Anda di halaman 1dari 57

Memahami Cara Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia
melalui kegiatan pengajaran.  Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil
tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar,
motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan
belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup
tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan
semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa
melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar
diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa,
unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang
memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral
maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru
dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau
siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi
metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1.      Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pentingnya Motivasi dalam Belajar


Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut:

*        Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir,

*        Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman
sebaya,

*        Mengarahkan kegiatan belajar,

*        Membesarkan semangat belajar,

*      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja, siswa dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sehingga dapat berhasil.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:

@ Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa,

@ Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa,

@ Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran
seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan penyemangat.

1. 2.      Sifat-sifat Motivasi

Berdasarkan sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.

§  Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh
sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Orang yang tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau
tingkah lakunya telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. Misalnya seorang siswa
menyelesaikan pekerjaan rumah tentang soal-soal matematika, bertujuan untuk memahami
konsep-konsep matematika melalui penyelesaian soal-soal itu, bukan karena takut kepada guru
atau ingin mendapat pujian dari guru.

§  Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang karena pengaruh dari
rangsangan di luar perbuatan yang dilakukannya. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang
digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak di luar tingkah laku itu. Misalnya siswa yang sedang
menyelesaikan pekerjaan rumah, sekedar mematuhi perintah guru, kalau tidak dipatuhi guru akan
memarahinya.

1. 3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah
sebagai berikut:

¶  Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak
sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan
yang mengandung makna bagi seseorang.

¶  Kemampuan Belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis
yang terdapat dalam diri siswa misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.

¶  Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi
psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas
menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

¶  Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting, karena guru terlibat langsung dalam
pembelajaran siswa. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk memotivasi belajar siswa.

¶  Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar
tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali
khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah
belajar, situasi dalam belajar, dan lain-lain.

¶  Upaya Guru Membelajarkan Siswa


Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan
siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa,
mengevaluasi belajar siswa, dan lain-lain.

1. 4.      Prinsip Motivasi Dalam Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya
sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar-mengajar. Ada beberapa
prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut:

 Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai
dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Bila seseorang sudah termotivasi
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Oleh
karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
seseorang.

 Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar


Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi
ekstrinsik kepada setiap anak didik. Anak didik yang malas belajar sangat berpotensi
untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak
diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan
anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik
juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi intrinsik
lebih utama dalam belajar.
 Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih
lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum
dalam bentuk apa pun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi
kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan
prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi
yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.

 Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar

Dalam kehidupan, anak didik membutuhkan penghargaan. Perhatian, ketenaran, status, martabat,
dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan
motivasi bagi anak didik dalam belajar. Guru yang berpengalaman harus dapat memanfaatkan
kebutuhan anak didik, sehingga dapat memancing semangat belajar anak didik agar menjadi
anak yang gemar belajar. Anak didik pun giat belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi
memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu.
 Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar

Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap
pekerjaan. Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak
hanya kini, tetapi juga di hari mendatang.

 Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar

Dari berbagai hasil penilitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi
belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar
seorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati
mempelajari mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.
Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Ulangan pun
dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang.

1. 5.      Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam
belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan
penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sementara anak didik yang lain
aktif berpartisipasi dalam kegiatan.
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:

µ       Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari
muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak
didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi
sebagai pendorong perbuatan siswa.

µ       Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap siswa merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang berfungsi sebagai
penggerak perbuatan siswa. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba
membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi
yang dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
berfungsi sebagai penggerak perbuatan.

µ       Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan
dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan
tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan
motivasi pada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat
membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang
dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.

1. 6.      Upaya-upaya Untuk Membangkitakan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk siswa. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilakusiswa. Ada tiga komponen
dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik,
diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Ada beberapa upaya motivasi yang
dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:

«  Memberi Angka

Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan
alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan
atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya
terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.

«Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-
kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat
diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik
lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk beasiswa atau dalam bentuk lain
seperti alat tulis. Dengan cara itu anak didik akan termotivasi untuk belajar guna
mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai.

«  Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak
didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun
kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses
interaksi belajar mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka
setiap anak didik telah terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang
diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagai individu melibatkan diri mereka mesing-masing
ke dalam aktivitas belajar.

«  Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Siswa akan belajar dengan keras bisa
jadi karena harga dirinya.

«  Memberi Ulangan

Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi
ulangan. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi.
Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tidak terprogram, akan membosankan anak didik.
Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik
dan strategi yang sistematis.

«  Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak
didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mangalami kemajuan, anak
didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada semester atau catur
wulan berikutnya.

«  Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru
bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan
di sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama
sekali dengan hasil kerja anak didik. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru,
tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi.

«  Hukuman

Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak
akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman merupakan alat motivasi bila
dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksud di
sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik
yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi
kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila
anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. Oleh karena itu, hukuman hanya diberikan
oleh guru dalam konteks mendidik seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas,
menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau ringkasan, atau apa saja dengan
tujuan mendidik.

«  Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih
baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada
diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih
baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat untuk belajar adalah
gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik
untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi
dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk
belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.

«  Tujuan yang Diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang
sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat
berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar antara seorang guru dan
siswanya, kemudian didalam motivasi belajar setiap individu bisa jadi tidaklah sama. Kita harus
mengetahui arti motivasi itu sendiri, agar kita dapat memahami arti dari motivasi itu sendiri dan
dapat melaksanakannya ke dalam kehidupan kita. Jenis motivasi seperti apa yang kita butuhkan
untuk membangkitkan agar siswa termotivasi. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat berasal dari dalam diri antara lain motivasi belajar, sedangkan faktor dari luar diri
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah faktor metode pembelajaran dan
faktor lingkungan. Bila faktor lingkungan dalam keadaan baik maka akan berdampak baik pula
terhadap siswa dan sebaliknya jika lingkungan sekitar tidak baik maka akan berpengaruh negatif
dan kita sebagai calon guru harus tau upaya apa yang akan kita lakukan untuk menghadapi
situasi seperti itu. Jika semua dapat teratasi maka kita siap untuk meraih cita-cita yang
diharapkan. Setelah mengetahui arti penting motivasi bagi siswa dan juga guru , maka di
harapkan bagi guru agar selalu menjaga motivasi belajar siswanya . Guru juga harus paham akan
kebutuhan motivasi anak didiknya. Karena motivasi yang di butuhkan masing-masing siswa itu
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

 https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/10/26/makalah-motivasi-siswa-dalam-belajar/

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran adalah suatuproses yang sadar tujuan. Tujuan dapat
diartikansebagai suatu usaha untuk memberikan rumusanhasil yang diharapkan peserta didik
setelah melaksanakanpengalaman belajar. Tercapaitidaknya tujuan pengajaran salah satunya
adalahterlihat dari prestasi belajar yang diraih peserta didik.Dengan prestasi yang tinggi, para
peserta didik mempunyaiindikasi berpengetahuan yang baik.Salah satu faktor yang
mempengaruhiprestasi peserta didik adalah motivasi. Dengan adanyamotivasi, peserta didik
akan belajar lebih keras, ulet, tekundan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh
dalamproses belajar pembelajaran. Dorongan motivasidalam belajar merupakan salah satu
hal yang perludibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.
Penelitian Wasty Soemanto (2003)menyebutkan, pengenalan seseorang
terhadapprestasi belajarnya adalah penting, karena denganmengetahui hasil-hasil yang sudah
dicapai makapeserta didik akan lebih berusaha meningkatkan prestasibelajarnya. Dengan
demikian peningkatan prestasibelajar dapat lebih optimal karena peserta didik tersebutmerasa
termotivasi untuk meningkatkan prestasibelajar yang telah diraih sebelumnya.Biggs dan
Tefler mengungkapkan motivasi belajarpeserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya
motivasi atautiadanya motivasi belajar akan melemahkankegiatan, sehingga mutu prestasi
belajar akanrendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar padapeserta didik perlu diperkuat
terus-menerus. Dengan tujuanagar peserta didik memiliki motivasi belajar yang
kuat,sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapatoptimal.
Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dalamsetiap kegiatan pembelajaran sangat
berperan untukmeningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam matapelajaran tertentu.
Siswa yangbermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkanakan memperoleh hasil belajar
yang tinggi pula,artinya semakin tinggi motivasinya, semakinintensitas usaha dan upaya yang
dilakukan, makasemakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Oleh karena itu, dalam
proses pengajaran sangat diperlukan adanya motivasi. Hal inilah yang melatarbelakangi
disusunya makalah mengenai “Motivasi Belajar” ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas, maka lahirlah rumusan masalah untuk makalah ini,
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2. Apa saja jenis-jenis motivasi?
3. Apa saja prinsip motivasi belajar?
4. Bagaimana cara seorang guru meningkatkan motivasi belajar peserta didik?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah terbentuk maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan motivasi.
2. Untuk mengetahuiapa saja jenis-jenis motivasi.
3. Untuk mengetahuiapa sajaprinsip motivasi belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara seorang guru meningkatkan motivasi belajar peserta
didik.
BAB II
ISI

A. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usahayang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkandan menjaga tingkah laku seseorang agar iaterdorong untuk bertindak
melakukan sesuatusehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.Menurut Clayton Alderfer
(dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderunganpeserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar yangdidorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atauhasil
belajar sebaik mungkin.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mentalyang menggerakkan dan mengarahkan
perilakumanusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasiterkandung adanya keinginan
yang mengaktifkan,menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkansikap serta perilaku pada
individu belajar(Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987
dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yangdapat memicu timbulnya
rasa semangat dan juga mampu merubahtingkah laku manusia atau individu untuk menuju
pada hal yang lebihbaik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008: 75) mendefinisikanmotivasi
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didikyang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan darikegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar,sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapattercapai.
Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorangyang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapaitujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat,
yaitu motivasi intrinsikdan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan
bertindakyang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasiekstrinsik
adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dariluar individu. Tingkah laku yang
terjadi dipengaruhi oleh lingkungan.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar,arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalahperilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163). Winkel (1983: 270) mendefinisikan
bahwa“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diripeserta didik yang
menimbulkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatanbelajar”.
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan atau daya penggerakdari dalam diri individu yang memberikan arah dan
semangat padakegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.Jadi peran
motivasi bagi peserta didik dalam belajar sangat penting. Denganadanya motivasi akan
meningkatkan, memperkuat dan mengarahkanproses belajarnya, sehingga akan diperoleh
keefektifan dalam belajar.
Terdapat enam konsep penting motivasi belajar yaitu:
1. Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu
danmempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena
berbagaialasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang
mahapeserta didikdapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial
dengantujuan mendapatkannilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya
menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi
intrinsik).
2. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan
suatukonsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia,
suatuhasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau
kegagalan,atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar
danpemberdayaan atribusi.
4. Motivasi belajar dapat meningkat apabila dosen membangkitkan minat
mahasiswa,memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi
pengajaran,menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back)
dengansering dan segera.
5. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri mahasiswa apabila dosen
memberikanganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
6. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum
untukmengupayakankeberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi
padakeberhasilan/kegagalan.
Menurut Utami Munandar (1992: 34-35), ciri-ciri peserta didik yang bermotivasi
antara lain : 1) tekun dalam menghadapi tugas; 2) ulet dalam menghadapi kesulitan; 3) tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; 4) ingin mendalami lebih jauh materi
yang dipelajari; 5) selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin; 6) menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah; 7) senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan tidak
cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; 8) dapat mempertanggungjawabkan pendapat-
pendapatnya; 9) mengejar tujuan jangka panjang; 10) senang mencari soal dan memecahkan
soal.

B. Jenis-Jenis Motivasi
Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder.
1. Motivasi primer adalah motivasi didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar
tersebut umumnya berasal dari segi biologis dan jasmania seseorang. Jenis motivasi ini
termasuk memelihara kesehatan, minum, istirahat, mempertahankan diri, keamanan,
membangun dan kawin.
2. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini dapat berupa:
kebutuhan organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan motof-
motif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.

Motivasi dilihat dari sifatnya, dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang. Motivasi
instrinsik merupakan dorongan agar peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan
maksud mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri. Motivasi ini
terjadi pada saat peserta didik menyadari pentingnya belajar dan ia belajar sungguh-
sungguh tanpa disuruh orang lain, atau dengan kata lain motivasi ini berkenaan dengan
kebutuhan belajar peserta didik sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang. Motivasi ini
adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar, misalnya; guru
memberikan hadiah, pujian, hukuman, memberikan angka tinggi terhadap prestasi yang
dicapainya, tidak menyalahkan pekerjaan atau jawaban peserta didik secara terbuka
sekalipun pekerjaan atau jawaban tersebut belum memuaskan, menciptakan suasana
belajar yang memberi kepuasan dan kesenangan pada peserta didik, dsb.
Biggs dan Telfer (dalam Amri. 2013: 26-27) menyatakan bahwa ada empat golongan
motivasi belajar peserta didik, antara lain:
1. Motivasi instrumental: peserta didik belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau
menghindari hukuman.
2. Motivasi sosial: peserta didik belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini
keterlibatan peserta didik pada tugas menonjol.
3. Motivasi berprestasi: peserta didik belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang
telah ditetapkan.
4. Motivasi instrinsik: peserta didik belajar karena keinginanya sendiri.

C. Prinsip Motivasi Belajar


Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip
dasar tersebut yaitu:
1. Pujian lebih efektif dari pada hukuman.
2. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan merangsang motivasi.
3. Semua peserta didik mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat
kepuasan.
4. Motivasi yang berasal dari dalam individe lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar.
5. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas peserta didik.

D. Cara Guru Meningkatkan Motivasi Belajar


Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan
motivasi belajar, yaitu: mamberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement,
memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan
tujuan.
1. Memberi angka
Memberi angka dalam pembelajaran mempunyai arti penting bagi peserta didik.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar peserta didik. Banyak
peserta didik, hanya termotivasi belajar karena mengejar nilai ulangan atau nilai-nilai
pada raport supaya angkanya baik. Angka-angka yang baik itu bagi para peserta didik
merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga peserta didik, belajar hanya ingin
mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan teman-temanya yang menginginkan angka baik.
Namun demikian, semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka
seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara
memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung didalam setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para peserta didik, sehingga tidak sekedar kognitif
saja tetapi juga keterampilan dan afektifnya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga sikatakan sebagi motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak aakan menarik bagi seseorang yang
tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah
yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi peserta
didik yang tidak memiliki bakat menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
balajar peserta didik. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat
baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar peserta didik.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagi tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan harga
dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebangganan dan harga diri,
begitu juga untuk peserta didik sebagai subjek belajar. Para peserta didik akan belajar
dengan keras, bisa jadi karena harga dirinya.
5. Memberi ulangan
Peserta didik akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan adanya ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang
harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga harus terbuka, maksudnya
kalu akan diadakan ulangan, harus diberitahukan kepada peserta didik.
6. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik
hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri peserta didik untuk terus belajar,
dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7. Pujian
Apabila ada peserta didik yang seukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan
motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana
yang menyenagkan dan mempertinggi
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-
prinsip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untu belajar. Hal
ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan tanpa ,aksud. Hasrat untuk
belajar berarti pada diri peserta didik, memang ada motivasi untuk belajar sehingga tentu
hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena
ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat
motiivasi yang pokok. Proses belajar ini akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat itu antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut: 1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, 2) menghubungkan dengan
persoalan pengalaman yang lampau, 3) memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang baik, dan 4) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan untuk diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh peserta didik, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang
harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
gairah untuk terus belajar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah diatas adalah:
1. motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerakdari dalam diri individu
yang memberikan arah dan semangat padakegiatan belajar, sehingga dapat mencapai
tujuan yang dikehendaki.
2. Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi
primer dan motivasi sekunder. Motivasi dilihat dari sifatnya, dibedakan menjadi dua,
yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip
dasar tersebut yaitu:Pujian lebih efektif dari pada hukuman; Pemahaman yang jelas
terhadap tujuan akan merangsang motivasi; Semua peserta didik mempunyai kebutuhan
psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan; Motivasi yang berasal dari dalam
individe lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar; Motivasi yang besar
erat hubungannya dengan kreativitas peserta didik.
4. Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi
belajar, yaitu: mamberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, memberi
ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan.

B. Saran
Mahasiswa Pendidikan yang merupakan calon pendidik, kiranya lebih memahami lagi
pentingnya motivasi dan bagaimana cara memotivasi peserta didik kita nantinya.
C. Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/22460556/Makalah_Motivasi_Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil
tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegaitan belajar,
motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menjamin kealngsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa
gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik guru maupun
siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar sehingga siswa dapat terdorong untuk melakukan prbuatan
belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan
faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengarui belajar adalah faktor metode pembelajaran.
Selain siswa, faktor terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai
pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai,
akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Oleh
karena itu, motivasi sangat mempengaruhi bagi kelangsungan kegiatan belajar dan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa dan akan dibahas lebih mendalam dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2. Mengapa motivasi penting dalam kegiatan belajar siswa?
3. Apa saja yang termasuk kedalam jenis dan sifat motivasi?
4. Apa saja unsur-unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar?
5. Apa saja upaya untuk meningkatkan motivasi belajar?
6. Apa saja fungsi dan ciri dari motivasi?
7. Apa saja komponen utama motivasi?
8. Bagaimana rekayasa motivasi belajar pada siswa?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian motivasi.
2. Untuk mengetahui mengapa motivasi penting dalam kegiatan belajar.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan sifat motivasi.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan motivasi belajar.
6. Untuk mengetahui fungsi dan ciri motivasi.
7. Untuk mengetahui komponen utama motivasi.
8. Untuk mengetahui rekayasa motivasi belajar pada siswa.

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan mengenai motivasi belajar.
2. Dapat menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa FKIP ataupun guru yang ingin
mempelajari mengenai motivasi belajar siswa.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan
penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber pada peristiwa pertama, motivasi siswa yang
rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa
kedua, motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. pada kedua peristwa
tesebut peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti. Pada peristiwa
ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi, timbul pertanyaan-pertayaan seperti (i) kekuatan apa
yang menjadi penggerak belajar ssisiwa, (ii) berapa lama kekuatan tesebut berpengaruh dalam
kegiatan belajar, dan (iii) dapatkah kekuatan tersebut dipelihara?
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah
atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong
terjadinya belajar tersebut sebagai motviasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dalam motivasi, terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Kowswara, 1989, Siagian, 1089;Schein,
1991; Biggs & Telfer, 1987).

2.2 Pentingnya Motivasi dalam Belajar


Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang perilaku. Subjek
terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang
menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan behavioris. Peneliti yang
menggunakan terteliti manusia adlaah peneliti koginitif, temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat
untuk bidang industri, tenaga kerja, uursan pemasaran, rekruiting militer, kosultasi, dan
pendidikan. para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental
umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar menimbulkan
perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri
pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan
masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa SLTP dan SLTA. Sedangkan guru
SLTP dan SLTA dituntut memperkuat motivasi siswa SLTP dan SLTA.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru bagi siswa pentingnya motivasi belajar
adalah sebagi berikut :
(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya, setelah
seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang
juga membaca tab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi,
(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibadningkan dengan teman sebaya;
sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seroang siswa belum memadai, maka ia berusaha
setekun temanya yang belajar dan berhasil.
(3) Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum
belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku
belajarnya.
(4) Membesarkan semangat, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih
ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( di sela-selanya
adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikia rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi,, setiap hari siswa
diharapkan untuk elajar di rumah, mmebantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan temn
sebaya; apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan, kelima hal tersebut
menunjukkan betaa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi
disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan
dengan baik.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman
tentang motivasi belajar pada siswa beranfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut :
(1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar
sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan
belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk
mengorbankan semangat belajar.
(2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada
yang acuh tak acuh, ada yang tak memuastkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang
bersemangat untuk belajar. Diantara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan
berhasil. Dengan bermacam-ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan
bermacam-macam strategi mengajar belajar.
(3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam
peran seperti sebagai penasihat, fasilitator instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
(4) memberi peluang guru untuk “ujuk kerja” rekayasa pedagogis, tugas guru adalah
membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada
“mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang
acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

2.3 Jenis dan Sifat Motivasi


Motivasi, sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat Para ahli ilmu jiwa
mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat
tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun
mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat
bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i) motivasi primer dan (ii)
motivasi sekunder. 
A.  Jenis Motivasi
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.  Motif- motif
dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk
berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.  Mc
dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikirian tentang tujuan,
perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.  Insting itu memiliki tujuan dan
memerlukan pemuasaan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktikan, dimodifikasi, dipicu
secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara,
mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu,
membangun, dan kawin (koeswara,1989; jalaludin rakhmat, 1991) . 
Ahli lain, Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran,
objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. 
Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran
insting adalah kepuasan atau kesenagan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi pada insting
berkurang. Sebagai ilustrasi, keinginan makan berkurang bila individu masih kenyang. Objek
insting adalah hal-hal yang memuaskan insting. Hal-hal yang memuaskan insting tersebut dapat
berasal dari luar individu atau dari dalam diri individu. Adapun sumber insting adalah keadaan
kejasmanian individu. Segenap insting manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu insting
kehidupan (life instincst) dan insting kematian (death instincts). insting-insting kehidupan terdiri
dari insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa
makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada
penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri. 
Menurut Freud, energy bekerja memlihara keseimbangan fisik. Insting bekerja sepanjang
hidup. Yang mengalami perubahan adalah cara pemuasan atau objek pemuasan. Tingkah laku
individu yang memuaskan insting dapat secara langsung atau dengan menekan; penekanan
insting tersebut tidak menghilangkan energi. Penekanan insting tersebut diupayakan masuk
kedalam alam tidak sadar. Insting yang ditekan berkaitan dengan seksualitas dan
agresivitas. Penekanan insting ke alam ketidaksadaran merupakan salah satu kunci perilaku
motivasi. Tingkah laku manusia sedemikian kompleks, ada yang dapat dikenali dari alam
sadarnya, dan ada pula yang bersal dari alam tak sadarnya (Koeswara 1989; sumadi Suryabrata,
1991). 
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi
primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk
memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan
baik, orang harus belajar bekerja. ” Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Bila
orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang uang tersebut merupakan
penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan
baik . bila orang memilki uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membeli makanan
untuk menghilangkan rasa lapar (Jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991). 
Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya
terpengaruh oleh factor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia
terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif,dan konatif. komponen afektif
adalah aspek emosional.  Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. Komponen
kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah
terkait dengan kemauan dan kebiasaan bertindak (jalaluddin Rakhmat, 1991; Sumadi Suryabrata,
1991). 

B. Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai
motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal sebagai eksternal. 
Di samping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut
senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin
mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong
terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku
mak ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku
akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi
intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks, motivasi
berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi intrinsik
perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK, SD, dan SLTP. Pada usia ini para guru masih
memberi tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya di siplin diri untuk
bermansipasi. Penguatan terhadap motivasi intrinsik perlu diperhatikan, sebab dis siplin diri
merupakan kunci keberhasilan belajar (Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989:161-164). 
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya
hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum
mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ikut-ikutan belajar di SMP karena teman
sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, siswa memahami satu
faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil
belajar siswa tersebut sngat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia
menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan di SMA. Di SMA ia belajar dengan penuh
semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya maka ia
lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan diterima di AKABRI. Dalam contoh tersebut, motivasi
ekstrinsik membuat siswa yang belajar ikut-ikutan menjadi belajar dengan penuh
semangat. Siswa belajar dengan tujuanannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa
menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal
ini motivasi ekstrinsik “dapat berubah” menjadi motivasi intrinsic, yaitu pada saat siswa
menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguhtanpa disuruh orang lain (monks,
Knoers, Siti Rahayu, 1989). 
Para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda pada motivasi. Akibatnya saran
tentang pembelajaran juga berbeda-beda. Mc Dougall dan freud menekankan pentingnya
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Maslow dan Rogers menunjukan bahwa kedua motivasi
tersebut sama pentingnya. 
Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman
sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil sangat
memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya, jika hasil
belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau
hukuman” dari guru atau orang tua. “peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi
belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau orang
tua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa
untuk belajar dengan bersemangat (Siagian, 1989; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Bigs dan
Telfer, 1987; winkel, 1991). 
Ada baiknya juga memperhatikan pandangan maslow dan rogers yang mengakui
pentingnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk
mengaktualisasikan diri. Ciri tersebut adalah (i)berkemampuan mengamati suatu realitas secara
efisisen, apa adanya, dan terbatas dari subjektivitas, (ii) dapat menerima efisien, apa adanya, dan
terbatas subjektifitas, (ii) dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar,(iii) berperilaku
spontan, sederhana, dan wajar, (iv) terpusat pada masalah atau tugasnya, (v) memiliki kebutuhan
privasi atau kemandirian yang tinggi, (vi) memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap
lingkungan dan kebudayaanya; ia mampu mendisiplinkan diri, aktif dan bertanggung jawab atas
dirinya. Penghormatan berlebihan, pemberian status, popularitas dianggap kurang penting
dibandingkan dengan perkembangan diri, (vii) dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh
gairah, (viii) dapat mengalami pengalaman puncak,seperti terwujud dalam kreativitas,
penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan, (ix) memiliki rasa ketefrkaitan,
solidaritas kemanusiaan yang tinggi, (x) dapat menjalin hubungna pribadi yang wajar, (xi)
memiliki watak terbuka dan bebas prasangka, (xii) memiliki standar kesusilaan tinggi, (xiii)
memiliki rasa humor terpelajar, (xiv) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti
dalam pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan (xv) memiliki otonomi
tinggi. Motivasi mengaktualisasikan diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan tiap
orang. Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah. Sebagai
ilustrasi, dapat diperhitungkan betapa sulitnya seseorang anak desa, yang berjuang sepanjang
hayat, yang dikemudian hari di beri kepecayaan memimpin negara dan bangsa oleh seluruh
rakyat. Apakah ia memiliki motivasi intrinsik? Apakah itu berkat motivasi ekstrinsik? Ataukah
campuran keduanya? Hal ini perlu di teliti. 
Carl rogers berpendapat bahwa setiap individu memiliki motivasi utama berupa
kecenderungan aktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi diri tersebut adalah (i) berakar
dari sifat bawaan, (ii) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal, (iii)
mengaktualisasikan diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman; hal ini berarti memilih
pengalaman positif untuk bekembang secara optimal. Pandangan positif yang datang dari orang
lain akan memperkuat kecenderungan aktualisasi diri. Adapun ciri-ciri individu yang
berkembang menjadi seorang yang beraktualisasi diri penuh adalah (i) terbuka terhadap segala
pengalaman hidup, (ii) menjalani kehidupan secara berkepribadian; ia tidak terpaku pada masa
lampau atau masa yang akan datang, (iii) percaya pada diri sendiri, (iv) memiliki rasa kebebasan,
dan (v) memiliki kreativitas. Sebagai ilustrasi, seorang guru SMPlulusan D3. Ia bekerja didaerah
terpencil, ingin memperbaiki hidup.  Ia berusaha memperoleh ijazah sarjana lulusan administrasi
UT. Ia mempunyai istri dan anak; ia bertugas mendidik; ia jadi anggota LKMD; dan ia
menyisakan waktu untuk belajar lnajut. Ia memiliki motivasi intrinsik mewujudkan cita-cita
menjadi yang terbaik dibidang pengabdian sebagai guru. Ia memperoleh motivasi ekstrinsik,
pesan pedagogis rekan sejawat untuk maju. ia memilki kenalan yang menjadi rekan mahasiswa
UT. Timbulnya rasa senasib sepenanggungan sebagai guru, mahasiswa UT, peluang kerja setelah
lulus jurusan administrasi UT, mendorong kegairahan hidup. Jabatan Kakandep Dikbud yang
diraih, saat ia berusia 40 tahun, berkat tekad nya mendaftarkan diri sebagai mahasiswa UT pada
saat usia 25 tahun (Koeswara, 1989:216-241; Monks, 1989:241-260; Sehein, 1991: 101-104) . 
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa
pedagogis guru. Sebaiknya guru mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal
motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini berarti guru SLTP dan SLTA,
sesuai tuntutan profesi guru, seyogianya belajar meneliti sambil praktek mendidik disekolah. 
Adakalanya guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang
baik. Dalam hal ini seyogianya guru berpegang pada motivasi ekstrinsik.  Dengan menggunakan
penguat berupa hadiah atau hukuman, seyogianya guru memperbaiki disiplin diri siswa dalam
beremansipasi. 
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. 
2.4 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dari bagan 3.1 dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada didalam diri siswa. Dalam
kerangka pendidikan formal motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis
guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar , pelaksanaan belajar-mngajar, maka guru
menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, diliat dari segi emansipasi kemandirian siswa,
motivasi belajar semakin meningkat pada saat tercapainya hasil belajar.motivasi belajar
merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi
fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak membaca buku
majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata , keberhasilan
mengucap kata dari symbol-simbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas
baca. (monks, 1989, singgih gunarsa, 1990)
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar
berjalan,makan-makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan
lain-lain selanjunya keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat,
bahkan dikemudia hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita juga
dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar
kemauan dan semangat belajar.dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga
hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauanmenjadi
cita-cita. Keinginan berlangsung saat atau dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan
dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan telah disertsai dengan perhitungan akal
sehat. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama. Bahkan sepanjang hayat. Cita-cita
siswa untuk menjadi ”menjadi seseorang. . .”(gambaran ideal seperti pemain bulu tangkis
dunia,misalnya) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.
Misalnya siswa tersebut akan rajin berolah raga, melatih napas, berlari, meloncat, disamping
tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun
ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989:
241-260; Schein, 1991:87-110; singgih Gunarsa, 1990: 183-199) .
b. Kemampuan siswa
keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya.keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan
mengucapkan bunyi huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya dapat diatasi
dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya
kemampuan mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang lain , maka
keinginan anak untuk membaca akan terpengaruhi. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan
akan menambah kekayaan penglaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan
menyenangkan hatinya. Secara perlahan-lahan terjadilah kegemaran membaca pada anak ynag
semula sukar membaca huruf “r” yang benar.secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan
akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Monks, 1989:
21; Singgih Gunarsa 1990: 49) .
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondsi jasmanidan rohanimempengaruhi motivasi
belajar.seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian
belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan
perhatian pada penjelasan pelajaran. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-
marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa
tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengna senang hati
membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit.
Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa leadaan alam, lingkungan tempat tinggal,pergaulan
sebaya, dan kehidupan kemasyarakataan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan
yang nakal,perkelahian antar isswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus
sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh
karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup ketertiban pergaulan perlu
dipertinggi mutunya. Dengan lingkugan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangata
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada
motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,lingkungan
tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungna budaya siswa yang
berupa surat kabar, majalah, radio, televise dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televise tentang
pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seseorang siswa tertarik
minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pebelajar yang masih berkembang jiwa
raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis
yang bagus bagi pembelajaran. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar,
majalah, siaran radio, televise, dan sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau
ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulan nya sekitar lima jam sehari. Rata-rata pergaulan guru
dengan siswa SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit persiswa. Intensitas pergaulan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Dengan kata-kata ynag arif seperti
“suaramu membaca sangat merdu” saat siswa kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat
menimbulkan kegemaran membaca.
Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan ddia
belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan
lingkungan sewkitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian belajar sepanjang hayat.
Ingkungan sosial guru, lingkungan uday guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru.
Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih
perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya pembelajarkan siswa.
Upaya guru pembelajarkan siswa terjadi dis ekolah dan diluar sekolah. Upaya
pembelajaran disekolah meliputi hal-hal berikut: (i) menyelenggarakan tertib di sekolah, (ii)
membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan
fasilitas sekolah, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar tertib
lingkungan sekolah. Disamping penyelenggaran tertib yang umum tersebut, maka setiap
individual tiap guru menhadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut meliputi (i)
pemahaman tentang diri sisa dalam rangka kewajiban tertib belajar, (ii) pemanfaatan penguatan
berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna , dan ( iii) mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru disekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat
pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat
pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat
pendidikan tersebut. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-
pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama
sekolah dan luar sekolah sebagai ilustrasi, pendidikan “tertib hidup” itu meliputi pemeliharaan
kebersihan, pemeliharan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan, dan tertib hidup
sebagai umat beragama (winkel, 1991: 110-135; monks, 1989: 21) .

2.5 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat
kabar dengan keinginan mencari sekolah yang baik akan memperoleh kkepuasan Karena ia
memperoleh informasi yang benar. Keinginan belajar di sekolah tertentu dipusatkan dengan iklan
yang benar. Membaca iklan tersebut sebab ia membaca dengan motivasi mencari sekolah. Hal
tersebut tidak di alami oleh anak lain yang membaca iklan secara iseng. Perilaku membbaca pada
anak “pencari informasi sekolah” berbeda dengan perilaku membaca pada anak yang secara
iseng membaca iklan. Motif membaca terhadap kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya
dengan motif belajar pada siswa yang sedang membaca buku pelajaran. Membaca dengan
motivasi mencari sesuatu lebih berarti bila dibandingkan dengan membaca tanpa mencari
sesuatu.
a.                   Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Sejak usia enam tahu, siswa masuk
sekolah selama lima-enam jam sehari. Sekurang-kurangnya tiap siswa mengalami belajar di
sekolah selama Sembilan tahun. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula hanya ikut-
ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan bermain-main merupakan hal yang
menyenangkan bagi sebagian besar soswa. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar
sungguh-sungguh, pemberian motivasi belajar, belajar giat, istirahat, belajar lagi, dan kemudian
bekerja adalah pola perlikau kehidupan yang wajar bagi anggota masyarkat.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar.
1.                  Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujan belajar; oleh karena itu, guru
perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
2.                  Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya; oleh karena itu, peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun dengan
baik.
3.                  Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu; oleh karena itu di samping mengajarkan bahan secara
terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
4.                  Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa
semakin bertambah, oleh karena itu, guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana
sampai paling menantang.
5.                  Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai
belajarnya bagi kehidupan di kemudiana hari; oleh karena itu, guru perlu memberitahukan
kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.

b.                  Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran


Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Perasaan, kemauan, pikiran,
perhatian, fantasi, dan kemampuan yang yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian
ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan dengan lancar.
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan
waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru
dapat mengupayakan optimalisasi unusur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada
dalam lingkungan siswa.
1.                  Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya.
2.                  Memelihara minat, kemauan dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar;
betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku
semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”.
3.                  Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar; misalnya surat kabar,
dan tayangan televise yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agardicegah.
4.                  Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasan gembira terpusat pada perilaku
belajar; pada tingkat ini guru memberrlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
5.                  Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali murid, agar memberi kesempatan
kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
6.                  Guru merangsang siswa dengan penguatan dengan memberi rasa percaya diri bahwa ia
dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”; sebagai ilustrasi, siswa dibebaskan rasa
harga dirinya dengan berbuat sampai berhasil.

c.                   Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa


Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku
belajar setiap hari bertolak dari jadwal pelajaran sekolah. Untuk menghadapi hari pertama masuk
sekolah guru telah membuat rancangan pengajaran. Sedangkan siswa telah terbiasa dengan
membaca buku pelajaran.
Siswa mempelajari berbagai mata pelajaran selama dua puluh sampai tiga puluh jam
pelajaran tiap minggu. “jatah bahan pelajaran ” tiap tahun terdiri dari beberapa buku pelajaran.
Dan buku-buku pelajaran tersebut terhitung sampai dua ratus hingga tiga ratus halaman per-
buku. Tiap siswa memiliki kecepatan membaca buku sendiri: sebagai ilustrasi, siswa kelas lima
SD menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk memahami bahan sejumlah enam halaman.
Kecepatan membaca buku tersebut berpengaruh pada penyelesaian belajar tiap hari. Secara
umum diketahui siswa SD memerlukan waktu hingga dua atau tiga jam tiap hari. Di harapkan
dalam rentan waktu tersebut dapat menjadi kebiasaan bagi siswa.
Guru adalah penggerak perjalanan bagi belajar siswa. Sebagai penggerak, maka guru
perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru
diharapkan memantau ‘tingkat kesukaran pengalaman belajar” dan segera membantu mengatasi
kesukaran belajar. “bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus
asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola
siswa belajar.
1.                  Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa
mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru.
2.                  Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3.                  Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
4.                  Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran.
5.                  Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6.                  Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk
membantu rekan-rekanya yang mengalami kesukaran .
7.                  Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya
sendiri.
8.                  Guru menghargai pengalaman dan kemamouan siswa agar belajar secara mandiri.
(Monks, 1989: 293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980: 105-129 dan 147-143)

d.                  Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar


Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat Indonesia. Dewasa
ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup.
Wajib belajar Sembilan tahun menjadi kebutuhan hidup. Oleh karena itu warga
masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.
Sejak usia enam tahun siswa telah memperoleh kesempatan belajar disekolah. Dengan belajar
membaca, menulis dan matematika di kelas rendah SD, siswa memiliki keterampilan dasar.
Dengan keterampilan dasr tersebut, siswa dapat memuaskan rasa ingin tahunya lewat
membaca, mengamati, dan bernalar. Pemerolehan pengetahuan awal ini menimbulkan rasa
percaya diri.
Cita-cita awanya adalah ingin menjadi orang baik. Inigin berguna dan bebas 3 B (buta
aksara, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan umum). Keterampilan dasar 3M telah
dihayati sebagai kebutuhan vital sejak anak kecil. Pemenuhan kebutuhan tersebut terjadi bila
anak sekolah.
Memasyarakatkan “cita-cita untuk hidup lebih baik” tersebut akan mempunyai pengaruh
pada generasi muda. Namun pengaruh tersebut di kembangkan lebih lanjutoleh guru dan
pebdidik yang lain. Pengaruh yang bersifat individual, seperhalnya dengan makanan yang
bergizi. Sekolah sebagai pusat kegiatan belajar adalah tempat tim guru professional mendidik.
Tim guru bekerja secara berkesinambungan, sejak TK, SD, SLTP, SLTA. Dengan
berlangsungnya wajib belajar Sembilan tahun setiap siswa lulusan SLTP, sekurang-kurangnya
telah bergaul dengan 25 orang guru. Kedua puluh lima orang guru tersebut membangun dasar
kepribadian warga masyarakat. Guru berkesepakatan mengembangkan cita-cita belajar.
Pengembangan cita-cita belajar tersebut juga menjadu cita-cita masyarakat yang berubah
menjadi masyarakat belajar.
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-cita
bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa merupakan upaya memberantas kebodohan
masyarakat.
1.                  Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan , seperti mengatur kelas yang
indah dan tertib.
2.                  Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar.
3.                  Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, seperti lomba
baca, karya ilmiah, tanam bunga, melukis, kerajinan dll.
4.                  Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku
bacaan, majalah, alat olah raga, dll.
5.                  Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan
mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai.
6.                  Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau pendeta, pramuka
dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikan mengembangkan cita-cita belajar
sepanjang hayat.
Dalam rangka pengembangan cita-cita belajar tersebut, guru dan pendidik lain dapat membuat
program-program belajar. Program-program yang dapat dilakukan bersama antar lain;
1.                  Program baca yang diselenggarakan untuk menyambut hari kemerdekaan
2.                  Program lomba karya tulis ilmiah, seni rupa, kerajinan, unjuk kreatifitas seni, dan
3.                  Program kebaktian social bagi siswa dan karang taruna.
Guru dan pendidik lain yang berlaku “tut wuri handayani”. Secara ringkas dapat di
kemukakan bahwa pengembangan cita-cita belajar tersebut ‘ditempuh” dengan jalan membuat
kegiatan belajar sesuatu. Sebaliknya, dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan
kepada setiap siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Motivasi dan Belajar Menurut Para Ahli


A. Pengertian Motivasi
1.       Tabrani Rusyam (1980:100) Motivasi adalah perbuatan energi dalam diri seseorang
ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk mencapai tujuan.
2.       Soejono Trimo (1986:174) Motivasi pada hakikatnya merupakan suatu
karakteristik atau suatu kepribadian yang cukup stabil sehingga setiap individu dipandang
berbeda dari individu yang lain, termasuk orientasinya terhadap pekerjaan/tugasnya.
3.       Sardiman AM (1996:75) Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia
tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
4.       Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein,1991; Biggs dan Telfer, 1987. Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. 

B. Pengertian Belajar

Secara umum belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam tingkah
laku atau  kecakapan manusia, yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis.
Adapun pengertian belajar menurut beberapa para ahli:
1.      Ernest R. Hilgard dalam bukunya yang berjudul “Introduction To Psychology”.
Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan, karena mereaksi
terhadap suatu keadaan.
2.      H. C. Witherington dalam bukunya “Educational Psychology” Mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian.
3.      Gagne, 2004. Belajar adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai
unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
  Pengertian Motivasi Belajar
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (dalam artian belajar)  untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. 
Motivasi diperlukan dalam melakukan berbagai kegiatan, karena motivasi merupakan salah
satu cara untuk fokus terhadap suatu tujuan yang telah ditetapkan. Begitu pula dalam hal belajar,
motivasi juga sangat diperlukan dan dianggap sebagai suatu keharusan dalam mencapai tujuan
belajar. Di mana untuk menuju tujuan belajar tersebut, motivasi berfungsi sebagai penyeleksi
segala kegiatan yang kita kerjakan, yakni menentukan kegiatan yang bermanfaat guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan kegiatan yang tidak bermanfaat secara langsung terhadap tujuan
yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain motivasi yang diharapkan adalah sebagai motor penggerak dari setiap
kegiatan proses belajar mengajar untuk menuju suatu tujuan tertentu. Semakin tepat pemberian
motivasi, maka semakin mudah pula untuk menuju dan mewujudkan tujuan belajar yang
bermuara akhir pada hasil pembelajaran berupa prestasi yang baik. Sehingga motivasi sangat
dianggap penting dalam proses pembelajaran, baik peserta didiknya maupun pendidiknya.
Dalam segi peserta didik, motivasi belajar berfungsi sebagai berikut:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat atau kegiatan yang akan dikerjakan
2.      Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3.      Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
4.      Pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

3.2 Fungsi dan Ciri Motivasi


Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar.
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut
Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap
anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :

1. Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi.
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.

            Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan
baik dan prestasi belajar akan optimal.
.      Ciri-ciri motivasi
            Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada  diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
1. Tekun menghadapi tugas

 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)


3.  Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

4. Lebih senang bekerja mandiri

5. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin

6.  Dapat mempertahankan pendapatnya

7.  Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini

8.  Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

            Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang
cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk
belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi
kesulitan belajar.
3.3 Komponen Utama Motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii)
tujuan.
A. Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki
dan yang ia harapkan. sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajaranya rendah, padahal ia
memiliki buku pelajaran yang lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu, tetapi ia kurang baik
mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakannya tidak memadai untuk mempeoleh
hasil belajar yang baik. ia membutuhkan hasil belajar yang baik. oleh karena itu siswa mengubah
cara-cara belajarnya.
B. Dorongan
Merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientaasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
Sebagai ilustrasi, siswa kelas tiga SMA memiliki harapan untuk dapat diterima sebagai
mahasiswa fakultas tenik. Siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat.
Menyadari hasil belajar bertambah baik tersebut, maka semangat belajar siswa semakin tinggi.
C. Tujuan
Adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan bersemangat
belajar tinggi tersebut menunjukkan bahwa siswa bertujuan lulus UMPTN dan diterima di
fakultas teknik (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
Ada baiknya bila pembahasan dilanjutkan kepada hal yang berkenaan dengan kebutuhan.
Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu (i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan
akan perasaan aman, (iii) kebutuhan sosial, 9iv) kebutuhan akan penghargaan diri, dan (v)
kebutuhan untuk aktualisasi diri. kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok
manusia seperti pangan, sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan dengan
keamanan yang bersifat ifsik dan psikologis. Sebagai ilustrasi, individu tidak boleh diganggu
secara fisik dan biarkan untuk berkreasi. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa
ditrima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan, dan
pemilikan harga diri.
Sebagai illustrasi, individu diperbolehkan menumbuhkan jati dirinya, dan dia
”diorangkan” oleh masyaraktnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan
individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya. Sebagai ilustasi, seorang
anak desa boleh menjadi seorang prajurit, berpangkat jendral, dan menjadi kepala negara, karena
dia mampu dan diberi peluang.
Ahli lain, Mc. Cleland berpendapat bahwa setiap orang memiliki tiga jenis kebutuhan
dasar, yaitu (i) kebutuhan akan kekuasaan, (ii) kebutuhan untuk berafiliasi, dan (iii) kebutuhan
berprestasi. Kebutuhan akan kekuasaan terwujud dalam keinginan mempengaruhi orang lain.
Sebagai ilustrasi, sseorang siswa kelas dua SMP mengajak teman sebayanya berkemah. Jika
sebagian besar teman sepakat, ia merasa senang. Jika ada yang membantah, ia berupaya agar
teman tersebut menyetujuinya. Kebutuhan berafiliasi tercermin dalam terwujudnya situasi
bersahbat dengan orang lain. Sebagai ilustrasi, seorang siswa SMP menghimpun rekan bermain
tenis meja tanpa membedakan asal sekolah. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan
melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Sebagai ilustrasi, seoarng siswa memimpin regunya
untuk memenangkan pertandingan bola voli menghadapi sekolah lain. Siswa tersebut juga ikut
serta lomba baca puisi dan memenangkannya. Ketiga kebutuhan dasar tersebut sebenarnya saling
melengkapi.
Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi
kebutuhan oraganisme. Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme
dapat memelihara kelangsungan hidupnya. kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan
penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari
organisme, kekuatan dorongan orgainsem, dan penguatan kedua hal tersebut. Hull memang
menekankan doorngan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemuadian juga tidak
sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal. Dalam hal ini insentif (hadiah
atau hukuman) mempengaruhi intesitas dan kualitas tingkah laku organisme. Sebagai ilustrasi,
seoarng siswa SMP yang berlomba pada suatu kejuaraan lari di PON. Semua ia merespons aba-
aba awal, berlari secepat mungkin, dan makin bersemangat pada saat mendekati garis finis:
tepukan penonton lebih memperkuat semangatnya untuk memenangkan perlombaan. Teori Hull
merupakan dasar yang penting untuk penelitian tentang motivasi lebih lanjut. Teori dorongan
Hull ini juga berguna dlaam pembelajaran (Koeswara. 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs
& Telfer, 1987).
Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah ada perilaku, secara psikologis,
tujuan merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan. Jika tujuan tercapai, maka
kebutuhan terpenuhi untuk “sementara” jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan
dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”. Sebagai ilustrasi Siswa kelas tiga SMA
yang ingin diterima belajar di fakultas teknik. Siswa tersebut belajar dengan giat sejak awal.
Dalam belajar ia memiliki tujuan agar hasil belajarnya selalu baik. pada akhri semester, ia
memiliki nilai tergolong baik dan menduduki peringkat atas di kelasnya. Ia mempergiat belajar,
sebab menjadi juara kelas bukan tujuan yang diinginkan. Paada saat menghadapi ujian
EBTANAS ia masih bergiat belajar. Ia memperoleh nilai sangat baik dalam EBTANAS. Tetapi
lulus EBTANAS bukanlah tujuan akhir, hanyalah tujuan “sementara”. Ia belajar dengan
bersemangat dlam menghadapi UMPTN. Dengan ketekunan belajar tersebut ia diterima di
fakultas tekik yang terkenal. Sebelum masuk kuliah ia belum giat belajar, sebab keinginan masuk
ke fakultas teknik telah tercapai. Setelah kuliah dimulai, mahasiswa fakultas teknik tesebut mulai
belajar lagi. Tujuan belajar yang baru baginya adalah lulus fakultas teknik dan memperoleh
pekerjaan di perusahaan yang terkenal. Untuk lulus fakultas teknik tersebut ia harus lulus ujian
semua mata kuliah. Oleh karena itu, ia bersemangat belajar tinggi menghadapi mata kuliah sejak
semester satu. Ia memelihara semangat belajar yang tinggi sampai lulus fakultas teknik.
Lama kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan
manusia. Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak
sekolah, masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut. Siswa SLTP
dan SLTA memikul tugas perkembangan masa muda dalam masa ini siswa belajar menerima
peran di komunitasnya, belajar secara bertanggungjawab demi masa depan sendiri, dan belajar
berbagai keterampilan hidup.
Menurut Monks, kekuatan mental atau kekuatan motivasi tersebut dapat dipeliahara.
Perjalanan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.
Menurut Monks, paham-paham interaksionis, paham tugas perkembanga, dan teori emansipasi
mengakui pentingnya pemeliharaan kekuatan motivasi belajar. Dorongan dari dalam atau
kekuatan mental dan pengaruh dari luar berpengaruh pada kemajuan individu. Interaksi kekuatan
mental dan lingkungan luar tersebut ditentukan pula oleh respons dan prakarsa pribadi pelaku.

3.4 Contoh Jenis dan Sifat Motivasi Menurut Para Ahli


A. Motivasi primer
Adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.  Motif- motif dasar tersebut
umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk berjasmani,
sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.  Mc dougall
misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikirian tentang tujuan, perasaan
subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.  Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan
pemuasaan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktikan, dimodifikasi, dipicu secara spontan,
dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan,
melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin
(koeswara,1989; jalaludin rakhmat, 1991) . 
B. Motivasi sosial atau motivasi sekunder
Motivasi ini memegang peran penting bagi kehidupan mansusia. Para ahli membagi
motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Thomas dan znaniecki
menggolong-golongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan (i) memperoleh
pengalaman baru, (ii) untuk mendapat respons, (iii) memperoleh pengakuan, dan (iv)
memperoleh rasa aman. Mc Cleland menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk (i)
berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas,
(ii) memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk srsama, dan (iii) memperoleh
kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan. 
Maslow menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk (i) memperoleh rasa
aman, (ii) memperoleh kasih sayang dan kebersamaan, (ii) memperoleh penghargaan, dan (iv)
pemenuhan diri atau aktualisasi diri. Pemenuhan diri tersebut dilakukan dengan berbagai cara
seperti ungkapan dalam kesenian, berdramawisata, membentuk hubungan persahabatan, atau
berusaha menjadi teladan. 
Ahli lain, Marx menggolongkan motivasi sekunder menjadi (i) kebutuhan organisme
seperti motif ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan (ii) motif-motif sosial seperti
kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan (jalaluddin rakhmat, 1991: 34-39 ;sumadi suryabrata,
1991: 250-253; singgih Gunarsa, 1990: 115-125). 
Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif
yang dipelajari. Ciri-ciri sikap, yakni (i) merupakan kecenderungan berpikir, merasa, kemudian
bertindak, (ii) memiliki daya dorong bertindak, dan (v) dapat timbul dari pengalaman, dapat
dipelajari atau berubah. 
Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukan adanya sejenis kegoncangan
seseorang. Kegoncanngan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi
memiliki fungsi sebagai (i) pembangkit energy; misalnya, karena dicemoohkan orang menjadi
berusaha keras sehingga berhasil; (ii) pemberi informasi pada orang lain, seperti rasa sedih
terlukis dalam wajah, (iii) pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti
pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja, dan (iv) sumber informasi tentang
diri seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat wal afiat. Emosi memiliki intensitas dan lama
berlaku. Ada emosi yang ringan, kuat, dan disintergratif. Emosi yang ringan berakibat
meningkatkan perhatian pada objek yang dihargai. Misalnya, orang tertarik pada tontonan yang
memikat. Emosi kuat disertai perubahan fisiologis yang kuat. Misalnya orang marah, maka detak
jantung bertambah dan perbahsan meningkat. Emosi yang disintegratif terjadi bila kekuatan
emosi memuncak, dan terjadi perubahan perilaku.  Misalnya, orang yang berada dalam
perdebatan dapat berubah menjadi perkelahian. Dari segi lamanya berlaku, ada emosi yang
berjalan sebentar, berjam-jam, atau bahkan beberapa hari. Bagi kepentingna tugas perkembangan
maka yang diperlukan emosi yang berlangsung dalam waktu beberapa hari, berminggu-minggu,
bahkan sepanjang masa belajar (Jalalludin Rakmat, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991; Biggs &
Telfer, 1987). 
Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku
menetap dan berlangsung otomatis. Kemungkinan besar, perilaku tersebut merupakan hasil
belajar. Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang timbul
karena adanya (i) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, (ii) pengetahuan tentang cara
memperoleh tujuan, (iii) energi dan kecerdasan, dan (iv) pengeluaran energi yang tepat untuk
mencapai tujuan. Dengan kata lain, kebiasaan dan kemauan seseorang mempertinggi motif untuk
berperilaku. Motivasi belajar diperkuat dengan adanya sikap, emosi, kesadaran, kebiasaan, dan
kemauan (Sumadi Suryabrata, 1991; Singgih Gunarsa, 1990; Monks, Knoers, Siti Rahayu,
1989).
  Bagan 3. 1 melukiskan perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar, yang
dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa. Bagan 3. 1 melukiskan hal berikut:

(1) Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. Ia menyusun desain
pembelajaran, dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan
siswa yang memiliki motivasi intrinsik. 
(2) Siswa adalah pebelajar yang paling berkepnetingan dalam menghayati belajar. Ada
siswa yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan sejak
kecil. Siswa tersebut memiliki motivasi intrinsik. Siswa yang lain baru memilki keinginan
memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini
memilki motivasi ekstrinsik.
 (3) dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi
hadiah, memuji, menegur, menghukum,atau memberi nasihat.  Tindakan guru tersebut berarti
menguatkan motivasi intrinsic; tindakan guru tersebut juga berarti mendorong siswa belajar,
suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Siswa tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau
menghindari hukuman. Dalam hal ini siswa “menghayati” motivasi intrinsic atau motivasi
ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar. Sesuai dengan tugas perkembangan, maka
siswa dapat bangkit untuk beremansipasi menjadi mandiri. Emansipasi kemandirian tersebut
berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan
pribadi.
 (4) dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil belajar.  Hasil belajar
dapat dikategorikan sebagai hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau yang lengkap dari
segi rekayasa, maka hasil belajar tersebut di bedakan menjadi
(5) Dampak belajar dan dampak pengiring.  Dampak pengajaran adalah hasil belajar
yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai rapor, nilai EBTANAS, nilai ijazah atau
transkip IP.  Sebagian besar rekayasa pedagogis guru terwujud sampai pada dampak pengajaran.
(6) Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau
merupakan transfer hasil belajar disekolah. Munculnya dampak pengiring bila lulusan sekolah
menghadapi masalah. Dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa sendiri.  Dari segi
tugas perkembangan jiwa, maka dampak pengiring merupakan unjuk tugas perkembangan untuk
mencapai aktualisasi diri secara penuh. Dampak pengiring merupakan sarana untuk melakukan
emansipasi kemandirian bagi siswa. 
(7) Setelah siswa lulus sekolah, sekurang-kurangnya selesai waib belajar Sembilan tahun,
maka diharapkan mengembangkan diri lebih lanjut.  Lulusan sekolah dapat membuat program
belajar semua hayat, lewat jalur sekolah atau luar sekolah. 
(8) dengan memrogram belajar sendiri secara bersinambungan, maka ia memperolh hasil
belajar atas tanggung jawab sendiri. Di tinjau dari segi siswa sebagai siswa, maka emansipasi
kemandirian berupa rangkaian program belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini sang siswa telah
mampu memperkuat motivasi belajar sendiri karena kebutuhan aktualisasi diri . (Schein,
1991:101-106; Koeswara , 1989, monks, 1989; joyce & weil, 1980; winkel , 1991: 144-187)

 
BAB III
PENUTUP

4.1 Simpulan
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang
tua dapat memberikan motivasi yang baik pada sisiw atau anaknya, maka dalam diri siswa atau
anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. memberikan motivasi yang baik
dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai
dengan belajar tersebut. motivasi bealjar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar,
terutama bagi para siswa. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah
dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai
tujuan.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan
belajar mengajar dikelas. Sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya memiliki
jiwa dimana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka
kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan
kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar
mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa
dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

4.2 Saran
Apa yang dijelaskan penyusun dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang
motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini
diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi tersebut untuk memperoleh
materi dan wawasan yang lebih luas.

4.3 Daftar Pustaka


http://vemysakura.blogspot.com/2015/12/makalah-motivasi-belajar-siswa.html

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Salah satu keberhasilan dalam pendidikan yang dapat terlihat adalah prestasi belajar yang
dicapai siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor
tersebut berasal dari dalam dan dari luar siswa. Adapun faktor dari dalam diri siswa (internal)
dapat berupa kondisi fisiologis ataupun psikologis, yakni hal-hal yang mendorong (memotivasi)
aktivitas belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) misalnya sarana dan
prasarana yang digunakan untuk belajar dan faktor sosial yakni faktor manusia.
Motivasi yang dapat diberikan guru adalah rasa senang belajar, rasa aman, rasa ingin tahu
lebih banyak, rasa ingin belajar lebih mudah dan lainnya. Selain hal tersebut dapat memberikan
motivasi yang baik, guru harus dapat memilih teknik-teknik motivasi yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran, sehingga dapat berhasil secara maksimal. Pemberian motivasi tersebut
dapat dikaitkan dengan materi yang dipelajari, pemilihan metode yang tepat sehingga suasana
pembelajaran dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman saat siswa belajar.
Pemberian motivasi menuntut kreativitas guru dan memperhatikan minat siswa.
Memotivasi siswa untuk suatu pelajaran adalah sangat penting. Hal ini tentu akan berbeda-beda
antara siswa yang satu dengan yang lain tergantung kepada sifat dan karakter masing-masing
siswa. Motivasi untuk belajar bisa berlainan setiap siswa, ada yang timbul dari dalam dirinya
sendiri, secara disadari atau tidak disadari, ada pula motivasi yang timbul dari lingkungan belajar
atau fasilitas yang ada. Motivasi yang dimiliki oleh siswa akan sangat berperan dan berpengaruh
terhadap tercapainya tujuan pembelajaran.
1
 
Siswa dan guru merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, kedua
komponen tersebut saling berinteraksi. Guru berperan untuk membantu siswa agar belajar secara
aktif dan kreatif, sedangkan siswa menerima berbagai konsep atau pengetahuan yang
ditransformasikan guru.
Guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan
mutu (kualitas) mengajarnya agar dapat mengajar dengan efektif. Kesempatan belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti
kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan saat mengajar.
Dengan semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, semakin tinggi kemungkinan prestasi
belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya
guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya
dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Guru selaku pendidik selain bertugas sebagai pengajar juga berperan dalam memotivasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi yang dimiliki oleh siswa ada yang berasal dari
dalam dirinya sendiri dan motivasi yang berasal dari luar dirinya seperti dari lingkungan sekolah
serta adanya dorongan dari guru. Tugas gurulah yang berupaya untuk mengoptimalkan dan
membangkitkan motivasi yang ada dalam diri siswa serta mendorong terjadinya motivasi positif
yang berasal dari luar diri siswa.
Berangkat dari uraian diatas, makalah ini mengungkap mengenai  motivasi  dengan judul
“Cara-cara Membangkitkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa”.

B.     Masalah
Dengan berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis membuat makalah dengan
judul “CARA-CARA MEMBANGKITKAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR
SISWA”. Untuk pembahasan tentang materi pada makalah ini, maka akan diajukan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :

1.      Apa yang dimaksud dengan motivasi ?


2.      Apakah macam-macam motivasi dalam pembelajaran ?
3.      Bagaimana Cara-cara Membangkitkan Motivasi dan Minat Belajar Siswa ?

C.    Prosedur Pemecahan Masalah


Makalah ini membahas tentang konsep motivasi pada  pembelajaran di Sekolah Dasar.
Pemecahan masalah dalam makalah ini yaitu dengan memaparkan penyelesaian dari rumusan 
masalah diatas dengan menggunakan studi literatur, yang mengkaji berbagai teori. Kajian
makalah ini bersifat deskriptif, yaitu merupakan kajian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada
saat kajian dilakukan berdasarkan generalisasi konsep dan teori para ahli.
Dalam prosedur pemecahan masalah pada hakikatnya mempelajari masalah-masalah
tentang motivasi siswa dalam pembelajaran di kelas sebagai lingkungan sosial serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat.
D.    Sistematika Uraian
Penulis membagi dalam beberapa bagian penulisan makalah ini dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II  TINJAUAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Manusia melakukan sesuatu hal dalam menjalani kehidupannya karena alasan tertentu
dan adanya pendorong. Kekuatan pendorong yang ada dalam diri orang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan, disebut motif. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan timbulnya atau berlangsungnya motif itu disebut motivasi.
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “motive/motivation” yang berarti
mendorong/dorongan. Secara umum motivasi dapat diartikan suatu keadaan yang dialami
individu, yang mendorong individu itu untuk melakukan sesuatu ke arah pencapaian tujuan
tertentu. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya suatu tingkah laku.
Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang untuk mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Jadi motivasi yang ada pada
seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran
kepuasan (Ranupandojo, 2000 : 78).  
Purwanto (1990 : 61) menyatakan bahwa,
“Motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam individu (siswa) yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan.
Motivasi dalam hal ini merupakan suatu aksi yaitu tujuan.”

2.  Jenis Motivasi
Dalam motivasi terdapat beberapa jenis motivasi yaitu :
a.  Motivasi Primer
4
 
Motivasi primer (primary motive) atau motivasi dasar (basic motive) atau sering disebut istilah
drive (dorongan). Dalam dorongan ada dorongan fisiologis (kebutuhan) dan dorongan umum
(kegiatan).

b.  Motivasi Sekunder


Motivasi sekunder (secondary motives) menunjukkan kepada motivasi yang berkembang berkat
adanya pengalaman dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Semakin berkembang orang
menjadi dewasa biasanya motivasi ini lebih kompleks pula, karena dalam setiap perilaku
manusia mungkin saja di belakangnya terdapat gabungan berbagai motivasi sekunder,
diantaranya : motivasi sosial, berprestasi, maksud dan aspirasi.

3.  Fungsi Motivasi


Fungsi motivasi adalah sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, suatu perbuatan dimulai dengan adanya
ketidakseimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu. Setelah melakukan perbuatan itu,
maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu dan timbul perasaan puas, gembira,
aman dan sebagainya.
Keadaan keseimbangan itu tidak berlangsung untuk selama-lamanya, karena setelah
beberapa saat timbul ketidakseimbangan baru yang menyebabkan seluruh proses motivasi di atas
diulangi. Karena itu, kita lihat di sini bahwa sebenarnya proses motivasi merupakan suatu
lingkaran tak terputus yang disebut lingkaran motivasi. Kadang-kadang tingkah laku tidak
menghasilkan keseimbangan, misalnya karena tujuan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
tidak tercapai, sehingga timbul kekecewaan atau frustasi.

4.  Sifat Motivasi


Di dalam motivasi terdapat beberapa sifat motivasi, yaitu :
a.       Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang aktif dan tak perlu dirangsang dari luar
karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan aktifitas. Kekuatan-kekuatan
ini mempengaruhi dengan menentukan pikirannya yang selanjutnya membimbing perilakunya ke
dalam situasi tertentu.

b.      Motivasi Ekstrinsik


Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
stimulus/rangsangan dari luar, misalnya seorang anak akan melakukan aktivasi belajar dengan
baik apabila adanya dorongan dari luar dirinya seperti bentuk pujian, hadiah, persaingan, medali
dan hukuman.

5. Motivasi dalam Belajar


Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan perilaku berkat adanya interaksi
dengan lingkungan. Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik
bilamana individu mempunyai motivasi untuk melakukannya, dan latihan kadang-kadang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang mengakibatkan perubahan dalam
prestasi.
Dilihat dari timbulnya motivasi, terdapat tiga kunci pokok yaitu : menggerakkan,
mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. (Purwanto, 1990 : 72)
a.       Menggerakkan
Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu. Bila seorang siswa belajar,
diasumsikan bahwa di dalam diri siswa ada dorongan untuk memulai dan mengatur aktivitasnya.
Minat, sikap, dan kehendak, kesemuanya itu tergantung pada individu.
b.      Mengarahkan
Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu atau berorientasi pada tujuan.
Misalkan, respon siswa dalam situasi belajar adalah selektif. Ini berarti bahwa siswa tertentu
merespon terhadap sesuatu hal, namun siswa yang lainnya tidak meresponnya.
c.       Menjaga dan Menopang
Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas
dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Kunci ini mengacu kepada
sesuatu kondisi yang berada di luar diri siswa.
BAB III

PEMBAHASAN

Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam keberhasilan belajar siswa,
biarpun pada dasarnya keberhasilan belajar siswa terletak ditangannya sendiri. Guru harus dapat
menciptakan pembelajaran  yang efektif dan dapat memotivasi siswa agar mereka aktif belajar,
terlibat dan berperan serta dalam setiap pembelajaran di kelas. Guru juga perlu memikirkan
dengan sebaik-baiknya tentang usaha-usaha yang dapat digunakan untuk membangkitkan
motivasi para siswa yang diajarnya agar mereka melaksanakan pembelajaran secara aktif.
Guru sebagai penggerak utama di sekolah terutama dalam hal mentransfer ilmu
pengetahuan, membimbing dan mengarahkan siswa, harus senantiasa memiliki semangat yang
besar dan berkeyakinan bahwa yang dilakukannya bukan hanya mengejar honorarium yang
diterimanya, tetapi lebih dari itu sebagai amal ibadah dan amanah yang diberikan oleh orang tua
siswa untuk mendidik putra-putri mereka agar menjadi anak yang berilmu berwawasan luas dan
beradab.
Motivasi sebagai penggerak yang ada didalam diri guru hendaknya terus dipacu dan
dipertahankan, sebab motivasi merupakan kekuatan bagi seorang guru dalam melakukan proses
belajar mengajar. Dengan adanya motivasi yang besar dalam diri seorang guru maka ia akan
lebih siap melakukan proses belajar mengajar di kelas.
Ada beberapa prinsip yang harus selalu ditanamkan dalam diri guru agar selalu semangat
dalam mengajar, yaitu :
1.      Tugas mengajar bukan sesuatu beban berat yang harus dipikul oleh guru tetapi hal ini harus
dipandang sebagai suatu amanah yang harus dilakukan dengan penuh keikhlasan.
2.     
7
 
Profesi guru adalah sebuah profesi yang terbaik, karena disini merupakan ladang kita untuk beramal
kepada Allah SWT.
3.      Menyadari kewajiban mengamalkan ilmu kepada orang yang belum tahu, karena ini merupakan
tugas guru dalam rangka mempersiapkan generasi yang unggul.
4.      Kewajiban mengajar merupakan bentuk sumbangsih dalam rangka ikut mensukseskan program
pemerintah untuk memberantas kebodohan.
Guru dalam memberikan motivasi kepada siswa pada pembelajaran hendaknya guru
dapat bekerja dengan lebih profesional dan bekerja sama dengan guru-guru lainnya. Guru harus
selalu mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa dengan baik dan memahami
secara detail. Guru juga harus mempersiapkan metode yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Guru juga harus bisa mengatur waktu agar materi bisa disampaikan tepat dengan jatah
waktu yang telah ditentukan. Guru harus pula mempersiapkan alat peraga yang akan dijadikan
sebagai sarana pendukung suksesnya materi yang diberikan.
Selain hal-hal di atas, agar guru dapat tampil dengan baik di depan anak-anak, guru harus
terampil energik, menarik, dan dalam batas kewajaran dan tidak melanggar kode etik guru.
Untuk menumbuhkan motivasi seorang guru harus mengingat tugas dan peranannya dalam
mendidik calon generasi anak bangsa.
Dengan keyakinan itulah maka seorang guru akan terus memacu semangatnya untuk
terus memberikan yang terbaik kepada anak didiknya. Dia tidak akan menunjukkan perasaan
tidak semangat dalam mengajar, tidak mau meningkatkan  profesionalismenya dalam mengajar,
dan tidak akan melakukan pekerjaan yang diluar kode etik keguruan, karena itu akan berdampak
pada motivasi dan semangat belajar siswa di kelas.
Menyadari pentingnya motivasi di dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus
dapat memilih cara-cara motivasi yang tepat sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya akan
berjalan dengan baik dan memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan.
Cara-cara untuk memotivasi siswa agar termotivasi lebih baik dalam belajarnya
diantaranya sebagai berikut :
a.       Berikan kepada siswa rasa puas sehingga ia berusaha mencapai keberhasilan lebih lanjut
Apabila seorang siswa merasa puas, biasanya keberhasilan mengikutinya. Sebaliknya
apabila seseorang siswa merasa kecewa, biasanya kegagalanlah yang menyertainya.
b.      Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan
Suasana kelas yang menyenangkan dapat menimbulkan minat belajar yang lebih baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan adalah
sikap dan pribadi guru yang harus wajar, ramah, jangan memasang wajah seram atau
menakutkan.
c.       Kegiatan pembelajaran yang bervariasi
Untuk menghindari rasa bosan belajar dari siswa, bentuk kegiatan pembelajaran yang
bervariasi, tidak monoton sepanjang hari misalnya guru dapat mengatur kelas, kapan waktunya
tugas untuk individu atau kelompok kecil.
d.      Kembangkan pengertian para siswa secara wajar
Guru dalam penyampaian materi hendaknya dimulai dengan pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa. Apabila pengetahuan yang disampaikan tidak memerlukan pemikiran yang
lebih mendalam karena pengetahuan yang telah dimilikinya siap untuk dikaitkan dengan
pengetahuan yang diberikan, sehingga dengan mudah pengetahuan tersebut dapat diserap oleh
struktur kognitifnya untuk menjadi miliknya.
e.       Menunjukkan celah/kekosongan di dalam pengetahuan siswa
Biasanya siswa mempunyai keinginan untuk melengkapi pengetahuannya mengenai suatu
topik tertentu. Cara motivasi ini ditempuh dengan cara menyadarkan siswa tentang adanya celah
dalam pengetahuan siswa dan memperjelas apa yang hendak dipelajarinya lebih lanjut.
f.       Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan
Dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan maka peran siswa dalam pembelajaran menjadi meningkat. Usahakan agar
pemakaian metode dalam pembelajaran, tidak hanya ceramah, ekspositori, dan penugasan saja.

g.      Berikan komentar kepada hasil-hasil yang dicapai


Komentar yang mendorong dan membesarkan hati dapat menimbulkan motivasi belajar.
Misalkan : pada setiap lembar pekerjaan siswa, selain nilai dari pekerjaan itu, tuliskan juga
komentar, dan juga komentar mengenai kekeliruan yang telah diperbuat oleh siswa serta jalan
pemecahannya yang diberikan.
Prestasi belajar merupakan hasil akhir yang ditunjukkan oleh siswa setelah proses belajar
mengajar selesai. Prestasi dapat dilihat dalam lingkup kecil yaitu melalui hasil evaluasi yang
diberikan oleh guru setelah materi selesai diberikan dalam setiap pertemuan, dan dalam lingkup
yang besar dapat diakhir pada tiap akhir ujian semester atau ujian sekolah.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh motivasi sebagai suatu yang menentukan tingkatan,
kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia merupakan konsep
yang rumit dan berkaitan dengan konsep bakat, konsep diri dan sebagainya.
Prestasi belajar siswa dapat terwujud pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
pemberian motivasi kepada siswa ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan jiwa
semangat dan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh
guru, sesulit apapun materi yang akan diberikan oleh guru kepada siswanya, kalau siswa sudah
diarahkan untuk menyukai materi tersebut biasanya anak akan mudah paham.
Kebutuhan berprestasi bagi setiap individu itu berbeda, ada yang motivasi intrinsiknya
tinggi untuk meraih sukses, baik dalam bersaing dengan yang lain, maupun dalam bekerja
sendiri. Di samping itu ada juga yang rendah, takut gagal, dan hal ini mungkin dapat
menghilangkan kemampuan untuk mengambil resiko mengarahkannya untuk mencapai prestasi.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan tentang konsep motivasi dalam pembelajaran


di sekolah dasar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Motivasi adalah adanya faktor yang mendorong seorang individu untuk melakukan sesuatu hal
dalam kehidupannya. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong individu/siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.
2.      Macam-macam motivasi yang berkaitan dengan belajar adalah tentang kehendak, minat, sikap,
penghargaan diri, perasaan terlibat sebagai anggota dan perasaan mendapat persetujuan. Macam-
macam motivasi ini saling mempengaruhi satu sama lain.
3.      Dampak dengan adanya motivasi baik yang dimiliki oleh guru maupun siswa dalam
pembelajaran di sekolah dasar adalah meningkatnya prestasi belajar siswa, siswa akan lebih
mudah dalam memahami konsep pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Daftar Pustaka
https://agroedupolitan.blogspot.com/2017/07/makalah-cara-cara-membangkitkan.html

Anda mungkin juga menyukai