Anda di halaman 1dari 16

MOTIVASI

BELAJAR
Anggota Kelompok :
Linda Ayu Farihan 1401419387
Firman Ardiyanto 1401419388
Bellina Dewi Yulianti 1401419389
Meivita Putri Utami 1401419390
Pengertian
Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak
didalam belajar sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan
konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Suatu motivasi juga tidak dapat
diukur secara langsung seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan .
Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan belajar
untuk menggambarkan proses yang dapat ;(a) memunculkan dan mendorong perilaku (b)
memberikan arah atau tujuan perilaku (c) memberikan peluang terhadap perilaku yang sama
dan (d) mengarahkan pada pilihan tertentu . Sebagian pendidik ada yang mendasarkan
kepada apa yang secara tradisional digunakan untuk meningkatan motvasi belajar pesert
didik seperi : intuisi, akal sehat dan coba-coba (trial and error) .
            Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara
perilaku seseorang secara terus menerus (Slavin, 1994: ) Motivasi tidak hanya penting untuk
membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar , melainkan juga menentukan berapa
banyak peserta didik dapat belajr dari aktivitas yang ,mereka lakukan atauinformasi yang
mereka hadapi. Peserta didik yang termotivasi menunjukan kognitif proses kognitif yang
tinggi dalam belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah dipelajari.
Pentingnya
Motivasi dalam
Belajar
Motivasi begitu penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep
tersebut. Penelitian tentang hubungan antara motivasi peserta didik dengan belajar telah
banyak dilakukan . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar,
namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik pendidik selalu
mengetahui kapan peserta didik perlu dimotivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas
belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar , menurunkan
kecemasan peserta didik , meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar . Pembelajaran
yang diikuti oleh peserta didik yang termotivasi  akan benar-benar menyenangkan , terutama
bagi pendidik.
Peserta didik yang menyelesaikan pengalaman belajar  dan meyelesaikan tugas
belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang dipelajari mereka akan lebih
mungkin menggunakan materi  yang telah dipelajari .
Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas
belajar itu terjasi pada diri anak, ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas
pembelajaran yang harus diperhatikan pula. Hal perlu dipertimbangkan adalah berkenaan
dengan masalah kemampuan anak didalam melakukan aktivitas belajar , dan kegiatan
pembelajaran yang menarik agar anak tersebut termotivasi.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Motivasi Belajar
1. Sikap

Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap


diperoleh melalui proses seperti pengalaman , pembelajaran,
identifikasi, perilaku  peran ( pendidik-murid, orang tua-anak,
dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat 2. Kebutuhan
dimodifikasi dan diubah.Pengalaman baru secara konstan
mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu
lemah ataupun sebaliknya. Sikap dapat membantu secara sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik
personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau untuk mencapai tujuan.Perolehan tujuan merupakan
dapat merusak secara personal karena adanya intensitas kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan
perasaan gagal.Sikap berada pada diri setiap orang sepanjang kebutuhan dan tekanan.Kebanyakan kebutuhan bertindak
waktu dan secara konstan sikap itu mempengaurhi perilaku sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk
dan belajar. mencapai tujuan.Semakin kuat seseorang merasakan
Biasanya pengalaman belajar itu merupakan kegiatan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi
yang banyak mengandung resiko karena hasilnya kadang tak perasaan yang menenkan di dalam memenuhi
menentu. Seorang pendidik harus dapat meyakini bahwa kebutuhanya.Tekanan ini dapat di terjemahkan kedalam suatu
sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi keinginan ketika individu menyadari bahwa adanya perasaan
belajar anak pada saat awal pembelajaran. Pada setiap awal dan berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
pembelajaran, peserta didik umumnya segera membuat
penilaian mengenai pendidik, mata pelajaran, situasi
pembelajaran, dan harapan personalnya untuk sukses.
3. Rangsangan
Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Apabila peserta didik
tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik
tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap
peserta didik mempunyai keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi
pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka
perhatianya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada
mulanya termitivasi untuk belajar pada akhhirnya bosan terlibat dalam pembelajaran.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu
tau kelompok pada waktu belajar.Tidak ada kegiatan belajar yang terjadi didalam kevakuman emosional.
Peserta didik merasakan sesuatu sat belajar, dan emosi pesrta didik tersebut dapat memotivasi perilakunya
kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi merupakan penggerak utama perilaku,
dan banyak pakar psikologi menerima gagasan  bahwa pikiran dan perasaan (1980), yang dikenal sebagai
pakar psikologi kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu dapat memotivasi
perilaku. Afeksi  dapat menjadi motivator intrisik. Apabila emosi bersifat positif maka emosi dapat
mendorong peserta didik untuk belajar dengan keras.
5. Kompetensi 6. Penguatan

Dalam penelitian psikologi ditemukan bahwa Penguatan merupakan peristiwa yang


peserta didik cendrung termotivasi apabila mereka mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan
menilai aktivitas belajar secara efektif.Karena respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa
kesadara kompetensi memiliki pengaruh kuat perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama
terhadap perilaku, pesrta didik yang sedang belajar melalui penerapan penguatan positif atau negative.
dapat merasakan kemajuan belajarnya merupakan Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif , seperti
pesrta didik yang termotivasi dengan baik untuk penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian,
melanjutkan usaha belajarnya. penghargaan social, dan perhatian dinyatakan sebagai
Apabila pesrta didk mengetahui bahwa dia variable penting di dalam perancangan pembelajaran.
merasa mampu terhadap apa yang dipelajari, di
akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari
kesadaran peserta didik bahwa dia secara
intensional telaj menguasai apa yang telah di
pelajari berdasarkan pada kemampuan dan
usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi
dan kepercayaan diri adalah saling
melengkapi.Kompetensi memberikan peluang
pada percaya diri untuk berkembang.
Teori-Teori Motivasi
Teori Belajar Behavioral
Konsep motivasi erat hubungannya dengan satu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat (reinfoced)
di masa lalu adalah lebih mungkin diulang lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat
atau dihukum. Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar
dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan.

Teori Kebutuhan Manusia


Sementara para pakar belajar behavioral berbicara motivasi dengan upaya memperoleh penguatan
dan menghindari hukuman, para pakar lain lebih menyukai konsep motivasi untuk memenuhi
kebutuhan. Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep
motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan,
kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan (deficiencyneeds) dan meta kebutuhan,
kebutuhan untuk pertumbuhan (growthneeds).

Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif
merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak diarahkan pada upaya
pemenuhan standar personalnya. Teori psikologi yang menjelaskan perilaku, dan alasan tentang
penampilan perilaku yang digunakan untuk mempertahankan citra diri yang positif oleh Festinger
disebut teori disonansi kognitif (Slavin, 1994). Teori ini menyatakan bahwa anak akan mengalami
tekanan dan ketidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang dipegang berlawanan dengan
keyakinan atau perilaku yang secara psikologis tidak konsisten.
Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau
keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi sering kali dipandang sebagai karakteristik
kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak yang memotivasi untuk berprestasi, dan banyak
pula yang termotivasi untuk bersosialisasi dengan anak lain.Contohnya; anak termotivasi untuk
makan karena telah cukup lama tidak makan (motivasi situasional), tetapi anak yang lebih
tertarik pada makanan daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik kepribadian).
Motivasi sebagai karakteristik kepribadian merupakan produk dari sejarah anak.

Teori Atribusi
Menurut Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak, yaitu
Penyebab keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam atau dari luar
diri anak.
Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat stabil atau
tidak stabil.
Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan
atau tidak dapat dikendalikan.
 
Sebagaimana dalam teori disonansi kognitif, asumsi utama teori atribusi adalah bahwa
seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Oleh karena itu, apabila
terjadi sesuatu yang baik, anak itu mengatribusikannya pada usaha atau kemampuannya sendiri,
namun bila terjadi sesuatu yang buruk, anak itu akan berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah
karena dia mengendalikannya.
Teori Atribusi
Menurut Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak, yaitu
Penyebab keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam atau dari luar diri anak.
Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat stabil atau tidak
stabil.
Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau
tidak dapat dikendalikan.
 
Sebagaimana dalam teori disonansi kognitif, asumsi utama teori atribusi adalah bahwa seseorang akan
berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Oleh karena itu, apabila terjadi sesuatu yang baik,
anak itu mengatribusikannya pada usaha atau kemampuannya sendiri, namun bila terjadi sesuatu yang
buruk, anak itu akan berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah karena dia mengendalikannya.

Teori Motivasi Berprestasi


Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi, yakni
kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada
kesuksesan atau kegagalan. Siswa yang bermotivasi berprestasi kecenderungan lebih memilih memiliki
partner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas, memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil
ketika gagal.
Strategi Motivasi
Belajar
1. Membangkitkan minat belajar
Yaitu membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik mengenai pelajaran yang akan
dating, dank arena itu pembelajaran akan mampu menignkat motivasi  instrinsik peserta
didik untuk mempelajari materi pembelajaran yang diasjikan oleh pendidik.
 
2. Mendorong rasa ingin tahu
Yaitu  dengan metode pembelajarn studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah
pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat didigunakan untuk
membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik.
  Step 03
3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik 
Yaitu misalnya, untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dapat dengan cara
pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstasi, computer, simulasi,
permainan peran, dan lainnya.
 
4. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar
Yaitu pendidik hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar merumuskan
dan mencapai tujuan belajarnya sendiri agar peserta didik termotivasi untuk mencapai
tujuan pembelajaranya sendiri.
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai