Dosen Pengampu :
Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Linda Ayu Farihan 1401419387
Firman Ardiyanto 1401419388
Bellina Dewi Yulianti 1401419389
Meivita Putri Utami 1401419390
Rombel I-2019 PGSD
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MOTIVASI
BELAJAR” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari
Ibu Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd. pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Motivasi
Belajar.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
mata kuliah Pendidikan Katrakter kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan
orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam
diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat
belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga
diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas
belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat
membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat
meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.
Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa,
petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar
mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan
mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem
pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.
b. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud motivasi?
2. Mengapa motivasi belajar penting?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi belajar?
4. Apa saja teori-teori motivasi belajar?
5. Bagaimana strategi dalam meningkatkan motivasi belajar?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian motivasi
2. Untuk mengetahui pentingnya motivasi belajar
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
4. Untuk mengetahui teori-teori motivasi belajar
5. Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam meningkatkan motivasi belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak
didalam belajar sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan
konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Suatu motivasi juga tidak dapat
diukur secara langsung seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan .
Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan
belajar untuk menggambarkan proses yang dapat ;(a) memunculkan dan mendorong
perilaku (b) memberikan arah atau tujuan perilaku (c) memberikan peluang terhadap
perilaku yang sama dan (d) mengarahkan pada pilihan tertentu . Sebagian pendidik ada
yang mendasarkan kepada apa yang secara tradisional digunakan untuk meningkatan
motvasi belajar pesert didik seperi : intuisi, akal sehat dan coba-coba (trial and error) .
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan
memelihara perilaku seseorang secara terus menerus (Slavin, 1994: ) Motivasi tidak
hanya penting untuk membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar , melainkan juga
menentukan berapa banyak peserta didik dapat belajr dari aktivitas yang ,mereka lakukan
atauinformasi yang mereka hadapi. Peserta didik yang termotivasi menunjukan kognitif
proses kognitif yang tinggi dalam belajar, menyerap, dan mengingat apa yang telah
dipelajari.
Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor seperti
karakteristik kepribadian . Individu mungkin memiliki minat yang cukup dan mantap
dalam berpartisipasi pad berbagai kegiatanm seperti akademik, olahraga, dan aktivitas
sosial .
2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu
kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.Perolehan
tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan
dan tekanan. Dahaga (suatu kebutuhan) memandu pada pencarian air ( tujuan ).
Apabila air telah cukup diminum, kebutuhan atau tekanan dahaga tersebut
berakhir.Kebutuhan itu berada di dalam jaringan atau memoti manusia, dan
kebutuhan itu bersifat fisiologis seperti lapar, atau kebutuhan itu merupakan hasil
belajar, seperti kebutuhan untuk berprestasi.
Kebanyakan kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan.Semakin kuat seseorang merasakan
kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menenkan
di dalam memenuhi kebutuhanya.Tekanan ini dapat di terjemahkan kedalam suatu
keinginan ketika individu menyadari bahwa adanya perasaan dan berkeinginan
untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik yang merasa lapar kemudia
membutuhkan makanan ( tujuan umum). Dia ingin memanggil teman
dekatnya( tujuan tertentu). Pendekatan yang paling terkenal terhadap konsep
kebutuhan adalah yang dikembangkan oleh Maslow. Teori holistic dan dinamik.
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling rendah sedangkan
kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan yang paling tinggi.Apabila
kebutuhan yang paling rendah tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi kebutuhan
yang lebih tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Peserta didiki mengalami
kesepian ( kebutuhan cinta dan ingi dimiliki) akan memiliki kesulitan untuk
menjadi kompeten ( kebutuhan penghargaan).
3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman
dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.Seseorang melihat
sesuatu dan tertarik padanya; mendengar sesuatu yang baru dan mendengarkan
suara secara seksama; menyentuh sesuatu yang tidak di harapkan dan menarik
tangan dari padanya.Semua itu merupakan pengalaman yang merangsang.
Apapun kualitasnya, stimulus yang unik akan menarik perhatian setia orang dan
cenderung mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus
tersebut.
Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik. Apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka
sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik tersebut. Proses
pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan
belajar. Setiap peserta didik mempunyai keinginan untuk mempelajari sesuatu dan
memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak
menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatianya akan
menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang
pada mulanya termitivasi untuk belajar pada akhhirnya bosan terlibat dalam
pembelajaran.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan,
kepedulian, dan pemilikan dari individu tau kelompok pada waktu belajar.Tidak
ada kegiatan belajar yang terjadi didalam kevakuman emosional. Peserta didik
merasakan sesuatu sat belajar, dan emosi pesrta didik tersebut dapat memotivasi
perilakunya kepada tujuan. Beberapa pakar psikologi menyatakan bahwa emosi
merupakan penggerak utama perilaku, dan banyak pakar psikologi menerima
gagasan bahwa pikiran dan perasaan (1980), yang dikenal sebagai pakar
psikologi kognitif, menyatakan bahwa perasaan didalam dan pada diri individu
dapat memotivasi perilaku.
Gambaran tentang afeksi yang mempengaruhi perilaku dapat
diilustrasikan dalam suatu contoh illustrtif berikut.Seorang peserta didk
meminjam catatan temanya.Dia menyatakan bahwa dia tidak masuk kelaskarena
mengalami kecelakaan.Temanya merasa kasihan sehingga meminjamkan
catatanya.Didalam contoh itu peserta didik tersebut memiliki pemahaman kognitif
yang menimbulkan perasaan kasihan yang menyebabkan meminjamkan
catatanya.Sebaliknya, apabila peserta didik tersebut merasa menyesal karena
penyimpangan perilaku peserta didik yang menderita itu, dia mungkin tidak
meminjamkan catatanya.
Setiap lingkungan belajar secara constant dipengaruhi oleh reaksi
emosional peserta didik.Demikian pula karena peserta didik dalam belajar
seringkali berkaitan dengan perasan sukes dan gagal. Pendidik hendaknya
memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku
melainkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Afeksi dapat menjadi motivator intrisik. Apabila emosi bersifat positif
maka emosi dapat mendorong peserta didik untuk belajar dengan keras.
5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetisi
dari lingkunganya.Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara
alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkunganya secara
efektif.Peserta sisik secara intinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan
mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.Demikian pula setiap
orang secara genetic di program untuk menggali, menerima, berpikir
memanipulasi, dan mengubah lingkungan secara efektif.
Banyak teori psikologi menempatkan kompetensi sebagai asumsi
utama.Teori atribusi, teori motivasi berprestasi, teori sebab-sebab personal, teori
evaluasi kognitif, dan teori belajar social mendukung gagasan bahwa manusia
berusaha keras untuk memahami dan menguasai.Dalam penelitian psikologi
ditemukan bahwa peserta didik cendrung termotivasi apabila mereka menilai
aktivitas belajar secara efektif.Karena kesadara kompetensi memiliki pengaruh
kuat terhadap perilaku, pesrta didik yang sedang belajar dapat merasakan
kemajuan belajarnya merupakan pesrta didik yang termotivasi dengan baik untuk
melanjutkan usaha belajarnya.
Apabila pesrta didk mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa
yang dipelajari, di akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadaran peserta
didik bahwa dia secara intensional telaj menguasai apa yang telah di pelajari
berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri. Hubungan antara kompetensi
dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi.Kompetensi memberikan peluang
pada percaya diri untuk berkembang.
6. Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalh prinsip penguatan
(reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau
meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan
bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan
penguatan positif atau negative. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif ,
seperti penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan
social, dan perhatian dinyatakan sebagai variable penting di dalam perancangan
pembelajaran.
Didalam teori penguatan, penguatan positif memainkan peranan
penting.Penguatan positif menggambarkan konsekuensi atas peristiwa itu
sendiri.Penguatan positif dapat berbentuk nyata, misalnya uang. Peserta didik
dalam belajar akan disertai dengan usaha yang lebih besar dan belajar efektif
apabila perilaku belajarnya diperkuat secara positif oleh pendidik.
Penguat negative merupakan stimulus aversif ataupun peristiwa yang
harus digantiatau dikurangi intensitasnya. Karena penguatan negative merpakan
pendekatan aversif, maka prosedur ini secara potensial sangat berbahaya dalam
mendorong belajar peserta didik.
b. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri ditandai oleh adanya penerimaan diri dan anak lain,
spontanitas, terbuka, relatif tegas namun demokratis, mudah bergaul
dengan anak lain, kreatif, humoris dan mandiri, mereka sehat secara
psikis.
3. Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan
citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan
perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Teori
psikologi yang menjelaskan perilaku, dan alasan tentang penampilan perilaku
yang digunakan untuk mempertahankan citra diri yang positif oleh Festinger
disebut teori disonansi kognitif (Slavin, 1994). Teori ini menyatakan bahwa anak
akan mengalami tekanan dan ketidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang
dipegang berlawanan dengan keyakinan atau perilaku yang secara psikologis
tidak konsisten.
4. Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu
dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Motivasi sering
kali dipandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak
yang memotivasi untuk berprestasi, dan banyak pula yang termotivasi untuk
bersosialisasi dengan anak lain.Contohnya; anak termotivasi untuk makan karena
telah cukup lama tidak makan (motivasi situasional), tetapi anak yang lebih
tertarik pada makanan daripada yang lainnya (motivasi sebagai karakteristik
kepribadian). Motivasi sebagai karakteristik kepribadian merupakan produk dari
sejarah anak.
Apabila anak gagal mengembangkan cinta belajar sebagai karakteristik
kepribadiannya, cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada anak dan
kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya. Motivasi yang stabil itu tidak
dapat berubah, motivasi itu cenderung bersifat konstan diberbagai situasi dan
dalam waktu cepat sukar untuk berubah.
5. Teori Atribusi
Menurut Weiner, ada 3 karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau
keberhasilan anak, yaitu
a. Penyebab keberhasilan dan kegagalan anak itu dipandang dari dalam
atau dari luar diri anak.
b. Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai suatu yang bersifat
stabil atau tidak stabil.
c. Keberhasilan atau kegagalan itu dipandang sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.
2) Lokasi pengendalian
Konsep utama teori atribusi atau lokasi kontrol. Anak yang
memiliki lokasi pengendalian internal akan percaya bahwa keberhasilan
atau kegagalan adalah karena upaya atau kemampuan yang dimiliki.
Siswa yang percaya bahwa keberhasilan yang diperoleh di sekolah itu
disebabkan oleh faktor keberuntungan atau faktor eksternal lainnya,
mereka tidak mungkin akan bekerja keras. Sebaliknya siswa yang percaya
bahwa keberhasilan atau kegagalan itu disebabkan karena faktor usaha
sendiri, mereka akan bekerja keras.
Lokasi pengendalian dapat berubah, dan perubahan itu dapat
terjadi karena adanya kegiatan atau situasi tertentu. Oleh karena itu akan
mengalami kesulitan dalam mengkaji efek lokasi pengendalian terhadap
prestasi siswa karena prestasi itu juga memiliki efek yang kuat terhadap
lokasi pengendalian.
6. Teori Harapan
Teori harapan dikembangkan oleh Edwards, kemudian dilanjutkan oleh
Atkinson. Rumus motivasi yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
M = P x I ; dimana M = motivasi
P = Probabilitas yang diyakini untuk berhasil
I = nilai intensif yang diperoleh atas keberhasilan yang akan dicapai
Teori harapan ini memiliki implikasi penting bagi guru, yaitu tugas-tugas
yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu
sukar. Teori harapan lebih mementingkan pada kriteria keberhasilan sebagaimana
dalam bidang penilaian. Oleh karena itu, pencapaian nilai pada suatu mata
pelajaran hendaknya hanya dapat dicapai oleh siswa yang benar-benar
menunjukkan usaha keras.
A. Kesimpulan
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah
dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka
mencapai tujuan.
Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia untuk
berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong timbulnya
tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi berfungsi
sebagai penggerak cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak
didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena
anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-
potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu
spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita.
Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan
memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya
berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Achmad, Tri Ani Catharina. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang. Pusat Pengembang
MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang
Djamarah,Syaiful Bahri.Drs.2002.Psikologi Belajar.Jakarta:PT Rieneka Cipta.
Nashar.Drs.2004.Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan
pembelajaran.Jakarta:Delia press.
Muhibbin Syah, 2000.psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosda Karya
masulfi.blogspot.com/2012/03/motivasi-dalam-belajar.html