Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING (PTBK)

UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR

SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASOSIASI BEBAS-PLAY

THERAPY DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI MTsN 6

CIANJUR TAHUN PELAJARAN 2021-2022

DISUSUN OLEH :

CHANSA LUTHFIYYAH, S.Psi

NIP.197611032009012002

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN CIANJUR

MTs NEGERI 6 CIANJUR

2022
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan salah satu fase dalam perkembangan

individu. Masa ini merupakan masa mencapai kematangan mental,

emosional, sosial, fisik dan pola peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa (Hurlock, 1991)

Rasa percaya diri (self confidence) merupakan faktor yang sangat

penting bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap percaya diri

akan membuat individu merasa optimis dan mampu melakukan penyesuaian

dengan lingkungan sosialnya.

Menurut Thantaway dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling

(2005;87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang

memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk membuat atau melakukan

sesuatu tindakan. Di sisi lain , remaja yang kurang percaya diri akan

menunjukkan perilaku seperti tidak bisa berbuat banyak, selalu ragu dalam

menjalankan tugas, tidak berani berbicara jika tidak mendapat dukungan,

menutup diri dari lingkungan, sedikit melibatkan diri dalam kegiatan atau

kelompok, menjadi agresif, bersikap bertahan dan membalas dendam

perlakuan yang dianggap tidak adil (Triningtyas, 2015; Rakhmat, 2005;

Gunarsa, 2004; Hurlock, 199)

Kondisi tersebut diatas juga dialami oleh siswa MTsN 6 kelas 8G tahun

pelajaran 2021-2022, siswa H berdasarkan laporan dari wali kelas dan

beberapa guru mapel selama proses pembelajaran tatap muka pada awal
pembelajaran tatap muka terbatas tidak pernah hadir sama sekali dan hanya

mengerjakan tugas daring untuk mata pelajaran tertentu. Sementara itu ada

aturan dari sekolah yang mengharuskan setiap siswa minimal 85 (delapan

puluh lima) % harus hadir pada pembelajaran tatap muka.

Dari laporan tersebut peneliti sebagai guru Bimbingan dan Konseling

mencoba melakukan komunikasi melalui telepon dan media sosial, tetapi

tidak mendapatkan informasi yang diharapkan. Sesuai prosedur penanganan

responsif, maka guru Bimbingan dan Konseling kemudian melakukan layanan

home visit. Pada saat layanan home visit tersebut didapatlah gambaran

situasi dan kondisi siswa H. Sepengamatan peneliti, siswa H adalah orang

yang mempunyai kepercayaan diri rendah, yang ditandai oleh menutup diri,

tidak berani berbicara, sangat pemalu, dan sedikit melibatkan diri dalam

kegiatan yang berhubungan dengan kelompok. Sehingga hal ini

mempengaruhi terhadap motivasi belajarnya.

Oleh karena itu sebagai guru Bimbingan dan Konseling, peneliti

bermaksud memberikan layanan konseling individual untuk membantu

mengentaskan masalah siswa H tersebut. Dalam layanan konseling individual

tersebut, kepada siswa H (selanjutnya disebut konseli) akan diberikan

teratment atau perlakuan dengan menggunakan teknik asosiasi bebas-play

therapy.

Teknik asosiasi bebas ini digunakan sebagai cara untuk

mengeksplorasi permasalahan sesungguhnya yang dialami oleh konseli.

Teknik ini merupakan teknik dalam pendekatan psikoanalisis. Dalam

pelaksanaan teknik ini seorang konselor (guru Bimbingan dan Konseling)

meminta konseli untuk secara bebas mengungapkan berbagai pikiran yang


ada didalam benaknya dengan kata-kata. Pada penelitian ini teknik asosiasi

bebas digunakan dengan cara meminta konseli mengingat hal-hal yang

terkait dengan peristiwa tertentu yang memungkinkan menjadi penyebab

ketidakhadiran konseli pada setiap sesi pertemuan tatap muka (PTM) di

sekolah. Kemudian melalui teknik play therapy diharapkan konseli bisa

menggali kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dengan cara menggambar

Pohon Cantik mengenai kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya dan Mind

Map mengenai hal-hal yang paling diinginkan di masa depan dan upayanya

untuk mencapai hal tersebut. Diharapkan dengan teknik ini akan muncul rasa

percaya diri yang berpengaruh pada peningkatan motivasi belajarnya yang

ditandai dengan kehadiran konseli pada pembelajaran tatap muka di sekolah.

Berdasarkan paparan tersebut diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri dan

Motivasi Belajar Siswa H Melalui Pemberian Teknik Asosiasi Bebas- Play

Therapy pada Layanan Konseling Individu MTsN 6 Cianjur Tahun Pelajaran

2021-2022”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah-

masalah sebagai berikut :

1. Ketidakhadiran siswa pada pembelajaran tatap muka di MTsN 6 Cianjur

2. Rendahnya rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa


C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan

apakah teknik Asosiasi Bebas-Play Therapy pada layanan konseling

individual dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar Siswa H

MTsN 6 Cianjur tahun pelajaran 2021-2022 ?

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana upaya

meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa H melalui

pemberian teknik Asosiasi Bebas-Play Therapy pada layanan konseling

individu MTsN 6 Cianjur Tahun Pelajaran 2021-2022”

E. MANFAAT PENELITIAN

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan pengetahuan, data

dan masukan bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat mengentaskan masalahnya yaitu meningkatnya rasa percaya diri

dan motivasi belajar.

b. Bagi Pendidik

Memberikan motivasi bagi guru Bimbingan Konseling agar lebih kreatif dalam

menggunakan teknik-teknik konseling pada layanan konseling individual.


c. Bagi Peneliti

- Untuk meningkatkan keterampilan dalam menggunakan teknik-teknik

konseling pada layanan koseling individual.

- Untuk meningkatkan keterampilan menulis publikasi ilmiah


BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN RASA PERCAYA DIRI

Percaya diri (self confidence) memiliki arti percaya pada kemampuan,

kekuatan, dan penilaian diri sendiri. Hakim (Polpoke, 2004) mengungkapkan

bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan seeorang terhadap

segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan dengan keyakinan tersebut ia

merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

Kepercayaan diri merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa,

karena sikap percaya diri akan membuat individu merasa optimis dan mampu

melakukan penyesuain dengan lingkungan sosialnya.

Maslow menyatakan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk

pengembangan aktualisasi diri. Dengan percaya diri orang akan mampu

megenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu kurangnya percaya diri

akan menghambat pengembangan potensi diri.orang yang kurang percaya

diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam meghadapi tantangan, takut

dan ragu-ragu dalam menyampaikan gagasan serta bimbang dalam

menentuka pilihan.

Menurut Thantaway dalam kamus istilah bimbingan dan konseling

(2005;87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang

berbuat atau melakukan sesuatu tindakan orang yang tidak percaya diri

memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu

seseorang menutup diri.


Kepercayaan diri pada remaja tampak pada sikap yang menerima diri

sebagaimana adanya (Ifdil,I,Denich,A.U,Ilyas,A.2017). penerimaan diri

merupakan perwujudan kepuasan terhadap kualitas kemampuan diri yang

nyata. Remaja yang puas pada kualitas dirinya akan cenderung merasa

aman, tidak kecewa dan tahu apa yang dibutuhkannya, sehingga dapat

mandiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam memutuskan segala

sesuatu secara objektif. Remaja yang percaya diri juga cenderung

mempunyai gambaran dan konsep diri yang positif. Hurlock (1991)

menyatakan bahwa reaksi positif seseorang terhadap penampilan dirinya

sendiri akan menimbulkan rasa puas yang akan mempengaruhi

perkembangan mentalnya.

Disisi lain, remaja yang kurang percaya diri akan menunjukan perilaku

seperti tidak bisa berbuat banyak, selalu ragu dalam menjalankan tugas, tidak

berani berbicara jika tidak mendapatkan dukungan, menutup diri, cenderung

sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, menarik diri dari

lingkungan, sedikit melibatkan diri dalam kegiatan atau kelompok, menjadi

agresif, bersikap bertahan dan membalas dendam perlakuan yang dianggap

tidak adil (Triningtyas,2015; Rahmat,2005;Gunarsa. 2004;Hurlock,1991).

individu yang tidak percaya diri akan sulit untuk memutuskan yang terbaik apa

yang harus dilakukan kepada dirinya, dan dalam keadaan-keadaan yang

seperti ini remaja cenderung akan kehilangan motivasi ( Fitri.E.,Ifdil, Neyarnia.

S.,2016: Desyafmi, H. Firman, F., & Ifdil, I., 2016) dalam melakukan banyak

hal terutama belajar.


B. PENGERTIAN MOTIVASI BELAJAR

Motivasi belajar sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri yang dimiliki

oleh seseorang. Motivasi menurut Mc Donal adalah perubahan energi dalam

diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan. Sedangkan belajar merupakan suatu bentuk

perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Menurut Hamzah Uno

dalam kutipan (Harisudin) Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrisik

berupa hasrat keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan

dan cita-cita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.

Layanan konseling individual sebagai salah satu komponen dalam

Bimbingan Konseling diharapkan mampu membantu siswa mengentaskan

masalah yang dihadapinya melalui pemberian treatment atau perlakuan

tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik Asosiasi Bebas -

Play Therapy.

Teknik Asosiasi Bebas adalah salah satu teknik dalam pendekatan

psikoanalisis. Teknik ini menuntut klien untuk mengatakan segala sesuatu

yang muncul dalam kesadarannya dengan leluasa, tanpa perlu berusaha

membuat uraian yang logis, teratur dan penuh arti. Sigmund Freud sebagai

pencipta teknik asosiasi bebas mengkliam bahwa teknik ini mampu memberi

konseli kebebasan penuh dalam pelaksanaan konseling untuk memeriksa

pikiran konseli.

Pada masa ini teknik asosiasi bebas dilakukan dengan cara meminta

konseli untuk mengingat semua ingatan yang terkait dengan peristiwa


tertentu. Seseorang dalam proses pelaksanaan konseling dapat diminta untuk

membagikan kata pertama yang muncul di benaknya setelah melihat gambar

atau menuliskan semua pemikiran yang mereka miliki pada waktu tertentu.

Play Theraphy atau Terapi Bermain adalah pendekatan/metode

intervensi berdasarkan teori psikologi, baik secara preventif maupun

rehabilitasi, terhadap perkembangan kesehatan mental, emosi, dan perilaku

anak-anak. Play Theraphy berdasarkan ide bahwa anak-anak berkomunikasi

melalui teman.

Menurut Clark (2013) play theraphy dapat dimaknai sebagai terapi

yang dilaksanakan oleh seorang profesional yang berperan sebagai katalis

dan pendukung untuk membantu menyesuaikan masalah anak-anak melalui

aktivitas bermain. Vigotsky and Landreth (2001) mengemukakan bahwa

bermain meiliki peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional

anak. Begitu juga pendapat Bodrova, Germeroth & Leong (2013) yang

mengemukakan bahwa pengaturan diri anak dapat terbentuk melalui bermain.

Beberapa hasil penelitian juga membuktikan bahwa play theraphy efektif

dalam meningkatkan kemampuan sosio-emosional anak (Siahkalroudi &

Bahri, 2015; Chinekesh, Kamalian, Eltemasi, Chinekesh & Alavi, 2014; Salter,

Beamish & Davies, 2016; Robinson, Simpson & Hott, 2017).

Play-Therapy bisa dijalankan tanpa arahan (konseli yang memutuskan

apa yang dilakukan di sesi terapi), dengan arahan (terapis atau guru BK yang

menentukan) atau campuran keduanya.

Teknik yang biasanya dilakukan dalam play-therapy adalah :

1. Visualisasi kreatif

2. Terapi cerita
3. Drama-bermain peran

4. Boneka peraga dan topeng

5. Bermain pasir

6. Menggambar

7. Musik

8. Menari dan bergerak

9. Bermain tanah liat

Play therapy hadir karena sebagian individu tidak dapat memproses

emosi mereka sendiri atau menjelaskan masalah mereka kepada orang lain.

Teknik ini efektif untuk individu yang tidak bisa atau tidak ingin

membicarakan masalah mereka

Menurut situs web Healthline beberapa potensi manfaat play therapy

adalah :

 Individu menjadi lebih bertanggung jawab atas perilaku tertentu

 Mengembangkan strategi menghadapi masalah dan keterampilan

memecahkan masalah secara kreatif

 Menghargai diri sendiri

 Empati dan menghargai orang lain

 Mengurangi kecemasan

 Belajar benar-benar merasakan dan mengekspresikan perasaan

 Keterampilan sosial lebih kuat

 Hubungan keluarga lebih kuat

 Mendorong penggunaan bahasa

 Meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar


Play therapi berguna bagi individu yang tidak menyadari potensi

akademik maupun sosial, sering bermimpi buruk atau terganggu tidurnya,

berisiko atau sudah dikeluarkan dari sekolah, mengalami trauma, mengalami

kekerasan emosional, fisik, maupun seksual, anak adopsi atau anak angkat,

menderita karena orang tua berpisah atau bercerai, mengalami stress atau

fobia, mengalami kedukaan atau kehilangan, menarik diri atau terus menerus

murung, sakit, cacat, atau autis, sulit berteman, sering bertengkar dengan

teman atau saudara, mem-bully orang lain atau menjadi korban bullying,

menunjukkan perilaku yang tidak layak, tidak mau bermain.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang relevan

dengan topik yang diambil.

D. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini dilakukan dalam empat siklus, seperti yang digambarkan pada

bagan di bawah ini :


BAGAN

KERANGKA BERPIKIR
KONDISI AWAL Guru:
Siswa: Rasa percaya diri dan
Siswa selalu tidak hadir pada motivasi belajar siswa pada
pembelajaran tatap muka karena memiliki Belum menggunakan teknik
pembelajaran tatap muka
rasa percaya diri dan motivasi belajar asosisasi bebas dan play
rendah rendah
therapy pada konseling
Individu
SIKLUS 1:
Pemberian teknik asosiasi
bebas dan play therapy
Guru menggunakan teknik (P,A,O,R)*
asosiasi bebas dan play
SIKLUS 2:
TINDAKAN therapy pada konseling
Pemberian teknik asosiasi
individu
bebas dan play therapy
* P : Planning A : Action O : Observation R : Reflection (P,A,O,R)
SIKLUS 3:
Pemberian teknik asosiasi
bebas dan play therapy
Rasa percaya diri dan motivasi (P,A,O,R)
KONDISI AKHIR siswa meningkat, kehadiran SIKLUS 4:
siswa 85 % pada pembelajaran Pemberian teknik asosiasi
tatap muka bebas dan play therapy
(P,A,O,R)
E. HIPOTESIS TINDAKAN

“Terjadi peningkatan rasa percaya diri dan motivasi belajar melalui

penggunaan teknik asosiasi bebas-play therapy pada layanan konseling

individual siswa H MTsN 6 Cianjur tahun pelajaran 2021-2022”


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada proses layanan konseling individual di

lingkungan MTsN 6 Cianjur selama kurun waktu 10 bulan yaitu dari bulan

September 2021 sampai dengan bulan Juni 2022

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas 8G MTsN 6 Cianjur tahun

pelajaran 2021-2022

C. SUMBER DATA

Sumber data penelitian ini diperoleh dari :

1. Wali Kelas

2. Guru Mata Pelajaran

3. Orang tua

4. Siswa H kelas VIII G tahun pelajaran 2021-2022

D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini mengunakan teknik dan alat pengumpulan data sebagai

berikut :
1. Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Dokumen data kehadiran siswa

b. Observasi (pengamatan)

c. Lembar Kerja Siswa

d. Wawancara

2. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Peneliti

b. Siswa

c. Wali Kelas

d. Guru Mapel

E. UJI VALIDITAS

Suharsimi Arikunto (2022:14) berpendapat bahwa validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Instrumen yang sahih akan menghasilkan data yang valid

juga. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode

triangulasi yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang

diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara

mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan

analisis data.
F. ANALISIS DATA

1. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis data

kualitatif. Data kualitatif didapat dari hasil observasi aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dan proses konseling individu. Proses analisis data

kualitatif meliputi langkah-langkah (Miles dan Huberman dalam Muhammad

Idrus, 2009 : 150-152) :

a. Reduksi Data Pada tahap reduksi, data yang sudah dikumpulkan dipilih

kemudian dikelompokkan dan disederhanakan

b. Penyajian data, pada tahap ini data atau informasi disusun secara

sistematis dan logis sehingga memungkinkan dapat ditarik kesimpulan

c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan, pada tahap terakhir ini data

dimaknai. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam tahap ini adalah

melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama,

pengelompokkan dan pencarian kasus-kasus negatif.

2. Penyajian Data

G. INDIKATOR KINERJA/KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya rasa percaya

diri dan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan 85 % minimal kehadiran

pada setiap kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM).


H. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling

(PTBK), yang terdiri dari 2 siklus yang sifatnya tentatif, dimana jika konseli

belum menunjukkan perubahan yang signifikan akan ada penambahan siklus

maksimal sampai 4 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 kegiatan utama

yaitu : Planning (perencanaan), Action (tindakan), Observation (Observasi

dan Reflection (refleksi)

1. JADWAL PENELITIAN

NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

1 Pengajuan proposal PTBK 3 September 2021

2 Eksplorasi data : 10-16 September Kolaborasi

Catatan kehadiran siswa 2021 dengan Wali

kelas 8G Ibu

Intan

Purnamasari,

S.Pd dan Guru

mapel yang

mengajar di kelas

8G diantaranya

adalah :

Dessy Arlani R,

S.Pd (IPA)

Ella Nurlaela

Hayati, S.Ag

(Akidah Akhlak)
Meliana Hanifa,

S.Pd (B.

Indonesia)

Drs. Aip Sarifudin

(B. Arab)

3 Eksplorasi data dengan 18 September 2021 Wawancara

menggunakan layanan dengan orang tua

home visit siswa

4 SIklus 1 : a. Siswa diajak

Perencanaan 18 September 2021 bicara hati ke hati

Tindakan berpatokan pada

a. Penggunaan Teknik 18 September 2021 pertanyaan di

Asosiasi Bebas lembar instrumen

(Wawancara pada saat wawancara

home visit)

b. Peggunaan teknik Play 20 September 2021 b. Siswa diminta

Therapy untuk

menggambar

pohon cantik dan

mind map

c. Observasi hasil perilaku 21 September 2021- 8 c. Hasil observasi

setelah diberikan tindakan Oktober 2021 wali kelas apakah

siswa yang

bersangkutan

sudah mulai
mengikuti

kegiatan PTM

Terbatas

d. Refleksi 9 Oktober 2021 d. Evaluasi bagi

peneliti dan untuk

perencanaan

siklus 2

5 SIklus 2 :

Perencanaan 10 Oktober 2021

Tindakan

e. Penggunaan Teknik 11 Oktober 2021 e. Siswa diajak

Asosiasi Bebas bicara hati ke hati

(Wawancara di sekolah ) berpatokan pada

pertanyaan di

lembar instrumen

wawancara

f. Peggunaan teknik Play 12 Oktober 2021 f. Siswa diminta

Therapy untuk

menggambar

pohon cantik dan

mind map
g. Observasi hasil perilaku 12 Oktober 2021- 26 g. Hasil observasi

setelah diberikan tindakan Oktober 2021 wali kelas apakah

siswa yang

bersangkutan

sudah mulai

mengikuti

kegiatan PTM

Terbatas

h. Refleksi 27 Oktober 2021 h. Evaluasi bagi

peneliti dan untuk

perencanaan

siklus berikutnya

2. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen 1
PANDUAN WAWANCARA
Menggunakan Teknik Asosiasi Bebas

Apa yang anda rasakan ketika anda tidak mengikuti kegiatan PTM ?

Apa yang menyebabkan anda tidak mau mengikuti PTM?


Apa yang anda lakukan ketika tidak mengikuti kegiatan PTM ?

Menurut anda kira-kira anda akan nyaman belajar dalam situasi seperti apa ?

Instrumen 2

12 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Berilah tanda ceklis pada kolom yang sesuai dengan diri anda !

No Aksi Dilakukan Tidak Dilakukan


1 Menyapa orang lain terlebih
dahulu
2 Menulis daftar aturan dan
tujuan pribadi.
3 Memikirkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri
4 Melatih gerakan/gesture tubuh
yang baik agar terlihat percaya
diri
5 Menerima kekurangan diri
sendiri
6 Tidak menyerah pada impian
diri sendiri
7 Tidak mencari persetujuan
semua orang
8 Fokus pada hal yang positif
9 Belajar menerima kritik dan
berusaha untuk memperbaiki
diri
10 Membandingkan diri sendiri
dengan orang lain
11 Melakukan sesuatu dengan
optimal
12 Melakukan sesuatu yang
menantang setiap minggu
1
Instrumen 3 Play Therapy (Menggambar)

- Buatlah POHON CANTIK tentang Hal-hal yang DISUKAI dari DIRI SENDIRI

- Buatlah PETA PIKIRAN tentang hal-hal yang paling diinginkan di masa

depan dan bagaimana cara untuk mencapainya

Anda mungkin juga menyukai