Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN MURID SD/MI DENGAN

MENGGUNAKAN ASESMEN TEST

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling


Dosen Pengampu “ “

Disusun Oleh :
Anida Salsabila (2019.3.7.1.00558)
Rohanah (2019.3.7.1.00593)

FAKULTAS TARBIAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
IAI BUNGA BANGSA CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah   
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Menejemen Pendidikan dengan  judul: “.”
      Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari dosen
pengampu. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan
individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus
diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan
itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik danterarah atau berencana, agar benar-benar
berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Satuan pendidikan tentu saja harus memberikan sebuah layanan yang dapat memfasilitasi
perkembangan pribadi siswa secara optimal, salah satunya dengan memberikan berupa
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai program kegiatan di sekolah yang
memiliki layanan dan fungsi untuk membantu siswa yang bersangkutan dapat mengenali dirinya
sendiri, dapat menentukan keputusannya sendiri secara tepat dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, serta dapat memecahkan kesulitan-kesulitan hidupnya.
Dalam rangka memberikan pelayanan bimbingan dan konseling mengenai masalah dalam
kehidupan diperlukan berbagai teknik, metode dan layanan pada kegiatan bimbingan dan
konseling yang sesuai, agar dapat mengembalikan motivasi konseli dan dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam pelayanan bimbingan dan
konseling selalu berhubungan dengan teknik dan metode.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik memahami perkembangan siswa melalui asesmen tes?
2. Apa saja acam-macam Teknik asesmen tes?
3. Bagaimana cara mengukur perkembangan bakat murid SD/MI?
4. Bagaimana cara mengukur prestasi belajar
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang memahami perkembangan siswa melalui asesmen tes
2. Menjelaskan tentang macam-macam asesmen tes
3. Menjelaskan tentang tatacaea mengukur perkembangan bakat murid SD/MI
4. Menjelaskan tentang tatacara mengukur prestasi belajar murid SD?MI
BAB II

PEMBAHASAN
Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Siswa

Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka
memcahkan masalah yang dihadapinya. Maka dari itu, dalam memahami murid secara
keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya, pembimbing perlu
sekali mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing siswa. Data yang
terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan jenis bantuan yang akan diberikan. Oleh
karena itu dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling ada beberapa teknik pengumpulan
data untuk memahami siswa yang terbagi menjadi dua, yaitu teknik tes dan teknik non tes.

A. Teknik Tes

Teknik tes atau sering juga disebut sistem testing merupakan usaha pemahaman murid
dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur atau mentes. Menurut Peters &
Shertzer (1971: 349) mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan
(mendeskripsikan) tingkah laku itu melalui skala angka atau sistem kategori.

Secara keseluruhan macam tes untuk keperluan bimbingan, dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok tes, yaitu tes kecerdasan, tes bakat, dan tes hasil belajar.

1. Tes Kecerdasan

Kecedasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.


Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang
jelas tujuannya; berpikir rasional; dan berhubungan dengan lingkungannya secara
efektif, dengan demikian tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang
sistematis dengan menggunkan instrumen untuk mengetahui kemampuan umum
individu terutama menyangkut kemampuan berpikirnya.

Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kecerdasan murid, diantaranya


menggunakan tes benet-simon (verbal test), yang dipersiapkan untuk anak muali
usia 3 tahun sampai dengan 15 tahun. Tes ini memperhitungkan dua hal yaitu;
Umur kronologis (“cronological age” disingkat C.A) yaitu umur seseorang
sebagaimana yang ditunjukan dengan hari kelahirannya atau lamanya hidup sejak
tanggal lahirnya.

Umur mental (“mental age” disingkat M.A) yaitu umur kecerdasan sebagaimana
yang ditunjukan oleh hasil tes kemampuan akademik.

Dengan demikian tingkat intelegensi ditunjukan dengan perbandingan kecerdasan


atau disebut dengan istilah “intelegensi Quotient” yang biasa disingkat I.Q.

I.Q.=M.A./C.A.

Selain teknik tes diatas, masih terdapat tes kecerdasan yang lainnya seperti tes
progresive metrices yaitu alat yang mengukur tes intelegensi secara non-verbal
yang diberikan kepada anak yang berusia diantara 9-15 tahun.

Singgih D. Gunarsa (1991) mengemukakan beberapa rumusan kecerdasan, yaitu


sebagai berikut:

a. Kecerdasan merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang


memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu
tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah
yang timbul.

b. Kecerdasan adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam
kelencaran tingkah laku.

c. Kecerdasan meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan


bertambahnya pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan
mempergunakannya secara efektif.

Dengan demikian tes kecerdasan itu tidak lain adalah prosedur yang sistematis
dengan menggunakan instrumen untuk mengetahui kemampuan umum individu
terutama menyangkut kemampuan berpikirnya. Melalui tes ini akan diketahui
kualifikasi/ tingkat kecerdasan (IQ) murid yang jenius, sangat cerdas, cerdas, rata-
rata dan di bawah normal.
Lebih jelasnya gambaran tingkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya, dapat
dilihat di bawah ini:

Klas Interval

Skor IQ Klasifikasi

140 ke atas Genius (Luar Biasa )

120-139 Very Superior

110-119 Superior

90-109 Normal

80-89 Dull (Bodoh)

70-90 Border Line (Batas Normal )

50-69 Morrons (debiel)

30-49 Embicile (Embisiel)

Dibawah 30 Idiot

2. Tes Bakat

Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan antara murid yang satu dengan
murid yang lain dalam tingkat kemampuan atau prestasi mereka dalam bidang
musik, seni, mekanik, pidato, kepemimpinan, dan olah raga serta bidang-bidang
lainnya. Bimbingan hendaknya dirancang tidak hanya memperhatikan
kemampuan untuk belajar tetapi juga perlu mempertimbangkan kecakapan
khusus atau bakat murid. Bakat merupakan kemampuan khusus individu yang
dapat berkembang melalui belajar atau latihan. Untuk mengetahui bakat individu,
telah dikembangkan beberapa macam tes, seperti:

a. Rekonik, merupakan tes yang mengukur fungsi motorik, persepsi dan


berpikir mekanis
b. Tes Bakat Musik, merupakan tes yang mengukur kemampuan individu
dalam aspek-aspek suara, nada, ritme, warna bunyi, dan Tes Bakat
Artistik, merupakan tes yang mengukur kemampuan menggambar,
melukis, dan merupa (mematung)

c. Tes Bakat Klerikal (Perkantoran), merupakan tes yang mengukur


kemampuan ”kecepatan dan ketelitian”

d. Tes Bakat yang Multifaktor.

Tes bakat yang telah lama digunakan untuk mengukur berbagai kemampuan
khusus adalah DAT (Differential Attitude Test). Tes ini mengukur delapan
kemampuan khusus, yaitu:

a. Berpikir verbal, yang mengungkapkan kemampuan nalar yang dinyatakan


secara verbal

b. Kemampuan bilangan, yang mengungkap kemampuan berpikir dengan


menggunakan angka-angka

c. Berpikir abstrak, yang mengungkap kemampuan nalar yang dinyatakan


dengan menggunakan berbagai bentuk diagram, yang bersifat non-verbal
atau tanpa angka-angka.

d. Hubungan ruang, visualisasi dan persepsi, yang mengungkap kemampuan


untuk membayangkan dan membentuk gambar-gambar dari objek-objek
dengan hanya melihat gambar di atas kertas yang rata.

e. Kecepatan dan ketelitian, yang mengungkapkan kemampuan ketelitian dan


kecepatan seseorang dalam membandingkan, serta memperhatikan daftar
tertulis, seperti nama-nama, atau angka-angka.

f. Berpikir mekanik, yang mengungkapkan kemampuan serta pemahaman


mengenai hukum-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan
gerakan-gerakannya
g. Penggunaan bahasa pengucapan, yang mengungkap kemampuan mengeja
kata- kata umum

h. Penggunaan bahasa-menyusun kalimat, yang mengungkap kemampuan


pemakaian kata-kata dalam kalimat, seperti tanda baca dan tata bahasa.

3. Tes Prestasi Belajar (Achievement Test)

a. Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau
kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi;

b. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak


kesulitan murid, terutama dalam mata pelajaran berhitung, dan membaca

c. Tes prestasi belajar kelompok yang baku, dan tes prestasi belajar yang
disusun oleh para guru.

Menurut Benyamin S Bloom dalam(Azwar, 2003) menjelaskan bahwa Tes


Prestasi Belajar adalah salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup
semua kawasan tujuan pendidikan. Ia membagi kawasan tujuan pendidikan
mejadi tiga bagian, yaitu:

a. Kawasan kognitif

b. Kawasan afektif

c. Kawasan psikomotorik

Jadi bisa disimpulkan bahwa tes prestasi belajar adalah suatu alat (tes) yang
disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran, kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai murid setelah ia mengikuti latihan atau pelajaran selama waktu tertentu.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan
belajar murid. Adapun fungsi dari tes prestasi belajar yakni:

1) Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk


klasifikasi individu kedalam bidang atau jurusan.
2) Fungsi formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat
sejauh mana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu program pendidikan.

3) Fungsi diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk


mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi
kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera, dan
semacamnya.

4) Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk


memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif
merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya
dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam
program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat
melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.

B. Cara Mengukur Prestasi Belajar


Pengukuran dilakukan  dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan.
Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman belajar dapat dilakukan
melalui beberapa tes prestasi belajar antara lain :
1. Tes Formatif, penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung dan
bertujuan untuk memperoleh gambarantentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yangtelah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
daya serap siswa untuk meningkatkan tingkatprestasi belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semesteratau satu catur
wulan. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar
siswa dalam suatu perioe belajar. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

           Ditinjau dari bentuk soalnya maka tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tes non obyektif yaitu hasilnya dipengaruhi oleh pemberian nilai seperti tes
uraian.Tes  uraian dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu:
a. Tes uraian terbuka, yaitu setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan
untuk menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya.
b. Tes uraian terbatas, yaitu ja8waban yang dikehendaki adalah jawaban yang
sifatnya sudah dibatasi.
2. Tes obyektif, karna siapapun yang memeriksa hasil tes akan menunjukkan skor
yang sama. Tes bentuk obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif
dibandingkan tes bentuk uraian. Oleh sebab itulah tes obyektif lebih sering
digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. Ada
beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :
3. Tes benar salah, adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang
berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah.
Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
4. Tes Menjodohkan,Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang
terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban.
5. Tes Isian, Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraph-paragraf
yang merupakan rangkaian cerita atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian
kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu.
Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban
yang sesuai.
6. Tes Pilihan ganda,Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu
pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa
alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta
tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuaia dengan
pernyataan yang ada dalam soal.
Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara
bersamaan dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk
memilih bentuk tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan
bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia
untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik mata pelajaran
yang diujikan.

Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya
dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Penggunaan teknik khususnya tes prestasi belajar bagi guru di sekolah bertujuan
untuk:

a. Menilai kemampuan belajar murid.

b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid

c. Mengecek kemajuan belajar.

d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar

e. Memperbaiki teknik mengajar

f. Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar (Shertzer & Stone,1971 : 235).

Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan
belajar murid. Tes ini meliputi:

a. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid,
terutama dalam mata pelajaran berhitung, dan membaca

a. Tes prestasi belajar kelompok yang baku

b. Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru.


b. Tes Kepribadian
Allport (dalam Hall dan Lindzey, 1981) mengatakan bahwa kepribadian adalah
organisasi yang dinamis dari system-sistem psikopisis dalam diri individu yang
menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik dengan lingkungan.
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak
hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua
orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu,
biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes
kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu
sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian
yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu
yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga
kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang unik,
berbeda dari yang lain.
Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandarisasi yang ditujukan untuk memancing
dan menganalisa perbedaan reaksi individu. Kepribadian dapat diukur dengan berbagai
cara. Cara yang paling banyak digunakan adalah dengan jalan melihat :
a. Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri. Cara ini disebut
“self-report inventory”, dimana seseorang mengemukakan atau merespon sesuatu
mengenai dirinya melalui alat yang sudah disediakan. Tes semacam ini sangat
murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus
sering dievaluasi dengan hati-hati. Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi,
mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas
dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada
pengetahuan diri. Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota
Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon
Clinical Multiaxial Inventory.
b. Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seorang. Cara ini
disebut “inventories sociometric”, di mana orang lain diminta untuk
mengemukakan keadaan pribadi seseorang. Menurut Lewis Terman hal ini
disebut Studi Longitudinal Terman. Studi Longitudinal Terman adalah penilaian
yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama
anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di
masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-
anak di masa dewasanya. Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut
pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas
mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai
anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid
apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh.
c. Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini seseorang
disuruh melakukan sesuatu dan hal-hal yang dilakukannya itu diamati secara
cermat dan ditafsirkan.
Dari ketiga cara atau pendekatan di atas, cara yang pertama (self report inventory)
merupakan jenis tes kepribadian yang paling banyak digunakan di sekolah dan di
perusahaan dewasa ini.

Kesimpulan :

Keberhasilan proses bimbingan di sekolah dasar, antara lain ditentukan oleh ketepatan
pemahaman pembimbingan terhadap karakteristik perkembangan murid yang datanya diperoleh
dengan menggunakan antara lain teknik tes.Teknik tes merupakan upaya pembimbing untuk
memahami murid dengan menggunakan alat-alat yang sifatnya mengukur (mentest), diantaranya
untuk keperluan bimbingan tes dikelompokkan ke dalam tes kecerdasan, tes bakat, dan tes
prestasi belajar

Anda mungkin juga menyukai