Anda di halaman 1dari 21

Mata kuliah Dosen pengampu

Intervensi Non Klinis Hirmaningsih S. Psi, M.Psi, Psi

INTERVENSI NON KLINIS


Pengaruh Training Public speaking Terhadap Meningakatkan
Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Psikologi Semester 1

Disusun oleh :
Fani Zikril Hakim
Harry Sanjaya Putra

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara efektif sangat dituntut pada
mahasiswa sebagai seorang intelektual muda. Berbeda dengan masa selama menjadi
siswa, di tingkat Perguruan Tinggi mahasiswa dihadapkan pada situasi belajar yang
menuntut mereka lebih mandiri, aktif, dan berinisiatif dalam mencari informasi.
Semua ini untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi pribadi yang mandiri dan
inovatif ketika terjun ke masyarakat secara langsung. Pada kenyataannya ada
mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, baik dalam proses
belajar di kelas yang salah satunya pada saat presentasi menjelaskan bahan materi
pelajaran yang akan ditampilkannya. Salah satu kemungkinan besar yang dialami
adalah adanya kecemasan diantaranya adalah rasa takut menerima tanggapan atau
penilaian negatif dari orang lain.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting dalam
kehidupan manusia. Dari kemampuan berkomunikasi kepada orang lain juga sangat
penting dikuasai oleh mahasiswa. Komunikasi sangat penting dilakukan karena itu
salah satu cara menyampaikan gagasannya kepada orang lain. Kebanyakan mahasiswa
merasa canggung untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya kepada orang lain
dikarenakan kemampuan berkomunikasinya yang kurang. Sehingga mahasiswa
sangat tidak berani menyampaikan pendapatnya di depan khalayak.
Bentuk penanganan yang direkomendasikan untuk dilakukan dalam
meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dalam berkomunikasi adalah dengan
melakukan intervensi; Terapi Bicara, Teknik Modeling, Terapi Modifikasi Perilaku,
Terapi Behavior. intervensi yang akan dilakukan adalah intervensi terapi behavioranl
karena teori Behavior adaah suatu teknik yang menerapkan informasi-informasi
ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Tingkah laku berfokus pada
bagaimana orang berkomunikasi dan kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku
mereka dalam berkomunikasi. Terapi behavior juga menerapkan bermacam-macam
teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Dan terapi ini
menyertakan dengan penerapan yang sistematis pada pengubahan tingkah laku kerah
cara-cara yang lebih adaptif
B. Tujuan dan Manfaat Intervensi
Tujuan dari penelitiann ini adalah untuk meningkatakan rasa kepercayaan diri
pada mahasiswa dengan melakukan intervensi berupa training public speaking.
Manfaat dari intervensi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan
penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sebagai pengembangan disiplin
ilmu kearah berbagai spesifikasi.
2. Manfaat Praktis
a. Membantu mahasiswa untuk meningkatkan kepercayaan diri di dalam
kegiatan presentasi pelajaran
b. Memberikan masukan kepada dosen dan orang tua dalam menentukan
metode untuk meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa semester 1
c. Membantu dosen dan orangtua dalam meningkatkan kepercayaan diri
mahasiswa agar dimasa yang akan datang dapat diterima dengan baik
dilingkungan tempat bekerja.
C. Hasil Penelitian yang Mendukung
Adapun penelitian mengenai variabel ini sudah pernah diteliti. Penelitian yang
dilakukan oleh Sari Maimunah adalah dalam Skripsi UIN Syarif Hidayatullaah
Jakarta, dengan judul “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Kemampuan Public
Speaking Pada Alumni Kahfi Motivator School Tangerang Selatan” berdasarkan hasil
penelitian tersebut berdasarkan hasil yang didapat terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari kepercayaan diri terhadap kemampuan berkomunikasi, dengan
kesimpulan semakin tinggi kepercayaan diri seseorang maka semakin tinggi pula
kemampuan public speaking, karena kemampuan berkomunikasi di pengaruhi tiga
variabel kepercayaan diri. Dan dari penelitian ini kemampuan berkomunikasi di
pengaruhi oleh variabel kepercayaan diri sebesar 72,8%, dan selebihnya sebesar
28,2% di pengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
Dari penelitan yang lainnya yang dilakukan oleh Aan Mohammad Burhanudin
dalam Jurnal IAIN Syekh Nurjati dengan judul “Kemampuan Public Speaking
Mahasiswa Jurusan KPI IAIN Syekh Nurjati: Problematika dan Solusinya”
didapatkan hasil bahwa penelitian ini adalah realitas kemampuan public speaking
mahasiswa jurusan KPI masih kurang baik, hal ini dikarenakan masih banyak
mahasiswa jurusan KPI yang belum bisa berbicara atau masih ragu-ragu untuk
mengutarakan apa yang akan dibicarakan, sebagian mahasiswa KPI masih gugup atau
mau ketika akan berbicara didepan umum. Adapun tingkat kesulitan mahasiswa
jurusan KPI terhadap Public Speaking adalah mahasiswa tidak mau mengungkap
pendapat atau pertanyaan, memiliki sikap tidak peduli di kelas, kurangnya tingkat
membaca, kurangnya rasa ingin tahu, tidak percaya diri, mempunyai pengalaman
buruk dalam public speaking, monopoli yang bertanya, serta lingkungan yang tidak
kondusif. Masalah yang dihadapai mahasiswa jurusan KPI dalam Public Speaking
adalah Mental yang lemah, kesulitan diksi bahasa, kurang membaca, posisi tempat
duduk, kurang pengetahuan, takut salah. Adapun Solusi yang digulirkan untuk
mengatasi kesulitan berbicara di depan umum (Public Speaking) adalah sebagai
berikut: harus adanya wadah yang spesifik, adanya training tentang public speaking,
melatih diri didepan cermin, banyak jam terbangnya dalam arti sering melakukan
kegiatan public speaking, mempersiapkan terlebih dahulu, dosen harus memberikan
kesempatan kepada mahasiswa berbicara di depan umum dengan lebih sering dengan
cara ditunjuk, terutama bagi mahasiswa yang pendiam.
Dari penelitan yang lainnya yang dilakukan oleh Arum Setiowati, dengan
judul “Peningkatan Percaya Diri Mahasiswa Melalui Teknik Permainan”. Didapatkan
hasil bahwa penelitian ini adalah Rasa percaya diri mahasiswa sebelum pelaksanaan
penelitian mayoritas berada pada kategori rendah sebesar 50% yakni 15 orang
mahasiswa, 33.33 % atau sebanyak 10 orang mahasiswa berada pada kategori sedang,
dan 5 orang mahasiswa atau sebesar 16.67% berada pada kategori tinggi. Setelah
dilaksanakan teknik permainan mahasiswa menunjukkan peningkatan rasa percaya
diri, ini terlihat dari hasil angket yang menunjukkan peningkatan yakni mayoritas
mahasiswa berada pada kategori tinggi. Dari hasil wawancara mahasiswa
mengungkapkan lebih termotivasi untuk belajar berbicara di depan kelas dengan lebih
percaya diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri Mahasiswa


1. Kepercayaan Diri
a. Pengertian Kepercayaan Diri
Santrock (2003) menyatakan rasa percaya diri merupakan dimensi
evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai
harga diri atau gambaran diri. Owens, Brown, Dutton, dan Cook (dalam Oney
& Guven,2015) memandang persamaan antara kedua konsep tersebut mengacu
pada cara seseorang mengevaluasi berbagai kemampuan dan karakteristik
pribadi mereka. Kepercayaan diri merupakan keyakinan atas kemampuan diri
sendiri sehingga individu tidak ragu untuk bertindak, merasa bebas melakukan
hal-hal yang disukai, bertanggung jawab, sopan saat berinteraksi dengan orang
lain, menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta mengenali
kelebihan dan kekurangan diri sendiri (Lauster, 1990).
Afiatin dan Andayani (1996) menjelaskan bahwa kepercayaan diri
merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi untuk
mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kepercayaan diri
merupakan kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa puas
terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah maupun lahiriah, dapat bertindak
sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya dalam mencapai
tujuan yang diharapkannya. Kepercayaan diri ini lahir dari kesadaran bahwa
jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus
dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seseorang individu
bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai
tujuan yang ia inginkan tercapai.
Mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri yang tingi dapat memahami
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kekurangan-kekurangan yang
ada pada dirinya merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi untuk
mengembangkan kelebihan yang dimiliki bukan dijadikan sebagai penghambat
atau penghalang dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya dapat dijadikan sebagai penggerak diri untuk terus
berusaha menjadi lebih baik lagi dan merasa optimisme untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan yang telah ditentukannya.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri adalah suatu bentuk keyakinan atau aspek kepribadian yang berfungsi
untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu
dalam mencapai berbagai tujuan hidup dengan cara memberikan penilaian
positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi.

b. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri


Menurut Lauster (2003), ada beberapa aspek dari kepercayaan diri
yakni sebagai berikut:
1) Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang
dirinya bahwa dia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya
2) Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik
dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan
3) Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau
segala
4) sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran
pribadi
5) Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya
6) Rasional yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan.

2. Usia Remaja Mahasiswa Semester 1


Masa remaja menurut Rice (dalam Gunarsa, 1981) adalah masa peralihan,
ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja
melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat
eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat
internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih
bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress
period).
Masa remaja adalah masa masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni dimulai pada usia 12 tahun atau 13
tahun dan berakhir pada usia 20 tahun. Menurut Gingberg (dalam Juliana, 2013)
remaja memiliki tiga tahapan yakni; Tahap Fantasi, di mulai dari usia 0-11 tahun
masa sekolah dasar, Tahap Tentatif di mulai usia 12-18 tahun masa sekolah
menengah, dan Tahap Realistis di mulai dari usia 19-20 tahun masa perguruan
tinggi.

3. Intervensi untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri


Kepercayaan diri belum dimiliki oleh semua mahasiswa dalam lingkungan
perkuliahan, sehingga menimbulkan rendahnya rasa percaya diri pada mahasiswa
dalam berkomunikasi dapat dilihat dari pada saat presentasi pembahasan materi
yang disampaikan dikelas banyak mahasiswa masih tidak percaya diri dalam
menyampaikannya. Oleh karena itu, perlu adanya usaha dalam meningkatkan
kepercayaan diri salah satunya melalui intervensi. Dalam meningkatkan
kepercayaan diri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni bagaimana cara
menyampaikan ide atau gagasan kepada para audiens atau pendengar dengan
melalui training public speaking.

B. Intervensi Training Public Speaking


1. Training Public Speaking
a. Pengertian Training Public Speaking
Kemampuan yang berasal dari kata mampu yang berarti bisa dan sanggup
melakukan sesuatu. Public speaking dapat diartikan sebagai proses seseorang
pembicara/speaker menyampaikan sesuatu informasi kepada sekelompok orang
dengan tujuan dan cara-cara tertentu. Karena materi dan situasinya sangat banyak
maka public speaking ini bisa beragam juga wujudnya di tengah masyarakat.
Contoh, ketika seorang pejabat menyampaikan pidato di dalam suatu acara maka
itu bisa disebut sebagai suatu public speaking. Seorang penceramah/mubaligh
yang menyampaikan tausyiah di hadapan jamaahnya, itu juga bisa disebut dengan
public speaking. Demikian juga dengan seorang dosen menyampaikan materi
perkuliahan kepada mahasiswa, seorang narasumber menyampaikan materi
presentasi dalam suatu seminar dan lain-lain.
Kemampuan berkomunikasi akan semakin prospektif dimaksud adalah
berkomunikasi dengan publik, bagaimana mahasiswa mempunyai kepercayaan
diri untuk berkomunikasi dengan publik secara efektif dengan penggunaan kata-
kata yang tepat dan menarik. Istilah public speaking bukan hanya diartikan
dengan berbicara di depan umum saja, akan tetapi bagaimana berbicara
menyampaikan pesan atau gagasan yang ingin di ketahui oleh audiens orang
banyak.

b. Latihan Training Public Speaking


Menurut Devito (1996) mengemukakan ada beberapa latihan public speaking
antara lain:
1) To belong. Everyone wants to feel that they are part of something.
Setiap orang punya keinginan untuk merasa dimiliki dan memiliki. Semua
orang ingin merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Oleh sebab itu,
seorang pembicara harus bisa menciptakan suatu suasana atau strategi
agar semua pendengar merasa bagian dari presentasi tersebut secara utuh.
Libatkan pendengar secara aktif dan bangun kontak dan komunikasi yang
intensif selama presentasi.
2) To be respected.
Semua orang ingin dihormati. Itu merupakan sesuatu yang sangat
manusiawi. Pembicara bisa menggunakan satu kalimat atau beberapa
kalimat aja di awal presentasi untuk menunjukkan rasa hormat kepada
hadirin
3) To be appreciated.
Penghargaan dan merasa dihargai adalah hal yang normal bagi manusia.
Orang mengatakan “Appreciation is closely tied to respect”. Penghargaan
biasanya diberikan setelah suatu hal dilaksanakan. Contoh, seseorang
yang telah bertanya atau memberikan tanggapan lalu diberikan hadiah
atau sesuatu oleh pembicara atau panitia. Walaupun tidak semua orang
mengharapkan hadiah dalam suatu kegiatan namun, tidak ada orang yang
menolak jika diberikan hadiah.
4) To be romance.
Artinya adalah seseorang dalam suatu acara ingin mendapatkan suasana
hati yang menyenangkan. Oleh sebab itu, pembicara yang baik pasti akan
memilih kata-kata yang hangat dan pendekatan yang tepat dalam
berhubungan dengan hadirin.
5) To be liked
Semua orang ingin disukai. Oleh sebab itu, pembicara harus bisa mencari
titik-titik keunggulan hadirin dan berikan pujian agar semua orang fokus
kepada kelebihan seseorang. Hal itu adalah awal dari datangnya rasa suka
antara mereka.
6) To be save. As a speaker, it’s your responsibility to help audience
participants feel safe during your presentation.
Tugas seorang pembicara adalah menjaga rasa aman bagi hadirin selama
presentasinya. Jangan menyerang hadirin atau jangan menyajikan materi
presentasi yang bisa mengusik rasa aman hadirin.
7) To be enthusiastic.
Hadir dalam suatu acara adalah merupakan awal dari sebuah antusias jika
pembicara mampu menjaga stabilitas antusias peserta. Contoh, seorang
pembaca begitu antusias dan bersemangat datang ke acara pelucuran buku
baru seorang penulis yang dikaguminya. Namun, ketika mendengarkan
presentasi penulis tersebut ternyata apa yang ada dipikirannya selama ini
bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya. Penulis yang terkesan
cerdas, enerjik, visioner dalam tulisan-tulisannya ternyata bermasalah
dalam kondisi ril di mata hadirin. Mungkin cara bicaranya, cara
penyampaiannya dan sebagainya. Kasus ini membuat hadirin mengalami
kegagalan dalam menjaga antusias.

c. Tujuan Training Public Speaking


Tujuan training public speaking menurut Devito (1996) ada tiga hal antara
lain:
1) The Informative Speech
Untuk dapat membangun pemahaman, untuk klarifikasi, memperbaiki
pemahaman yang keliru, mendemonstrasikan bagaimana cara kerja sesuatu
atau cara mengerjakan sesuatu
2) The Persuasive Speech Seeks
Bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku, memperkuat atau
mengubah perilaku audiens atau menginspirasi pendengar untuk mengambil
beberapa pengajaran.
3) The Entertain Speech
Bertujuan untuk memberikan hiburan kepada audiens menjadi pembicara yang
baik dan menyenangkan dengan tujuan khusus adalah yang mengandung unsur
kegembiraan dan kesenangan dari presentasi kepada pendengar tersebut.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari training
public speaking yaitu untuk mendapatkan suatu pemahaman baru, menghilangkan
informasi yang keliru, menginspirasi para pendengar dan pengambilan suatu
proses yang diperlihatkan dengan cara yang menyenangkan dan ringan untuk
didengarkan.

d. Prosedur Pelaksanaan Meningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Training


Public Speaking
Individu memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena memiliki keyakinan
kuat akan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Meyakini adanya rasa
percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah
maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu
mengendalikannya dalam mencapai tujuan yang diharapkannya.
Rasa kurang percaya diri mula-mula disebabkan karena adanya ketakutan,
keresahan, khawatir, rasa tak yakin yang diiringi dengan dada berdebar-debar
kencang, dan tubuh gemetar yang bersifat kejiwaan atau masalah kejiwaan anak
yang disebabkan rangsangan dari luar.
Rasa percaya diri yang rendah dalam diri dapat diatasi dengan berbagai cara
antara lain dengan cinta, rasa aman, model peran, hubungan, kesehatan, sumber
daya, dukungan, upah dan hadiah, Lindienfield (1997).

e. Pelaksanaan Training Public Speaking


Dalam training public speaking, berdasarkan hubungan antara pembicara
dengan audiens peranan klien sementara klien mendengarkan arahan dari
pembicara yang penting kedudukannya audiens di dalam kondisi tersebut hanya
sebagai pendengar. Dalam hal ini, klien perlu menggambarkan secara relaistik
keadaan yang dialaminya. Pada waktu yang sama, presentasi dari pembicara
terdiri dari dua jenis yaitu;
1) Inspirational
Artinya, dalam sebuah pembicaraan di depan umum sebuah presentasi yang
menginspirasi yang dapat membangkitkan suatu emosi dalam diri pendengar.
Penyampaian yang berisi pesan yang sangat mendalam dan berpotensi
memiliki dampak pada waktu yang lama. Dilakukan dengan hati dan
memunculkan kepercayaan diri serta berimajinasi dari semua pendengar.
Setelah mengikuti tersebut, pendengar memiliki suatu perasaan untuk menjadi
lebih percaya diri di masa yang akan datang.
2) Motivational
Artinya, pembicara yang menginspirasi untuk memrefleksikan dan
menyadarkan pendengar akan hal-hal baik bila bisa meningkatkan rasa
kepercayaan dirinya maka motivasi lebih mengedepankan pada tujuan dalam
jangka waktu yang lebih singkat. Motivasi berisi strategi-strategi khusus atau
teknik-teknik untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cepat, bertindak
cepat dan tepat.
Hendaknya dalam demonstrasi, klien perlu dilatih secara berulangulang.
Apabila klien mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengaplikasikan apa
yang dilihatnya maka membantu klien sampai perilaku yang dinginkan
tercapai.
Tabel 1.1
Sesi Pelaksanaan Training Public Speaking
Nama Klien
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
No Aspek Indikator I II III IV
45 menit 45 menit 45 menit 45 menit
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Kepercayaan Mampu
diri tingkah berkomunikasi
laku secara baik
Memiliki
ketegasan
Mampu
mengendalikan
perasaan
2 Kepercayaan Memiliki cinta
diri batin diri
Mampu
memahami diri
Memiliki
tujuan yang
jelas
Mampu
berpikir secara
positif
3 Kepercayaan Keimanan
diri spiritual

2. Subjek
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada mahasiswa semester 1 berada pada tahap
remaja akhir dengan rentang usia 17 sampai 20 tahun. Dengan menggunakan
subjek sebanyak 10 orang mahasiswa psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
yang berada pada semester 1 pada tahun ajaran 2019/2020 semester ganjil.
BAB III
MODUL PELAKSANAAN

A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Administrasi
Pada tahap persiapan administrasi, langkah awal yang harus dilakukan
adalah meminta izin kepada pihak ketua Jurusan dengan membuat surat izin
turun lapangan dari pihak fakultas untuk melakukan pelaksanaan intervensi
public speaking pada mahasiswa psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Persiapan Alat Ukur

a. Instrumen Skala
Pada tahap persiapan ini, langkah awal yang dilakukan adalah mencari
alat ukur dari variabel yang ingin diteliti. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini di adaptasi dari skala penelitian sebelumnya dengan judul
“Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Kemampuan Berkomunikasi (Public
Speaking) Pada Alumi Kahfi Motivator School Tangerang Selatan” yang
diteliti oleh Sari Maimunah pada tahun 2015. Pelaksanaan ini menggunakan
teknik pengumpulan data yang berupa skala dan didukung dengan observasi.
Instrumen skala yang digunakan adalah skala kepercayaan diri yang
terdiri dari 33 item. Dalam hal ini, peneliti menggunakan empat alternative
jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Observasi dilakukan dengan cara mengamati objek
penelitian. Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur pada saat
bermain peran berlangsung. Pedoman observasi berisi daftar kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati. Observasi dilakukan oleh pengamat
lainnya. Kegiatan ini dilakukan selama proses perlakuan berlangsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan sebagai upaya untuk
mengetahui jalannya perlakuan. Dari kisi-kisi pedoman observasi teknik
modeling nanti akan diperoleh hasil dari pengamatan tersebut.
Tabel 1.2
Blueprint Kepercayaan Diri

a) Blueprint Skala Kepercayaan Diri

Variabel Kepercayaan Diri


Indikator Favorable Unfavorable
Memahami keseluruhan tentang diri 1,2 12
Melakukan pencatatan akan kekurangan dan memperbaikinya 3,4,5,6 13,14
Memaksimalkan potensi diri 7,8,9 15,16
Menanamkan nilai positif dalam setiap permasalahan 10,11 17
Berkata, berfikir, berperilaku positif 18,19,20 28,29
Yakin akan potensi diri yang bermanfaat untuk orang banyak 21,22 30
Menggunakan waktu secara tepat dalam penggapaian mimpi- 23,24,25 31
mimpi hidup
Afirmasi pada setiap mimpi secara konsistensi 26,27 32,33

b) Reliabilitas
Menurut Azwar (2015), suatu instrumen dikatakan reliabel apabila dalam
beberapa kali pengukuran pada objek yang sama akan menghasilkan hasil yang relatif
sama. Uji reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Menurut Wells dan
Wollack (dalam Azwar, 2015) tes yang standar yang taruhannya tidak terlalu tinggi
minimal memperlihatkan konsistensi internal setidaknya 0,80 atau 0,85. Pengolahan
uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach maka berdasarkan
hasil diperoleh hasil yaitu r hitung 0,968. karena r hitung >r tabel maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan tersebut reliabel.

c) Kategorisasi Tingkat Kepercayaan Diri


Dari hasil uraian penelitian statistik skor sampel penelitian kepercayaan diri yang
dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel. Maka diketahui skor kepercayaan diri
yang diperoleh responden tinggi, sedang dan rendah. Maka disajikan norma skor skala
kepercayaan diri dengan di ketahui nilai mean =110,65 dan standar deviasi =12,1.
Dan di dapat hasil pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3
Kategorisasi skor skala kepercayaan diri
Kategori Rentang raw Jumlah (%)
score Subjek
Tinggi 22,75 13 17
Sedang 98,55<122,75 58 70
Rendah 8,55 11 13
82 100%

b. Observasi
Selain memakai skala psikologis dalam mengumpulkan data-data,
peneliti juga menggunakan metode observasi. Observasi atau pengamatan
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakuykan secara sistematik
gekala-gejala tingkah laku yang tampak (Pujosuwarno, 1993). Adapun alasan
menggunakan metode observasi sebagai metode pengumpulan data adalah
untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan serta pemahaman mengenai
diri subjek, juga untuk menunjang dan melengkapi bahan-bahan yang
diperoleh melalui skala kepercayaan diri.
Untuk metode observasi peneliti menggunakan observasi langsung
dalam bentuk daftar cek (Check List). Alasannya karena ingin memperoleh
data secara langsung dari subjek penelitian melalui aspek yang diamati. Di
samping itu, observasi juga tepat dalam menilai kepercayaan diri mahasiswa.
Selain itu daftar cek yang digunakan juga berisi aspek-aspek yang terdapat
dalam situasi, perilaku maupun kegiatan individu yang sedang menjadi fokus
penelitian atau yang sedang diamati. Observasi ini, digunakan untuk
mengetahui perubahan yang terdapat dalam situasi atau pada perilaku
ataupun kegiatan yang sedang diamati pada saat proses konseling
berlangsung.
Tabel 1.3
Kisi-kisi pedoman observasi

No Aspek Indikator
1 Kepercayaan diri tingkah laku Mampu berkomunikasi secara baik
Memiliki ketegasan
Mampu berpenampilan secara baik
Mampu mengendalikan perasaan
2 Kepercayaan diri tingkah lahir Memiliki cinta diri
Mampu memahami diri
Memiliki tujuan yang jelas
Mampu bepikir secara positif
3 Kepercayaan diri tingkah spiritual Keimanan

3. Persiapan Partisipan
Subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan populasi dan sampel.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 1 Psikologi
UIN Sultan Syarif Kasim Riau Negeri Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling dengan cara quota
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sudah
ditentukan sebelumnya (Myers, 2001) dengan subjek sebanyak 10 mahasiswa
sebagai sampel yang memiliki skor kepercayaan diri terendah.

4. Persiapan Modul
Modul meningkatkan kepercayaan diri yang digunakan dibuat sendiri
oleh peneliti. Modul disusun berdasarkan jurnal penelitian Maimunah (2015)
yang direplikasi dengan memodifikasi beberapa pernyataan yang disesuaikan
dengan konteks penelitian. Perlakuan ini menitikberatkan pada perbedaan
metode kepercayaan diri yaitu Pablic speaking dan metode skala kepercayaan
diri. Modul kemudian dibagi ke dalam enam tema dengan masing-masing
kelompok tiga tema yang diberikan selama 3 kali sesi pertemuan. Modul
pelatihan yang telah disusun dilakukan expert judgement untuk memberikan
kelayakan seluruh prosedur yang akan dilakukan dalam proses treatment.
5. Persiapan Pelaksanaan
Secara keseluruhan intervensi ini berlangsung selama 5 kali pertemuan,
yaitu dari tanggal 07 November s.d 19 November 2019

Tabel 1.4
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Waktu Tanggal


(WIB)
1 Perizinan penelitian 08.00-12.00 07 November 2019
& pemilihan subjek
2 Pretest 10.00-11.00 10 November 2019
3 Treatmen 1 10.00-11.30 13 November 2019
4 Treatmen 2 10.00-11.30 16 November 2019
5 Treatmen 3 10.00-11.30 19 November 2019
6 Posttest 11.30-12.00 19 November 2019
7 Follow Up 10.00-10.30 26 November 2019

B. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan disusun sebagai acuan bagi peneliti untuk melakukan
intervensi. Prosedur pelaksanaan dalam intervensi ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
sebelum pelaksanaan, pengamatan dan setelah pengamatan.
a. Sebelum Pelaksanaan
Pada tahap sebelum pelaksanaan `peneliti menganalisis kebutuhan untuk
mengetahui perlu tidaknya suatu teknik modeling diberikan untuk meningkatkan
kepercayaan diri mahasiswa. Setelah itu melakukan pengukuran awal untuk
mengetahui tingkat kepercayaan diri mahasiswa sebelum pemberian perlakuan.
Alat ukur yang digunakan adalah skala kepercayaan diri yang telah diuji valid
atau tidaknya. Pengambilan data pengukuran awal dilakukan dengan tujuan
untuk membuat kategorisasi tingkat kepercayaan diri. Subjek yang memiliki
tingkat kepercayaan diri rendah. Subjek penelitian adalah kelompok akan
diberikan perlakuan berupa training public speaking, sehingga peneliti dapat
mengetahui keefektifan training public speaking dalam upaya meningkatkan
kepercayaan diri mahasiswa.
b. Pada Saat pelaksanaan
Setelah melakukan pengukuran dan menentukan subjek penelitian, maka
tahap selanjutnya adalah pemberian perlakuan. Pada kelompok yang akan
diberikan perlakuan berupa training public speaking. Adapun skenario yang
dilakukan dalam teknik modeling yaitu:
Tabel 1.5
Waktu pelaksanaan

Waktu Sesi Deskripsi Perlakuan


07 November 2019 Perizinan dan 1. Perizinan dilakukan kepada pihak ketua
Pemilihan jurusan
subjek 2. Pemilihan subjek dilakukan pada
mahasiswa semester 1
10 November 2019 Pra Perlakuan 1. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian
2. Peneliti mendampingi mahasiswa untuk
membagi kelompok
3. Peneliti membagi angket pretest kepada
subjek penelitian
13 November 2019 Perlakuan 1 1. Kelompok tidak diberikan perlakuan
Waktu: 45 menit
2. Waktu: 45 menit Pada perlakuan 1 yang
diukur adalah bagaimana mahasiswa
dalam menghargai orang lain yang diukur
adalah bagaimana mahasiswa
membayangkan perasaan yang dirasakan
orang lain
16 November 2019 Perlakuan 2 1. Kelompok tidak diberikan perlakuan
Waktu: 45 menit
2. Pada perlakuan kelompok yang diukur
adalah sikap peduli dan yang diukur
adalah bagaimana mahasiswa dapat
memahami perasaan orang lain
19 November 2019 Perlakuan 3 1. Kelompok tidak diberikan perlakuan
Waktu: 45 menit
2. Kelompok Eksperimen dengan teknik
modeling
Waktu: 45 menit
3. Pada perlakuan 3 kelompok kontrol yang
diukur adalah sikap kepercayaan diri
sedangkan pada kelompok eksperimen
yang diukur adalah untuk melihat
bagaimana rasa kepercayaan dirinya yang
dimiliki mahasiswa
19 November 2019 Pengukuran Pengukuran akhir dilakukan untuk
Akhir melihat hasil dari pemberian perlakuan
yang diberikan. Pengukuran akhir
diberikan langsung setelah perlakuan
ketiga selesai.
26 November 2019 Follow Up Dilakukan untuk melihat seberapa lama
efek dari teknik modeling berpengaruh
terhadap meningkatan kepercayaan diri

c. Setelah pelaksanaan
Setelah memberikan teknik modeling dilakukan, peneliti melakukan pengukuran
akhir dengan menggunakan skala kepercayaan diri. Pengukuran ini setelah pemberian
perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa
antara kelompok eksperimen yang menggunakan perlakuan berupa teknik modeling
dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil pengukuran awal dan
pengukuran akhir dianalisa dengan menggunakan perhitungan secara statistik.

C. Tahap Tindak Lanjut


Pada tahapan evaluasi, mahasiswa akan mendapatkan beberapa pertanyaan
sebagai evaluasi untuk mengetahui pemahaman mahasiswa tentang isi skenario.
Pengalaman sebelum dan sesudah diberikan perlakuannya perlakuan. Untuk
memantau pemeliharaan dan stabilitas peningkatan kepercayaan diri pada
mahasiswa yang dihasilkan dari intervensi, studi selanjutnya sebaiknya mencakup
pengukuran tindak lanjut (follow-up) dalam durasi yang lebih lama. Hal ini juga
dapat dilakukan untuk melihat seberapa lama efek dari teknik modeling berpengaruh
terhadap meningkatan kepercayaan diri. Pengukuran tindak lanjut (follow up)
dilaksanakan seminggu setelah pemberian intervensi teknik modeling yaitu pada
tanggal 26 November 2019 . Alat ukur yang digunakan untuk tindak lanjut (follow
up) sama dengan alat ukur yang digunakan untuk pre-test dan post-test. Peneliti
memberikan skala kepercayaan diri pada semua kelompok baik kelompok
eksperimen dan kontrol. Setelah semua kelompok mengisi skala, maka peneliti
memberikan garis besar materi intervensi kepada kelompok kontrol. Hal ini
bertujuan agar kelompok kontrol memperoleh informasi yang sama seperti
kelompok eksperimen
DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T & Andayani, B.(1996).Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja


Pengangguran Melalui Kelompok Dukungan Sosial.Jurnal Psikologi,
XXV (2),35-46
Azwar, S.(2015).Reliabilitas dan Validitas (edisi empat).Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Devito, J.A. (1996).Human Communication.Jakarta:Profesional Books
Gunarsa, Y.S.D. & Gunarsa, S.D.(1981).Psikologi Remaja.Jakarta:BPK Gunung
Mulia.
Juliana.(2013).Perkembangan dan Pemilihan Karier Menurut Ginberg dan
Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling.Padang: IAIN Imam Bonjol
Padang
Lauster, P.(1990).Tes Kepribadian.Jakarta: PT. Bumi Aksara
Lindenfield, Gael.(1997).Seri Keluarga Mendidik Anak Agar Percaya Diri Pedoman
Bagi Orangtua.Jakarta:Arca
Myers, A. & Hansen, C.H.(2001).Experimental Psychology.Wadsworth: USA
Oney, E., & Guven, G.O.(2015).Confidence: A Critical Review of the Literature and
an Alternative Perspective for General and Specific Self-
Confidence.Psychological Report: Mental and Physical Health,116(1), 149-
163
Pujosuwarno, S.(1993).Berbagai Pendekatan Modern Dalam Konseling.Malang:
Universitas Malang
Santrock,J.W.(2003).Adolescence : Perkembangan Remaja.Jakarta: Erlangga
Lauster, P. (2003). Tes Kepribadian (alih bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai