Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat guru berdiri dalam kelas dan memulai bercerita kepada murid-murid
tentang mata pelajaran, tentunya guru berharap murid antusias dengan pelajaran
yang diterangkannya. Guru menatap mata siswa satu persatu dan memperkirakan
kemampuan mereka dalam menangkap bahan pelajaran yang diberikan. Kegiatan
tersebut merupakan salah satu pemberian motivasi kepada siswanya.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila
guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau
anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk
belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat
menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar
tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar,
terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari
luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang belajar,
sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar
mengajar. Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru,
konselor, siswa, petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang
optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu,
selain senantiasa menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga
mengupayakan terjadinya motivasi belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian motivasi belajar ?
2. Apa saja jenis-jenis moivasi belajar ?
3. Apa saja unsure-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar ?
4. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar ?
5. Bagaimana peran guru dalam memotivasi siswa ?

1
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi Belajar


Konsep motivasi dijelaskan sebagai dorongan untuk memenuhi atau
memuaskan kebutuhan agar tetap hidup. Dorongan inilah yang menggerakkan
dan mengarahkan perhatian, perasaan dan perilaku atau kegiatan seseorang.
Sebagai contoh, kebutuhan untuk bebas dari rasa sakit membuat seseorang berobat
kepada dokter.
Ada ahli psikologi pendidikan yang meyebut kekuatan mental yang
mendorong terjadinya belajar disebut motivasi belajar. Motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan megarahkan sikap dan perilaku
individu
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii)
dorongan, (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak
seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.
Pengertian ini jelas sekali dipengaruhi oleh perspektif behaviorsme yan
menjelaskan stimulus-respons sebagai faktor penting dalam perilaku manusia.
Dalam perkembangannya, pengertian motivasi beralih ke perspektif kognitif yang
muncul karena rasa tidak puas terhadap ketidakmampuan prinsip stimulus-respon
untuk menjelaskan kompleksitas motivasi manusia secara memadai.
Teori kognitif menjelaskan motivasi sebagai fungsi dinamika psikologis
perilaku manusia yang lebih kompleks. Motivasi tidak saja merupakan fungsi
pemenuhan kebutuhan, tetapi dipahami sebagai kerangka pikir yang melibatkan
kebutuhan, tujuan, sitem nilai, persepsi pribadi dan pengalaman.

B. Jenis dan Sifat Motivasi

2
1. Jenis Motivasi
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis
atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk berjasmani, sehina
perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.
berpendapat bawa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan,
perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan. Insting itu
memilki tujuan dan memerlukan pemuasan. Diantara insting yang
penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri,
berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan
kawin.
Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat cirri, yaitu tekanan,
sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi
individu untuk bertingkah laku. Sasaran insting adalah kepuasan atau
kesenangan. Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting.
Sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Menurut Freud,
energi bekerja memelihara keseimbangan fisik.insting bekerja
sepanjang hidup
b. Motivasi sosial atau motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Menurut para ahli,
manusia adalah mahluk sosial. Perilaku manusia terpenaruh oleh tiga
komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif. Komponen ini
terdiri motif sosial, sikap dan emosi.
2. Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri (intrinsic)
dan (ii) dari luar seseorang (ekstrinsik).
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam
diri siswa untuk berperilaku tertentu. Sebagai contoh, siswa berinisiatif
sendiri untuk mempelajari bahasa Inggris karena rasa senang belajar

3
bahasa, tanpa ada penugasan dari guru, dia berusaha mencari sumber
yang dapat digunakan untuk belajar. Dalam hal ini motivasi intrinsik
tersebut telah mengarah kepada motivasi berprestasi.
Menurut Monks, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak
berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi intrinsik perlu
diperhatikan oleh guru sejak TK, SD, dan SLTP. Pada usia ini para guru
masih memberikan tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya
disiplin diri untuk beremansipasi. Penguatan teradap motivasi inrinsik
perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan
belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa.
Misalnya siswa belajar Bahasa Inggris karena kuatir mendapat nilai
yang buruk sehingga mempengaruhi kenaikan kelas, atau kuatir
dianggap bodoh oleh temannya yang lain.
Contoh lain, seorang siswa kelas 1 SMP belum mengetahui tujuan
belajar di SMP. Semula, ia hanya ikut-ikutan belajar di SMP karena
teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas 1
SMP, siswa tersebut memahami faedah belajr di SMP bagi dirinya.
Siswa tersebut belajar dengan giat dan semangat hingga berhasil lulus
dengan nilai yang baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan
melanjutkan pelajaran di SMA. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik
“dapat berubah” menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat siswa
menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa
disuruh orang lain.
Para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda pada motivasi. Mc
Dougall dan Freud menekankan pentingnya motivasi intrinsic. Skinner dan
Bandura menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik. Maslow dan Rogers
menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya.
Motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal
rekayasa pedagogis guru. Sebaiknya guru mengenal adanya motivasi-

4
motivasi tersebut. Adakalanya guru menghadapi siswa yang belum
memiliki motivasi belajar yang baik. Dalam hal ini seyogianya guru
berpegang pada motivasi ekstrinsik. Dengan menggunakan penguat berupa
hadiah atau hukuman, seyogianya guru memperbaiki disiplin diri siswa
dalam beremansipasi.

C. Unsur-Usur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


a. Cita-cita atau aspirasi siswa.
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi
kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan
dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah
atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan,
dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.

b. Kemampuan siswa.
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa.
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat
mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa.
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi
lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

5
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan
puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan
memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik
tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

D. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan
belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran,
sebaiknya guru :
a. Mempelajari bahan pelajaran.
b. Memahami bagan-bagian yang mudah, sedang, dan sukar;
c. Menguasai cara-cara mempelajari bahan;
d. Memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
Sebagai contoh, guru yang mengajarkan lagu Indonesia Raya misalnya,
harus memaami misibahan, menguasai kata, ada dan lagu, serta nuansa
syair lagu tersebut.
2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih
memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Guru dapat mengupayakan
optimalisasi unsure dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di
lngkungan siswa. Upaya tersebut seagai berikut :
a. Pemerian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar
yang dialaminya;
b. Memelihara miat, kemauan dan semangat belajarnya sehingga
terwujud tindak belajar;

6
c. Meminta kesempatan pada orantua atau wali, agar memberi
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar;
Memanfaatan unsure-unsur ingkungan yang mendorong belajar;
d. Menggunaka waktu secara tertib;
e. Guru merangsang siswa dengan penguatan.
3. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Upaya optimalisasi pemanfatan pengalaman siswa dapat dilakukan dengan
cara:
a. Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, siswa mencatat
hal-hal sukar yang ditemui ketika membaca;
b. Guru mempelajri hal-hal sukar bagi siswa;
c. Guru memecahkan hal-hal yang sukar, dngan mencari “cara
memecahkan”;
d. Guru mengajakan ‘cara memecahkan’ dan mendidika keberanian
mengatasi kesukaran;
e. Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran;
f. Guru memberi kesempatan kepada siswa yag mampu memecahkan
masalah untuk membantu temannya yang mengalami kesukaran;
g. Guru meberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi
kesuaran belajarnya sendiri
4. Pengembangan Cita-Cita dan Apresiasi Belajar
Cara-cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lai :
a. Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
b. Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar
c. Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar
d. Guru mengajak serta orangtua siswa untuk meperlengkap fasilitas
belajar
e. Guru “memberanikan” siswa untuk mencatat keinginan-keinginan
siswa

7
f. Guru bekerjasama dengan pendidik lain seperti orangtua, ulama atau
pendeta, pramuka, dan para instruktur pendidik pemuda, untuk
mendidikkan dan mengembangkan cita-cita sepanjang hayat.

E. Peran Guru dalam Memotivasi Siswa


Ketika berada di ruang kelas, guru memegang peranan kunci dalam
memotivasi siswa. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk tujuan yang
diharapkan dengan memperhatikan motif/tujuan pribadi siswa. Ketika melihat
siswa yang bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan
dapat pula memberikan tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energi. Guru
harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan
yang sulit agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi; dan hal ini dilakukan
sekaligus terhadap 30 siswa atau lebih dalam kelas. Jelas bukan hal yang mudah.
Tugas guru dalam hal ini perlu dilakukan secara professional, menggunakan
segala pengetahuan, kepribadian dan keterampilan professional untuk
“mempengaruhi” dan mengarahkan siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu siswa
mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemapuan akademis dan rasa
antusias untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas yang
memberi rasa aman kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengenal tingkat
kemampuan, minat dan latar belakang pengetahuan siswa. Kemudian secara
bertahap memberikan tugas atau latihan yang akan memberikan pengalaman
keberhasilan kepada siswa sehingga mereka merasa mampu dan berhasil dalam
tugas pelajaran.
Mengingat variasi latar belakang siswa, pedekatan ini tentunya erupakan
pendekatan individual, yang akan menuntut tenaga dan perhatian guru yang tidak
sedikit, tetapi hasilnya dapat lebih dipertangungjawabkan dan berdampak jangka
panjang dalam kehidupan siswa. Guru memang harus mempertimbangkan dan
menentukan apakah tugas guru/sekolah semata-mata untuk membuat siswa
menghafal pengetahuan atau terampil melakukan sesuatu, ataukah lebih jauh lagi

8
yaitu untuk menjadikan siswa sebagai pribadi mandiri yang percaya diri dan
mampu mengembangkan diri lebih lanjut.

III.KESIMPULAN

Konsep motivasi dijelaskan oleh Hull (1943) sebagai dorongan untuk


memenuhi atau memuaskan kebutuhan agar teap hidup. Dalam
perkembangannya, pengertian motivasi beralih ke perspektif kognitif. Teori
kognitif menjelaskan motivasi sebagai fungsi dinamika psikologis perilaku

9
manusia yang lebih kompleks. Motivasi tidak saja merupakan fungsi pemenuhan
kebutuhan, tetapi dipahami sebagai kerangka pikir yang melibatkan kebutuhan,
tujuan, sitem nilai, persepsi pribadi dan pengalaman.
Jenis-Jenis Motivasi Belajar : (i) Motivasi primer, adalah motivasi yang
didasarkan pada motif-motif dasar. (ii) Motivasi sekunder, adalah motivasi yang
dipelajari.
Sifat motivasi : Motivasi Intrinsik (dorongan yang berasal dari dalam diri
siswa untuk berperilaku tertentu), dan Motivasi Ekstrinsik (sangat dipengaruhi
oleh faktor dari luar siswa).
Unsur-Usur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar : Cita-cita atau aspirasi
siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar :
1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
3. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
4. Pengembangan Cita-Cita dan Apresiasi Belajar
Ketika berada di ruang kelas, guru memegang peranan kunci dalam
memotivasi siswa. Guru harus dapat membuat keseimbangan antara materi
pelajaran yang mudah dan yang sulit agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi.
Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu siswa mengembangkan
kemandirian dan kepercayaan diri, kemapuan akademis dan rasa antusias untuk
mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas yang memberi rasa
aman kepada siswa.

10

Anda mungkin juga menyukai