Anda di halaman 1dari 17

MOTIVASI BELAJAR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Linda Ayu Farihan 1401419387
Firman Ardiyanto 1401419388
Bellina Dewi Yulianti 1401419389
Meivita Putri Utami 1401419390
Rombel I-2019 PGSD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MOTIVASI
BELAJAR” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari
Ibu Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd. pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Motivasi
Belajar.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Pendidikan Katrakter kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan
orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam
diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat
belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga
diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas
belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat
membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat
meningkat.

Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.
Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa,
petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar
mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan
mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem
pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.

b. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud motivasi?
2. Mengapa motivasi belajar penting?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi belajar?
4. Apa saja teori-teori motivasi belajar?
5. Bagaimana strategi dalam meningkatkan motivasi belajar?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian motivasi
2. Untuk mengetahui pentingnya motivasi belajar
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
4. Untuk mengetahui teori-teori motivasi belajar
5. Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam meningkatkan motivasi belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
          Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak
didalam belajar sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan
konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Suatu motivasi juga tidak dapat
diukur secara langsung seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan .
            Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan
belajar untuk menggambarkan proses yang dapat ;(a) memunculkan dan mendorong
perilaku (b) memberikan arah atau tujuan perilaku (c) memberikan peluang terhadap
perilaku yang sama dan (d) mengarahkan pada pilihan tertentu . Sebagian pendidik ada
yang mendasarkan kepada apa yang secara tradisional digunakan untuk meningkatan
motvasi belajar pesert didik seperi : intuisi, akal sehat dan coba-coba (trial and error) .
            Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan
memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slavin, 1994: ) Motivasi tidak
hanya penting untuk membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar , melainkan juga
menentukan berapa banyak peserta didik dapat belajr dari aktivitas yang ,mereka lakukan
atauinformasi yang mereka hadapi. Peserta didik yang termotivasi menunjukan kognitif
proses kognitif yang tinggi dalam belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah
dipelajari.
            Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor seperti
karakteristik kepribadian . Individu mungkin memiliki minat yang cukup dan mantap
dalam berpartisipasi pad berbagai kegiatanm seperti akademik, olahraga, dan aktivitas
sosial .

B. Pentingnya Motivasi dalam Belajar


Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi
konsep tersebut. Penelitian tentang hubungan antara motivasi peserta didik dengan
belajar telah banyak dilakukan . Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor
penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik
pendidik selalu mengetahui kapan peserta didik perlu dimotivasi selama proses belajar,
sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar
, menurunkan kecemasan peserta didik , meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar .
Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang termotivasi  akan benar-benar
menyenangkan , terutama bagi pendidik.
Peserta didik yang menyelesaikan pengalaman belajar  dan meyelesaikan tugas
belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang dipelajari mereka akan lebih
mungkin menggunakan materi  yang telah dipelajari .
Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar, namun agar
aktivitas belajar itu terjasi pada diri anak, ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas
pembelajaran yang harus diperhatikan pula. Hal perlu dipertimbangkan adalah berkenaan
dengan masalah kemampuan anak didalam melakukan aktivitas belajar , dan kegiatan
pembelajaran yang menarik agar anak tersebut termotivasi.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Setidak-tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori


psokologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi
belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu (a) sikap, (b) kebutuhan, (c)
rangsangan, (d) afeksi, (e) kompetensi dan (f) penguatan. Berikut disajikan seccara
ringkas untuk memperhatikan bagaimana masing-masing faktor motivasi memiliki
pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor-
faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika pendidik merancang strategi motivasi dalam
pembelajaran.
1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi diri dari konsep, informasi, dan emosi yang
dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan,
peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Misalnya peserta didik baru yang akan memgikuti pelajaran tertentu. Seorang
temanya yang telah mengikuti pelajaran tersebut menceritakan pengalamanya
bahwa pendidiknya bersikap autoritatif dan sombong. Peserta didik tersebut
kemudian merasa cemas pada waktu mengantisipasi pelajaran yang akan diikuti.
Pada pertemuan pembelajaran pertama, pendidik, dengan cara tertentu,
mendiskusikan kegiatan pembelajaran dan persyaratan yang harus dimiliki pesrta
didik. Peserta didik tersebut menilai  gaya mengajar pendidik tersebut kurang
baik. Sekarang dia mencemaskan cara pendidik dalam mengajar sehingga
pelajaran yang akan diikuti. Pesrta didik tersebut telah mengkombinasikan
informasi dan emosi kedalam suatu predisposisi untuk merespon peserta didik dan
peristiwa yang tidak menyenangkan. Apabila temanya tersebut menceritakan
bahwa pendidik mata pelajaran tersebut sangat membantu dan memperdulikan
semua peserta didik, mungkin sikap peserta didik tersebut akan berbeda.
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik
karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan
memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan
dunianya. Sikap juga akanmembantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan
yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang
kepada seseoarang untuk mereaksi secara lebih otomatis.sikap akan membuat
kehidupan lebih sederhana dan membebaska seseorang dalam mengatasi unsur-
unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik. Di dalam psikologi hal ini disebut
prinsip “least effort”; artinya , apabila mungkin, peserta didik akan menerapkan
reaksi masa lalu untuk menghadapi masalah baru, atau, apabila mungkin,
menerapkan reaksi masa lalu untuk menghadapi pengalaman baru.
Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui
proses seperti pengalaman , pembelajaran, identifikasi, perilaku  peran ( pendidik-
murid, orang tua-anak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga
dapat dimodifikasi dan diubah.Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi
sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah ataupun sebaliknya. Sikap
merupakan proses yang dinamik, sehingga media, dan kehidupan seseorang
secara konstan akan selalu mempengaruhinya. Sikap dapat membantu secara
personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak
secara personal karena adanya intensitas perasaan gagal.Sikap berada pada diri
setiap orang sepanjang waktu dan secara konstan sikap itu mempengaurhi
perilaku dan belajar.
Biasanya pengalaman belajar itu merupakan kegiatan yang banyak
mengandung resiko karena hasilnya kadang tak menentu. Seorang pendidik harus
dapat meyakini bahwa sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi
belajar anak pada saat awal pembelajaran. Pada setiap awal pembelajaran, peserta
didik umumnya segera membuat penilaian mengenai pendidik, mata pelajaran,
situasi pembelajaran, dan harapan personalnya untuk sukses.

2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu
kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.Perolehan
tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan
dan tekanan. Dahaga (suatu kebutuhan) memandu pada pencarian air ( tujuan ).
Apabila air telah cukup diminum, kebutuhan atau tekanan dahaga tersebut
berakhir.Kebutuhan itu berada di dalam jaringan atau memoti manusia, dan
kebutuhan itu bersifat fisiologis seperti lapar, atau kebutuhan itu merupakan hasil
belajar, seperti kebutuhan untuk berprestasi.
Kebanyakan kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan.Semakin kuat seseorang merasakan
kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menenkan
di dalam memenuhi kebutuhanya.Tekanan ini dapat di terjemahkan kedalam suatu
keinginan ketika individu menyadari bahwa adanya perasaan dan berkeinginan
untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik yang merasa lapar  kemudia 
membutuhkan makanan ( tujuan umum). Dia ingin memanggil teman
dekatnya( tujuan tertentu). Pendekatan yang paling terkenal  terhadap konsep
kebutuhan adalah yang dikembangkan oleh Maslow. Teori holistic dan dinamik.
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling rendah sedangkan
kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan yang paling tinggi.Apabila
kebutuhan yang paling rendah tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi kebutuhan
yang lebih tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Peserta didiki mengalami
kesepian ( kebutuhan cinta dan ingi dimiliki) akan memiliki kesulitan untuk
menjadi kompeten ( kebutuhan penghargaan).

3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman
dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.Seseorang melihat
sesuatu dan tertarik padanya; mendengar sesuatu yang baru dan mendengarkan
suara secara seksama; menyentuh sesuatu yang tidak di harapkan dan menarik
tangan dari padanya.Semua itu merupakan pengalaman yang merangsang.
Apapun kualitasnya, stimulus yang unik akan menarik perhatian setia orang dan
cenderung mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus
tersebut.
Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik. Apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka
sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik tersebut. Proses
pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan
belajar. Setiap peserta didik mempunyai keinginan untuk mempelajari sesuatu dan
memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak
menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatianya akan
menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang
pada mulanya termitivasi untuk belajar pada akhhirnya bosan terlibat dalam
pembelajaran.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan,
kepedulian, dan pemilikan dari individu tau kelompok pada waktu belajar.Tidak
ada kegiatan belajar yang terjadi didalam kevakuman emosional. Peserta didik
merasakan sesuatu sat belajar, dan emosi pesrta didik tersebut dapat memotivasi
perilakunya kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi
merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima
gagasan  bahwa pikiran dan perasaan (1980), yang dikenal sebagai pakar
psikologi kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu
dapat memotivasi perilaku.
Gambaran tentang afeksi yang mempengaruhi perilaku dapat
diilustrasikan dalam suatu contoh illustrtif berikut.Seorang peserta didk
meminjam catatan temanya.Dia menyatakan bahwa dia tidak masuk kelaskarena
mengalami kecelakaan.Temanya merasa kasihan sehingga meminjamkan
catatanya.Didalam contoh itu peserta didik tersebut memiliki pemahaman kognitif
yang menimbulkan perasaan kasihan yang menyebabkan meminjamkan
catatanya.Sebaliknya, apabila peserta didik tersebut merasa menyesal karena
penyimpangan perilaku peserta didik yang menderita itu, dia mungkin tidak
meminjamkan catatanya.
Setiap lingkungan belajar secara constant dipengaruhi oleh reaksi
emosional peserta didik.Demikian pula karena peserta didik dalam belajar
seringkali berkaitan dengan perasan sukes dan gagal. Pendidik hendaknya
memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku
melainkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Afeksi  dapat menjadi motivator intrisik. Apabila emosi bersifat positif
maka emosi dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan keras.

5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetisi
dari lingkunganya.Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara
alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkunganya secara
efektif.Peserta sisik secara intinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan
mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.Demikian pula setiap
orang secara genetic di program untuk menggali, menerima, berpikir
memanipulasi, dan mengubah lingkungan secara efektif.
Banyak teori psikologi menempatkan kompetensi sebagai asumsi
utama.Teori atribusi, teori motivasi berprestasi, teori sebab-sebab personal, teori
evaluasi kognitif, dan teori belajar social mendukung gagasan bahwa manusia
berusaha keras untuk memahami dan menguasai.Dalam penelitian psikologi
ditemukan bahwa peserta didik cendrung termotivasi apabila mereka menilai
aktivitas belajar secara efektif.Karena kesadara kompetensi memiliki pengaruh
kuat terhadap perilaku, pesrta didik yang sedang belajar dapat merasakan
kemajuan belajarnya merupakan pesrta didik yang termotivasi dengan baik untuk
melanjutkan usaha belajarnya.
Apabila pesrta didk mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa
yang dipelajari, di akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadaran peserta
didik bahwa dia secara intensional telaj menguasai apa yang telah di pelajari
berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi
dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi.Kompetensi memberikan peluang
pada percaya diri untuk berkembang.

6. Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalh prinsip penguatan
(reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau
meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan
bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan
penguatan positif atau negative. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif ,
seperti penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan
social, dan perhatian dinyatakan sebagai variable penting di dalam perancangan
pembelajaran.
Didalam teori penguatan, penguatan positif memainkan peranan
penting.Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu
sendiri.Penguatan positif dapat berbentuk nyata, misalnya uang. Peserta didik
dalam belajar akan disertai dengan usaha yang lebih besar dan belajar efektif
apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik.
Penguat negative merupakan stimulus  aversif ataupun peristiwa yang
harus digantiatau dikurangi intensitasnya. Karena penguatan negative merpakan
pendekatan aversif, maka prosedur ini secara potensial sangat berbahaya dalam
mendorong belajar peserta didik.

D. Teori - Teori Motivasi


Beberapa teori yang dibahas berikut adalah teori yang berasal dari belajar
behavorial kebutuhan manusia, disonansi, kepribadian, dan atribusi.
1. Teori Belajar Behavioral
Konsep motivasi erat hubungannya dengan satu prinsip bahwa perilaku
yang diperkuat (reinfoced) di masa lalu adalah lebih mungkin diulang lagi
dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum. Para pakar
behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan
motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan.

2. Teori Kebutuhan Manusia


Sementara para pakar belajar behavioral berbicara motivasi dengan upaya
memperoleh penguatan dan menghindari hukuman, para pakar lain lebih
menyukai konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Abraham Maslow
merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi
untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Maslow mengidentifikasi dua jenis
kebutuhan, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan
(deficiencyneeds) dan meta kebutuhan, kebutuhan untuk pertumbuhan
(growthneeds).
a. Hirarki kebutuhan dari Maslow
Konsep penting lain yang diperkenalkan oleh Maslow adalah
perbedaan antara kebutuhan kekurangan (deficiency) dan kebutuhan
pertumbuhan. Kebutuhan defisiensi (fisik, keamanan, kasih sayang, dan
penghargaan) merupakan kebutuhan bagi kesejahteraan fisik dan psikis.
Kebutuhan ini harus dipenuhi, dan apabila terpenuhi, maka motivasi anak
untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun.

b. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri ditandai oleh adanya penerimaan diri dan anak lain,
spontanitas, terbuka, relatif tegas namun demokratis, mudah bergaul
dengan anak lain, kreatif, humoris dan mandiri, mereka sehat secara
psikis.

c. Implikasi dalam pendidikan


Pentingnya teori Maslow pada kebutuhan adalah tentang hubungan
antara kebutuhan akan skekurangan dan kebutuhan akan pertumbuhan.

3. Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan
citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan
perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Teori
psikologi yang menjelaskan perilaku, dan alasan tentang penampilan perilaku
yang digunakan untuk mempertahankan citra diri yang positif oleh Festinger
disebut teori disonansi kognitif (Slavin, 1994). Teori ini menyatakan bahwa anak
akan mengalami tekanan dan ketidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang
dipegang berlawanan dengan keyakinan atau perilaku yang secara psikologis
tidak konsisten.

4. Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu
dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi sering
kali dipandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak
yang memotivasi untuk berprestasi, dan banyak pula yang termotivasi untuk
bersosialisasi dengan anak lain.Contohnya; anak termotivasi untuk makan karena
telah cukup lama tidak makan (motivasi situasional), tetapi anak yang lebih
tertarik pada makanan daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik
kepribadian). Motivasi sebagai karakteristik kepribadian merupakan produk dari
sejarah anak.
Apabila anak gagal mengembangkan cinta belajar sebagai karakteristik
kepribadiannya, cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada anak dan
kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya. Motivasi yang stabil itu tidak
dapat berubah, motivasi itu cenderung bersifat konstan diberbagai situasi dan
dalam waktu cepat sukar untuk berubah.

5. Teori Atribusi
Menurut Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau
keberhasilan anak, yaitu
a. Penyebab keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam
atau dari luar diri anak.
b. Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat
stabil atau tidak stabil.
c. Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.

Sebagaimana dalam teori disonansi kognitif, asumsi utama teori atribusi


adalah bahwa seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif.
Oleh karena itu, apabila terjadi sesuatu yang baik, anak itu mengatribusikannya
pada usaha atau kemampuannya sendiri, namun bila terjadi sesuatu yang buruk,
anak itu akan berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah karena dia
mengendalikannya.
1) Atribusi untuk sukses dan gagal
Teori atribusi menjelaskan 4 hal tentang keberhasilan dan
kegagalan dalam situasi berprestasi, yaitu kemampuan, usaha, kesulitan
tugas, dan keberuntungan. Apabila siswa memperoleh keberhasilan,
mereka mempunyai keyakinan bahwa keberhasilan itu disebabkan oleh
faktor kepandaian, bukan karena keberuntungan, atau karena tugas itu
mudah untuk dikerjakan atau bahkan mereka mencoba bekerja dengan
sungguh-sungguh. Sebaliknya siswa yang mengalami kegagalan, mereka
mempunyai keyakinan bahwa kegagalan itu disebabkan oleh faktor
ketidakberuntungan yang memberikan peluang keberhasilan diwaktu
mendatang. Atribusi itu tidak mudah untuk dipertahankan, dengan kata
lain atribusi tidak stabil akan berubah menjadi atribusi stabil.

2) Lokasi pengendalian
Konsep utama teori atribusi atau lokasi kontrol. Anak yang
memiliki lokasi pengendalian internal akan percaya bahwa keberhasilan
atau kegagalan adalah karena upaya atau kemampuan yang dimiliki.
Siswa yang percaya bahwa keberhasilan yang diperoleh di sekolah itu
disebabkan oleh faktor keberuntungan atau faktor eksternal lainnya,
mereka tidak mungkin akan bekerja keras. Sebaliknya siswa yang percaya
bahwa keberhasilan atau kegagalan itu disebabkan karena faktor usaha
sendiri, mereka akan bekerja keras.
Lokasi pengendalian dapat berubah, dan perubahan itu dapat
terjadi karena adanya kegiatan atau situasi tertentu. Oleh karena itu akan
mengalami kesulitan dalam mengkaji efek lokasi pengendalian terhadap
prestasi siswa karena prestasi itu juga memiliki efek yang kuat terhadap
lokasi pengendalian.

3) Implikasi dalam pendidikan


Siswa yang memiliki keyakinan bahwa dia akan mengalami
kegagalan cenderung memiliki motivasi yang rendah dalam mengerjakan
tugas belajar, dan karena itu dia akan mengalami kegagalan. Untuk
mengatasi kurangnya motivasi siswa seperti itu, ada beberapa tindakan
yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu :
a. Mengomunikasikan sistem penilaian yang akan diterapkan
kepada siswa.
b. Guru menyampaikan harapan bahwa keberhasilan akan
dicapai oleh siswa adalah tergantung pada usahanya
sendiri.
c. Penerapan pembelajaran individualisasi agar siswa dapat
menilai kemajuannya sendiri.

6. Teori Harapan
Teori harapan dikembangkan oleh Edwards, kemudian dilanjutkan oleh
Atkinson. Rumus motivasi yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
M = P x I ; dimana M = motivasi
P = Probabilitas yang diyakini untuk berhasil
I = nilai intensif yang diperoleh atas keberhasilan yang akan dicapai

Motivasi anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk


dari estimasinya terhadap peluang mencapai keberhasilan dan nilai yang di
tempatkan atas keberhasilan yang dicapai. Aspek penting dalam teori harapan itu
adalah bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang
sangat tinggi akan dapat menjadi penggangu motivasi.

Teori harapan ini memiliki implikasi penting bagi guru, yaitu tugas-tugas
yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu
sukar. Teori harapan lebih mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana
dalam bidang penilaian. Oleh karena itu, pencapaian nilai pada suatu mata
pelajaran hendaknya hanya dapat dicapai oleh siswa yang benar-benar
menunjukkan usaha keras.

7. Teori Motivasi Berprestasi


Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi
berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan
melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan. Siswa yang
bermotivasi berprestasi kecenderungan lebih memilih memiliki partner belajar
yang cakap dalam mengerjakan tugas, memiliki keinginan dan harapan untuk
berhasil ketika gagal.

Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh


keberhasilan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Nicholls (1984) mengkaji
motivasi berprestasi siswa yang berorientasi pada tujuan belajar (learninggoals
atau masterygoals) dan tujuan kinerja (performancegoals). Siswa yang terdorong
ke arah tujuan belajar akan mengambil pelajaran yang sukar dan berupaya
mencari tantangan, begitu juga sebaliknya untuk siswa yang malas.MeClelland
menyatakan bahwa siswa yang memiliki intelegensi sama namun memiliki
orientasi belajar yang berbeda. Dweck (1986) menyatakan bahwa ketika siswa
yang memiliki orientasi belajar yang berbeda itu menghadapi kesulitan, pada
tujuan kinerja cenderung merasa cemas dan penampilannya tampak serius, begitu
pula sebaliknya. Atkinson (1964) menyatakan bahwa individu dapat dimotivasi
untuk berprestasi dengan cara memperoleh keberhasilan atau menghindari
kegagalan.

Karakteristik utama penghindar kegagalan adalah adanya kecenderungan


untuk memilih tugas yang mudah atau sebaliknya paling sukar dikerjakan,
sementara itu pencari keberhasilan cenderung memilih tugas yang memiliki
tingkat kesulitan sedang.

a. Ketidakberdayaan dalam belajar (learnedhelplesness).


Merupakan bentuk ekstrim dari motif untuk menghindari kegagalan.
Prinsip yang perlu diperhatikan untuk membantu ketidakberdayaan dalam
belajar siswa adalah sebagai berikut :
1) Penekanan terhadap tindakan positif. Siswa mempunyai kelebihan dan
gunakan kelebihan itu untuk menciptakan prestasi. Misalnya, ada
siswa yang lebih senang berbicara daripada menulis.
2) Pengurangan tindakan negatif.
3) Berangkat dari pengenalan sesuatu yang baru, menggunakan kerangka
cantolan (advanceorgainezer) atau diskoveri terbimbing
(guideddicovery). Siswa cenderung mengaitkan pelajarannya dengan
pengalamannya sehari-hari.
4) Ciptakan tantangan dalam belajar. Siswa diberikan tugas untuk
mengidentifiasikan masalah yang tersaji dalam kasus, kemudian
mereka diminta untuk memecahkannya sendiri.

b. Implikasi dalam pendidikan.


Pertama, guru hendaknya meyakinkan kepada siswa bahwa belajar
merupakan tujuan akademik. Kedua, guru hendaknya menghindari penggunaan
sistem intentif atau penilaian yang bersifat kompetitif.
  

E. Strategi Motivasi Belajar

Slavin (1994) mengungkapkan bahwa pembelajaran hendaknya mampu


meningkatkan motivasi instrinsik peseta didik sebaik mungkin. Hal ini berarti bahwa
pendidik harus mampu menarik minat dan meningkatkan hasrat ingin tahu peserta didik
terhadap materi yang disajikan. Beberapa cara untuk untuk meningkatkan motivasi
instrinsik peserta didik :
1. Membangkitkan minat belajar
Yaitu membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik mengenai pelajaran
yang akan dating, dank arena itu pembelajaran akan mampu menignkat motivasi 
instrinsik peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran yang diasjikan
oleh pendidik.

2. Mendorong rasa ingin tahu


Yaitu  dengan metode pembelajarn studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi,
curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat
didigunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik.

3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik 


Yaitu misalnya, untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dapat
dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstasi,
computer, simulasi, permainan peran, dan lainnya.

4. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar


Yaitu pendidik hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar
merumuskan dan mencapai tujuan belajarnya sendiri agar peserta didik
termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaranya sendiri. Cara lain adalah
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik
kepada peserta didik agar peserta didik juga ikut merasa memiliki sehingga akan
melahirkan dorongan untuk memperolehnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah
dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka
mencapai tujuan.
Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia untuk
berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong timbulnya
tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi berfungsi
sebagai penggerak cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak
didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena
anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-
potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu
spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita.
Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan
memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya
berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Achmad, Tri Ani Catharina. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang. Pusat Pengembang
MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang
Djamarah,Syaiful Bahri.Drs.2002.Psikologi Belajar.Jakarta:PT Rieneka Cipta.
Nashar.Drs.2004.Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan
pembelajaran.Jakarta:Delia press.
Muhibbin Syah, 2000.psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya
masulfi.blogspot.com/2012/03/motivasi-dalam-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai