Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN DI NEGARA PRANCIS

Oleh:
Dyah Ambarwati (1802112008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perancis adalah suatu negara besar dengan segala kebesaran dan juga
tragedinya Selama bertahun-tahun, kebudayaan, pendidikan, dan bahasa
Perancis banyak sekali diminati masyarakat di berbagai belahan dunia.
Belum lama berselang, hal ini paling jelas tampak di antara bangsa-bangsa
yang ingin menaikkan statusnya di mata orang eropa. Repotasi Perancis
sudah masyhur di bidang filsafat, kesusastraan, seni, bahkan dalam bidang
perdagangan dan industri karena bakat-bakat kreatif warganya dan nama-
nama mereka di kenang dengan penuh rasa hormat. Kendati kekaisaran
Perancis telah sirna, bahasa dan pola pendidikannya yang khas masih
dipergunakan hamper di semua benua di dunia.
Dalam ruang lingkup pendidikan, negara Perancis merupakan negara yang
menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan
sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementerian pendidikan (biasa
disebut Ministry of National Education) memiliki peran urgent dalam
kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga
menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan  sistem
sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.

Berbeda dengan Indonesia, Indonesia merupakan negara yang


menggunakan sistem pendidikan desentralisasi yakni pemerintah
menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing,
maka masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi
daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat,
meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup,
terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-
harapan menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan belajar bagi
anak-anak Indonesia selama 9 tahun
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perkembangan Pendidikan di Prancis?
2. Apakah tujuan Pendidikan di Prancis?
3. Bagaimana system Pendidikan di Prancis?
4. Bagaimana struktur dan jenis Pendidikan di Prancis?
5. Bagaimana Kurikulum Pendidikan di Prancis?
6. Bagaimana cara penerimaan calon guru dan sertifikasi?
7. Sebutkan perbedaan Pendidikan di Prancis dengan Indonesia!
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Pendidikan di Prancis
2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan di Prancis
3. Untuk mengetahui system Pendidikan di Prancis
4. Untuk mengetahui struktur dan jenis Pendidikan di Prancis
5. Untuk mengetahui kurikulm Pendidikan di Prancis
6. Untuk mengetahui cara penerimaan calon guru dan sertifikasi
7. Untuk mengetahui perbedaan Pendidikan di Prancis dengan Indonesia
BAB I
PEMBAHASAN
A. Mengenal Negara Prancis
 Sejarah Pendidikan

Sebagai mana juga negara-negara lain yang mempunyai sejarah


panjang, Perancis memiliki sistem pendidikan yang sudah sangat
melembaga dan berupaya selalu melakukan reformasi. Sejarah
menceritakn kenapa Perancis sangat bersifat sentralis dan birokratis dalam
bentuk pemerintahan termasuk sistem pendidikannya. Dunia seperti ini
telah membangunkan raksasa tidur (sleeping giant) J.C. Eicher (1995)
karena, (1) pembukaan sekolah menengah dan universitas bagi siswa-
siswa baru yang mayoritas dari kelompok sosial yang dulunya tidak
pernah dapat tempat. (2) adanya reformasi yang terus menerus yang
selama ini tidak pernah bisa diterima dengan senang hati oleh pihak-pihak
penguasa. Struktur yang besar dan kaku ini sekarang menghadapi
tantangan untuk dapat dijadikan sistem pendidikan yang permanen, yang
sampai saat ini masih belum terpenuhi dengan baik. Namun demikian,
oleh karena banyak programprogram pendidikan yang cukup meyakinkan
yang dikembangkan semenjak awal 80-an, langkah ini perlu dilanjutkan
supaya pendidikan Perancis benar-benar mampu berperan dalam
perubahan sosial dan ekonomi. Menurut aturan yang berlaku, sekolah yang
punya murid kurang dari 12 orang harus ditutup demi efisiensi. Antara
tahun 1900 dan 1945, pertumbuhan penduduk Perancis sangat lambat,
akan tetapi meningkat drastis sesudah perang Dunia II. Dampak
pertamanya adalah kurang lebih 1,2 juta murid masuk sekolah dasar antara
1951 dan 1956, naik 40% dari tahun-tahun sebelumnya. Perubahan
demografis ini menghantam sekolah menengah dari tahun 1957 dan
seterusnya, dan kemudian univestis. Keadaan ini kemudian menurun lagi
sehingga jumlah kelompok anak umur sekolah juga menurun sehingga
berakibat penutupan beberapa buah sekolah dasar kecil. Perancis juga
mengalami arus urbanisasi sehingga paris saja kota mega metropolitan
berpenduduk 16% dari seluruh penduduk Perancis. Komposisi etnis
penduduk Perancis pada dasarnya, adalah homogen selatan dua abad
menjalani pemerintahan negara yang bersifat sentralisitis, dengan bahasa
resmi bahasa Perancis. Akan tetapi kemudian ada desakan yang keras
untuk mengajarkan bahasa-bahasa daerah setempat terutama di daerah
Brittany, Alsace, Basque, dan Corsica. Pengajaran bahasa ini dilakukan
pada lembaga-lembaga pendidikan guru, buruh-buruh asing yang
jumlahnya sangat besar (lebih dari 4 juta ) juga mempengaruhi kurikulum
dan metodologi mengajar dengan pembukaan kelas-kelas khusus untuk
anak-anak asing. Pada awal abad ke-19, Perancis masih didominasi oleh
daerah pedalaman (rural area) dengan jumlah penduduk relatif besar yang
aktif dan produktif di bidang pertanian. Jumlah ini menurun dari 50%
dalam tahun 1900 menjadi 35% dalam tahun 1946.

Perancis kemudian mengalami proses industrialisasi yang cepat dan


modernisasi pertanian sehingga pada tahun 1982 hanya 8% penduduk
yang masih bertani secara tradisional. Dampak salah satu dari tansformasi
ini terhadap sistem pendidikan adalah berkembangnya dengan cepat
pelatihan-pelatihan teknik yang selanjutnya melahirkan sekolah-sekolah
menengah tingkat atas teknik (Iycees techniques) yang terpisah dari
sekolah-sekolah menengah umum yang lebih tradisional. Penurunan yang
tajam pada sektor primer (pertanian) menguntungkan sektor jasa(services)
dari tahun 1962-1975, sementara jumlah orang aktif disektor
pertanianmenurun 47% jumlah disektor jasa meningkat 35%, dan disektor
industri dan transportasi naik hanya 13% pada waktu yang sama, 75%
lapangan pekerjaan baru ada pada sektor jasa, terutama pada jajaran
pemerintah dan komunitas lokal, ini semua menuntut pendidikan. Struktur
pemerintahan tidak berubah selama satu abad. Tiga bentuk republik
semenjak tahun 1875 tetapi memberi prioritas pada pendidikan
masyarakat. Serangkaian undang-undang yang disahkan dalam tahun
1880-an memberikan pendidikan yang gratis bagi murid sekolah dasar,
mengatur kembali pendidikan bagi guru sekolah dasar dan menengah,
serta meberikan ijazah-ijazah pendidikan tinggi. Sekolah-sekolah negeri
ditingkatkan, dan sekolah swasta di cek dan dibenahi. Sesudah perang
dunai II, pemerintah republik keempat dan kelima melanjutkan
perhatiannya atas pentingnya pendidikan setidak-tidaknya sampai pada
saat unjuk rasa mahasiswa pada tahun 1965. Hampir sepanjang sejarah
sistem pendidikan Perancis sangat bersifat sentralis. Reformasi yang
dilakukan pada awal 1980-an memberikan otonomi pada daerah,
kementrian dan komunitas

B. Tujuan Pendidikan di Negara Prancis


Untuk memahami tujuan resmi pemerintah dan bagaimana mereka
mencapai persetujuan atau terperangkap pada konflik dengan banyak
orang, kita harus kembali melihat sejarah setidak-tidaknya dua abad
kebelakang. Namun demikian, banyak orang yang sependapat mengenai
peranan pendidikan semenjak republik ketiga (1875). Pada awal republik
ketiga berdiri rasa kesatuan masyarakat Perancis masih sangat tipis yang
ada saat itu masih perasaan pertentangan yang sangat dalam antara pihak
yang tidak menerima revolusi Perancis dan yang menerima dan berjuang
untuk itu.
Dalam bidang pendidikan, kedua kelompok yang bertikai ini
mengirim anak-anak mereka ke sekolah yang berbeda : sekolahsekolah
agama swasta disatu pihak, dan sekolah negeri dipihak lain. Tugas utama
yang paling mendesak bagi pemerintahan rezim baru ialah menciptakan
kesatuan nasional. Oleh karena itu belum memungkinkan untuk
mencocokan kedua belah pihak yang berbeda falsafah itu, maka satu-
satunya jalan yang harus dilakukan terlebihdahulu meningkatkan
nasionalisme, upaya peningkatan nasionalisme ini akan dilakukan melalui
sekolah dengan memperomosikan buku-buku teks yang seragam yang
isinya antara lain menekankan perlunya melanjutkan negara Perancis yang
sudah ada semenjak rezim lama (kerajaan) dan pembentukan sistem baru
bersifat sentralis yang ketat. Hasil yang diinginkan tercapai dengan baik,
sehingga seorang pengamat evolusi pendidikan yang sangat tajam,
Antonie Prost pada tahun 1968 menyimpulkan bahwa sesungguhnya kritik
terus bermunculan, namun Perancis (antara 1880 dan 1930) secara
keseluruhan puas dengan sistem pendidikannya, lebih dari itu ia merasa
bangga. Akan tetapi itu tidak berarti bahwa selain dari peningkatan
nasionalisme tujuan selalu jelas. Sistem pendidikan Perancis sebagaimana
disusun pada akhir abad ke-19 jauh dari persatuan. Pada tingkat sekolah
dasar yang pendidikannya gratis wajib dan tidak membedakan aliran
keagamaan, terdapat dua jenis pendidikan yang paralel : sekolah umum
pemerintah, dan sekolah-sekolah menengah kecil yang disebut Lycees ,
yang sering menampung murid yang berasal dari kelas menengah borjuis,
yang selalu keberatan mengirin anak-anaknya kesekolah yang sama
bersama anak-anak rakyat biasa. Pada tingkat sekolah menengah
pemisahan makin sering terjadi Lycees disediakan bagi anak-anak dari
kelompok masyarakat kelas menengah dan atas, dan masyarakat kelas
buruh mengirim anak-anaknya kesekolah menengah umum tingkat
pertama, dan kemudian kesekoah-sekolah kejuruan. Di sekolah Lycees
jumlah murid dapat dikatakan tetap sampai pada tahun 1920, tetapi pada
sekolah menengah pertama (pendidikan dasar bagian akhir) jumlah murid
terus meningkat dan bahkan peningkatannya cukup cepat. Tujuan khusus
Lycees untuk mendidik kelompk elit, dan melakukan pengajaran bahasa
yunani dan bahasa latin karena mata pelajaran ini sangat dianggap sangat
berharga dalam pembentukan pikiran. Pada masa yang sama dan sampai
perang dunia ke-II, tujuan lain sistem pendidikan mendidik orang yang
kualified mulai menjadi penekanan dalam pernyataan resmi. Tetapi hal ini
jelas tidak dilakukan oleh guru secara berlebihan.
Sesudah perang dunia ke-I sekelompok guru mencoba
memperkenalkan reformasi berdasarkan prinsip-prinsip budaya bersama
untuk semua tetapi usaha pemerintah yang pertama ke arah demokratisasi
dimulai tahun 1936 dalam bentuk pemerintahan Front Populaire .
Langkah-langkah yang inisiatif untuk memikirkan kembali sistem
pendidikan di Perancis dilakukan sesudah perang dunia ke-II, dan ini
disimpulkan dari laporan komisi yang disebut LangvinWallon
Commission (1947). Itulah untuk kali pertama tujuan pendidikan
dinyatakan dengan jelas. Ada tiga tujuan utama sistem sekolah :
1. Meningkatkan kesempatan yang sama dalam hidup setiap orang.
2. Memenuhi kebutuhan sistem yang produktif bagi orang-orang
qualified .
3. Memberikan prioritas pada pengembangan kepribadian pada
setiap anak.
Belum ada proposal yang tepat untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan tersebut
yang di anut oleh pemerintah. Masalahnya antara lain adalah, tujuantujuan itu sebagian
bertentangan satu sama lain, sehingga pemerintah tidak mau melakukan pilihan. Alasan
lain, biaya untuk mengimplementasikan reformasi itu sangat tinggi dan pada saat
laporan itu diterbitkan konsensus diparlemen mengenai ketentuan prioritas di bidang
pendidikan yang telah ada, tidak dijumpai ketika komisi pendidikan itu mulai bekerja
pada tahun 1947. Namun demikian tujuan pendidikan seperti diutarakan di atas telah
dipertegas lagi dalam perencanaan komisi pendidikan mulai dari perencanaan ketiga
dan seterusnya. Akan tetapi secara umum lebih banyak sumber yang mengutamakan
sistem pendidikan untuk kepentingan ekonomi dibandingkan untuk peningkatan
persamaan kesempatan. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa kebanyakan orang-
orang vokal dan para guru tetap dipakai dalam menjabarkan pendidikan.
Kenyataan bahwa siswa/mahasiswa tidak puas dengan sistem yang ada
terbukti pada tahun 1968. Pemerintah mengabulkan tuntutan mereka untuk
memperoleh persamaan dalam pendidikan dengan memberikan pintu terbuka bagi
yang ingin masuk ke pendidikan tinggi akan tetapi pada tahun berikutnya bidang atau
program pendidikan tertentu tidak menerima mahsiswa baru lagi yang makin
meningkat jumlahnya, sehingga pada awal 1980-an dan undang-undang baru di
syahkan tahun 1984.
C. Sistem Pendidikan di Negara Prancis

Prancis adalah tergolong Negara yang telah maju industrinya dari


antara Negara maju di barat lainnya. Problema-problema yang di rasa
belum dapat di selesaikan secara tuntas ialah yang menyangkut masalah
kependidikan dari abad ke abad.

Dibawah pemerintahan Repoblik ketiga, lycee dan fakultas


unuversitas negeri di ambil alih untuk membentuk inti system sekolah
menengah yang bertujuan menemukan dan menghasilkan calon-calon
pemimpin. Kendati teori warisan status kelas telah di tolak, system
pendidikan masih sangat selektif. System tersebut sudah memisahkan
anak-anak menjadi dua kelas sejak hari pertama mereka masuk sekolah.
Akhirnya, hak pilih dijadikan universal bahkan wanita berhak memilih
setelah perang dunia II, tetapi biaya pendidikan di sekolah menengah tetap
melanggengkan diskriminasi kelas.

Penerapan sistem pendidikan di Indonesia dengan di Perancis pada


umumnya memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di indonesia yang
pada dasarnya sistem pendidikan di Indonesia merupakan adaptasi dari
sistem pendidikan luar negeri. Perbedaan sistem pendidikan tentu saja
terletak pada penerapan metode pembelajaran di negara itu sendiri. Di
negara Perancis seorang peserta didik mengenyam pendidikan dimulai
pada saat anak berusia 2 atau 3 tahun setara dengan play group hingga 17
tahun disana peserta didik langsung diarahkan pada bakat dan minat dan
pada pemahaman konseptual, para siswa terbiasa belajar dengan pola
keras, disiplin dan dipenuhi dengan tugas. Setelah siswa menempuh
pendidikan wajib, bagi mereka yang ingin menempuh ke jenjang
perkuliahan mereka akan dihadapkan lagi dengan persaingan yang sangat
ketat, untuk lulus dari SMA saja itu merupakan hal yang sangat rumit.
Siswa yang terpilihlah yang dapat melanjutkan ke jenjang perkuliahan
dengan dihadapkan soal soal oral (essay) yang menuntut pemahaman
konseptual sehingga sedikit pula yang dapat masuk ke jenjang universitas.
Pendidikan di Perancis tentunya tidak lepas dari peranan pemerintah.
Pemerintah Perancis telah menganggarkan 23% pendapatan negaranya
untuk pendidikan yaitu adanya pendidikan gratis dari TK hingga SMA dan
gaji guru yang besar, disana gaji guru mencapai hingga 50 – 60 juta
perbulan. Untuk menjadi guru disanapun tidak mudah mereka yang ingin
menjadi guru harus diseleksi sesuai potensi yang dimilikinya. Karena ia
akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan
bangsanya. Jika ia diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang
paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah
dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah,
kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua
sudah ditanggung oleh pemerintah. Sehingga seorang guru benar-benar
berkonsentrasi penuh dalam mengajar dan mencerdaskan para anak didik,
dan mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk itu. Oleh karena
itu, untuk pengangkatan seorang guru, termasuk dosen, diadakan seleksi
penerimaan yang sangat ketat dan teruji. 

Ada salah seorang mahasiswa Indonesia di Perancis yang sudah


berkeluarga dan memiliki dua anak umur dua dan empat tahun
memasukkan kedua anaknya di TK mulai pukul 09.00 (pagi) sampai pukul
17.00 (sore). Sistem ini dianut karena umumnya para pegawai di Perancis
bekerja dari pukul 09.00-17.00, dengan catatan. Hari Sabtu dan Minggu
libur. Selama anak berada di ruang sekolah (09.00-17.00) mereka
sepenuhnya ada di bawah asuhan dan bimbingan guru. Di antara jam
belajar itu mereka (anak-anak) diberi makan siang, dan juga kadang-
kadang ada acara tidur siang. Jadi, para orangtua menyerahkan anaknya
ketika berangkat kerja dan menjemputnya kembali saat pulang kerja. Pada
hakikatnya seluruh proses belajar ini diberikan secara gratis oleh
pemerintah. Pemerintah Perancis menjamin bahwa masuk sekolah mulai
TK hingga perguruan tinggi adalah gratis. Tentu saja untuk memasuki
setiap jenjang pendidikan diadakan seleksi ujian masuk, mulai tingkat
pendidikan dasar (ecole primaire) pendidikan menengah (lysee) sampai
perguruan tinggi (universitarire).

Guru dituntut agar lebih memperhatikan perkembangan


kepribadian individual anak didik, dan tidak hanya mementingkan
pengembangan intelektual semata. Dalam kongres ahli pendidikan di Le
Havre tahun 1939 antara lain diputuskan agar guru memperhatikan
perkembangan anak didik pada aspek fisik, sosial dan etis dalam
pendidikan di samping aspek intelektual dan cultural.

Untuk meningkatkan kualitas guru, maka didirikanlah “Ecole


Normale” (Sekolah Guru) yang lama belajarnya 7 tahun (masa 4 tahun
untuk pendidikan umum dan 3 tahun untuk keguruan). Namun demikian
problema tentang mutu kependidikan tidak dapat di atasi hanya denga
melalui sekolah guru, tanpa diimbangi denga peningkatan bidang
kehidupan lainnya, seperti ekonomi, dan political will dari pemimpin
negaranya. Problem lainnya ialah bagaimana agar pendidikan tidak terlalu
intelektualistis.

D. Struktur dan Jenis Pendidikan di Negara Prancis

1. Pendidikan Formal
Hampir seluruh sistem pendidikan di Perancis dilaksanakan secara
tersentralisasi yang ketat dan kontrol ada pada kementrian pendidikan. Pendidikan dasar
berkembang dengan baik anak-anak boleh memulai pendidikannya pada umur dua
tahun. Proporsi anak-anak yang memulai pendidikan pada umur itu selalu saja
meningkat jumlahnya, jumlah yang terbesar adalah anak-anak dari keluarga ekonomi
lemah yang orang tuanya bekerja meninggalkan rumah, dan paling kecil proporsinya
adalah anak-anak para petani. Sekitar 91% dari anak anak usia tiga tahun sesudah
masuk sekolah pada tahun 1982 dibandingkan dengan hanya 42% pada tahun 1964,
dan dikota-kota persentase itu mencapai 100% masuk sekolah. Pada tahun 1977
pendidikan dasar sudah bersifat universal dan anak-anak usia 4-5 tahun sudah 100%
sudah masuk sekolah, bagi anak-anak berusia tiga tahun keadaan seperti itu tidak
mungkin saat itu, karena pertama banyak orang tua yang keberatan memasukan
anaknya pada usia tersebut, dan juga sangat tidak mungkin menyelenggarakan sekolah
bagi anak usia tiga tahun itu di daerah yang penduduknya masih sangat jarang terutama
didaerah pedalaman. Ini berarti bahwa hal ini tidak baik, karena penelitian
membuktikan bahwa anak usia empat tahun di tingkat pendidikan dasar rata-rata
hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang dicapai anak-anak berusi tiga
tahun seperti dijumpai pada Service d Information de Gestion et des Etudes Statistiques
(SIGES 1982).
Semenjak tahun 1969 jumlah murid pada tingkat pendidikan dasar menurun
disebabkan menurunnya angka kelahiran anak, dan kira-kira 600.000,00 anak
berkurang disekolah pada tahun 1986. Kira-kira 15% murid pada pendidikan dasar
belajar disekolah swasta namun demikian kurikulumnya mengikuti kurikulum sekolah
negeri dan hampir seluruhnya dikontrol oleh kementrian pendidikan. Sekolah khusus
bagi anak-anak cacat berkembang dengan cepat baik jumlah maupun kualitasnya dan
kira-kira 8% dari anak-anak umur sekolah pendidikan dasar berada disekolah khusus.
Dropout tidak ada dalam sistem pendidikan Perancis karena hal itu dilarang
oleh undangundang tetapi kenaikan kelas secara otomatis bukan pula menjadi aturan
sekolah. Walaupun jumlah rata-rata anak yang tidak naik kelas menurun, tetapi
persentasenya masih tinggi dibandingkan persentas e pada beberapa negara lain. Data
statistik menunjukan bahwa ada korelasi atau hubungannya antara anak yang tidak naik
kelas dan latar belakang sosial ekonomi orang tua anak. Misalnya, dalam sebuah
penelitian anak-anak yang orang tuanya tergolong executive tinggi dan profesional
hanya 12% mengalami tidak naik kelas hanya satu kali, sedangkan anak-anak yang
orang tuanya adalah buruh industri atau pabrik persentasinya adalah 40%. Pendidikan
menengah terdiri dari dua siklus.
Pada siklus pertama, umumnya anak-anak memasuki lembaga pendidikan
yang dinamakan cool eges denseigment secondaire (CES). Disini mereka belajar
selama empat tahun atau mereka belajar sampai umur 16 tahun. Tetapi sudah dua tahun
kira 30% mereka dibolehkan mengambil mata pelajaran khusus sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke sekolah teknik, kira-kira 20% siswa pada siklus ini memasuki
sekolah swasta. Siklus kedua pendidikan menengah terbagi atas dua jalur yaitu :

1. Jalur Panjang (Long Stream)

Jalur panjang diarahkan pada baccalaureat dan pendidikan


tinggi dan jalur ini terbagi pula atas dua bagian : pendidikan
menengah umum, dan pendidikan menengah kejuruan. Sekolah
swasta menampung siswa level ini kurang lebih 25%.

2. Jalur Pendek
Adalah murni pendidikan teknik yang diarahkan untuk
mendapatkan Certificat d Aptitude Professionelle (CAP) dalam
rentan waktu dua tahun. Sekitar 30% siswa pada setiap dua tahun
ajaran terdaftar pada jalur ini, perlu juga diketahui bahwa
walaupun begitu cepat perkembangan dan peningkatan jumlah
siswa pada tingkat sekolah menengah ini, kira-kira sepertiga
diantara mereka meninggalkan pendidikan tanpa menamatkannya
dan tanpa mendapatkan training profesiona l. Dari yang
menamatkan hanya 50% diantaranya berusia setidak-tidaknya satu
tahun terlambat dari umur normal yang seharusnya berada pada
level itu, selain itu terdapat perbedaan secara regional rata-rata
siswa yang berada di Perancis bagian utara. Secara proposional
mereka juga lebih banyak yang memasuki sekolah jalur panjang
dan memiliki pendidikan umum.

Perbedaan diatas mungkin disebabkan oleh perbedaan tradisi


budaya antara kedua bagian daerah Perancis, disamping perbedaan yang
bersifat ekonomi Perancis bagian selatan adalah daerah jarang industri dan
pekerjaan lebih banyak pada sektor ketiga, yaitu sektor jasa terutama pada
bidang pendidikan dan pegawai negeri yang mensyaratkan atau menuntut
lebih banyak gelar dan kualifikasi di bidang pendidikan umum. Wanita
tampaknya merupakan mayoritas dalam jalur pendidikan panjang
mencapai kurang lebih 60% sementara hanya 43% pada jalur pendek. Pada
siklus kedua pendidikan menengah jumlah siswa wanita juga melebihi
jumlah siswa laki-laki, 51,6% berbanding 48,4%. Pada level pendidikan
tinggi, jumlah mahasiswa meningkat 17 kali semenjak tahun 1930, dan 7
kali semenjak 1951. Kemudian kenaikan yang juga sangat besar terjadi
tahun 1955 dan 1970 (meningkat 585,000 siswa). Kemudian pertambahan
ini mulai terhambat, hanya 2% setahun, namun jumlah mahasiswa
terdaftar masih tetap naik. Dalam tahun 1982, kira-kira 18% pelamar
masuk ke pendidikan tinggi, sedikit di atas rata-rata yang terjadi di negara-
negara Eropa Barat. Kebanyakan mahasiswa ini (kira-kira 80%) memasuki
universitas tradisional. Perubahan di pendidikan tinggi Perancis berbeda di
antara fakultas-fakultas. Dari bidang-bidang ilmu pada universitas yang
tradisional, pelamar pada ilmu hukum dan ilmu ekonomi masih stabil
jumlahnya, tetapi meningkat empat kali lipat antara tahun 1961 dan 1971,
dan kemudian stabil kembali pada angka 200,000 (1/5 dari jumlah seluruh
mahasiswa) sampai 1980. Jumlah mahasiswa pada bidang humaniora dan
ilmu-ilmu sosial naik dua kali lipat antara 1951 dan 1961, meningkat lagi
lebih tiga kali lipat dalam tahun 1962, dan kemudian menjadi stabil pada
level 25% dari jumlah keseluruha mahasiswa. Bidang sains meningkat
penerimaannya empat kali lipat antara 1951 dan 1965, tetapi tidak
mengalami peningkatan yang berarti lagi (13% dari total enrollment).
Enrollment di bidang kedokteran dan farmasi meningkat sangat tajam pada
bagian kedua dekade 60-an mencapai 20% dari jumlah keseluruhan,
semetara bagian yang lambat pertumbuhannya adalah bidang engineering.
Dropout cukup tinggi pada universitas tradisional (jalur panjang) Perancis,
terutama setelah tahun pertama (29%), dan antara 10% dan 15% pada jalur
pendek. Walaupun akses ke pendidikan tinggi sudah menjadi lebih luas,
namun ketidaksamarataan latar belakang sosial-ekonomi mahasiswa masih
sangat tinggi. Perbedaan ini lebih sangat dirasakan pada bidang tertentu,
dan kurang terasa pada bidang lain. Dua bidang yang sangat ekstrim
adalah, pertama, bidang kedokteran yang mahasiswanya hampir
seperduanya berasal dari keluargakeluarga profesional dan kelas eksekutif
tinggi, dan kedua adalah bidang teknologi jumlah mahasiswa yang berasal
dari keluarga-keluarga buruh kelas rendah, blue-collar workers, lebih besar
jumlahnya.

 Pendidikan Dasar dan Menengah

Secara umum sistem pendidikan di Perancis telah dimantapkan


kembali dengan falsafah pendidikan baru sejak lebih dari 25 tahun yang
lalu. Pada tingkat pendidikan tinggi, materi pendidikan melampaui
kerangka institusional atau interdisiplineritas. Dengan menelusuri jalur-
jalur utama yang dapat membantu memahami cara kerja sistem tersebut
maka kekayaan ilmu lahir dan interpretasi berbagai bidang ilmu dapat
dilakukan melalui sistem pendidikan. Dengan demikian perlu panduan
untuk kelancaran pelaksanaannya, hanya pertukaran dan pembaharuan.
Sebelum melangkah kepada bahasan mengenai pendidikan tinggi ada
baiknya kita simak dahulu pendidikan pra-perguruan tinggi yaitu
pendidikan sejak usia pra-sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah

a. Pendidikan Dasar

Sejak tahun 1967, semua anak di Perancis dikenakan wajib


belajar sampai dengan umur 16 tahun. Seperti di negara-negara lain,
sekolah di Perancis dimulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK)/Ecole
aternelle sebagai tingkat pra-sekolah. Seorang anak yang sudah berumur 2
tahun dengan ditambah syarat-syarat tertentu sudah boleh masuk TK,
walaupun pada umumnya anak-anak masuk TK berumur antara 3 sampai
4 tahun. Pendidikan pra sekolah dibagi menjadi 3 tingkat: kecil, sedang
dan besar. Pada tahap ini anak-anak diperkenalkan cara hidup
berkelompok, keterampilan sederhana dan pengenalan huruf-huruf serta
angka. Pendidikan dasar dimulai pada usia 6 tahun dan selama 5 tahun:
Jenjang Persiapan (CPI), Dasar 1 (CE1), Dasar 2 (CE2), Menengah (CM1)
dan Menengah 2 (CM2). Tujuan utama pendidikan dasar ini adalah untuk
mengajarkan pada anak-anak kehidupan bermasyarakat memberikan
kemampuan membaca dan berhitung dengan persiapan untuk melanjutkan
ke pendidikan menengah (Lycees dan Colleges). Pendidikan ini
berkewajiban menggabungkan kepentingan dasar pendidikan dan
kesenangan, atau bermain suatu pendekatan yang terbukti berhasil pada
anak-anak. Dewasa ini hampir 100% anak yang berumur 6 tahun sudah
memasuki bangku sekolah dasar. Anak-anak sekolah di TK dan SD
negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-buku
pelajaran secara gratis.

b. Pendidikan Menengah Pertama

Pada pendidikan menengah tingkat pertama, anak-anak belajar


selama 4 tahun dan pada akhir Sekolah Lanjutan Pertama (SLP = College)
anak-anak dijuruskan ke salah satu jurusan Sekolah Lanjutan Atas (SLA =
Lycee) yaitu ke pendidikan jangka panjang atau pendek. Pada sekolah
menengah pertama umum atau kejuruan (tertentu) di sekolah negeri
tidak dipungut biaya, dan sampai tingkat SLP ini pun buku-buku pelajaran
diberikan secara gratis

c. Pendidikan Menengah Atas

Tingkat pendidikan menengah atas ditempuh selama 3 tahun yaitu : kelas


2, 1 dan terminal dengan tetap mempertahankan pendidikan fundamental
yang relatif homogen pada semua jurusan. Sejak tahun pertama terdapat
3 urusan utama, yaitu : Sastra, Ilmu Pengetahuan Alam serta Sains dan
Teknik Industri/Sains Teknik, dan Teknik ekonomi. Pada akhir SLA,
murid-murid yang lulus mendapat ijazah Baccaloreat. Ijazah pendidikan
menengah atas dapat digunakan untuk masuk universitas atau masuk kelas
persiapan pada sekolah tinggi. Sekolah profesional seperti halnya sekolah-
sekolah kejuruan menengah di indonesia, memberikan pendidikan
profesional setelah tamat kelas 3. Pelajaran yang diberikan adalah
pendidikan praktek dan teori selama 2 sampai 3 tahun. Setelah lulus
diberikan sertifikat keterampilan profesional (CAP) dan Diploma Teknik
Tinggi (BTS). Biasanya pada tahun kedua diberikan pelajaran teori dan
praktek di sekolah serta praktek kerja di perusahaan.

Gambaran umum Sistem Pendidikan di Perancis Pada dasarnya ada 4


degree :

1. Maternelle (setara playgroup dan TK) mulai dari umur 2 th

- Toute Petite Section ( mulai umur 2)

- Petit Section (3 th)

- Moyen Section (4 th) ~~ TKA

- Grand Section (5 th) ~~ TKB

2. 1ere degree :

- Cours Preparatoire (CP) - 6th ~~SD 1

- Cours Elementaire (CE1) - 7 th ~~ SD 2

- Cours Elementaire (CE2) - 8 th ~~ SD 3

- Cours Moyen 1 (CM1) - 9 th ~~ SD 4

- Cours Moyen 2 (CM2) - 10 th ~~ SD 5

3. 2eme degree :

- 1ere cycle 6eme - 11 th ~~ SD 6

- 1ere cycle 5eme - 12 th ~~ SMP 1

- 1ere cycle 4eme - 13 th ~~ SMP 2

- 1ere cycle 3eme - 14 th ~~ SMP 3


Bagi yang lulus menyandang status Colleges dan Memilih
ke jurusan Baccalaureat ( jalur umum) ataukah jurusan CAP /BEP
(jalur profesionel) 1-2 th setelah itu bisa langsung kerja. Berikut
adalah jalur Baccalaureat :

- 2eme cycle 2 eme - 15 th ~~ SMA 1

- 2eme cycle 1 ere - 16 th ~~ SMA 2

- Terminal - 17 th ~~ SMA 3

Yang lulus bisa menyandang gelar BAC-S (Scientific),


BAC-ES (Economi) atau BAC-L (Litteraire) tergantung jurusan
yang diambil di kelas.

4. Superieur, ada 3 cabang :

- IUT : Instituts Universitaire de Technologie - 2 th,


diplome : DUT / BTS

- Universités - 3 th, diplome : Licence

- 4 th, diplome : Maitrise

- 5 th, diplome : DESS / DEA /DRT

- 8 th, diplome : doctorat

- Grande Ecole :

- ENA : sekolah politik

- Polytechnic, diplome : Ingenieur & Scientific

- HEC - Untuk sekolah Finance commerce

- ENS - sekolah calon guru


Berdasarkan hasil pengamatan langsung di Perancis, sistem
pendidikan di Perancis dari awal sudah dapat mendeteksi bakat dan
kemampuan anak, dan sudah bisa menentukan jurusan sesuai minat anak
sejak dini. Jadi tidak semua anak berlomba-lomba ingin menjadi insinyur
atau jurusan teknik. Siswa juga tidak dituntut harus menguasai seluruh
mata pelajaran, akan tetapi cukup hanya basicnya saja, baru bidang yang
sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa dipelajari secara lebih
mendalam, sehingga lebih fokus. Apalagi yang berminat melanjutkan ke
Grande Ecole, harus melewati test yg benar-benar ketat untuk bisa masuk,
bagi yang tidak lulus seleksi akan melanjutkan ke universitas biasa.

 Sistem Pendidikan Tinggi

Sejak tahun 1968 ditetapkan tiga azas yang mendasari organisasi


pendidikan tinggi di Perancis yaitu : Otonomi universitas di bidang
keuangan, administrasi dan ilmu pendidikan. Partisipasi mahasiswa,
pengajar dan civitas akademika pada segala kegiatan pemilihan (Dewan
UER, Dewan Universitas). Multidisiplinaritas sehingga dapat
menghindari spesialisasi yang sempit. Menurut pembagian administratif,
Perancis dibagi dalam wilayah-wilayah akademik. Jumlah wilayah untuk
seluruh Perancis ada 24. Misalnya akademi Paris mencakup perguruan
tinggi di Paris dan sekitarnya. Jadi berbeda dengan pengertian akademi
dalam bahasa Indonesia. Dari undang-undang yang dikeluarkan tanggal 26
Januari 1984 diadakan penyempurnaan (reorganisasi) pendidikan dari
siklus pertama sampai siklus ketiga yang bertujuan :

a. Perbaikan prestasi pendidikan tinggi


b. Penganekaragaman dan profesionalisasi pendidikan tinggi
c. Penyesuaian pendidikan tinggi pada keadaan nyata di luar
perguruan tinggi perindustrian, dan pusat-pusat penelitian).
d. Membentuk ikatan dengan lingkungan ekonomi dan sosial.

Organisasi Umum Pendidikan di Universitas


Pendidikan tinggi meliputi 3 siklus berturut-turut :

1) Siklus pertama

Waktu : 2 tahun - Diploma yang diperlukan : Baccalaureat (SLA).


Diploma yang diperoleh setelah menyelesaikan pendidikan di
siklus pertama ini dapat merupakan salah satu dari:
a. Diploma Studi Umum Universitas (DEUG) - Bac + 2 tahun.
b. Diploma Studi Sains dan Teknik Universitas (DEUST) - Bac +
2 tahun.
c. Diploma Universitas (DU) - Bac + 2 tahun.
d. Diploma Universitas Teknologi (DUT) - Bac + 2 tahun.
DEUG merupakan siklus formasi umum dan berorientasi
pluridisipliner. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selama 2
tahun menempuh DEUG maupun DEUST tidak diperkenankan
mendaftar lebih dari 3 kali atau 6 kali pendaftaran semester,
kecuali jika ada pengecualian (sesuai dengan Surat Keputusan
tanggal 16-7-1984).

2) Siklus Kedua

Siklus kedua merupakan pendidikan untuk memperoleh


gelar Ingenieur dan Magister dalam waktu 2 atau 3 tahun Diploma
yang diperlukan : DEUG memberikan kesempatan untuk memilih
di antara kemungkinan pendidikan di siklus kedua antara lain:
a. Formasi fundamental, profesional dan/atau spesialisasi untuk :
 Diploma :
 Licence dan Maitrise
DEUG + 1 tahun Licence atau Bac + 3 tahun.
Licence + 1 tahun Maitrise atau Bac + 4 tahun
Untuk Licence dan Maitrise ini, bidang keahlian yang
dimiliki adalah sama dengan bidang keahlian di DEUG.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Licence dan
Maitrise merupakan lanjutan dari DEUG. Pendidikan yang
bertujuan keahlian dirancang dalam suatu paket 2 tahun
yang tidak dapat dipisah untuk mendapatkan Diploma :
 Maitrise de Sciences et Techniques MST (Sains dan
Teknik): Bac + 4 tahun
 Maitrise de Sciences de Gestion MSG (Ilmu
Manajemen): Bac + 4 tahun
 Maitrise de Methodes Informatiques Appliquees ala
Gestion MIAGE (metode informatika yang
diterapkan pada manajemen) Bac + 4 tahun

b. Pendidikan menuju gelar Insinyur yang dirancang dalam paket 3


tahun (atau menurut skema MST + 1 tahun; DEUG + 3 tahun; atau
Bac + 5 tahun).

c. Pendidikan universiter yang dirancang dalam paket 3 tahun


yang tidak dapat dipisah untuk mendapatkan Magister (DEUG
atau DUT + 3 tahun = Magister atau Bac + 5 tahun.

d. Pendidikan universitas untuk memperoleh gelar Mastaires (atau


Master pada umumnya seperti yang terdapat pada sistem
pendidikan Eropa dan Amerika pada umumnya) dalam rangka
menyesuaikan dengan sistem pendidikan di Eropa pada umumnya
dan dibuka sejak tahun 1999.

Magister yang dapat diambil pada tahun ajaran 1985, merupakan


pendidikan dalam jangka waktu 3 tahun terbuka bagi mereka yang
mempunyai DEUG atau DUT, dengan menunjukkan diplomanya,
demikian juga bagi mahasiswa sekolah tinggi (Grandes Ecoles),
merupakan diploma yang diberikan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Diploma ini meliputi suatu pendidikan tingkat tinggi, sangat
multidisipliner, dengan tujuan profesional, tetapi merupakan diploma
universitas, bukan diploma nasional. Pemegang diploma Mastaires
memiliki level yang sama dengan pemegang diploma DEA atau DESS
pada siklus ketiga.

3) Siklus ketiga

Siklus ketiga merupakan pendidikan untuk memperoleh gelar


magister dan doktor dalam waktu 1 sampai 5 tahun. Diploma yang
diperlukan adalah Maitrise. Dengan ijazah Maitrise memungkinkan
seseorang untuk dapat memilih antara 2 jalur, yaitu :

a. Jalur Diploma Studi Tinggi Spesialisasi (DESS), suatu bentuk


pendidikan dengan tujuan keahlian dalam waktu 1 tahun.
b. Jalur Doktorat yang pada tahun pertamanya diperkuat dengan
Diploma Studi lanjut (DEA).

 Pendidikan Khusus
Semenjak tahun 1970an sudah ada kecenderungan unntuk
mengintegrasikan “murid-murid dengan kebutuhan khusus” (Spesial
Needs Students) kedalam kelas-kelas regular. Ini memerlukan penyesuian
yang cukup berat dalam hal kurikulum dan pendidikan gurunya karena
begitu banyaknya variasi kelompok murid yang termasuk dalam katagori
ini. Yang termasuk didalamnya adalah kelommpok anak yang cacat secara
fisik dan yang punya hambatan belajar, disamping anak-anak yang
mempunyai kebutuhan akademik yang istimewa (gifted) yang biasanya
diarahkan kedalam program-program percepatan atau pengayaan.

 Pendidikan Vokasional, Teknik, dan Bisnis


Persiapan keterampilan dan kejuruan atau vokasional semakin
memegang peranan penting pada sekolah menengah tingkat atas dalam
tahun 1980-an, walaupun system sebelumnya untuk mengarahkan siswa
pada program-program vokasional pada anak usia 14 tahun tidak
dihilangkan. Tujuannya ialah untuk memberikan kepada generasi muda
keterampilan yang lebih umum sifatnya, bias ditranfer atau dialihkan,
sehingga dengan demikian mereka lebih mungkin berfungsi dalam
masyarakat dan pasar kerja yang menuntut fleksibilitas dalam menghadapi
perubahan teknologi yang sangat cepat.

 Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal


Meneruskan pendidikan setelah terputus di tengah jalan,
merupakan elemen penting di Kanada, dan lebih dari 3 juta penduduk
Kanada terdaftar pada program-program pendidikan orang dewasa setiap
tahun. Kuliah diberikan oleh berbagai institusi termasuk oleh dewan-
dewan pendidikan, kantor depertemen pendidikan propinsi, universitas,
dan akademi-akademi. Program-program serupa juga diponsori dan
diselengarakan oleh organisasi-organisasi nirlaba (nonprofit), organisasi
professional, kantor-kantor pemerintah, lembaga bisnis dan industri.
.

E. Kurikulum Pendidikan di Prancis

Oleh karena sistem pendidikan Perancis bersifat sentralistis, maka


pengembangan kurikulum sekolah diatur oleh sebuah komisi nasional
beranggotakan terutama anggota korp inspektur jendral. Cakupan
kurikulum bersifat nasional dan sedikit sekali peluang yang diberikan
untuk muatan lokal daerah. Para inspektur pendidikan diberi tugas
mengunjungi sekolah dan kelas-kelas pada waktu tertentu secara teratur
untuk memonitor apakah pengajaran sebagaimana telah digariskan secara
resmi dilaksanakan oleh guru dan sekolah.

Berbeda halnya di tingkat pendidikan tinggi yang lebih bersifat


independen, walaupun universitas harus mengikuti program umum
nasional agar terdapat keseragaman sistem pemberian gelar secara
nasional. Sehubngan dengan otonomi perguruan tinggi, banyak yang
menilai telag terjadi penyimpangan baik dalam hal hakikat maupun isi
pengajaran. Sebaliknya, ditingkat pendidikan yang lebih rendah, diminta
kebebasan atau independensi yang lebih besar.

Kurikulum pendidikan tingkat rendah terdiri dari bahasa Perancis,


membaca, menulis, berhitung, sejarah, ilmu bumi (khusus Perancis dan
Negara-negara jajahan), akhlak, kewarganegaraan, dasar-dasar ilmu pasti
dan alam, menggambar, pekerjaan tangan, bernyanyi dan gerak badan.
Murid-murid yang hendak melanjutkan sekolah menengah, harus lulus
ujian masuk kelas enam, terutama bagi mereka yang mempunyai nilai
ujian cukup. Kalau nilainya baik, maka mereka dapat masuk dan diterima
secara otomatis di tahun pertama (classes de sixieme). Yang menarik
untuk dipelajari adalah tingkat kelas dimulai dari angka yang tertinggi
kemudian menurun. Jadi sekolah dasar enam tahun, dan kelas diatur
sebagai berikut:

1. Kelas enam = kelas satu di Indonesia.


2. Kelas lima = kelas dua di Indonesia.
3. Kelas empat = kelas tiga di Indonesia.
4. Kelas tiga = kelas empat di Indonesia.
5. Kelas dua = kelas lima di Indonesia.
6. Kelas satu = kelas enam di Indonesia.

 Ujian dan Kenaikan Kelas


Sistem ujian sepenuhnya berada di tangan guru. Tidak ada
sertifikat yang diberikan kepada murid sampai mereka menyelesaikan
pendidikan pada akhir siklus pertama pendidikan menengah, yaitu setelah
mendapat pendidikan selama sembilan tahun. Pada pendidikan dasar,
kenaikan kelas ditentukan hanya oleh para guru pada akhir tahun ajaran.
Pada pendidikan menengah, para konselor program orientasi atau
bimbingan membantu siswa dan ikut berpartisipasi dalam komisi orientasi
pada grade kedua untuk menentukan apakah seorang siswa dinaikkan ke
grade ketiga atau dimasukkan ke kelas khusus, sebagai persiapan
mengikuti pemagangan (apprenticeship). Baccalaureat adalah diploma
yang menerangkantidak hanya penyelesaian pendidikan tingkat sekolah
menengah, tetapi juga menerangkan bahwa seorang pemegang diploma
tersebut dapat masuk secara bebas ke universitas kecuali ada ketentuan
khusus menyertainya (numerus clauses). Pada pendidikan tinggi,
penerimaan mahasiswa ditentukan oleh suatu panitia. Kegagalan yang
tinggi, terutama pada tingkat atau tahun pertama sering dikritik sebagai
buang waktu saja, tetapi pengadaan ujian masuk perguruan tinggi juga
ditolak oleh siswa dan oleh persatuan guru

F. Penerimaan Calon Guru dan Sertifikasi


1. Penyerapan Calon Guru Di Perancis

Untuk menjadi guru diharuskan melalui seleksi nasional.


Pelaksanaan dan materi seleksi guru bersifat khusus (berbeda dengan
seleksi pegawai negeri lainnya). Persaingan untuk menjadi guru sangat
ketat. Perbandingan antara pendaftar dengan yang diterima kurang
lebih 10 : 1. Begitu ketatnya persaingan ini, di Prancis dibuka satu
pendidikan selama satu tahun, yang khusus dilaksanakan untuk
mempersiapkan lulus seleksi (semacam bimbingan tes). Pendidikan
tersebut dilaksanakan oleh Institut Universitas de Formation des
Maitres (IUFM), semacam IKIP (dulu) di Indonesia. IUFM sendiri
berada di bawah universitas (setara fakultas). Karena hanya merupakan
persiapan untuk lolos seleksi, pendidikan selama satu tahun ini tidak
wajib. Namun kenyataan membuktikan, sebagian besar yang lulus
seleksi calon guru, adalah mereka yang mengikuti program persiapan
di IUFM tadi. Pendidikan persiapan untuk lulus seleksi ini bisa juga
dengan mengikuti pendidikan jarak jauh yang dilaksanakan oleh
Lembaga Pendidikan Jarak Jauh Nasional (CNED /Centre National
dan Ensaignement a Distance). Setelah lulus dari seleksi nasional, para
calon guru wajib mengikuti pendidikan guru selama 1 (satu) tahun di
IUFM. Status mereka selama pendidikan di IUFM adalah guru magang
(prof. Asseur stagiaire), sedangkan istilah atau status untuk mereka
yang mengikuti program persiapan seleksi guru adalah mahasiwa
(Asstudiant). Para guru magang mendapat gajih kurang lebih 1.273
Euro atau 80 % dari gajih guru pada pengangkatan pertama. Di
Perancis, guru dikelompokkan menjadi empat, yaitu : guru sekolah
(SD dan taman kanak-kanak), guru SLA umum, guru sekolah kejuruan
teknik, guru sekolah kejuruan profesional, guru olah raga dan guru
agregasi (professeur agrasgas). Guru agregasi adalah mereka yang
mengajar di kelas persiapan masuk ke Sekolah Tinggi (Grande Ecole).

Syarat untuk mengikuti seleksi guru sekolah, guru SLP umum,


SLA umum dan guru kejuruan tehnik adalah lulusan sarjana muda
(lisence) atau sederajat (di Perancis umum disebut lulusan SLA
ditambah 3 tahun); untuk menjadi guru sekolah lanjutan profesional,
minimal lulusan sarjana muda, insinyur, atau mereka yang memiliki
pengalaman kerja profesional selama 5 sampai 8 tahun; untuk menjadi
guru olah raga, lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan Olah Raga
atau yang setara dengan itu; sedangkan untuk mengikuti seleksi
menjadi guru agregasi para calon sekurang-kurangnya harus memiliki
ijazah maartrise (sarjana) atau yang setara dengan itu. Tidak ada
pembatasan umur untuk mengikuti seleksi menjadi guru, kecuali bagi
mereka yang sudah pensiun. Materi pendidikan selama satu tahun di
IUFM, disesuaikan dengan sertifikat yang akan diambilnya. Untuk
menjadi guru taman kanak-kanak atau sekolah dasar, seseorang harus
mengikuti pendidikan untuk mendapat sertificat dan aptitude au
profassorat de lanseignement de (CAPE); untuk menjadi guru di SLP
dan SLA umum harus mengikuti pendidikan untuk mendapat
cerrtificat dan aptitude au profassorat de lensaignement du second
dagrap (CAPES), untuk mengajar di bidang pendidikan tehnik, harus
mengikuti program pendidikan untuk mendapat certificat dan aptitude
au profassorat untuk mengajar di Sekolah Menengah Profesional harus
memiliki cerrtificat aptitude au profassorat de lycae professionnel
(CAPLP); dan untuk menjadi guru olah raga harus memiliki cartificat
aptitude au profassorat de laducation physique et sportive (CAPEPS).
Adanya beberapa sertifikat ini menunjukkan bahwa sertifikat guru,
tidak berlaku umum untuk semua jenjang pendidikan dan semua
bidang ilmu. Di Perancis, guru taman kanak kanak dan SD mengajar
semua bidang ilmu (polivalent). Materi yang diajarkannya adalah
bahasa prancis, matematik, sain dan teknologi, sejarah dan ilmu bumi,
seni, olah raga dan bahasa asing. Sedangkan guru di sekolah lanjutan,
baik umum, tehnik maupun profesional bersifat spesialis. Seorang guru
hanya mengajar satu bidang ilmu tertentu yang menjadi tugas atau
spesialisasinya. Konsekwensi dari hal ini, materi pendidikan untuk
calon guru SD dan TK bersifat polivalen pula; sedangkan untuk calon
guru lainnya titik berat pembelajaran pada ilmu yang akan
diajarkannya. Apabila ditelusur dari awal, materi yang diujikan ketika
seleksi menjadi calon guru (untuk diterima di IUFM/guru magang),
berbedea pula. Untuk calon guru SD/TK materi yang diujikan
mencakup semua mata pelajaran yang akan diajarkan di SD/TK,
sedangkan untuk calon guru di sekolah menengah umum, tehnik dan
profesional titik beratnya kepada bidang ilmu yang akan diajarkannya.
Ada sekitar 28 bidang ilmu yang diujikan untuk guru sekolah
menengah, tehnik dan profesional. Pendidikan untuk mendapat
sertifikat guru SD/TK (CAPE), dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu
magang di sekolah selama 11,5 minggu; perk uliahan selama 44O jam
(tidak digunakan SKS) dan pembuatan skripsi (diperhitungkan satu
hari kerja selama satu minggu). Seperti halnya untuk guru SD/TK,
pendidikan untuk mendapat sertifikat guru pendidikan menengah,
tehnik, profesional dan olah raga dilalui melalui magang dan
perkuliahan. Perbedaannya, untuk mendapat sertifikat guru pendidikan
tehnik dan profesional, pelaksanaan magang bukan hanya di sekolah-
sekolah tetapi juga di perusahaan.

Kelulusan di IUFM ditandai dengan diperolehnya sertifikat.


Dengan sertifikat tersebut, para lulusan secara langsung sudah diterima
menjadi guru penuh atau berubahnya status dari guru magang menjadi
guru penuh. Mereka yang tidak lulus dari pendidikan berarti tidak bisa
diangkat menjadi guru. Kelulusan di IUFM ditentukan oleh nilai ujian,
skripsi dan performen selama magang. Seteleh menerima sertifikat,
mereka langsung ditempatkan di sekolahsekolah. Untuk guru SD/TK
ditempatkan di sekolah-sekolah di wilayah (academie) dimana mereka
mendaftarkan diri. Untuk guru sekolah menengah umum, tehnik dan
profesional harus siap ditempatkan di seluruh wilayah Perancis.
Penempatan ini tidak untuk selamanya, karena setiap tahun kementrian
pendidikan Perancis mengadakan rotasi nasional (movement national)
bagi para guru. Selama tahun pertama dan tahun ke dua menjadi guru,
para guru yang baru diangkat mendapat beberapa kali pelatihan
khusus. 3 minggu pada tahun pertama dan 2 minggu pada tahun ke
dua. Materi pendidikan khusus tersebut adalah penyelesaian berbagai
masalah yang dihadapi selama mengajar pada tahun pertama dan tahun
kedua. Menarik untuk disimak atas kepercayaan pemerintah Perancis
yang mensyaratkan sarjana muda (lisence) dan bukan sarjana
(maitrise) untuk mengikuti seleksi guru. Persyaratan ini menunjukkan
kepercayaan bahwa materi ilmu yang diajarkan di universitas sampai
tingkat sarjana mudapun sudah cukup mumpuni untuk dasar menjadi
guru. Demikian pula halnya, kepercayaan kepada orang-orang yang
sudah punya pengalaman, untuk bisa ikut pula di dalam seleksi.
Kepercayaan akan bekal ilmu sampai tingkat sarjana muda ini, dapat
terlihat pula dari kurikulum pendidikan selama masa pendidikan di
IUFM. Materi pembelajaran, bukan pada pendalaman ilmu yang akan
diajarkan, tetapi kepada bagaimana cara mengajarkan ilmu tersebut.
Kurikulum di IUFM jelas-jelas menyebutkan mata kuliah yang
diajarkan dengan judul: bagaimana mengajar matematika, bagaimana
mengajar bahasa Perancis dsb. Pengajaran konsep-konsep dasar ilmu
pendidikan, seperti didaktik, metodik, padagogik bukan pada tataran
teori, tetapi langsung diaplikasikan kepada ilmu yang akan diajarkan.
Dengan arahan dosen dan kesadaran mahasiswa sendiri, hal-hal yang
bersifat teoritis dari ilmu mendidik, dipelajari melalui literatur yang
menjadi rujukan.

2. Sertifikasi Guru

Sebagai lembaga pendidikan, IUFM memiliki hubungan yang


sangat erat dengan dinas pendidikan di wilayahnya dan dinas
pendidikan nasional. Hal tersebut, karena serah terima dari guru
magang menjadi guru tetap dilakukan oleh IUFM kepada dinas
pendidikan. Sebagai pemanfaat dan pemberi dana, dinas pendidikan
mempunyai peran untuk mengawasi dan mengarahkan pelakanaan
pendidikan sesuai dengan kualitas dan tujuan yang diinginkannya.
Banyaknya guru magang yang diterima/lulus seleksi didasarkan
kepada kebutuhan nyata guru di wilayahnya dan tingkat nasional.
Dengan demikian, semua lulusan dari IUFM/guru bersertifikat dapat
diserap oleh sekolah (tidak menganggur). Di Perancis semua guru
berstatus pegawai negeri. Besarnya gajih guru tidak berbeda dengan
pegawai negeri sipil lainnya. Untuk menjadi pegawai negeri sipil pada
bidang lain, dilakukan pula seleksi yang sangat spesifik sesuai dengan
kebutuhan di bidangnya, dan juga harus mengikuti pendidikan dan
magang seperti guru. Gajih guru didasarkan kepada lamanya kerja.
Dewasa ini gajih bersih guru adalah 1.273 Euro untuk guru magang;
1.518 Euro setelah 2 tahun bekerja; 1.807 setelah 10 tahun; 2.403 Euro
setelah 20 tahun dan 2.860 Euro untuk yang sudah bekerja 30 tahun.
Gajih tersebut diluar tunjangan perumahan, pengurangan
kewajibankewajiban membayar berbagai pungutan sosial lainnya dan
juga tidak termasuk tunjangan keluarga. Untuk ukuran Perancis gajih
tersebut dapat dikatakan sedangsedang saja. Gajih tersebut diluar
tunjangan perumahan, pengurangan kewajibankewajiban membayar
berbagai pungutan sosial lainnya dan juga tidak termasuk tunjangan
keluarga Sertifkat Guru Sebagaimana halnya Undang-undang Guru
dan Dosen (UUGD) di Indonesia, kementrian pendidikan Perancis
menggunakan pula istilah kompetensi profesional (competences
professionnelles) untuk kriteria penerimaan guru (Livret du Stagiaire
IUFM de Academie de Versailles, 2005). Kompetensi profesional ini
ditunjukkan dengan sertifikat yang diberikan setelah calon guru
menyelesaikan pendidikan keguruan di lembaga pendidikan yang
diakui oleh pemerintah. Selain sertifikat tersebut, tidak ada sertifikat
lain yang menjadi syarat untuk menjadi guru. Dengan demikian,
sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tersebut
merupakan sertifikat kompetensi dan sekaligus sertifikat profesi.
Pemerintah Perancis menganggap bahwa, inti dari suatu sertifikat
adalah proses dan kualitas pendidikan yang ditempuh untuk
mendapatkan sertifikat tersebut. Apabila kedua hal tersebut sudah
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,
maka secarik kertas yang disebut ijazah dari IUFM langsung diakui
sebagai bukti kompetensi dan sekaligus profesionalisme guru.

 Unsur-unsur Pendidikan
1. Siswa
Pendidikan di Perancis dari awal sudah dapat mendeteksi
bakat dan kemampuan anak, dan sudah bisa menentukan
jurusan sesuai minat anak sejak dini. Jadi tidak semua anak
berlomba-lomba ingin menjadi insinyur atau jurusan teknik.
Siswa juga tidak dituntut harus menguasai seluruh mata
pelajaran, akan tetapi cukup hanya basicnya saja, baru bidang
yang sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa dipelajari
secara lebih mendalam, sehingga lebih fokus.
2. Guru
Pendidikan di Perancis tentunya tidak lepas dari peranan
pemerintah. Pemerintah Perancis telah menganggarkan 23%
pendapatan negaranya untuk pendidikan yaitu adanya
pendidikan gratis dari TK hingga SMA dan gaji guru yang
besar, disana gaji guru mencapai hingga 50 – 60 juta perbulan.
Untuk menjadi guru disanapun tidak mudah mereka yang ingin
menjadi guru harus diseleksi sesuai potensi yang dimilikinya.
Karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin
kualitas pendidikan bangsanya.
3. Sarana dan Prasarana
Setiap universitas terdiri dari sejumlah fakultas. Suatu
universitas dapat juga meliputi lembaga-lembaga yang letaknya
jauh dari universitas, seperti observatorium, institut dalam
suatu kelompok mata pelajaran,  sekolah tinggi, juga mungkin
meliputi suatu akademi dalam ilmu-ilmu tertentu. Fakultas atau
institut penelitian atau sekolah tinggi yang menjadi bagian dari
suatu universitas mempunyai otonomi yang luas dan
mempunyai fasilitas sendiri-sendiri seperti laboratorium dan
perpustakaan. Universitas Paris misalnya mempunyai lebih dari
100 perpustakaan khusus dalam bidang-bidang tertentu dan
tersebar diberbagai perguruan tinggi
G. Perbandingan Sistem Pendidikan Prancis dengan Indonesia
 Indonesia
1. Menggunakan Sistem Desentralisasi yakni pemerintah
menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan masing0masing
sekolah, sehingga hal pembiayaan-pun menjadi kewenangan
sekolah.
2. Pemerintah Indonesia mewajibkan belajar bagi anak-anak
Indonesia selama 12 tahun dengan sistem BOS (Bantuan
Operasional Sekolah).
3. Gaji guru besar di Indonesia sekitar Rp 2.000.000 (Menurut Data
2005 yang saya cari
 Perancis
1. Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang
dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian
pendidikan memiliki peran kritis dalam kemajuan pendidikan
secara keseluruhan.
2. Pemerintah Perancis menekankan akan adanya wajib belajar 16
tahun dengan penerapan sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang
pendidikan.
3. Gaji Guru paling rendah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30
juta ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya seperti
rumah, kendaraan, dan kebutuhan hidup yang sudah disediakan,
jaminan kesehatan, serta tunjangan hari tua yang ditanggung oleh
pemerintah Perancis.
 Jenjang Pendidikan di Indonesia
1. Pendidikan Taman Kanak-kanak(TK) dengan lama belajar satu
atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam
tahun.
2. Sekolah Dasar (SD), lama belajar enam tahun bagi anak usia tujuh
sampai 12 tahun.
3. Sekolah Manangah Pertama (SMP), lama belajar 3 tahun dan
Sekolah Manangah Atas (SMA), lama belajar 3 tahun
4. Perguruan Tinggi, tiga tahun sarjana muda, lima sampai tujuh
tahun sarjana, dapat berbentuk Universitas, Institut, Akademi, atau
Sekolah Tinggi.
 Jenjang Pendidikan di Perancis
1. Tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai tingkat pra sekolah, dengan
umur minimal 2 tahun
2. Pendidikan menengah dibedakan menjadi dua, yaitu College
(setingkat SMP) lama waktu belajarnya 4 tahun dan Lycee
(setingkat SMA) lama belajarnya 3 tahun.
3. Pendidkan tinggi, yaitu antara sekolah tinggi (Grandes ecoles) dan
universitas dan sekolah tinggi (Grandes ecoles)

 Sistem Pendidikan di. Perancis


Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang
dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian
pendidikan (iasa disebut Ministry of National Education) memeiliki
peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain
itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun
dengan penerapan  sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang
pendidikan.
 Sistem Pendidikan di Indonesia
Menggunakan sistem desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan
masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka
masalah pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi
daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat,
meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan hidup,
terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta
harapan-harapan menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan
belajar bagi anak-anak Indonesia selama 12 tahun.
 Gaji Guru
Seorang dalam posisi guru senior di Perancis, misalnya, ia
memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro
(sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan
dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data
Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen,
tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang punggung dalam
menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi
seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar
25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai
fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah,
kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari
tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


 Kesimpulan
Sistem pendidikan di perancis menggunakan sistem
sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada
pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (biasa disebut Ministry
of National Education) memiliki peran urgent dalam kemajuan
pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga
menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan
penerapan  sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
Peserta didik langsung diarahkan pada bakat dan minat dan pada
pemahaman konseptual, para siswa terbiasa belajar dengan pola
keras, disiplin dan dipenuhi dengan tugas. Setelah siswa
menempuh pendidikan wajib. Anak-anak mendapatan pendidikan
dasar pra sekolah pada umur dua hingga enam tahun, SD antara
tujuh hingga 10 tahun dan SMP (Collège)-SMA (Lycées) antara
11 hingga 18 tahun sedangkan pendidikan tinggi untuk mereka
yang berusia di atas 19 tahun.
 Saran

Menurut pendapat saya membandingkan sistem pendidikan


antara beberapa negara penting artinya untuk mentransfer hal-hal
positif yang telah dilakukan oleh suatu negara.  Bagi Indonesia
perlu mengenal bentuk dan model pendidikan di negara lain karena
sistem pendidikan Indonesia masih perlu penyempurnaan dan
perubahan.  Terutama Indonesia perlu melihat kepada beberapa
negara yang telah maju sistem pendidikannya misalnya Prancis,
tetapi tidak dapat dilakukan serta merta karena ada nilai-nilai
khusus yang tidak dapat dipersandingkan serta kekuatan lokal yang
tidak dapat ditransfer secara utuh, namun ada beberapa nilai-nilai
yang dapat diaplikasikan dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.  Apalagi Perancis adalah salah satu negara yang maju
pendidikannya dan telah menjadi tujuan oleh mahasiswa dari
berbagai penjuru dunia.  Perancis juga berhasil mensejalankan
antara pendidikan dengan lapangan kerja sehingga tamatan
pendidikan dari berbagai tingkatan dapat langsung bekerja sesuai
keahliannya.

Pada Umumnya Pendidikan di Indonesia sudah bagus


apabila di laksanakan sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang
ada, misalnya pada kurikulum 2013 yang menekankan adanya
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, namun
kenyataanya Pendidikan yang berjalan di Indonesia belum dapat
dilaksanakan secara maksiman di karenakan beberapa faktor
misalnya kurangnya kesiapan guru, fasilitas yang kurang memadai,
serta kurang adanya partisipasi aktif masyarakat dan
menghilangkan bahwa Pendidikan adalah tanggung jawab
pemerintah dan bukan masyarakat, berbeda dengan Prancis mereka
sudah menyadari bahwa Pendidikan itu merupakan hal yang sangat
penting, melalui pemerataan Pendidikan di Indonesia di setiap
wilayah akan memberikan peningkatan kualitas Pendidikan, selain
itu ada beberapa sikap yang harus di tiru oleh Indonesia yaitu
ditanamkan kemauan yang kuat, kesiapan untuk bekerja keras,
sikap mandiri. Hal penting yang bias dijadikan masukan untuk
kemajuan pendidkan di Indonesia yaitu menekankan pada kualitas
bukan kuantitas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/79926640/Sistem-Pendidikan-Prancis

https://exzellenz-institut.com/sistem-pendidikan-di-negara-perancis/

https://bagibagi93.blogspot.com/2015/02/sistem-pendidikan-di-negara-
perancis.html

https://www.scribd.com/doc/79926640/Sistem-Pendidikan-Prancis

https://ayura21.wordpress.com/2013/05/14/sistem-pendidikan-indonesia-dan-
perancis/

https://sumbarprov.go.id/details/news/7168

Anda mungkin juga menyukai