Anda di halaman 1dari 3

Riwayat Singkat Jerome Bruner

Jerome Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak
dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus
pindah ke rumah familinya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun
demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York City ia
memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard University tahun
1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford
University 1972-1980. la menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan
New School For Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi
kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20.
Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di
Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada
masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan
kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi
Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif. Dantara karya tulisnya antara lain:

1. Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)


2. The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
3. The Process of Education (Harvard University press. 1960)
4. Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
5. Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
6. Child’s Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
7. Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan dilantik
sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan
peranan penting dalam Structur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi
seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.

Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.
Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu
meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia
menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap,
bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar
yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu
pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang
dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak
seperti model berajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan
stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi
antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman
dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting baginya
ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan informasi
secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari belajar. Oleh karena itu Bruner memusatkan
perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan
apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai
pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.

Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif,
yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard University. Teori Bruner
tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar sebagaimana yang dilakukan oleh Robert
M. Gagne. Refleksinya berkisar pada manusia pengolah aktif terhadap informasi yang
diterimanya untuk memperoleh Pemahaman.

Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid mengorganisir
bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery learning,
atau dengan kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan mentransformasikan
informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari berajar. Menurut Bruner dalam proses
belajar ada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman
baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang berfungsi sebagai
penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan kemungkinan
informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan
baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk
yang lebih abstrak atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap ke dua
benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-mana pengetahuan
yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Pendewasaan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya


ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana
seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai
dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk
mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan
dilakukannya.

Anda mungkin juga menyukai