Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting untuk meningkatkan kualitas


sumber daya manusia. Hal tersebut juga telah dicantumkan dalam Undang
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

Menurut Purwanto (2014:39) belajar merupakan proses dalam diri individu


yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap.Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai
apabila guru mampu mewujudkan suatu proses belajar mengajar yang baik. Guru
harus mampu mengetahui karakteriktistik siswa dan juga materi yang akan
disampaikan. Salah satu mata pelajaran yang siswanya sering mengalami
kesulitan yaitu matematika. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa tidak mampu
berpikir secara abstrak, selain itu guru tidak menampilkan media-media yang
dapat membantu siswa memahami materi

Kurangnya apresiasi dari seorang pengajar kepada siswa siswi yang berani
memperlihatkan diri di kelas menyebabkan siswa malas untuk berkopetensi antar
sesama teman sekelas. Untuk meningkatkan sikap kompetensi itu kembali bisa
dilakukan dengan cara memberi kuis sebelum menutup pembelajaran, kemudian
di diskusikan. Sehingga siapapun yang berani maju akan diberikan hadiah berupa
nilai, ataupun berupa barang atau alat tulis kepada siswa yang berani
memperlihatkan diri dalam artian berani menjawab pertanyaan, berani memberi
masukan, berani bertanya, atau lainnya dalam sesi diskusi sebelum menutup

1
pelajaran. Hal ini akan mulai memupuk sikap kompeten dan motivasi belajar
siswa untuk bisa menguasai pelajaran dengan tujuan mendapat sesuatu. Sehingga
secara otomatis, siswa tersebut akan mulai belajar untuk bisa berkopetensi dengan
siswa siswa lainnya agar tidak ketinggalan jauh dan mendapat hadiah.

Berdasarkan pembahasan di atas maka untuk mengatasi masalah belajar anak,


peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian
masalah tersebut dilakukan peneliti dengan cara menerapkan upaya peningkatan
motivasi belajar dengan peranan nilai tambah dan hadiah sebagai perangsang
tumbuhnya sikap kompeten pada setiap siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sikap kompeten siswa rendah


2. Guru kurang memberikan apresiasi kepada siswa yang berani menonjolkan
diri pada proses pembelajaran berlangsung
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran
4. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga pembelajaran kurang
kondusif

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka


peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan upaya
peningkatan motivasi belajar dengan peranan nilai tambah dan hadiah dapat
merangsang tumbuhnya sikap kompeten pada siswa ?

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka


tujuan dari PTK;

1. Secara umum yang menjadi tujuan dalam PTK ini adalah untuk meningkatkan
sikap profesionalitas guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga
dapat memiliki nilai akademik yang baik dan menghasilkan siswa siswi yang
memiliki sikap kompeten.

2
2. Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
apakah penerapan upaya peningkatan motivasi belajar dengan peranan nilai
tambah dan hadiah sebagai perangsang tumbuhnya sikap kompeten pada setiap
siswa bisa berhasil ?

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi Sekolah; Memiliki sisw yang memiliki motivasi belajar dan sikap
kompeten yang tinggi
2. Bagi Guru; Mengetahui cara mengajar dengan cara memberi hadiah sebagai
motivasi belajar siswa agar mau berkompetisi di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung
3. Bagi Siswa; Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan juga siswa mampu
meningkatkan motivasi belajar dan memupuk sikap kompeten agar bisa
bersaing dengan orang lain.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Motivasi


2.1.1. Pengertian Motivasi
Pengertian Motivasi; motivasi sebagai dorongan atau kemauan untuk
melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan kegiatan bimbingan maka siswa
berkedudukan sebagai objek motivasi dan pemberi bimbingan adalah guru sebagai
subjek motivasi.
Motivasi diartikan sebagai dorongan atau sokongan moril, alasan, tujuan, dan
tindakan. Hal ini identik dengan motivator yang diartikan sebagai pendorong,
penggerak, pemberi semangat, serta penganjur dan pemberi motivasi seperti yang
dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman, (2001: 28) mengemukakan bahwa motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi sebagai upaya
untuk merespon setiap intuisi sehingga melahirkan perbuatan atau tingkah laku.
Dalam hal ini perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar mengajar
dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Menurutnya, motivasi mempunyai tiga
karakteristik yaitu :
1. sebagai hasil dari kebutuhan
2. terarah kepada suatu tujuan
3. menopang perilaku.

Eysenck, dkk, (2003: 170); merumuskan motivsi sebagai suatu proses yang
menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari
tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan
konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang
tampaknya tidak bermotivasi, tetapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh
para pengajar. Mungkin siswa cukup termotivasi untuk berprestasi di sekolah,

4
akan tetapi pada saat sama ada kekuatan-kekuatan yang lain seperti teman-teman
yang mendorong untuk tidak berprestasi di sekolah.
Sardiman (2004 : 75); Motivasi sebagai keseluruhan daya pengerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat
tercapai.
Sejalan dengan itu MC Donald dalam Sardiman ( 2004 : 73) Motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan memerlukan
“Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif- motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah
membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melaksanakan belajar. Motivasi
dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari
luar dirinya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah usaha guru dalam mendorong siswa untuk melakukan kegiatan
belajar yang terarah dan berlangsung secara efektif agar tujuan pembelajaran
tercapai. dan juga motivasi merupakan suatu unsur yang dapat memberikan
dorongan atau keinginan seseorang untuk dapat melakukan suatu kegiatan, dalam
hal ini berkaitan dengan kegiatan belajar.

2.1.2. Bentuk- Bentuk Motivasi


Bentuk-bentuk motivasi seorang guru menurut Rohani (2004 : 13) Motivasi
terbagi 2 (dua) yaitu :
1. Motivasi Instrinsik yaitu tujuan yang ingin dicapai terkandung dalam
perbuatan belajar. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah
pelajaran, misalnya seorang pelajar agar lebih sanggung mengatasi kesulitan-
kesulitan hidup, agar memperoleh pengetahuan, pengertian, sikap baik,
penguasaan kecakapan.

5
2. Motivasi Ekstrinsik yakni tujuan yang ingin dicapai terletak diluar pembuatan
belajar itu dan tidak terkandung didalam perbuatan itu. Misalnya berupa
angka, hadiah, pujian, dan sebagainya. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar
dalam kegiatan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik
tumbuh karena kesadaran akan tugas dan tanggungannya sebagai siswa yang
harus memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan sedangkan
motivasi ekastrinsik adalah dorongan dari luar agar siswa bergairah dalam belajar.
Sehubungan dengan uaraian maka dalam proses pembelajaran guru harus
menimbulkan motif-motif tertentu dari siswa. Motivasi guru harus berlangsung
secara kontinyu dan efektif agar aktifitas-aktifitas belajar siswa mencapai puncak
yang maksimal sebab apabila aktifitas belajar siswa mencapai puncak yang
maksimal besar kemungkinan siswa akan memperoleh hasil yang optimal.

2.1.3. Tujuan Pemberian Motivasi


Tujuan pemberian motivasi dari guru tidak lepas dari tujuan pendekatan yaitu
pada hakikatnya memaksimalkan manusia, atau menghantar anak didik untuk
menemukan jati dirinya yaitu agar setiap individu manusia itu menyadari dan
memahami “siapa dia” mengapa dia diadakan didunia ini dan “harus kemana
nantinya”, konsep seperti ini sangat penting sebagai landasan filosofis dan dasar
motivasi untuk melakukan aktivitas belajar mengajar.
Beberapa tujuan pemberian motivasi adalah sebagai berikut :
1. Agar siswa belajar dengan giat
2. Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Sardiman (1996) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat
dicirikan sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).
3. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

6
4. Lebih senang kerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6. Dapat memperthanankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.
8. Senang mencari dan memecahkan soal- soal.

2.1.4. Fungsi Motivasi


Adapun fungsi motivasi adalah :
1. Memberikan semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap
berminat dalam belajar.
2. Memusatkan perhatian yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
belajar.
3. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil
jangka panjang. Motivasi sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan
seseorang.
Hal-hal tersebut anatar lain adalah sebagai berikut:
1. Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi
berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi dapat menentukan agar perbuatan yakni ke arah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyeiewengan dari jalan
yang lurus untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas tujuan itu, makin
jelas pula jalan yang akan ditempuh.
3. Motivasi menyeleksi perbuatan, artinya menentukan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan
dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat
bagi tujuan semula.

Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai berikut:


1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya
dorongan untuk belajar.

7
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi
akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.
2.2. Hakekat Belajar
Berbicara tentang belajar pada dasrnya berbicara tentang bagaimana tingkah
laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman dari pengertian di atas dapat
dibuat kesimpulan bahwa istilah belajar berhubungan erat dengan mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama- sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi
beberapa hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Duffy dan Roerlher (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses
belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa dapat merasa
nyaman dan merupakan bagian dariaktifitas mengajar. Juga secara khusus
mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan.

2.2.1. Pengertian Belajar


Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut
ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan
sikap.
Margaret Gredler, terj Munandar, (1994; 1) belajar peserta didik dapat
mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang
dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi
benar, dan dari kurang baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh Riberu,
bahwa belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan
salah satu pola lajkuatau memperbaiki salah satu pola laku yang telah
dikuasainya. Riberu, (1982 :10). Selain itu Riberu juga mengatakan, belajar bisa
berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan dengan atau
memperbaiki turturan bicara, berkenalan dengan atau memperbaiki
tindakan/kegiatan. Riberu, 1982; 11)
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku interaksi

8
individu dengan lingkungan. Oemar Hamalik (2003 : 151) menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif matang berkat latihan dan
pengalaman. Sejalan sengan itu Sardiman (2004:2) menyatakan bahwa belajar
adalah usaha mengubah tingkah laku. Hilhard Bower dalam buku Theories of
Learning (1975). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-
ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecendrungan respon pembawaan kematangan.
Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung
dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif
dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, dan bosan.
Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by
Fun’) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.

2.2.2. Fungsi Belajar


Fungsi belajar menurut Nasution (2003:4) untuk memperoleh kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Funsi belajar merupakan proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuan,
bukan hanya proses pasif yang menerima kucuran ceramah guru tentang
pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tersebut tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar. Peran siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain.
Keterampilan yang memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang
sudah diperoleh itu, untuk mengembangkan diri, untuk menemukan sesuatu yang
sangat penting. Dengan konsep dan fakta yang telah dipahami betul, dapat di
proses untuk menguasai dan menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak.
Winartapura (1997 : 82- 84), pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak,
dapat menghambat kreativitas siswa. Tidak menguasai semua konsep dalam
semua ilmu, namun siswa mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan

9
konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu menciptakan atau
menemukan sesuatu yang baru.

2.2.3. Tujuan Belajar


Djamarah !1996: 35) pada hakekatnya tujuan belajar dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu umum dan khusus.

Tujuan Umum.
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang sellau berkembang melalui latihan
bertindak aas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur
dan efektif.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan pola pikir dalam
kehidupan sehari- hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan
Tujuan Khusus.
1. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat di alih gunakan, melalui
kegiatan sehari- hari.
2. mengembangkan kemampuan dalam berbagai pengetahuan sebagai bekal
belajar lebih lanjut
3. Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan disiplin.

2.2.4. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Nasution dalam Rohani (2004 : 13) mengatakan bahwa motif atau penyebab
peserta didik belajar ada dua hal yaitu :

1. Siswa belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya


dalam belajar terkandung tujuan untuk mengubah pengetahuan.
2. Siswa belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas, mendapat
ijazah dan sebagainya.

Sejalan dengan itu maka upaya guru meningkatkan motivasi belajar dengan
pendekatan pakem yaitu :

10
a. Memberi angka

Kebanyakan siswa belajar ingin memperoleh angka yang baik, maka dari itu dia
berusaha dengan segenap tenaganya untuk belajar. Memberi angka atau nilai
harus benar-benar menggambarkan hasil belajar siswa, dengan kata lain nilai
harus diberikan harus objektif tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif yang
tidak ada hubungannya dengan dengan hasil belajar siswa. Jadi nilai yang
diberikan pada siswa adalah nilai murni sebagai penghargaan terhadap hasil
pekerjaannya.

b. Memberi hadiah

Dalam proses pembelajaran gru boleh memberikan hadian kepada siswa. Pada
permulaan pertemuan sebagai bahan apersepsi guru mengatakan kepada siswa,
apabila pelajaran ini selesai akan diadakan tes. Baranga siapa yang memperoleh
nilai yang paling tinggi akan diberikan hadiah, misalnya buku tulis, polpen,
pensil, dan sebagainya. Hadiah yang diberikan itu merupakan usaha guru untuk
merangsang siswa dalam mengikuti pelajaran. Hal ini merupakan suatu usaha
guru untuk mendorong timbulnya aktivitas belajar siswa.

c. Mengadakan persaingan

Saingan merupakan suatu kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk menekuni
pelajaran, mengandung harapan akan memperoleh nilai dari kawan-kawanya.
Dalam hal belajar persaingan yang positif antar siswa baik secara individu
maupun kelompok sangat diperlukan karena dapat membangkitkan aktivitas
belajarnya.

d. Hasrat untuk belajar

Hasil belajar siswa akan lebih baik apabila siswa mempunyai hasrat untuk
mempelajari sesuatu. Kuatnya hasrat siswa untuk belajar tergantung pada
bermacam-macam faktor. Antara lain faktor nilai dari tujuan pengajaran itu
sendiri bagi siswa.

e. Ego Involment (Harga diri)

11
Orang merasa ego Involment ialah apabila orang tersebut melibatkan diri bila dia
merasa pentingnya tugas dan menerimanya suatu tantangan dengan
mempertaruhkan harga dirinya. Kegagalan berarti berkurangnya harga dirinya,
maka dari itu dia berusaha dengan segenap tenaganya supaya berhasil baik untuk
menjaga harga dirinya. S. Nasution mengatakan : Ego Involved (harga) diri siswa
terlihat dalam tugas itu (1986 : 83).

f. Sering membuat ulangan

Siswa-siswa akan lebih giat belajar bila sering diadakan ulangan atua tes dalam
waktu dekat, maka dari itu memberikan ulangan sangat penting bagi kemajuan
belajar siswa. Setiap memberikan ulangan guru harus memberitahu siswa kapan
ulangan tersebut akan dilaksanakan. Dengan demikian guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk belajar saat menghadapi ulangan yang dihadapinya.
Memberikan ulangan juga jangan terlalu sering, karena kurang berpengaruh pada
siswa. Sehubungan dengan itu S. Nasution mengatakan : ”Agaknya ulangan yang
diadakan sekali dalam seminggu lebih merangsang siswa-siswa untuk belajar
dengan giat dari pada ulangan setiap hari”. (1986)

g. Mengetahui hasil belajar

Akan timbul kegembiraan dan keinginan untuk lebih meningkatkan kegiatan


belajar dalam diri siswa, jika kita mengetahui kemajuan yang diperolehnya.
Karena itu guru harus membuat grafik atau kurva hasil belajar siswa yang dibuat
setiap semester dan setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh siswa
harus diberitahukan kepada siswa. Sehubungan dengan itu Praitno (1989: 25)
mengatakan bahwa : ”Patut diingat oleh guru, bahwa persaan sukses harus
dibentuk didalam diri siswa untuk membangun motivasi siswa dalam belajar.

h. Kerjasama

Dalam proses pembelajaran selain siswa harus menyelesaikan pekerjaan secara


individu, siswa juga harus dapat menyelesaikan suatu pekerjaan kelompok secara
bersama-sama. Kerjasama dapat membawa belajar karean ada diantara teman-
temanya yang belajar dengan sungguh-sungguh maka dapat mengurangi
kemalasan belajar bagi teman-teman lainnya.

12
i. Tugas yang Challenging

Tugas yang Challenging ialah tugas yang sulit mengandung tatangan bagi siswa,
yang dapat merangsang siswa untuk mengeluarkan segenap kemampuannya.
Tugas yang diberikan harus dalam batas kemampuan siswa.

j. Pujian

Pujian yang diberikan kepada siswa mmeupuk suasana yang menyenangkan serta
dapat mempertinggi harga diri siswa. Guru harus mencari masalah-masalah pada
tiap-tiap siswa yang diuji. Misalnya dalam hal tulisan, tingkah laku, hasil kerjanya
dan Kerapian lain yang bersifat positif. Tetapi pujian itu juga berlebihan karena
pujian yang tidak beralasan dan terlalu sering diberikan tidak pada batasannya dan
beralasan, misalnya pujian itu pantas diberikan pada siswa yang dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dipapan tulis. Dalam hal ini Nasution (1986
: 84) mengatakan bahwa : Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan
dengan baik merupakan motivasi yang baik.

k. Teguran dan Kecaman

Menurut Nasution (1986 : 84) teguran dan kecaman dipergunakan untuk


memperbaiki siswa yang membuat kesalahan, mraha dan berkelakuan tidak baik.
Diharapkan dengan adanya teguran dan kecaman siswa lebih rajin dalam belajar
sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

l. Hukuman

Hukuman sebagai alat untuk memotivasi siswa yang lebih banyak memberikan
pengaruh psikologis yang negatif jika dibandingkan dengan motivasi yang
ditimbulkan. Dengan hukuman ada kemungkinan meningkatkan proses belajar
siswa, namun siswa yang berhenti belajar jika hukuman ditiadakan. Glasser
(1970) dalam Prayetno (1989 : 24). Hukuman dapat menimbukan kecaman,
gangguan emosi dan perasaan bersalah didalam diri siswa. Didalam belajar siswa
dibayangi oleh ketahutan berbuat salah, ragu-ragu sehingga timbul keinginan
untuk tidak berbuat.

13
m. Membutuhkan Minat

Pelajaran berlangsung dengan baik apabila siswa berminat terhadap bahan


pelajaran.
Bangkitkan minat belajar siswa dengan cara- cara sebagai berikut :

1. Materi pelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan


kebutuhan siswa.
2. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman siswa.
3. Menggunakan berbagai bentuk model mengajar, misalnya dengan metode
diskusi, demonstrasi dan sebagainya.

n. Suasana yang Menyenangkan

Guru harus berusaha semaksimal mungkin menciptakan suasana yang


menyenangkan agar siswa merasa aman dan tentram dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dalam kelas sebagai anggota yang dihargai dan dihormati.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas. Yang dilaksanakan dengan berkolaborasi bersama pihak siswa dan
dilaksanakan partisipatif dalam artian dibantu oleh guru kelas XI. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian yang berusaha memecahkan masalah kesulitan belajar
siswa melalui pembelajaran yang aktiff kreatif, efektif dan menyenangkan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 4


Singaraja. Sedangkan untuk objek penelitian ini adalah jalanya proses kegiatan
belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.

3.3 Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu kelas XI SMA N 4 Singaraja.

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA N 4 Singaraja.

3.4. Model Dan Desain Penelitan

Model penelitian tindakan kelas ( PTK) yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah model dari kemmis & McTaggart , yang menggunakan sistem spiral.
Adapun model ini terdiri dari 4 komponen penelitian yang rencana, tindakan,
observasi, dan refleksi.

15
Tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi :

1. Siklus I

Siklus I ini secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut ini :


a. Perencanaan

Pada tahap observasi dan wawancara disekolah peneliti dapat menyimpulkan


beberapa perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam menangani kendala
yang ada disekolah tersebut terutama permasalahan dikelas XI. Oleh karena itu,
peneliti telah merencankan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan
pembelajaran.
Berikut ini merupakan tahapan perencanaan tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu : penyusunan rencana pembelajarn ( RPP ) yang sesuai dengan
model PAKEM melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan bagi siswa didik. RPP
digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyelenggarakan proses kegiatan
belajar mengajar. Penyusunan dan penyiapan soal test, persiapan sarana belajar,
LKS yang disusun peneliti untuk dikerjakan peserta didik. Penyusunan dan
penyiapan lembar observasi kegiayan proses belajar mengajar dikelas XI.
Penyusunan program wawancara untuk siswa guna memudahkan peneliti dalam
mengetahui kendala yang dialami siswa didik selama kegiatan belajara mengajar.

b. Pelaksanaan Tindakan ( action)

Ditahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar


mengajar dengan menerapkan PAKEM seperti yang telah direncanakan
sebelumnya. Tindakan ini bersifat terbuka, dan sesuai dengan kejadian yang
terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar.

c. Pengamatan

Pengamatan ataun popular dengan sebutan observasi ini dilaksanakan oleh peneliti
pada saat kegiatan belajar berlangsung dikelas.

d. Refleksi

Dari kegiatan yang dilakukan peneliti, wawancara dan pratest, dapat dilihat
perlunya remedial sebagai bahan perbaikan dan pengendali kegiatan belajar

16
mengajar tahap berikutnya agar berjalan seperti model yang yang akan diterapkan
oleh peneliti yaitu pembelajrana aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM ). Refleksi ini akan dilakukan dalam kegiatan pada siklus I dan II.

2. Siklus II

Siklus dua dapat dilakuakn setelah pemahaman siswa dari siklus I terdeteksi dan
siklus II ini digunakan guna memperbaiki Siklus I. siklus II inbi juga memiliki
beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.5 Isntrumen Penelitian

Instrument penelitian tindakan kelas ini memakai beberapa instrument antara lain
yaitu sebagai berikut :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP ini berisi konsep pelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa
didiknya. Dalam RPP ini sendiri tersususn dari berbagai aspek meliputi standar
kompotensi, kompotensi dasar, materi pelajaran, dan evaluasi. RPP ini terdapat
pada lampiran.

2. Lembar Kerja Siswa

Lemba kerja siswa ini merupakan media atau sarana bagi siswa agar mereka
menyelesaikan bentuk diskusi yang disediakan guru dalam bentuk soal cerita yang
dapat mereka identifikasi dengan ekerjasama dalam kelompok. LKS ini juga
tercantum pada lampiran dibagian belakang.

3. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini merupakan lembaran yang berisi aspek pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam
kelas dan pedoman lembar observasi ini terdapat di lampiran.

17
4. Catatan Lapangan

Ini merupakan catatan yang bebas disampaikan dan bertujuan untuk melukiskan
proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik berupa kesulitan atau
kendala yang dihadapi oleh guru ataupu siswa didik itu sendiri.

5. Pedoman Wawancara

Pedoman ini disusun guna menjadi arahan bagi peneliti dalam melakukan
wawancara dengan siswa tentang jalanya proses kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Pedoman wawancara seperti kita ketahui bersama ini berisi tentang
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada siswa didik yang akan
memaparkan kendala atau kesulitan yang didapatkan dalam kegiatan belajar
mengajar yang telah berlangsung.

6. Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat keakuratan data yang diperoleh


dari observasi pada tahap awal. Dokumentasi ini oleh penelii dipaparkan melalui
daftar nilai siswa dan angket kuisioner tertutyup yang didisi oleh siswa.

7. Tes

Dalam penelitian ini, tes terdiri dari 3 tahap yaitu pratest,tes siiklus 1, dan tes
siklus 2. Tes berbentuk pilihan ganda yang tiap rangkaian soal berisi 10 soal,
dengan alokasi waktu 20 menit pada tiap tesnya. Pratest berguna untuk
mengetahui kemampuan awal siswa didik, sedangkan siklus I digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi wawsan Nusantara yang
disampikan guru, dan test siklus II berfungsi untuk mengukur ketuntasan belajara
siswa yang diterapkan melalui metode.

3.6. Analisis Data Penelitian

Dari data yang telah dikumpulkan dari catatan lapangan, hasil wawancara,hasil
observasi, dan test maka dapat dilakukan analisa. Pendekatan analisa data yang
dipakai yaitu secara induksi analitik yang bermaksud membuktikan suatu
teori/hipotesis. Analisa akan dilakukan secara deskriptif analitik yang berarti

18
interprestasi terhadap hasil nilai yang dikerjakan siswa disusun secra sistematik/
menyeluruh dan sistematis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan dalam
hasil belajara siswa melalui data nilai yang didapat siswa setelah mengerjakan
soal dari guru.
Pada analisa ini, teknik yang digunaka oleh peneliti yaitu reduksi data, penyajian
data, triangulasi melalui wawancara, dan penyimpulan. Reduksi data dilakukan
oleh peneliti dengan membuat ringkasan, penyajian atau display data untuk
mengorganisasikan data dari reduksi ata mulai dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi pada tiaop siklusnya.

Peneliti melakukan analisis data dari berbagai sumber informasi hasil penelitian
tersebut terpapar sebagai berikut :

1. Analisis data proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

Analisa ini ,meliputi hasil dari observasi atau pengamatan yang dilakuakan
peneliti didalam ke;las pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data ini
dijelaskan dalam bentuk kata-kata yang memaparkan keadaan siswa saat
berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar dikelas.

2. Analisis data hasil wawancara

Data hasil wawancara ini diperoleh hasil wawancara peneliti dengan siswa didik
tentang kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep pelajaran Prakarya
yang disampikan oleh gurnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajara pada siklus berikutnya.

3. Analisis hasil test belajar siswa

Analisa test belajar siswa dapat dilihat dari hasil beberapa test yang meliputi
pratest, tes siklus I dan tes siklus II.

19
3.7. Kriteria Keberhasilan Tindakan.

Kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain:

1. Pelaksanaan model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan


menyenangkan (PAKEM) berjalan sesuai dengan rancangan atau desain
yang disusun oleh peneliti.
2. Terdapat peningkatan pemahaman konsep oleh siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM) yang dilihat dari hasil test siklus 1 dan test
siklus 2 dengan kriteria minimal 75% dari jummlah siswa mengalami
peningkatan skor total aspek motivasi belajar siswa.
3. Teraihnya ketuntasan belajar Prakarya siswa diterapkannya Pakem ini
sebagai wujud tindakan dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan kriteria minimal 75% dari jumlah seluruh siswa meraih skor
test siklus 2 di atas skor rata- rata kelasnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi, 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:

Bumi aksara.

Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

21

Anda mungkin juga menyukai