Anda di halaman 1dari 13

OBSERVASI SETTING PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik II

Dosen Pengampu: Fuji Astutik, M.Psi

Disusun Oleh:

Ahmad Rizha Al Hakim 200401110269

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bukan sekadar proses kegiatan belajar mengajar, melainkan suatu proses
penyadaran menjanjikan manusia sebagai manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah usaha
memanusiakan manusia. Pendidikan mempangaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan
individu, meliputi perkembangan fisik, mental/pikiran, watak, emosional, sosial dan etika anak
atau peserta didik.

Sekolah dasar biasa disingkat MI adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia. Pada jenjang pendidikan ini ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Pada pendidikan dasar
khususnya sekolah dasar tujuannya menginginkan pendidikan dasar sebagai landasan awal dari
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Membekali peserta didik oleh seorang pendidik diperlukan
sebuah proses dan bentuk pembelajaran yang benar dan sesuai agar didapat lulusan peserta didik
yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan dasar. Dan keterampilan dalam mengajar
seorang pendidik diperlukan untuk peningkatan kualitas pengajaran dan diharapkan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses belajar dan pembelajaran didunia pendidikan, individu memiliki


karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain baik ditinjau dari segi tingkat
kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu
lainnya. Hal ini membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Seorang pengajar harus mampu
memenuhi kebutuhan peserta didiknya yang beragam agar proses belajar−mengajar pun tidak
terganggu.

Selain sebuah proses dan bentuk pembelajaran sebuah kurikulum pendidikan juga
beriringan menunjang berjalannya pendidikan di Indonesia, dalam observasi dan wawancara
pada kegiatan turun lapang kali ini didapat urgensitas tentang bagaimana proses pembelajaran
dan suasana kegiatan belajar mengajar di MI AL KHOIRIYAH. Pengembangan pembelajaran
secara tematik di MI AL KHOIRIYAH diwujudkan dengan mata pelajaran muatan lokal yang
dimiliki yaitu menghafal Al-Qur’an sistem tematik.
Penulisan laporan ini akan memaparkan bagaimana strategi pembelajaran serta proses dan
suasana kegiatan belajar mengajar di MI AL KHOIRIYAH, yang kemudian di analisa dengan
berbagai tinjauan sumber teori.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat motivasi semangat belajar di MI AL
KHOIRIYAH Sekarang

II. LANDASAN TEORI

Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama.

a. Perspektif tentang motivasi

1. Perspektif Behavioral

menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi
murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku
murid. Penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan
pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka
dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk.,2000).

2. Perspektif Humanistis

menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk


memilih nasib mereka. Dan kualitas positif ( seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus
dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

3. Perspektif Kognitif

menekankan bahwa pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini
muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2000). Minat
ini berfokus pad aide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi
mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol keyakinan secara efektif.
Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan , perencanaan dan
monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk,
2001).

4. Perspektif Sosial

menekankan pada kebutuhan afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan
dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid tecermin dalam motivasi mereka untuk
menghasbiskan waktu bersama teman, kawan dekat, ketertarikan mereka dengan orang tua, dan
keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan
yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih
senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002). Dalam studi berskala luas, salah satu faktor
terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah
hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; McCombs & Quiat,
2001). Dalam studi lain, nilai matematika meningkat di kalangan murid sekolah menengah
apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).

b. Motivasi Untuk Meraih Sesuatu

Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain
( cara untuk mencapai tujuan). Motivasi Eskstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman. Motivasi Instrinsik adalah motivasi internal u ntuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Bukti terbaru pembentukan iklim kelas di
mana murid bisa termotivasi secara intrinsic untuk belajar (Wigflied & Eccles, 2002; Hennesey
& Amabile, 1998). Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberikan pilihan, senang
menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang
mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol.

1. Determinasi Diri dan Pilihan Personal adalah salah satu pandangan tentang motivasi intrinsic
menekankan pada determinasi diri (deCharms, 1984; Deci, Koestner, & Ryan, 2001; Deci &
Ryan, 1994; Ryan & Deci, 2000). Pandangan ni menyatakan bahwa murid ingin percaya bahwa
mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan
eksternal.
2. Pengalaman Optimal dikembangkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi (1990, 1993, 2000;
Nakamura & Csikzentmihalyi, 2002). Mempelajari bahwa pengalaman optimal berupa perasaan
senang dan bahagia yang besar.Pengalaman optimal terjadi ketika individu terlibat dalam
tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tak terlalu mudah.

Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik

Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Dalam beberapa situasi imbalan atau
hadiah dapat melemahkan pembelajaran. Dalam sebuah studi, murid yang sudah tertarik dengan
seni dan tidak tahu akan ada imbalan atau hadiah menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menggambar ketimbang murid yamg juga tertarik dengan seni tanpa tahu aka nada hadiah
(Lepper, Grrene, & Nisbettr, 1973 ). Hadiah dikelas dapat berguna (Cameron, 2001). Dua
kegunaannya adalah (Bandura, 1928; Deci, 1975): sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas,
dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid, dan mengandung informasi tentang
penguasaan keahlian.

Penggeseran Developmental

Dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik, banyak para psikolog serta pendidik yang percaya
bahwa hal yang paling penting untuk seorang murid adalah untuk mengembangkan internalisasi
dan motivasi intrisik yang besar saat mereka tumbah dan berkembang. Akan tetapi, priset
menemukan bahwa saat seorang murid pindah dari SD kesekolah menengah maka motivasi
mereka intrinsic mereka akan menurun.jadi bisa disimpulkan bahwamurid yang sudah memasuki
jenjang SMP atau SMA akan lebih banyk mendapatkan manfaat apabila seorang guru dapat
membuat setting sekolah mereka lebih personal, kurang formal, dan lebih matang secar intrinsic,
dimana menurut bebrapa para ahli mengatakan bahwa murid yang bermotivasi secara intrinsic
akan jauh lebih berprestasi dibandingkan anak yang termotivasi secara ekstrinsik.

Proses Kognitif lainya

Dalam motivasi intrinsic maupun motivasi ekstrinsikakan membuka ke pengenalan proses


kognitif lainya akan terlibat dalam memotivasi murid untuk belajar. Ada empat proses kognitif
lainya, yaitu sebagai berikut :
1. Atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau
kinerjanya sendiri, orang orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya.
Murid adalah ilmuwan intuitif, berusaha menjelaskan sebab – sebab dibalik apa yang terjadi
(Weary, 2000; Weiner, 2000).

Bernard weiner(1986,1992) mengidentifikasi tiga dimensi atribusu kausal yaitu :

• Lokus,persepsi murid tentang kesusuksesan atau kegagalan sebagai akibat factor internal atau
eksternal yang mempengaruhi harga diri murid.

• Stabilitas, persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang mempengaruhi ekspektasi
kesuksesannya.

• Daya control, persepsi murid tentang daya control atau suatu sebab berhubungan dengan
sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa kasihan dan malu.

Strategi saat ini adalah bukan menghadapkan murid pada seorang yang menangani tugas dengan
mudah dan menunjukan kesuksesan, tetapi menghadapkan mereka pada seseorang yang berjuang
kera mengatasi kesalahan sebelum mencapai kesuksesan, dengan cara ini murid belajar cara
mengatasi frustasi, gigih menghadapi kesulitan, dan menghadapi kegagalan secara konstruktif.

2. Motivasi untuk Menguasai

Yang berhubungan erat dengan ide tentang motivasi intrinsic dan atribusi adalah konsep
motivasi penguasaan (mastery motivation). Para periset menyatkan bahwa ini dalah salah satu
dari tiga tipe orientasi peretasi. Yaitu, penguasaan, tag berdaya dan kinerja. Menurut Carol
Dweck dan rekannya mengatakan bahwa anak menunjukan dua respons berbeda terhadap
tantangan atau situasi yang sangat sulit, yaitu orentasi untuk menguasai (mastery orientation)
atau orientasi tak berdaya (helpless). Anak dengan orientasi untuk menguasai akan berfokus pada
tugas ketimbang dengan kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan ), dan
menciptakan strategi berorientasi penguasaan ini sering kali menyuruh diri mereka sendiri untuk
memperhatikan, berfikir cermat dan mengingat strategi yang sukses dimasa lalu. Sedangkan anak
dengan orientasi tak berdaya (helpless orientation) berfokus pada ketidakmampuan personal
mereka, sering kali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan
menunjukan sikap negative (termasuk kejemuan dan kecemasan).

3. Self Efficacy

Keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Percaya
bahwa self efficacy adalah faktor penting yang mempengaruhi prestasi murid. self efficacy
punya kesamaan dengan motivasi untuk menguasai dan motivasi intrinsik. Self efficacy adalah
keyakinan bahwa “aku bisa”, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa “aku tidak bisa”. Murid
dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang
menangtang atau sulit, sedangkan murid dengan level self-efficacy tinggi mau mengerjakan
tugas-tugas seperti itu.

4. Penentuan Tujuan, Perencanaan, dan Monitoring Diri

Terdiri dari penciptaan pemikiran sendiri, perasaan sendiri dan perilaku sendiri dalam rangka
mencapai tujuan. Self-efficacy dan prestasi akan meningkat jika murid menentukan tujuan jangka
pendek yang spesifik dan menantang (Bnadura,1997;Schunk, 2001;Zimmerman & Schunk,
2001). Murid dapat dpaat menentukan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.
III. PEDOMAN OBSERVASI

A. Setting Fisik

Pada tanggal 5 April 2022 pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 observasi dilakukan
di sekolah. Pada satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD yaitu kelas II dan kelas
III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami mengamati gaya penataan kelas,
kedua kelas yang diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan yang diberikan, maksudnya ialah
didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid perempuan dan laki-laki. Untuk personalisasi
kelas, dinding ruang kelas sudah dipenuhi dengan gambar-gambar seperti hewan, tumbuhan, foto
presiden dan mantan presiden, sayuran, media elektronik yang memberikan pengetahuan baru
bagi para murid. Dalam kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas. Susunan
gaya klaster (cluster) efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.

B. Setting Psikis

Pada saat observasi dilakukan, cuaca pada saat itu cerah, tak berawan, matahari belum
bersinar terlalu terik karena pada saat itu masih pukul 07.00 samapai 10.00. Anginpun tidak
terlalu bertiup kencang. Selama kegiatan observasi berlangsung para siswa berjalan-jalan di
dalam kelas atau di luar disekitar sekolah. Para siswa berjalan dan berbincang bincang bersama
teman sebaya. Saat ada teman yang berkelahi siswa melerai dengan mengajak bersalaman dan
berbaikan dengan sambil tersenyum.

C. Tahap Pelaksanaan

1. Hari/Tanggal : Selasa , 5 April 2022

2. Tempat : Sekolah

3. Waktu : a. Pukul 06.45 WIB : Observer tiba di rumah subjek

b. Pukul 07.00 WIB : Observer memulai observasi

c. Pukul 10.00 WIB : Observer selesai melakukan observasi


VI. HASIL OBSERVASI

A. Pelaksaanan Observasi

1. Setting Observasi : Ke Sekolah

2. Pencatatan Observasi : Event

3. Kegiatan Observasi : Non Participan

B. Pelaksaanan Observasi

1. Hari/Tanggal : Selasa, 5 april 2022

2. Waktu : 07.00 – 10.00

3. Tempat : MI AL KHOIRIYAH

Rizha

Kegiatan Selama
No. Waktu/Jam Hasil Observasi
Pembelajaran Di Sekolah

1. 07.00 – 07.20 Bel masuk kelas, sholat Anak−anak dari MI AL


dhuha, dan membaca KHOIRIYAH mulai dari kelas 1
Al−Qur’an (surat−surat sampai kelas 6 akan berkumpul di
pendek). mushola sekolah untuk melakukan
sholat dhuha, seorang siswa akan
menjadi imam dan pengajar akan
mengawasi jalannya sholat dhuha.
Setelah kegiatan sholat dhuha selesai,
para peserta didik melanjutkan
kegiatannya dengan membaca
ayat−ayat suci Al−Qur’an dengan
bimbingan dari pengajarnya
langsung.
2. 07.21 – 08.00 Beberapa peserta didik Para pengajar akan membagi
hafalan surat−surat siswa−siswanya menjadi 2 bagian,
Al−Qur’an dan sebagian dimana yang kelompok pertama akan
lagi latihan drama di luar belajar Al−Qur’an bersama pengajar
mushola. 1, sedangkan separuh dari siswa
tersebut akan berlatih drama (dengan
mengangkat cerita nabi dan rosul
serta menggunakan bahasa inggris)
dengan pengajar 2. Pengajar akan
membantu proses pembelajaran
tersebut dengan cara membantu cara
pelafalan (pronountation) atau
pemberian clue−clue yang bisa
membantu peserta didik mengingat
kalimat yang harus diucapkannya di
dalam scene drama.
3. 08.01–08.02 Mengikuti peserta didik Peserta didik memasuki kelas
memasuki kelas untuk masing−masing dengan dibimbing
memulai pelajaran. oleh pengajar.
4. 08.02 – 08.15 Peserta didik wajib Pengajar akan membimbing peserta
menghafalkan surat−surat didiknya menghafalkan doa
pendek sebelum memulai sehari−hari sebagai pembuka
pelajaran. pelajaran (seperti doa masuk−keluar
ruangan, kamar mandi, doa sebelum
tidur, doa makan, doa minum, dsb.)
5. 08.16 – 09.00 Proses belajar−mengajar Pengajar mengawali materi dengan
di kelas. metode ceramah sebelum akhirnya
memberikan soal−soal yang wajib
dikerjaan para peserta didik. Pengajar
akan membantu para peserta didik
dengan cara mengerjakan soal
bersama−sama sebelum memberikan
soal lain yang harus dikerjakan secara
individu (metode pemberian tugas).
Ketika ada beberapa peserta didik
yang mengalami kesulitan, pengajar
akan mendatangi peserta didiknya
dan memberi arahan yang tepat agar
peserta didiknya mampu memahami
dan mengerjakan tugas−tugasnya
dengan baik.
6. 09.01 – 09.15 Istirahat Pengajar akan memberi motivasi
sekaligus reward di jam−jam sebelum
istirahat ini, dengan cara mengijinkan
peserta didiknya untuk keluar terlebih
dahulu jika mampu mengerjakan
semua soalnya dengan benar.
Sehingga para peserta didik
berlomba−lomba untuk dapat keluar
kelas terlebih dahulu.
7. 09.16 – 09.45 Wawancara dengan Dalam kegiatan ini, peneliti
pengajar memberikan beberapa pertanyaan
singkat mengenai proses
belajar−mengajar di SD Aisyiyah
tersebut. Pengajar sudah melakukan
proses belajar−mengajar sesuai
dengan rancangan pembelajaran dan
juga memberikan cara lain dalam
proses belajar mengajar tersebut agar
lebih dipahami peserta didiknya.
8. 10.00 - Istirahat dan berpamitan Setelah mendapatkan data−data yang
Selesai pada pihak sekolah. relevan dari pengajar, peneliti pun
memutuskan untuk kembali
mengobservasi keadaan lingkungan
sekolah tersebut. Peneliti
memutuskan untuk berpamitan
setelah mendapatkan apa yang
menjadi tujuan utama.

VI. KESIMPULAN

Dari hasil laporan yang telah dibuat observer, bisa disimpulkan bahwa strategi belajar,
manajemen kelas, dan motivasi belajar sangatlah diperlukan untuk membangun sebuah proses
belajar mengajar yang bisa berjalan dengan baik dan sesuai kebutuhan peserta didik. Strategi
belajar bertujuan untuk membantu siswa dalam usaha belajarnya untuk mencapai setiap tujuan
belajarnya, contohnya seperti melakukan beberapa trik belajar yang unik dan bisa dimengerti
peserta didik. Manajemen kelas bertujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran itu sendiri
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan motivasi
belajar bertujuan untuk menggerakkan, menggarahkandan menjaga tingkah laku peserta didik
agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. Motivasi belajar sangat diperlukan peserta didik sebagai penghargaan dan penumbuh
minat belajar siswa..
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta:

Gunung Mulia.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Supratiknya, A. (1995). Mengenal perilaku abnormal. Yogyakarta: Kansius.

Anda mungkin juga menyukai