Anda di halaman 1dari 16

i

MAKALAH
Teori-Teori Psikologi Sosial
Lingkungan adalah faktor yang Mempengaruhi Cara Anak Menerima
Pembelajaran di MTSN 1 Pontianak

Dosen Pengampu :
Nur Kur'ani S.Sos M.Si

Disusun Oleh:
Dina Muqnhi Artha 181810015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PSIKOLOGI 2018/2019
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh…


Segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada kita semua. Shalawat dan
salam juga senantiasa kiranya penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang bersangkutan
yang telah memberikan kesempatan waktu untuk penyelesaian penelitian ini dan
dengan limpahan rahmat dan karunia Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan
peneltiian yang berjudul “Lingkungan adalah faktor yang Mempengaruhi
Cara Anak Menerima Pembelajaran di MTSN 1 Pontianak ” guna untuk
memenuhi tugas Individu pada mata kuliah Teori-Teori Psikologi Sosial. .
Penulis meyakini bahwa di dalam penulisan makalah ini tentu masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penguasaan
materi. kami sangat mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun kemajuan dalam berfikir untuk penulis agar
makalah ini dapat dibuat dengan yang lebih sempurna lagi.
Akhirnya kepada Allah juga lah penulis minta ampun, semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat
dan dapat menambah pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya. Amin.

Pontianak, 21 Januari 2020

Penulis
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan sengaja dan merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah
yang diorganisasi.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang
lebih luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar
tersirat adanya satu-kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang
belajar dan guru yang mengajar. Antara kegiatan ini terjalin interaksi yang
saling menunjang. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan
anak didik.1 Adapun menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal
1 Ayat 1 yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Pengertian
pendidikan, bab 1, 1(1) Undang-Undang Sisdiknas no 20/2003).”
Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Seorang guru harus
selalu belajar meningkatkan kualitas dirinya. Perkembangan zaman
memungkinkan siswa mendapat informasi dari berbagai sumber sehingga siswa
menjadi lebih cedas dan kritis. Hal inilah yang menuntut seorang guru harus
selalu belajar. Menurut Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan di sekolah
yaitu kurikulum, guru, metode pengajaran, fasilitas, lingkungan dan siswa itu
sendiri. Lingkungan menjadi berperan penting ketika keberadaannya menjadi
2

faktor penentu dimana faktor yang lain sudah melengkapi pendidikan itu
sendiri. Ada tiga lingkungan utama dalam suatu pendidikan yakni keluarga
(pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga berlangsung alamiah dan
wajar serta disebut pendidikan informal), sekolah (pendidikan disekolah adalah
pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-
aturan ketat, seperti harus berjanjang dan berkesinambung, sehingga disebut
pendidikan formal) dan masyarakat(pendidikan dilingkungan masyarakat tidak
dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan dengan aturan-aturan yang
lebih longgar sehinnga disebut pendidikan non formal).
Lingkungan adalah suatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna dan pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan sekolah diusahakan
ssenyama mungkin pada setiap sekolah, hal ini dapat membantu konsentrasi
siswa lebih baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
menantang dan mmerangsan peserta didik untuk belajar, memberikan rasa
aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang di harapkan.
Jadi, lingkungan belajar ini merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam mendukung suatu proses pembelajaran supaya berjalan dengan
efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Belajar?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di sekolah?
Bagaimana cara mengatasi rasa malas saat belajar?

C. Tujuan
Mengetahui apa itu Belajar.
Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di sekolah.
Mengetahui cara mengatasi rasa malas saat belajar.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan pspsikomoto
Menurut Ernest R. Hilgard (dalam buku Rohmalina Wahab,2015) belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yang timbul
oleh lainnya. Jadi, ditarik kesimpulan dari pengertian belajar diatas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau pkisis yang
dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang
berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Belajar merupakan suatu proses yang tidak akan pernah berhenti
selama manusia itu hidup di bumi. Tidak akan pernah manusia yang mendapat
sukses tanpa melalui proses belajar, karena didalam belajar inilah manusia
menemukan pengetahuan dan pengalaman yang bau. Tiap situasi belajar akan
dihadapi secara utuh oleh orang yang belajar sebagai individu yang utuh pula.
Itulah sebabnya di dalam situasi yang berbeda setiap hari, maka pelajaran atau
4

permasalahan yang dihadapi akan berbeda pula tergantung cara dan failitas
belajar yang ada dan tersedia.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan di sekolah yaitu
kurikulum, guru, metode pengajaran, fasilitas, lingkungan dan siswa itu
sendiri. Lingkungan menjadi berperan penting ketika keberadaannya menjadi
faktor penentu dimana faktor yang lain sudah melengkapi pendidikan itu
sendiri. Ada tiga lingkungan utama dalam suatu pendidikan yakni keluarga
(pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga berlangsung alamiah dan
wajar serta disebut pendidikan informal), sekolah (pendidikan disekolah adalah
pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-
aturan ketat, seperti harus berjanjang dan berkesinambung, sehingga disebut
pendidikan formal) dan mamasyarak (pendidikan dilingkungan masyarakat
tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan dengan aturan-aturan
yang lebih longgar sehinnga disebut pendidikan non formal).
Lingkungan adalah suatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna dan pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan sekolah diusahakan
senyaman mungkin pada setiap sekolah, hal ini dapat membantu konsentrasi
siswa lebih baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan serta mencapai tujuan yang di harapkan.
Jadi lingkungan belajar ini merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam mendukung suatu proses pembelajaran supaya berjalan dengan efektif
dan efisien.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan kosakata
“Konsentrasi” di situ diartikan sebagai upaya pemusatan perhatian atau pikiran
pada satu hal. Konsentrasi kemudian dapat dipahami sebagai pemusatan fungsi
jiwa terhadapsesuatu masalah atau objek. Perhatian itu sendiri merupakan
pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan. Perhatian adalah keaktifan
dari jiwa yang diarahkan kepada suatu objek didalam maupun diluar. Dalam
5

belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat.


Pemusatan perhatian tertuju pada sesuatu objek terentu dengan mengabaikan
masalah-masalah lain yang tak diperlukan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah konsentrasi (pemusatan perhatian)
adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek dengan
mengosongkan pikiran dari hal-hal lain, yang dianggap menggangu. Menurut
Thursan Hakim konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu proses pemusatan
pikiran terhadap objek tertentu. Pada dasarnya konsentrasi merupakan
kemampuan seseorang untuk mengendalikan kemauan, pikiran, perasaan. Jadi
konsentrasi adalah memusatkan fungsi jiwa terhadap suatu objek yang
diperhatikan siswa dansuatu pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada
suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak
berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari. Dalam suatu proses belajar
konsentrasi itu merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengikuti suatu
proses pembelajaran supaya proses pembelajaran itu tercapai dan berhasil.

C. Hasil Observasi
Berdasarkan observasi yang kami lakukan di MTSN 1 Pontianak,
pada tanggal 9 Januari 2020, saya mengamati proses kegiatan belajar pada mata
pelajaran Bahasa Inggris, yaitu :
Permasalahan saat proses belajar ialah sebagian besar siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung siswa tidak fokus pada mata pelajaran yang
sedang di jelaskan oleh gurunya di depan kelas, siswa lebih fokus belajar cerita
dengan teman sebangkunya masing-masing dan yang dekat dengannya.
Konsentrasi belajar yang ini juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal dan eksternal.
Faktor internal seperti pertama, siswanya yang memang malas
belajar dan memperhatikan materi yang sedang di pelajari. Kedua, siswa yang
mudah mengantuk dikelas sehingga sukar menerima pelajaran. Ketiga,
sebagian siswa sibuk dengan kesibukannya masing-masing (tidak ada kemauan
untuk belajar) seperti ada yang berbucara dengan temannya, ada juga yang
6

menggambar, sehingga perhatianya tidak ke materi yang dipelajari. Sedangkan


faktor eksternalnya adalah yang pertama dari sarana dan prasarana tidak
memadai seperti kondisi lingkungan kelas yang sempit dan angin dari kipas
angin tidak begitu terasa, hal ini membuat siswa mementingkan keluar kelas
dari pada mengikuti pelajaran di dalam kelas. Kedua, cara guru yang mengajar
tidak menarik, hanya menggunakan metode penjelasan, mencatat, dan
penugasan.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan maka diperlukan suatu
cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Ada berbagai cara untuk
meningkatkan konsentrasi siswa. Pertama memberikan motivasi kepada siswa.
Kedua, membuat bahan pelajaran menarik sehingga mudah dipahami oleh
siswa dan juga memberi contoh yang relevan dengan pelajaran yang sedang
dipelajari.

B. Cara Mengatasi Rasa Malas Belajar


Seringkali para orang tua dan guru menghukum dan menghina anak
yang malas. Hal ini menimbulkan rasa kurang puas pada anak, sang anak akan
kehilangan kepercayaan diri dan runtuh kepribadiannya. Padahal kemalasan
itu amat membutuhkan simpati, kasih sayang dan penanganan yang tepat.
Untuk itu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi anak malas belajar
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak
sejak dini. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak.
Menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan
kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal
lain yang bermanfaat jangka panjang.
2. Berikan contoh "belajar" pada anak. Anak cenderung meniru perilaku
orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga
perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali
ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius
7

(suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-
teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar).
3. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak
tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan
perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh
4. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah
pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari
mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia
dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak
bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yha, Adik tidak bisa jawab,
tidak bisa bantu Mama deh. Adik, di buku pelajarannya ada tidak, sih,
jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus
akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau
meminta bantuannya.
5. Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri, berkomunikasi dengan anaknya guna
memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara
terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan
penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti
saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak
harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan
dirinya.
6. Menciptakan disiplin
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan
kepada anak jika tidak dimulai dari orangtua. Orangtua yang sudah
terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan
dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orangtua dapat menciptakan disiplin
dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar,
buku? buku pelajaran, mengingatkan tugas?tugas sekolah, menanyakan
8

bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan?


kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada
atau tidaknya tugas sekolah.
7. Menegakkan kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai
meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan
pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer,
menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-
konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
8. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar,
memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak
saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-
permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap
menarik perhatian
9. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih kita seharusnya memberikana
solusi atas masalah yang dihadapi anak dan kita mennghibur anak ketika
sakit, sedih, dan kita selalu bersikap bijaksana pada sang anak.

10. Menentukan Waktu Belajar Anak yang Tepat


Jika anak anda telah sadar dan tergerak hatinya untuk melakukan
kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan anda sia-siakan. Anda
dapat mengarahkan dan menentukan kapan waktu belajar anak. Hal-hal
yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di
rumah, antara lain:
 Sesuai dengan keinginan anak
 Jangan berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang
dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan
sebagainya.
9

 Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari
rasa lelah, mengantuk,gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya.
11. Mengembangkan Tujuan Belajar
Agar anak mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya,
biasakan akan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar
akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang
hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah
memusatkan perhatian pada pelajarannya.
12. Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak
Gairah belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui
bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan
belajar anak, anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar
yang efektif dan efesien. Ana dapat mananamkan pengertian pada anak
bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang bai, agar
belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar.
13. Mengembangkan rasa percaya diri anak
Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa
membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin.
Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk
memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri
pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”.
Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan
dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan
gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam
belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari
cara-cara mengatasi kesulitan.
10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data-data, fakta dan informasi-informasi yang
berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode deskriptif
analisis melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian
lapangan (Field Research), kedua penelitian ini akan peneliti uraikan sebagai
berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Peneliti melalui penelitian kepustakaan ini berupaya untuk
mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini melalui
mengkaji dari buku-buku dan sumber-sumber ilmiah lainnya.
2. Penelitian Lapangan
Metode penelitian di lapangan dilakukan dengan cara terjun
langsung ke lapangan di mana data-data mengenai objek penelitian dapat
11

diperoleh secara lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan


keabsahannya.

B. Teknik Pengumpulan Data


Dalam mengumpulkan data-data untuk penelitian ini. Peneliti
menggunakan teknik-teknik yang sudah baku digunakan dalam teknik
pengumpulan data.
1. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara
mendatangi langsung ke tempat objek penelitian. Dalam observasi ini
peneliti menggunakan Observasi terlibat (Observasi-Partisipan). Walaupun
pada kenyataannya kami tidak terlalu terlibat dengan apa yang dilakukan
oleh obyek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan
laporan verbal dari obyek penelitian wawancara dilakukan dengan
informan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Dan dalam teknik
mewancarai kami menggunakan pertanyaan kuesioner yang dibacakan
kepada obyek yang diteliti.
12

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lingkungan belajar di MTSN 1 Pontianak cukup baik, tetapi untuk
keadaan kelasnya masih tidak begitu nyaman karena sempit dan panas, hal
ini membuat konsentrasi belajar anak terganggu.
2. Cara guru menyampaikan materi membuat anak merasa bosan dan sibuk
dengan dunianya sendiri, guru juga lebih terfokus pada satu anak yang
aktif, kemudian mengabaikan anak-anak yang duduk di bagian pojok.
3. Beberapa faktor penyebab anak di MTSN 1 Pontianak malas belajar,
secara umum masalah utamanya adalah faktor instrinsik (dari dalam diri
anak) dan faktor ekstrinsik (dari luar diri anak).
4. Perilaku malas belajar merupakan salah satu akibat dari perbedaan
individual itu. Perilaku malas belajar, walaupun merupakan hal wajar,
tetap tidak dibenarkan. Dalam pembelajaran ideal, perilaku ini tetap
merupakan suatu penyimpangan. Agar perilaku negatif tersebut tidak
terlalu jauh, beberapa upaya yang telah diterapkan di atas dinilai cukup
13

mangkus dan sangkil (efektif dan efisien) dalam upaya mengatasi peserta
didik yang malas belajar. Namun, dengan perbedaan pendidik, mata
pelajaran, dan karakteristik peserta didik serta geografis, upaya-upaya ini
belum tentu berlaku secara universal. Karena itu, sebaiknya para pendidik
senantiasa berkreasi dan berinovasi mengatasi siswa yang malas belajar
dengan berbagai kemungkinan dan harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Novianti, R. 2019. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP


TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MAN 2 PALEMBANG. Jurnal
PAI Raden Patah. 1(1): 2-4 di akses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publicatio
ns/279677-pengaruh-lingkungan-belajar-terhadap-tin-
63ebba21.pdf&ved=2ahUKEwiY_NGUzJTnAhWy7XMBHarsCUYQFj
ABegQIARAB&usg=AOvVaw2pByYIrnBan8cshJRgSpDx pada
tanggal 21 Januari 2020, pukul 7:34.

Karsiani, A. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Malas Belajar Di Desa


Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang. Universitas
Nathla'ul Anwar Banten, Situs Web
https://id.scribd.com/doc/258697494/Penelitian-anak-malas-Belajar-doc
di akses pada 17 Januari 2020, pukul 21:00 WIB.
14

Anda mungkin juga menyukai