan pemahaman. Sedangkan subtes kinerja
mencakup melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun baok, menyusun
objek, dan coding. Tes kinerja ini sangat terkait dengan kemampuan persepsi
visual, asosiaasi visual- motor, dan konsep keruangan.

2.3 Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar


matematika.
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu
memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam menyelesaikan
tugas – tugas matematika. Menurut Lerner (1981 : 367), kwkurangan itu meliputi
pemahaman tentang symbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan prodes yang
keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.

1. Kekurangan pemahaman tentang simbol


Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal-soal 4+3 =
....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal
seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan semacam ini
umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti (=), (+), (-), dsb.
Agar anak dapat menyelesaikan soal- soal itu, mereka harus lebih dahulu memaha
mi simbol-simbol tersebut
2. Nilai tempat
Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak seperti
berikut:
75 68
27 13
__ - ___ +
58 71

3. Perhitungan

Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi menghafal
perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai
berikut:
6 8
7 7
__ __
46 54

Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak
telah memahami konsep dasar perkalian.
4. Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh
berikut:
a. Mempertukarkan simbol-simbol
6 15
2 3
__ __ -
8 18
b. Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat
83 66
67 29
__ + ___ +
1410 815
c. Semua digit ditambahkan bersama
67 58
3 12
__ + __ +
17 16
Anak menghitung 6 + 7 + 3 + 1 = 17
5 + 8 + 1 + 2 = 16
d. Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan:
68 73
8 9
__ + ___ +
166 172
e. Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai
tempat:
627 761
486 489
___ - ___ -
261 328
f. Tulisan yang tidak dapat dibaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk
hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis.
Akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan
2.4. Faktor – faktor penyebab kesulitan belajar matematika.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, dan sering bolos
dari jam pelajaran matematika. Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak
antara lain:
1. Faktor Internal Siswa
Menurut Muhibbin Syah (2009), faktor internal adalah hal-hal atau keadaan-
keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Menurut Resty Rahajeng (tanpa
tahun) faktor internal siswa yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat
berupa fisiologis, kecerdasan, motivasi, dan minat.
a. Fisiologis
Faktor fisiologis berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf
atau pun bagian-bagian tubuh yang lain. Guru harus menyadari bahwa hal yang
paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam
menerima, memproses, menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang sudah
disimpan. Kondisi fisik yang berkaitan dengan kesehatan anak juga sangat
mempengaruhi proses belajar anak, pada saat anak sakit tentunya akan mengalami
kelemahan secara fisik sehingga proses menerima atau memahami pelajaran menjadi
tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis lainnya yang dapat menyebabkan
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli,
bisu dan lain sebagainya.
b. Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula
oleh tingkat kecerdasannya. Bila seseorang telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan, tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung,
maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti.
c. Motivasi
Motivasi juga sangat menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan
dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam
individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu, seperti peran
orang tua, teman dan guru.
d. Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat
dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, karena jika dalam diri individu
tidak mempunyai kemauan atau minat untuk belajar maka pelajaran yang diterimanya
hasilnya akan sia-sia.

2. Faktor eksternal Siswa


Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar
diri siswa. Menurut Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor eksternal dapat berupa
lingkungan keluarga, masyarakat, guru, dan media pembelajaran.
a. Lingkungan Keluarga
Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
b. Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi anak dalam belajar. Setiap pola
masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat
sekali menyerap dalam diri anak, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya
bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh anak dari pada
pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah
tingkah laku anak dalam proses belajar
c. Guru
Peran guru juga sangat berpengaruh dalam proses belajar anak. Cara guru
mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar
pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan
menyelami alam pikiran setiap siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh
karena itu guru sebagai motivator, fasilitator, inovator dan konduktor masalah-
masalah individu siswa perlu menjadi acuan selama proses pembelajaran
berlangsung.
d. Media Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis
juga mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Siswa akan cenderung berhasil
apabila dibantu oleh media pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran
tersebut akan menunjang proses pemahaman anak. Pada dasarnya semua anak
memiliki kemampuan, meskipun kemampuan setiap anak berbeda satu dengan yang
lainnya. Pada saat anak mengalami kesulitan belajar dan mendapatkan nilai yang
rendah sebaiknya orang tua atau guru tidak mengatakan bahwa anak tersebut bodoh
atau gagal, akan tetapi mencari tahu apa penyebab dari masalah anak tersebut dan
memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitannya.

2.5. Upaya mengatasi anak kesulitan belajar matematika


Untuk mencegah atau mengatasi kesulitan belajar matematika pada anak di
perlukan peran orang tua dan guru agar memberikan perhatian yang cukup kepada
anak, sehingga kekurangan atau kelemahan-kelemahan mereka dapat di ketahui dan
di atasi. Menurut Muhibbin Syah (2000) ada dua langkah yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa. Kedua langkah
pemecahan permasalahan kesulitan belajar matematika tersebut dapat di lakukan
dengan dua pendekatan antara lain:
1. Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat
dilakukan dengan teknik individualisasi yang dibantu tim. Pendekatan ini
menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring).
Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar
seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga
yang lama.
2. Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan memberikan kalkulator untuk
menghitung. Pendekatan ini dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan
matematika yang disebabkan oleh gangguan fisiologis yaitu dyscalculia. Hal ini
sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan
kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
Upaya kesulitan belajar matematika dalam pandanagn islam terdapat pada Q.S
Al-Insyirah Ayat 6.
Artinya : Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari kajian tentang kesulitan belajar matematika ini adalah:
1. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat digolongkan menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2. Gejala kesulitan belajar matematika dapat dilihat dari perilaku, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.
3. Penangan kesulitan belajar matematika bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
peer tutorial dan pendekatan dengan alat bantu menghitung.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan melalui kajian kesulitan belajar matamatika ini adalah:
1. Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan kesulitan belajar anak dan
membimbingnya dengan cara yang benar.
2. Guru sebaiknya lebih teliti dalam mendiognosis penyebab kesulitan belajar
matematika siswa supaya dapat ditangani dengan tepat.
3. Kesulitan belajar matematika siswa membutuhkan kerjasama yang baik antara guru
dan orangtua siswa supaya penanganan kesulitan belajar matematika dapat berhasil.
Referensi
https://www.defantri.com/2014/04/lima-faktor-sumber-kesulitan-belajar.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032-
EHAN/KESULITAN_BELAJAR__MATEMATIKA.pdf
http://rajinbelajar22.blogspot.com/2013/12/makalah-kesulitan-belajar-
matematika.html
Akhmad Sudrajat, 2009. Kesulitan Belajar. Wordpress.com
https://tafsirweb.com/12838-surat-al-insyirah-ayat-6.html

Anda mungkin juga menyukai