Anda di halaman 1dari 16

Memahami Hakikat,Tujuan,Asas asas Kurikulum,Serta

Perkembangan Kurikulum dari masa ke masa


MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum B.Arab Mts

Dosen Pengampu : Musta’anatusaniyah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

EKO DIAN KISWOYO (1903026109)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Memahami Hakikat,Tujuan,Asas asas
Kurikulum,Serta Perkembangan Kurikulum dari masa ke masa” dengan baik dan lancar.

Dan kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para
pembaca. Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami mohon maaf apabila dalam penulisan
terdapat kesalahan atau kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Demak, 07 September 2023

Hormat Kami,

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................…….1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

A. Hakekat dan Tujuan Kurikulum ......................................................................3


B. Asas Asas Kurikulum.................................................................................…….5
C. Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari masa ke masa…………………………6
BAB III PENUTUP ......................................................................................................12

A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran…….……………………………………………………………………..……………………13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun begitu, kurikulum tetap
mempunyai landasan/asas dan prinsip-prinsip dalam pengembangannya.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum tetapi juga harus difahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait
dengan pengelolaan pendidikan. Selain mempunyai landasan yang jelas, kurikulum juga
mempunyai prinsip yang pada dasarnya merupakan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri.
Kurikulum selalu berkembang namun tetap berpijak pada landasan dan prinsip yang
ada. Maka dalam makalah ini, kami memaparkan landasan/asas dan prinsip yang mengambil
peran penting dalam pengembangan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakekat dan Tujuan Kurikulum?
2. Apa saja Asas Asas Kurikulum?
3. Bagaimana Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari masa ke masa?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Hakekat dan Tujuan Kurikulum

2. Mengetahui dan memahami Asas Asas Kurikulum

3. Memahami Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari masa ke masa

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah
prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil
yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas
dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu
tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan
atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya
perubahan sementara karena sesuatu hal.1
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi
tentang definisi belajar, di antaranya adalah:

1. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology: The
Teaching-Learning Process,berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi
atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of

1
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
2
progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguat (reinforce).
2. Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan dua
rumusan. Rumusan pertama berbunyi: …..acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience.Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan kedua: ….process of acquiring responses as a result of special
practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya
latihan khusus.
3. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat
Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s
behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism
(manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organism tersebut.Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan
oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi
organisme.
4. Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar
sebagai: any relatively permanent change in an organisme’s behavioral repertoire that
occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relative menetap terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
5. Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua
macam definisi. Pertama,belajar adalah The process of accuiring knowledge, yakni
proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam
pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif
karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar
adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result
of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat
macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni:

- Relatively permanent, yang secara umum menetap


- Respons Potentiality, kemampuan bereaksi

3
- Reinforce, penguatan
- Practise, praktik atau latihan

6. Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan belajar dalam


tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif.
Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tigkah laku tidak lagi
disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum
yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam
hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi”
atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti
institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses
mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu
perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-
arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling pelaku
belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku
belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru”.2

B. Evaluasi Prestasi Belajar


Istilah Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing “Evaluation”.
Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative
Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa: Evaluasi adalah pengumpulan bukti-
bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada-tidaknya perubahan dan
derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.

2
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo

4
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Kata lain yang sepadan dengan kata evaluasi dan sering
digunakan untuk menggantikan kata evaluasi adalah tes, ujian dan ulangan. Istilah evaluasi
biasanya digunakan untuk menilai hasil belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan
tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian
Akhir Nasional (UAN).
Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita
dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran, keduanya memang ada kaitan yang
erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata pengukuran
mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Sedangkan
evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun
dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan
situasi aspek lain akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang
dari berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi
sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Adapun aspek-aspek kepribadian yang harus diperhatikan merupakan objek di dalam
pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, adalah sebagai berikut:
1. Aspek-aspek tentang berpikir, meliputi :inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data,
pokok-pokok pengajaran, dan pemikiran yang logis.
2. Dari segi perasaan sosialnya, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, carabergaul,
cara pemecahan masalah, serta nilai-nilaisosial.
3. Dari kekayaan social dan kewarganegaraan, meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya
terhadap masalah-masalah social, politik, dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang
disesuaikan dengan keperluan atau tujuan penilain.

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar


Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu
dan Simanjuntak, menegaskan bahwa:
1. Tujuan Umum dari evaluasi adalah sebagai berikut:
- Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.
5
- Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
- Menilai metode belajar yang dipergunakan
2. Tujuan Khusus dari evaluasi adalah sebagai berikut:
- Merangsang kegiatan siswa
- Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
- Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar atau metode belajar.
- Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
- Memperoleh bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oreang tua dan
lembaga pendidikan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, evaluasi mempunyai fungsi yang
amat penting, yaitu :
- Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
- Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar-mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
- Untuk memberikan angka yang tepet tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. 3

D. Macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar


Biasanya evaluasi di bagi menjadi empat jenis, yaitu : evaluasi formatif, evaluasi suatif,
evaluasi placement, dan evaluasi diagnostik.
1. Evaluasi Formatif
- Fungsi: untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik , atau
memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
- Tujuan: untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah
diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
- Aspek-aspek yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil pelajaran murid, meliputi:
pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah
disajikan
2. Evaluasi Somatif
- Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam
satu semester atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan.
3
Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung

6
- Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan
program bahan pengajaran dalam satu semester atau akhir.
- Aspek-aspek yang dinilai: kemajuan belajar
3. Evaluasi Placement (Penempatan)
- Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak
tersbut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.
- Tujuan: untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat,
minat, kemampuan, kesangupan serta keadaan-keadaan yang lainnya, sehingga anak tidak
mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru.
- Aspek-aspek yang dinilai meliputi : keadaan fisik. Psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan,
keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan
anak selanjutnya.
4. Evaluasi Diagnostik
- Fungsi: untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak
didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program
tertentu.
- Tujuan: untuk mengatsi/membantu pemecaham kesulitan atau hambatan yang dialami anak
didik waktu mengikuti kegiatan belajar-mengajar pada suatu studi atau keseluruhan bidang
pengajaran.
- Aspek-aspek yang dinilai: hasil belajar, latar belekang kehidupan anak, keadaan keluarga dan
lingkungan.4

E. Indikator Ketercapaian Prestasi Belajar


Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas
diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah
berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan
atau diukur.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi
belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi.
4
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya

7
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan
pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar
dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari
tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi
Tabel Indikator Prestasi Belajar
No Jenis Prestasi Belajar Indikator Prestasi Belajar

1 Ranah Cipta (Kognitif)


a. Pengamatan Dapat menunjukkan
Dapat membandingkan
Dapat menghubungkan

b. Ingatan Dapat menyebutkan


Dapat menunjukkan kembali

c. Pemahaman Dapat menjelaskan


Dapat mendefinisikan dengan lisan
sendiri

d. Penerapan Dapat memberikan contoh


Dapat menggunakan secara tepat

e. Analisis (pemeriksaan Dapat menguraikan


dan pemilahan secara Dapat Mengklasifikasikan
teliti) /memilah-milah
Dapat menghubungkan
f. Sintesis (membuat Dapat menyimpulkan
panduan baru dan utuh) Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)

2 Ranah Rasa (Afektif)


a. Penerimaan Menunjukkan sikap menerima
Menunjukkan sikap menolak

8
b.Sambutan Kesediaan berpartisipasi
Kesediaan memenfaatkan
Melembagakan atau meniadakan

c. Apresiasi (sikap Menganggap penting dan


menghargai) bermanfaat
Mengagumi

d.Internalisasi Mengakui dan meyakini


(pendalaman) Mengingkari

e. Karaktirasasi Melembagakan atau meniadakan


(Penghayatan) Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari

3 Ranah Karsa
(Psikomotor))
a. Keterampilan bergerak Mengkoordinasikan gerak mata,
dan bertindak tangan, kaki, dan anggota tubuh
lainnya

b. Kecakapan kespresi Mengucapkan atau melafalkan


verbal dan nonverbal Membuat mimik dan gerakan
jasmani

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu tes prestasi dan non-tes:
1. Teknik tes, dapat berbentuk:
a. Tes terulis
b. Tes lisan
c. Tes perbuatan
2. Teknik non-tes, dapat berbentuk:
a. Angket

9
b. Wawancara/interviuw
c. Observasi
d. Kuesioner/inventori
5

F. Ranah Evaluasi Prestasi Belajar


Evaluasi prestasi belajar baik pada anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan
menyentuh tiga ranah psikologis. Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah
karsa (psikomotor).
A. Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena
semakin membengkaknya jumlah siswa-siswa di sekolah, tes lisan dan perbuatan saat ini
semakin jarang digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat
perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung). Cara ini,
konon dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap si teruji/peserta didik
tertentu.
Dampak negatif yang terkadang muncul dalam tes yang face to face itu, ialah sikap dan
perlakuan penguji yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat
kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di satu pihak ada siswa yang diberi
soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan di pihak lain ada pula siswa
yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.
Untuk mengatasi masalah subjektivitas itu, semua jenis tes tertulis baik yang berbentuk
subjektif maupun yang berbentuk objektif (kecuali tes B-S) dipakai sebaik-baiknya oleh para
guru. Namun demikian, apabila menghendaki informasi yang lebih akurat mengenai
kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S, tes pilihan berganda juga sebaiknya tidak
digunakan. Sebagai gantinya sangat dianjurkan untuk menggunakan tes pencocokan
(matching test), tes isian, dan tes esai.
Khusus untuk mengukur kemampuan analisis dan sistesis siswa, lebih dianjurkan untuk
menggunakan tes esai, karena tes ini adalah ragam instrument evaluasi yang dipandang paling
tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi.
B. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif
(ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian
5
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Cet. V,
Bandung: Remaja Rosdakarya
10
khusus. Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap
dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer ialah likert scale yang tujuannya untuk
mengidentifikasi kecenderungan atau sikap orang. Bentuk skala ini menampung pendapat
yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Rentang skala ini diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan
dengan catatan skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai
sangat “tidak”. Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan
afektif siswa yang representatif item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan
label/identitas sikap yang meliputi:
a. Doktrin, yaitu pendirian
b. Komitmen, ikrar untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan
c. Penghayatan, pengalaman batin
d. Wawasan, pandangan atau cara memandang sesuatu
Hal lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala sikap ialah bahwa
dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukanlah benar dan salah, melainkan sikap atau
kecenderungan, setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak sama dengan evaluasi ranah cipta yang
secara principal bertujuan mengungkapkan kemampuan akal dengan batasan salah dan benar.
C. Evaluasi Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi
ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Dalam hal ini observasi dapat diartikan
sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain dengan pengamatan
langsung. Namun, observasi harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen pada
umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi.
Guru yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotor siswanya hendaklah
mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat
dalam lembar format observasi yang sebelumnya telah disediakan baik oleh sekolah maupun
oleh guru itu sendiri.6

6
Tadjab, M.A. 1994. Perbandingan Pendidikan (Statu Perbandingan Tentang Beberapa Aspek Pendidikan Barat
Modern, Islam dan Nasional). Surabaya: Karya Aditama
11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa psikologi belajar pada dasarnya adalah
membicarakan aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, dan
sedangkan evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasi atau tidaknya
tujuan belajar maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari segala kegiatan
yang menyangkut evaluasi belajar.
Evaluasi prestasi belajar, baik pada anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan
menyentuh tiga ranah psikologis. Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah
karsa (psikomotor).
Pada rasah cipta (kognitif) setiap evaluasi yang dilakukan rata-rata untuk negetahuai
kemampuan analisis dan sistesis siswa. Adapun cara-cara yang dilakukan seperti yang sudah
kita bahas tadi walaupun kadang masih terjadi subjektivitas dalam penilaian.
Dalam ranah rasa (afektif) evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam menginternalisasi dan karakterisasi hasil belajarnya. Karena kedua jenis prestasi
ranah rasa itulah dianggap lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Sedangkan pada ranah karsa (psikomotor), evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan hasil belajar siswa yang dilihat dari psikomotoriknya.
Yang mana kesemuanya itu bertujuan untuk menjadi siswa memiliki dan memahami akan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dimilikinya.

B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman
mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang psikologi pendidikan, lebih-lebih
studi Pendidikan Bahasa Arab untuk bekal menjadi seorang pendidik kelak.
Makalah isi juga baik untuk dijadikan literature bacaan, acuan penelitian, bahan kajian-
kajian kependidikan lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya

Tadjab, M.A. 1994. Perbandingan Pendidikan (Statu Perbandingan Tentang Beberapa Aspek
Pendidikan Barat Modern, Islam dan Nasional). Surabaya: Karya Aditama

Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Cet. V,

Bandung: Remaja Rosdakarya

13

Anda mungkin juga menyukai