Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH OBSERVASI LEMBAGA PENDIDIKAN

SMAN 1 PESANGGARAN

Untuk Memenuhi Tugas  Matakuliah Pengantar Ilmu Kependidikan


Yang diampu oleh Ibu. Rosyidamayani T. Maningtyas, S.Psi, M.Pd.

Oleh:
AULIANDIKA LAZUARDY
NIM. 200251612487

UNIVERSITAS NEGERI MALANG 


FAKULTAS  SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
MARET 2021
Kata Pengantar

Seabgaimana kita ketahui bahwa sekarang, banyak lembaga pendidikan


yang bergerak ditempat (stagnan) dan tidak ada perkembangannya sama sekali
(lamban). Sehingga membuat organisasi atau lembga pendidikan atau yang
lainnya tersebut hancur dengan sendirinya atau tidak mengalami perubahan
apapun.
Oleh karena itu, berbagai macam cara untuk mengetahui dan memahai
bagaimana sistem kerja yang diterapkan oleh lembaga tersebut salah satunya
dengan melakukan observasi (terjun ke lapangan) dan wawancara langsung.
Tugas observasi dan wawancara kali ini kita alokasikan dan tertuju kepada
sistem pendidikan, pelaksanaan pendidikan karakter, penerapan pendidikan
multikurtural dan permasalahan dalam penerapannya di sebuah lembaga
pendidikan di SMAN 1 Pesanggaran. Dengan mewawancarai langsung guru
yang menjabat sebagai waka kurikulum dengan Bapak Susanto pada hari Jumat 7
Mei 2021, di Kantor waka SMAN 1 Pesanggaran.

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Maslalah...........................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.....................................................................................2
a. Sistem pendidikan SMAN 1 Pesanggaran.................................................2
b. Pelaksanaan pendidikan karakter..............................................................2
c. Penerapan pendidikan multikultural..........................................................2
d. Permasalahan dalam penerapannya...........................................................2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Sistem Pendidikan.....................................................................................3
2.2 Pelaksanaan Pendidikan Krakter...............................................................4
2.3 Penerapan Pendidikan Multikultural.........................................................5
2.4 Permasalahan Dalam Penerapannya..........................................................6
a. Dalam sistem pendidikan..........................................................................6
b. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter...................................................6
c. Beberapa permasalahan.............................................................................6
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................................7
Daftar Pustaka..........................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maslalah

Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga formal yang


didalamnya mengelola mengenai masalah pendidikan. Disini SMAN 1
Pesanggaran sebagai Sekolah merupakan lembaga yang sangat penting bagi kita
semua, karena semua orang di wajibkan untuk sekolah dari mulai tingkat sekolah
dasar sampai ke perguruan tinggi. Dengan kita sekolah maka kita banyak
mengetahui tentang banyak hal-hal yang tidak diketahui seperti dengan sekolah
kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan, karena guru mengarahkan atau
menerangkan hal-hal yang bermanfaat bagi kita sampai mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan betapa pentinya dalam menuntut ilmu pengetahuan dan motivasi
sekaligus minat belajar belajar anak tersebut, sehingga anak-anak bersunguh-
sunguh dalam mengejar cita-cita dan impiannya hidupnya.
Tidak disiplin dalam lingkungan lembaga pendidikan merupakan sikap
atau suatu prilaku yang menyimpang dari peraturan sekolah seperti misalkan
tawuran, keluar pada jam pelajaran dan lain sebagainya, dan banyak pula p ara
siswa yang berangkat dari rumah tetapi tidak sampai ke sekolah misalkan pergi ke
warnet main game on line bersama teman-temannya. Banyak siswa yang bolos
juga karena tidak menyukai pelajaran yang siswa tersebut tidak menyukai dan
para siswa malah memilih untuk keluar dan tidak mengikuti pelajaran tersebut.
Maka dari itu harus lebih di perhatiakan lagi atau kalau perlu peraturan-peraturan
dan sistem pendidikan yang ada di sekolah supaya siswa tidak membolos lagi
harus di berikan sangsi-sangsi yang bikin sisiwa jera. Hal tersebut ini menandakan
dengan prilaku tersebut sangatlah berpengaruh terhadap proses minat dan motivasi
belajar siswa.
Dengan demikian di sekolah SMAN 1 Pesanggaran juga ada sistem yang
mengendalikan pendidikan atau di sebutnya sistem pendidikan, dan akan nada
permasalahan penerapan suatu sistem pada lembaganya. Selain itu juga dengan

iv
sekolah kita bisa mengenal orang yang berbagai sikap yang berbeda dalam
kegiatan dan beradaptasi dilingkungan sekitarnya ini masuk ke pendidikan multi
kurtural juga.

2.1 Rumusan Masalah

a. Sistem pendidikan SMAN 1 Pesanggaran

b. Pelaksanaan pendidikan karakter

c. Penerapan pendidikan multikultural

d. Permasalahan dalam penerapannya

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan di SMAN 1 Pesanggaran didasarkan kepada kurikulum


nasional, tetapi memiliki unsur-unsur unik yang diterapkan dalam pembelajaran.
Murid-murid SMAN 1 Pesanggaran ditantang untuk berpikir "out of the box".
Mereka berhak untuk mengajukan tugas/project yang akan mereka kerjakan
sendiri kepada gurunya, baik di dalam maupun di luar kurikulum. Tugas/project
yang diajukan bisa berbentuk penelitian, presentasi, eksperimen, dst. (Hampir
semua bentuk tugas diperbolehkan selain soal tipe isian, benar/salah, dan pilihan
ganda.). Murid-murid SMAN 1 Pesanggaran juga mendapat kesempatan untuk
secara aktif membentuk kurikulum pembelajaran mereka masing-masing, di mana
minimal 40%-50% bahan yang dipelajari oleh murid dipilih oleh masing-masing
murid dalam konteks bidang studi dan jurusannya. Sistem seperti ini membentuk
murid yang lebih kritis, inovatif, dan mampu menghadapi berbagai jenis tantangan
yang berbeda.
Selain unsur akademik, sistem yang diterapkan di SMAN 1 Pesanggaran
sangat fleksibel. Program pendidikan kami sangat mementingkan konsep
kebebasan. Kebebasan untuk menjadi diri sendiri, kebebasan untuk
mengembangkan diri, kebebasan untuk berpenampilan dan berekspresi sesuai
dengan siapa dirimu. Di SMAN 1 Pesanggaran, target SMAN 1 Pesanggaran
adalah untuk membantu murid mewujudkan diri yang dia inginkan, dan bukan diri
yang diinginkan oleh sekolah, orang tua, atau orang lain; selama hal itu positif.
Namun kebebasan tersebut harus diimbangi dengan perkembangan tenggung
jawab dan disiplin yang seimbang. Kami ingin murid-murid kami mendapatkan
kebebasan besar dalam pengembangan diri mereka masing-masing, dan tanggung
jawab serta disiplin yang memungkinkan murid-murid kami mendapatkan hasil
maksimal dari kebebasan tersebut.

vi
Murid-murid di SMAN 1 Pesanggaran tidak diwajibkan masuk kelas (namun
wajib hadir di sekolah), diberikan kepercayaan untuk menjalankan proses
pembelajaran secara mandiri di luar sekolah (misalnya ke museum untuk
penelitian, atau ke lembaga tertentu untuk melakukan wawancara, dst). SMAN 1
Pesanggaran memahami bahwa belajar adalah suatu prosses dinamis yang
seharusnya tidak dibatasi kepada lokasi sekolah atau kurikulum dasar saja.
Tujuannya adalah menanamkan nilai-nilai learning kepada semua murid di
SMAN 1 Pesanggaran sehingga mereka menjadi "lifelong learners" dan bukan
hanya murid yang belajar pada saat dihadapi dengan tanggung jawab/kewajiban di
sekolah saja.
Selain program akademik, SMAN 1 Pesanggaran juga menjalankan program-
program pembinaan non-akademik yang dijalankan secara terintegrasi dengan
program akademik masing-masing murid. Program-program tersebut bertujuan
untuk membantu murid mengembangkan minat dan bakatnya di bidang-bidang
selain akademik, dan untuk menghasilkan lulusan SMAN 1 Pesanggaran yang
kompetitif di masing-masing bidang tersebut sesuai standar yang berlaku di
masing-masing bidang. Bidang-bidang pembinaan di SMAN 1 Pesanggaran
antara lain: eSports, Olahraga, Performing Arts, Graphic Art, Musik, dan
Entrepreneurship. Setiap murid yang memilih program tersebut akan
mendapatkan pembinaan sekitar 15-20 jam seminggu di dalam bidang-bidang
yang sudah mereka pilih.

2.2 Pelaksanaan Pendidikan Krakter

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di ini,konselor berperan sebagai


fasilitator utama siswa.Keluhan ataupun kesulitan yang dialami siswa bisa
disampaikan kepada konselor untuk diberikan masukan dan solusi terkait
permasalahan yang dimiliki siswa. Konselor memiliki jam khusus di dalam kelas,
tetapi hanya berdurasi setengah semester saja kemudian selanjutnya di laksanakan
semester selanjutnya yang juga berdurasi setengah semester kemudian di gantikan
jam pelajaran lain. Konselor atau guru BK masuk kelas memberikan materi
bimbingan dan konseling yang seperti di sekolah-sekolah lain (tidak semua sama
seperti sekolah lain, karena berbeda-beda sesuai kebijakan dalam sekolah masing-
masing) konselor atau guru BK memberikan pendidikan karakter dan konseling

vii
untuk penguatan mental dan tujuan kedepan. Selain itu pemberian materi bimbingan
konseling sudah dikolaborasikan dengan materi Personal Development Programme
(Pedevpro). Pelaksana pendidikan karakter saling bekerja sama antara Guru Agama
yang menjadi koordinatornya dengan konselor yang ada di sekolah. Pemberian
materi pedevpro diberikan satu kali dalam seminggu selama dua jam pelajaran.,
namun selama dua jam pemberian materi pedevpro, disini guru sangat berperan
penting untuk memaksimalkan penyampaian materi kepada siswa. Sehingga materi
yang disampaikan benar-benar diserap dan diterapkan oleh siswa tanpa merasa
terbebani.

2.3 Penerapan Pendidikan Multikultural

Observasi pertama pada tanggal 7 Mei 2021, SMAN 1 Pesanggaran


memiliki nuansa yang sangat multikultur dan sangat menjunjung adat ketimuran.
Hal ini tampak dari siswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, serta
mempunyai agama yang berbeda-beda pula. Selain itu SMAN 1 Pesanggaran juga
memiliki asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal siswa selama menimba
ilmu di SMA ini. Kesan pertama kali memasuki lingkungan SMAN 1 Pesanggaran
ini warga-warga sekolahnya sangat ramah, terlihat siswa dari berbagai bentuk tidak
canggung untuk bermain bersama, dengan orang belum dikenal pun kalau dirasa
lebih tua dari mereka, mereka memberi salam dan menyapa siapapun yang
memasuki lingkungan sekolah dengan sangat sopan dan hormat. Seperti halnya
yang mereka lakukan dengan peneliti ketika memasuki lingkungan sekolah. Saat
kegiatan observasi, dapat diketahui bahwa sekolah SMAN 1 Pesanggaran sejak
awal telah menerapkan pendidikan multikultural dilingkungan sekolah SMAN 1
Pesanggaran, hal ini dapat dilihat dari Visi yang dimiliki oleh SMAN 1 Pesanggaran
itu sendiri, yakni membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila, Unggul,
Mandiri, Berbudaya,Cinta lingkungan, dan mampu bersaing di era global,
penerapan pendidikan multikultural di SMAN 1 Pesanggaran ini dilaksanakan baik
melalui pendidikan formal (di sekolah), maupun pendidikan non formal (Asrama).
Dari hasil observasi tersebut didapat keterangan bahwa, penerapan
pendidikan multicultural di SMAN 1 Pesanggaran ini melalui kegiatan pendidikan

viii
formal di sekolah maupun pendidikan non formal di asrama. Sedangkan untuk
kurikulum yang digunakan di SMAN 1 Pesanggaran ini seperti kurikulum di
sekolah-sekolah lain yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang biasa disebut
dengan KTSP. Yang membedakan sekolah ini dengan sekolah lainnya adalah
asrama yang berada didalam lingkungan SMAN 1 Pesanggaran, sehingga pihak
sekolah merancang kurikulum 24 jam yang didalamnya mencakup P.A.K.S.A (Pray,
Attitude, Knowledge, Skill, Action).

2.4 Permasalahan Dalam Penerapannya

a. Dalam sistem pendidikan

Permasalahan yang timbul saat penerapannya yaitu tidak semua siswa berperilaku
kondusif saat di luar kelas, sementara kebijakan penerapannya yaitu masuk kelas
adalah bukan kewajiban tetapi hadir di sekolah adalah kewajiban, kadangkala ada
siswa yang tidak memanfaatkannya menjadi lebih baik,

e. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter

Kendala permasalahan yang dihadapi dalam implementasi berupa: sekolah belum


dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya, pemahaman guru
tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh, guru belum
dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya, guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengintegrasikan nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya, dan
guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.

f. Beberapa permasalahan

awal pembelajaran berbasis multikultural pada tahap persiapan awal, antara lain: 1)
guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta
didik; 2) guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta
didiknya, terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan diajarkannya; dan 3)
rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat
merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali peserta didik terhadap

ix
khasanah budaya masing-masing dalam konteks budaya masing-masing dalam
konteks pengalaman belajar yang diperoleh.

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di ini,konselor berperan sebagai


fasilitator utama siswa.Keluhan ataupun kesulitan yang dialami siswa bisa
disampaikan kepada konselor untuk diberikan masukan dan solusi terkait
permasalahan yang dimiliki siswa. Konselor memiliki jam khusus di dalam kelas,
tetapi hanya berdurasi setengah semester saja kemudian selanjutnya di laksanakan
semester selanjutnya yang juga berdurasi setengah semester kemudian di gantikan
jam pelajaran lain. Konselor atau guru BK masuk kelas memberikan materi
bimbingan dan konseling yang seperti di sekolah-sekolah lain (tidak semua sama
seperti sekolah lain, karena berbeda-beda sesuai kebijakan dalam sekolah masing-
masing) konselor atau guru BK memberikan pendidikan karakter dan konseling
untuk penguatan mental dan tujuan kedepan. Selain itu pemberian materi
bimbingan konseling sudah dikolaborasikan dengan materi Personal Development
Programme (Pedevpro). Pelaksana pendidikan karakter saling bekerja sama antara
Guru Agama yang menjadi koordinatornya dengan konselor yang ada di sekolah.
Pemberian materi pedevpro diberikan satu kali dalam seminggu selama dua jam
pelajaran., namun selama dua jam pemberian materi pedevpro, disini guru sangat
berperan penting untuk memaksimalkan penyampaian materi kepada siswa.
Sehingga materi yang disampaikan benar-benar diserap dan diterapkan oleh siswa
tanpa merasa terbebani.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di ini,konselor berperan sebagai


fasilitator utama siswa.Keluhan ataupun kesulitan yang dialami siswa bisa
disampaikan kepada konselor untuk diberikan masukan dan solusi terkait
permasalahan yang dimiliki siswa. Konselor atau guru BK masuk kelas
memberikan materi bimbingan dan konseling yang seperti di sekolah-sekolah lain

x
konselor atau guru BK memberikan pendidikan karakter dan konseling untuk
penguatan mental dan tujuan kedepan. Pelaksana pendidikan karakter saling
bekerja sama antara Guru Agama yang menjadi koordinatornya dengan konselor
yang ada di sekolah.

Observasi pertama pada tanggal 7 Mei 2021, SMAN 1 Pesanggaran memiliki


nuansa yang sangat multikultur dan sangat menjunjung adat ketimuran. Kesan
pertama kali memasuki lingkungan SMAN 1 Pesanggaran ini warga-warga
sekolahnya sangat ramah, terlihat siswa dari berbagai bentuk tidak canggung untuk
bermain bersama, dengan orang belum dikenal pun kalau dirasa lebih tua dari
mereka, mereka memberi salam dan menyapa siapapun yang memasuki lingkungan
sekolah dengan sangat sopan dan hormat. Seperti halnya yang mereka lakukan
dengan peneliti ketika memasuki lingkungan sekolah. Dari hasil observasi tersebut
didapat keterangan bahwa, penerapan pendidikan multicultural di SMAN 1
Pesanggaran ini melalui kegiatan pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan
non formal di asrama. Sedangkan untuk kurikulum yang digunakan di SMAN 1
Pesanggaran ini seperti kurikulum di sekolah-sekolah lain yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang biasa disebut dengan KTSP.

xi
Daftar Pustaka

Mahfud, Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Indonesia, U. U. R. (2003). Sistem pendidikan nasional. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

xii
xiii

Anda mungkin juga menyukai